Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke menempati urutan kedua sebagai penyebab kecacatan di negara, maju


dan penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik (Lipska et al.,
2007; van der Worp et al., 2007). Menurut WHO, 15 juta orang di dunia
mengalami stroke setiap tahunnya. Dan dari 15 juta orang tersebut, 5 juta orang
meninggal dan 5 juta orang lagi mengalami kecacatan permanen dan menjadi
beban bagi keluarganya. Menurut American Heart Association, insidensi penyakit
stroke di Amerika Serikat mencapai 500.000 pertahun (Japardi, 2002). 85,5% dari
total kematian akibat stroke di seluruh dunia terjadi di negara berkembang. Ada
pendapat yang menyatakan bahwa kondisi tersebut terkait dengan keadaan
ekonomi negara (Kamal et al., 2009; Lipska et al., 2007).

Di Indonesia prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk dan
berdasarkan hasil Surkesnas 2001 penyakit sistem sirkulasi darah berupa penyakit
jantung, stroke, hipertensi, merupakan penyebab utama kematian yaitu 26,3%
kematian. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe
Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8
per 1.000 penduduk). Dari 8,3 per 1.000 penderita stroke, 6 diantaranya telah
didignosis oleh tenaga kesehatan. Hal ini menujukkan sekitar 72,3% kasus stroke
di masyarakat telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, namun angka kematian
akibat stroke tetap tinggi. Data menunjukkan bahwa stroke menempati urutan
pertama sebagai penyebab kematian utama semua umur di Indonesia. Stroke,
bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung
lainnya, juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di
Indonesia (Departemen Kesehatan R.I, 2009).

Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan
pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain
menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, Stroke juga
menjadi beban bagi pemerintah dan perusahaan asuransi kesehatan.

1
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan
masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk
mengatasi masalah krusial ini diperlukan strategi penangulangan Stroke yang
mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif.

Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah
menjadi keharusan, terlebih bila melihat angka penderita Stroke yang terus
meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang
cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk
itulah penulis menyusun makalah mengenai Stroke yang menunjukan masih
menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di Indonesia.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Dapat memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan stroke hemoragik.
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan Definisi Stroke Hemoragik
2. Etiologi Stroke Hemoragik
3. Patofisiologi Stroke Hemoragik
4. Pathway Stroke Hemoragik
5. Manifestasi Klinik Stroke Hemoragik
6. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
7. Komplikasi Stroke Hemoragik
8. Pemeriksaan Penunjang Stroke Hemoragik
9. Konsep Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragik
10. Tinjuan Kasus Pada Pasien Stroke Hemoragik
c. Ruang lingkup
Ruang lingkup pada makalah ini hanya di dapat dari buku keperawatan,
jurnal, dan wawancara langsung terhadap klien.
d. Metode penulisan
Dalam membuat atau menyusun makalah ini, penyusun menggunakan
study kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah yang akan ditulis.

2
e. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan yang diterapkan untuk menyajikan gambaran
singkat mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan
makalah ini, sehingga akan memperoleh pengetahuan yang jelas tentang isi
dari penulisan makalah ini yang terdiri dari empat bab diantaranya :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS


Menjelaskan tentang materi atau judul yang telah dipilih, yaitu tinjauan
kasus pada pasien stroke hemoragik.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien stroke hemoragik
yang di dalamnya terdapat pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi.

BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran untuk keperluan perbaikan makalah dan
pengembangan selanjutnya ke arah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Berisikan sumber referensi yang diambil oleh penulis untuk kepentingan
sumber acuan dan kelengkapan dalam penulisan makalah.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi

Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang


cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Susilo, 2000).
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan
oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh
karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena,
dan kapiler (Djoenaidi Widjaja et. al, 1994) yang dikutip oleh Muttaqin, 2008.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh
karena gangguan peredaran darah otak dimana secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai
dengan daerah fokal di otak yang terganggu (Pertiwi, 2010).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat perdarahan intrakranial
atau intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang subarachnoid atau di dalam
jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan
hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke
dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak,
jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi
otak (Pertiwi, 2010).
Beberapa uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik
adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah
otak yang menyebabkan gangguan peredaran darah otak sehingga menimbulkan
gangguan fungsi saraf akut dimana secara mendadak dan cepat timbul gejala dan
tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu.

4
B. Etiologi
Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi adalah:
1. Aneurisma berry, biasanya defek kongenital.
2. Aneurisma fusiformis dari arteriosklerosis. Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas
dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan
3. Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis.
4. Malformasi arteriovena (AVM), adalah pembuluh darah yang mempunyai
bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri,
sehingga darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan
menimbulkan perdarahan otak.
5. Ruptur arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah (Muttaqin, 2008).
Faktor resiko pada stroke adalah:
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi
atrium, penyakitjantung kongestif.
3. Kolesterol tinggi, obesitas
4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6. Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar
estrogen tinggi)
7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol (Smeltzer & Bare, 2002).
C. Patofisiologi

Gambar 2.4 Stroke Hemoragik

5
1. Pendarahan Intra Serebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan Tekanan Intra
Kranial (TIK) yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebri yang disebabkan hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, talamus, pons, dan serebellum (Muttaqin, 2008).
2. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry (AVM). Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya
yang terdapat di luar parenkim otak (Juwono, 1993). Pecahnya arteri dan keluarnya ke
ruang subarachnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur
peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak
global (nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemipharese,
gangguan hemisensorik, afasia dan yang lainnnya). Sering pula dijumpai kaku kuduk
dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak
juga mengakibatkan perdarahan subhiolid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebri.
Vasospasme sering terjadi 3-5 hari setelah terjadinya perdarahan, mencapai
puncaknya pada hari ke- 5 atau hari ke- 9, dan dapat menghilang setelah minggu ke-2
sampai dengan minggu ke-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara
bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinal
dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme mengakibatkan disfungsi
otak global mupun fokal. Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak
terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf hamper seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak memiliki cadangan O2 sehingga jika terjadi kerusakan
atau kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan mengakbatkan gangguan
fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme
otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan
glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala disfungsi serebri. Otak
mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,
yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak (Muttaqin, 2008).

6
D. Pathway

E. Manifestasi Klinik

Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala
penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah
satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda
atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala
mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau
mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh,
ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

7
a. Vertebro basilaris, sirkulasi posterior, manifestasi biasanya bilateral :
Kelemahan salah satu dari empat anggota gerak tubuh
Peningkatan refleks tendon
Ataksia
Tanda babinski
Tanda-tanda serebral
Disfagia
Disartria
Sincope, stupor, koma, pusing, gangguan ingatan.
Gangguan penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralysis satu mata).
Muka terasa baal.
b. Arteri Karotis Interna
Kebutaan Monokular disebabkan karena insufisiensi aliran darah arteri ke
retina
Terasa baal pada ekstremitas atas dan juga mungkin menyerang wajah.
c. Arteri Serebri Anterior
Gejala paling primer adalah kebingungan
Rasa kontralateral lebih besar pada tungkai
Lengan bagian proksimal mungkin ikut terserang
Timbul gerakan volunter pada tungkai terganggu
Gangguan sensorik kontra lateral
Dimensi reflek mencengkeram dan refleks patologis
d. Arteri Serebri Posterior
Koma
Hemiparesis kontralateral
Afasia visual atau buta kata (aleksia)
Kelumpuhan saraf kranial ketiga hemianopsia, koreo athetosis
e. Arteri Serebri Media
Mono paresis atau hemiparesis kontra lateral (biasanya mengenai lengan)
Kadang-kadang heminopsia kontralateral (kebutaan)
Afasia global (kalau hemisfer dominan yang terkena)

8
Gangguan semua fungsi yang ada hubungannya dengan percakapan dan
komunikasi
Disfagia

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Umum Stroke Akut menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI) 2007 meliputi:
1. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
a. Evaluasi cepat dan diagnosis
Oleh karena jendela terapi stroke akut sangat pendek, evaluasi dan diagnosis klinik harus
cepat. Evaluasi gejala dan tanda klinik meliputi:
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan neurologik dan skala stroke.
4) Studi diagnostik stroke akut meliputi CT scan tanpa kontras, KGD, elektrolit darah,
tes fungsi ginjal, EKG, penanda iskemik jantung, darah rutin, PT/INR, aPTT, dan
saturasi oksigen.
2. Terapi Umum
a. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
1) Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring.
2) Pada pasien hipoksia diberi suplai oksigen
b. Stabilisasi hemodinamik
1) Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari cairan hipotonik)
2) Optimalisasi tekanan darah
3) Bila tekanan darah sistolik < 120mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat diberikan
obat vasopressor.
4) Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama.
5) Bila terdapat CHF, konsul ke kardiologi.
c. Pemeriksaan awal fisik umum
1) Tekanan darah
2) Pemeriksaan jantung
3) Pemeriksaan neurologi umum awal :
a. Derajat kesadaran
b. Pemeriksaaan pupil dan okulomotor

9
c. Keparahan hemiparesis
d. Pengendalian peninggian TIK :
Pemantauan ketat terhadap risiko edema serebri harus dilakukan dengan
memperhatikan perburukan gejala dan tanda neurologik pada hari pertama stroke
Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien yang
mengalami penurunan kesadaran
Sasaran terapi TIK < 20 mmHg
Elevasi kepala 20-30.
Hindari penekanan vena jugulare
Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
Hindari hipertermia
Jaga normovolemia
Osmoterapi atas indikasi: manitol 0,25-0,50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi
setiap 4-6 jam, kalau perlu diberikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB
IV.
Intubasi untuk menjaga normoventilasi.
Drainase ventrikuler dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke iskemik
sereblar
e. Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti phenitoin
loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.
Pada stroke perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi profilaksis,
selama 1 bulan dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila kejang tidak ada.
f. Pengendalian suhu tubuh
Setiap penderita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika dan
diatasi penyebabnya.
Beri asetaminophen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5C
g. Pemeriksaan penunjang
EKG
Laboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi dan faal hemostasis, KGD,
analisa urin, AGDA dan elektrolit.
Bila curiga PSA lakukan punksi lumbal
Pemeriksaan radiologi seperti CT scan dan rontgen dada

10
3. Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat Inap
a. Cairan
1) Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin , CVP pertahankan antara 5-12 mmHg.
2) Kebutuhan cairan 30 ml/kgBB.
3) Balance cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah
pengeluaran cairan yang tidak dirasakan.
4) Elektrolit (sodium, potassium, calcium, magnesium) harus selalu diperiksaa dan
diganti bila terjadi kekuranngan.
5) Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil AGD.
6) Hindari cairan hipotonik dan glukosa kecuali hipoglikemia.
b. Nutrisi
1) Nutrisi enteral paling lambat dalam 48 jam.
2) Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran
menurun.
3) Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari.
c. Pencegahan dan mengatasi komplikasi
1) Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut (aspirasi,
malnutrisi, pneumonia, DVT, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedik dan
fraktur)
2) Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan sensitivitas kuman.
3) Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas.
d. Penatalaksanaan medik yang lain
1) Hiperglikemia pada stroke akut harus diobati dan terjaga normoglikemia.
2) Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas lainnya.
3) Analgesik dan anti muntah sesuai indikasi
4) Berikan H2 antagonist, apabila ada indikasi.
5) Mobilisasi bertahap bila hemodinamik dan pernafasan stabil.
6) Rehabilitasi
7) Edukasi keluarga.
8) Discharge planning (Taufik, 2010)

11
G. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi setelah serangan stroke adalah:
1. Kejang pada pasien pasca stroke sekitar 4-8 %.
2. Trombosis Vena Dalam (TVD) sekitar 11-75 % dan Emboli Pulmonum sekitar 3-10 %.
3. Perdarahan saluran cerna sekitar 1-3 %.
4. Dekubitus.
5. Pneumonia.
6. Stress.
7. Bekuan darah.
8. Nyeri pundak dan subluxation. (Badali, 2010)

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Doenges dkk, 2002) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada
penyakit stroke adalah:

1. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti


perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.

2. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.

3. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis,
emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak
sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya
hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat
pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.

4. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark,


hemoragik, dan malformasi arteriovena.

5. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.

6. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang


otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

7. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan


dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral.

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Fokus
Menurut Doenges, 2002, data-data yang perlu dikaji antara lain
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain
(Rochani, 2000).
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-
obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus (Susilo,
2000).
6. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga
7. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat: Biasanya ada riwayat perokok,
penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
b. Pola nutrisi dan metabolisme: Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut.
c. Pola eliminasi: Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltic usus.

13
d. Pola aktivitas dan latihan: Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
e. Pola tidur dan istirahat: Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena
kejang otot/nyeri otot.
f. Pola hubungan dan peran: Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g. Pola persepsi dan konsep diri: Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, tidak kooperatif.
h. Pola sensori dan kognitif: Pada pola sensori klien mengalami gangguan
penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan
ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan
proses berpikir.
i. Pola reproduksi seksual: Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari
beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis
histamin.
j. Pola penanggulangan stress: Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan
masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan: Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena
tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran: umumnya mengalami penurunan kesadaran
Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa
bicara
b. Pemeriksaan integumen
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3
minggu
Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
Rambut: umumnya tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan kepala dan leher

14
Kepala: bentuk normocephalik
Muka: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
Leher: kaku kuduk jarang terjadi
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun
suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan
menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat
kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.
g. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa
hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan reflex patologis.
9. Pemeriksaan penunjang
a. CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar
ke permukaan otak.
b. MRI: untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c. Angiografi serebral: untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskuler
d. Pemeriksaan foto thorax: dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke

15
e. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
f. Elektro encephalografi / EEG: mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang
otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Pemeriksaan EKG: dapat membantu menentukan apakah terdapat disritmia, yang dapat
menyebabkan stroke. Perubahan EKG lainnya yang dapat ditemukan adalah inversi
gelombang T, depresi ST, dan kenaikan serta perpanjangan QT.
h. Ultrasonografi Dopler: Mengidentifikasi penyakit arteriovena
i. Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal: pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang
menjamin kepastian dalam
menegakkan diagnosa stroke; bagaimanapun pemeriksaan darah termasuk hematokrit dan
hemoglobin yang bila mengalami peningkatan dapat menunjukkan oklusi yang lebih
parah; masa protrombin dan masa protrombin parsial, yang memberikan dasar dimulainya
terapi antikoagulasi dan hitung sel darah putih, yang dapat menandakan infeksi seperti
endokarditis bacterial sub akut. Pada keadaan tidak terjadinya peningkatan TIK, mungkin
dilakukan pungsi
lumbal. Jika ternyata terdapat darah dalam cairan serebrospinal yang dikeluarkan,
biasanya diduga terjadi hemorrhage subarakhnoid.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebral.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia.
3. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan otot
mengunyah dan menelan.
4. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama.
5. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya reflek batuk
dan menelan.

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral
Tujuan: Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil:
a. Klien tidak gelisah

16
b. Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
c. GCS Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6
d. Pupil isokor, reflek cahaya (+)
e. Tanda-tanda vital normal (N: 60-100x/mnt, S: 36-36,7oC, RR: 16-20x/menit.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan Mengetahui setiap perubahan
tekanan intrakranial tiap dua jam yang terjadi pada klien secara
dini dan untuk penetapan
tindakan yang tepat
2. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak Mengurangi tekanan arteri
jantung (beri bantal tipis) dengan meningkatkan
drainage vena dan
memperbaiki sirkulasi
serebral
3. Anjurkan kepada klien untuk bed rest total dan Batuk dan mengejan dapat
anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan meningkatkan tekanan intra
Berlebihan cranial dan potensial terjadi
perdarahan ulang
4. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat Memperbaiki sel yang masih
neuro protector Available

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia.


Tujuan: Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil:
a. Tidak terjadi kontraktur sendi
b. Bertambahnya kekuatan otot
c. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan Mengidentifikasi
awal dengan cara teratur kekuatan/kelemahan dan
dapat memberikan informasi
mengenai pemulihan

17
2. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit Otot volunter akan
kehilangan tonus dan
kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakkan
3. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif Gerakan aktif memberikan
pada ekstrimitas yang tidak sakit massa, tonus dan kekuatan
otot serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernapasan
4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik Mempertahankan kekuatan
klien tonus otot

3. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan otot
mengunyah dan menelan.
Tujuan: Tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil:
a. Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
b. Hb dan albumin dalam batas normal
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, Untuk menetapkan jenis
menelan dan reflek batuk makanan yang akan diberikan
pada klien
2. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut Membantu dalam melatih
secara manual dengan menekan ringan diatas kembali sensori dan
bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan meningkatkan control
muskuler
3. Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum Menguatkan otot fasial dan
cairan dan otot menelan dan
menurunkan resiko terjadinya
tersedak
4. Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan Mungkin diperlukan untuk
cairan melalui iv atau makanan melalui selang memberikan cairan pengganti
dan juga makanan jika klien
tidak mampu untuk

18
memasukkan segala sesuatu
melalui mulut

4. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama.
Tujuan: Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil:
a. Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
b. Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
c. Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi Hangat dan pelunakan adalah
area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan tanda kerusakan jaringan
jaringan tiap merubah posisi
2. Ubah posisi tiap 2 jam. Gunakan bantal air atau Menghindari tekanan dan
pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang meningkatkan aliran darah
menonjol
3. Ubah posisi tiap 2 jam. Gunakan bantal air atau Menghindari kerusakan-
pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang kerusakan kapiler-kapiler
menonjol
Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang
baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi.
Jaga kebersihan kulit
Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of
motion) dan mobilisasi jika mungkin
4. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of Meningkatkan aliran darah ke
motion) dan mobilisasi jika mungkin semua daerah

5. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya reflek batuk
dan menelan.
Tujuan : Jalan nafas tetap efektif.
Kriteria hasil :
a. Klien tidak sesak nafas
b. Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan

19
c. Tidak ada retraksi otot bantu pernafasan
d. Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi pola dan frekuensi nafas. Auskultasi suara Untuk mengetahui ada
nafas tidaknya ketidakefektifan
jalan nafas
2. Ubah posisi tiap 2 jam sekali Perubahan posisi dapat
melepaskan sekret dari
saluran pernafasan
3. Lakukan fisioterapi dada sesuai dengan keadaan Agar dapat melepaskan sekret
umum klien dan mengembangkan paru-
paru
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian O2 Memenuhi intake O2 adekuat
adekuat pada tubuh

20
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DI RUANG ICU

RS SENTRA MEDIKA CIKARANG

1. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 47 thn

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : PETANI

Alamat : Kp. Babakan RT 001/001, Ds. Jatiwangi, Kec.


Cikarang Barat

Tanggal masuk RS : 26-07-2016

No. Register : 18.07.27

Ruangan/kamar : ICU

Tanggal pengkajian : 26-07-2016

Dianostik medis : Obs. Penurunan Kesadaran e.c Stroke Hemoragik

II. KELUHAN UTAMA

Saat masuk RS : istri klien mengatakan klien dari rumah tiba-tiba sudah tidak sadar
dan klien mempunyai riwayat hipertensi.

Saat pengkajian : Keluarga klien mengatakan tidak sadar kurang lebih 2 jam
sebelum masuk Rs.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

1. Provocative/Palliative
A. Apa penyebabnya :
Istri klien menjelaskan, klien mempunyai riwayat hipertensi.
B. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Menurut Istri, klien minum obat warung jika merasa pusing
2. Qualitity / Quality

21
A. Bagaimana dirasakan:
Tidak dapat dikaji
B. Bagaimana dilihat :
Klien tampak mengalami penurunan kesadaran.

3. Regio
A. Dimana lokasinya
Diarea kepala.
B. Apa penyebabnya
Istri klien menjelaskan, klien mempunyai riwayat hipertensi
C. Severity (mengganggu aktivitas )
Klien tidak dapat melakukan aktifitas dan pekerjaan sehari-hari

4. Time ( kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)


Istri klien mengatakan bahwa klien menderita hipertensi sudah lama
namun tidak pernah kontrol ke dokter karena merasa tidak ada keluhan,
dan penurunan kesadaran terjadinya secara tiba-tiba.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami


Hipertensi kronis
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Pengobatan yang pernah dilakukan pergi ke klinik.
C. Pernah dirawat/di operasi
Keluarga klien mengatakan klien belum pernah dirawat maupun dioperasi
D. Lamanya perawatan
Keluaga klien mengatakan belum pernah di rawat
E. Alergi
Tidak ada alergi terhadap makanan dan obat-obatan

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua
Riwayat orang tua klien yaitu Hipertensi
B. Saudara kandung
Saudara kandung klien ada yang menderita DM/Gula
C. Penyakit keturunan yang ada
Istri klien menjelaskan tidak ada penyakit keturunan yang ada.
D. Anggota keluarga yang meninggal
Orang tua klien sudah meninggal
E. Penyebab meniggal
Istri klien menjelaskan tidak tahu penyebab meninggal orang tua klien

22
F. Genogram
( gambar)

X X X X

5
9

t
h
n
Keterangan
X = Perempuan Meninggal

= Perempuan

X = Laki-laki Meninggal

= Laki-laki

------- = Serumah

= Pasien dengan Umur ?

= Cerai

= Abortus

= Terminasi Kehamilan

= Lahir Mati

23
= Lahir Kembar

VI. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum
Acral hangat, tidak ada febris, tidak ada sesak, kesadaran somnolent, pasien tampak
gelisah.
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 36,80C HR : 94/menit
TD : 240/100 mmHg RR : 26/menit
TB : 164 cm BB : 50 kg

C. Pemeriksaan kepala dan leher


1. Kepala

a.Bentuk : Simetris
Ubun-ubun : Normal
Kulit kepala : Kotor

b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Normal, rambut tampak kotor.
Bau : Terdapat bau pada rambut
Warna kulit : Sawo matang

c. Wajah
Warna kulit : Sawo matang
Struktur wajah : Simetris

2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan Simetris
b. Palpebra :Pink
c. Konjungtiva dan sclera :Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik.
d. Pupil : Besar pupil 2/2, Respon cahaya +/+
e. Cornea dan iris : Cornea tidak keruh, tidak ada
pendarahan.
f. Visus : Tidak terkaji
g. Tekanan bola mata : Tekanan bola mata kiri sama denagn
takanan bola mata kanan.
3. Hidung
a. Tulang dan posisi septum nasi
Tulang hidung normal, posisi suptum nasi simetris
b. Lubang hidung:
Lubang hidung terdapat polip

24
c. Cuping hidung:
Cuping hidung normal
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Bentuk dextra sinistra simetris
b. Ukuran telinga : Ukuran normal
c. Lubang telinga : Terdapat serumen
d. Ketajaman pendengaran : Tidak terkaji

5. Mulut dan faring


a. Keadaan Bibir : Bibir Kering
b. Keadaan Gusi Dan Gigi : Gigi Kotor
c. Keadaan Lidah : Lidah Kotor
d. Orofaring : Normal

6. Leher
a. Thyroid : Normal
b. Suara : Tidak terkaji
c. Vena Jungularis :5-2 CmH2O

D. Pemeriksaan integumen

1. Kebersihan : Kulit tampak kotor


2. Kehangatan : Akral hangat
3. Warna : Sawo matang
4. Turgor : Elastis, CR <3
5. Kelembaban : Kulit lembab
6. Kelainan pda kulit : Tidak ada kelainan pada kulit

E. Pemeriksaan thorak/dada

1. Inspeksi thorak
a. Bentuk Thorak : Simetris
b. Pernafasan
- Frekuensi : 26x/menit
- Irama : Ronchi
c. Tanda kesulitan bernafas : klien sesak

2. Pemeriksaan Paru

a. Palpasi gerakan dada : retraksi gerakan dada


b.Auskultasi
- Suara nafas : Vesikuler
- Suara ucapan : Tidak terkaji
- Suara tambahan : Tidak ada suara nafas tambahan

25
F. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi

a. Bentuk abdomen : Normal


b. Benjolan/ massa : Tidak terdapat benjolan/massa.
c. Bayangan pembuluh darah : Tidak ada
2. Auskultasi
a. Peristaltik usus : 11/ menit

3. Palpasi
a. Tanda nyeri tekan : Tidak Ada
b. Benjolan / Massa : Tidak Terdapat Benjolan
c. Tanda Asites : Tidak Ada Asites
d. Hepar : Normal
e. Lien : Normal
f. Titik Mc. Burney : Tidak terkaji

4. Perkusi
a. Suara Abdomen : Normal
b. Pemeriksaan aseites : Tidak ada tanda-tanda aseites

G. Pemeriksaan muskuloskeletal / ekstremitas

1. Kesimetrisan otot : Simetris


2. Pemeriksaan edema : Tidak terdapat edema
3. Kekuatan otot : otot lemah

C. Pemeriksaan neurologi
a. Tingkat kesadaran
GCS : 11 E: 3 M: 5 V: 3
b. Kondisi emosi/Perasaan
Tidak terkaji

VII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

A.Pola tidur dan kebiasaan


1. Waktu tidur : Tidak terkaji
2. Waktu bangun : Tidak terkaji
3. Masalah tidur : Tidak terkaji
4. Hal-hal yang mempermudah tidur : Tidak terkaji
5. Hal-hal yang mempermudah bangun : Tidak terkaji

26
B. Pola eliminasi
1. BAB

a. Pola BAB
Penggunaan laktasif : ya/tidak
Setelah sakit : Tidak dilakukan pengkajian
b. Karakter feses : cair
c. Riwayat perdarahan : Tidak terkaji
d. BAB terakhir : Tidak terkaji
e. Diare : Tidak terkaji

2. BAK

a. Pola BAK : Baik Inkontinensia : ya/tidak


b.Karakteristik : Kuning kecoklatan retensi: ya/ tidak
c. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak terkaji
d. riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak terkaji
e. Penggunaan diuretik : Tidak terkaji

3. Upaya mengatasi masalah : Tidak dilakukan pengkajian

D. Pola makan dan minum

1.Gejala (subjektif)

a. Diit (type) : Istri klien mengatakan klien makan


nasi biasa
b. Pola diet : Tidak terkaji
c. kehilangan selera makan : Tidak terkaji
d. Nyeri hulu hati : Tidak terkaji
e. Yang berhubungan dengan : Tidak terkaji
f. Disembuhkan dengan : Tidak terkaji
g. Alergi/intoleransi makanan : Tidak terkaji
h. Berat badan bersih : 50 kg

2. Tanda (Objektif)

Berat badan sekarang : 50 kg


Bentuk tubuh : kurus

3. Masalah makanan dan minuman : tidak ada


a. Kesulitan mengunyah : tidak ada
b. Kesulitan menelan : tidak ada
c. Tidak dapat makan sendiri : mampu

27
D. Kebersihan diri/personal hygiene
1. Pemeliharaan badan
Badan klien tidak terpelihara, tubuh bau dan kotor
2. Pemeliharaan gigi dan mulut
Gigi dan mulut klien kotor
3. Pemeliharaan kuku : Kuku klien kotor

E. Pola kegiatan/aktifitas : Tidak terkaji

28
VIII. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIANOSTIK

A. Dianosa medis : Stroke Hemoragik

1.Hasil Laboratorium

No lab : LAB07162985 Dokter : dr. Dyan Esikha


Nama : Tn.i Asal/Ruangan : ICU
No Register : 00792417 Kelamin : Laki-laki Usia : 47 Thn

Nama Penjamin : BPJS Tgl Permintaan : 26/07/2016 19:56


Tgl Pemeriksa : 26/07/2016 05:46 20:41

Nama Test Hasil Flag Unit Nilai Rujukan


HEMATOLOGI

SERI H2TL

Hemoglobin 14,0 g/dL 14,0-18,0

Hematokrit 40 % 42-52

Trombosit 273,000 /L 140,00-440,00

Leukosit 12,100 /L 5,000-10,000

KIMIA KLINIK

Glukosa Sewaktu 124 mg/dL < 140

ELEKTROLIT

Natrium (Na) 144 mmol/L 135-145

Kalium (K) 3,3 mmol/L 3,5-


5,1

Clorida (Cl) 107 mmol/L 97-


111

Calsium (Ca) 8,1 mg/dL 8,1-10,4

29
Hasil Pemeriksaan Radiologi

Tanggal : 07/26/2016 Jaminan : BPJS


Unit : ICU No. RM : 180727
Diagnosa Klinis :- Nama Pasien : Tn.I
Pemeriksaan : Thorax PA Umur : 47 tahun

TS Yth.

PEMERIKSAAN X FOTO TORAKS AP

Trakea ditengah
Mediastrum tak melebar
Cor : Ukuran tampak membesar
Apeks jantung bergeser ke laterokaudal
Elongatio aorta
Pulmo : Corakan broncovaskuler normal
Tak tampak infiltrat pada parenkim paru kanan kiri
Kedua apeks paru normal
Diafragma dan sinus kostofrenikus baik
Struktur tulang dan soft tissue baik

KESAN :
Cardiomegali (LVH)
Elongatio aorta
Pulmo dalam batas normal
Tak tampak kelainan lainnya pada foto thorax

30
Hasil pemeriksaan CT kepala (axial)

Tanggal :07/26/2016 Umur : 47

Dr. Pengirim :dr.Dyan Esikha No. MR : 03475851

Unit :Rawat inap Nama Pasien : Tn. I

TS. Yth
PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA TANPA KONTRAS
Potongan axial mulai dari OM line sampai vertex dengan tebal irisan 5 dan 10mm

Tampak lesi hiperden ( CT Number : 59 HU = Darah), bentuk oval, batas tegas, pada
thalamus kiri dengan Volume : -/+ 8,2 ml, yang rupture ke dalam kedalam Ventrikel lateralis
kanan kiri, ventrikel 3 dan ventrikel 4.
Tak tampak lesi Hipodens pada Parenkim otak.
Sulkus kortikalis dan fissura sylvii kanan kiri tampak sempit
Ventrikel lateralis kanan kiri, ventrikel 3 dan 4 tampak normal
Sistema perimesencephali tampak menyempit
Tak tampak midline shifting
Serebellum dan batang otak baik
Tak tampak diskontinuitas tulang cranium
Soft tissue baik

KESAN :
Gambaran ICH (Itracerebral Hemorrhage) pada thalamus kiri dengan volume : -/+ 8,2 ml
disertai Gambaran Intraventrikular Hemorrhage
Tampak tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial pada CT Scan Kepala
Tak tampak Gambaran Infark

31
IX. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

NO NAMA OBAT DOSIS

1. Ceftriaxon Inj 2x1gr

2. Omeprazole Inj 1x40 mg

3. Brain act tab 2x 500 mg

4. Vit-c Inj 1x400mg

5. Manitol Inf 4x 150 cc

6. Nicafer Mulai dari 0,5 mic

7. Ketese Inj 3x1 amp

8. Folavit 1x1/2 tab

9. KSR 3x1 tab

10. Amlodipin 1X10mg

32
ANALISA DATA

DATA PROBLEM ETIOLOGI


DS : Gangguan perfusi jaringan serebral Pecahnya pembuluh darah otak
DO : Kesadaran somnolent, GCS : 11 (E: 3 M: 5 V:
3) besar pupil 2/2, reflek cahaya +/+, TD : 173/90
Perdarahan intra kranial
mmHg, hemiparese dextra, terdapat respon verbal,
bicara ngacau, klien tampak gelisah.
Darah merembes ke dalam parenkim otak

Penekanan pada jaringan otak

Peningkatan TIK

Aliran darah ke otak terhambat


DS : Bersihan jalan nafas tidak efektif Kelemahan pada nervus kranialis
DO :
Pernafasan Dyspnea, RR 23 x/menit, klien Menurunnya reflek batuk dan menelan
tampak sesak nafas, sekret berlebih, terdapat
bunyi ronchi, resp 02 dengan nasal 3 lpm, Akumulasi sekret
saturasi : 98%.

33
DS:- Defisit perawatan diri Kelemahan neurovaskuler
DO: Klien tampak kotor, mulut dan gigi klien tampak
kotor, tercium bau tidak sedap, rambut kotor, Penurunan kesadaran
kuku panjang dan kotor.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kesadaran

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. I Tanggal Masuk : 26 juli 2014


Ruangan : ICU Tanggal Pengkajian : 27 juli 2014
Dx. medis: Obs. Penurunan Kesadaran e.c Stroke Hemoragik

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Implementasi Paraf

1. Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. Monitor ukuran, kesimetrisan, 27/07/2016 Dian


jaringan serebral tindakan perawatan reaksi dan bentuk pupil (Shift Sore)
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, 2. Monitor tingkat kesadaran 14.00-20.30
aliran darah ke otak diharapkan gangguan klien 1. Operan dinas
terhambat perfusi jaringan 3. Monitir tanda-tanda vital 2. Memonitor ukuran dan reaksi
serebral teratasi 4. Monitor respon klien terhadap cahaya pupil
dengan kriteria hasil : pengobatan 3. Memonitor tingkat kesadaran klien
- Menunjukkan 5. Observasi kondisi fisik klien 4. Memonitor tanda-tanda vital
kenaikan nilai 6. Kolaborasi untuk pemberian 5. Memonitor respon klien terhadap
GCS/Tingkat obat. pengobatan
kesadaran 6. Mengobservasi kondisi fisik klien

34
Tanda-tanda vital 7. Mengkolaborasikan untuk
dalam batas normal pemberian obat
- Manitol inf 150 cc
- Ketese inj 30mg (IV)
- Brai act tab 500mg
- Nicafer 0,5 mg/Syring pump
(Titrasi)

Evaluasi formatif jam 21.00 WIB


S:
O: Kesadaran: Somnolent,
ukuran pupil 2/2mm, reflek
cahaya+/+, GCS: 11(E:3. M:5,
V:3), TD:175/97 mmhg, suhu :
37,5, nadi : 109 x/menit, RR :
23 x/menit, Resp O2 dengan
nasal 3 lpm, klien tampak
gelisah.

28/07/2016
21.00-06.30 WIB
(Shift malam)
1. Operan dinas
2. Memonitor ukuran, kesimetrisan,
reaksi dan bentuk pupil
3. Memonitor tingkat kesadaran klien
4. Memonitor tanda-tanda vital
5. Memonitor reson klien terhadap
pengobatan
6. Mengkolaborasikan untuk
pemberian obat
- Inj vit-c 400 mg 9(iv)

35
- Inj Omeprazole 40mg (iv)
- Inj ketese 30 mg (iv)
- Inj Ceftriaxone 1gr (iv)
- Manitol inf 150 cc
- Brain act tab 500mg, folavit
tab, KSR 1 tab

Evaluasi formatif jam 06.30 WIB :

S:
O: Kesadaran: Somnolent,
ukuran pupil 2/2mm, reflek
cahaya+/+, GCS: 11(E:3. M:5,
V:3), TD:158/92 mmhg, suhu :
37, nadi : 98 x/menit, RR : 20
x/menit, Resp O2 dengan nasal
3 lpm, klien tampak gelisah.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

29/07/2016
21.00-06.30 WIB
(Shift malam)
1. Memonitor ukuran, kesimetrisan,
reaksi dan bentuk pupil
2. Memonitor tingkat kesadaran klien
3. Memonitor tanda-tanda vital
4. Memonitor reson klien terhadap
pengobatan
5. Memonitor reson klien terhadap
pengobatan

36
6. Mengkolaborasikan untuk
pemberian obat
- Inj vit-c 400 mg 9(iv)
- Inj Omeprazole 40mg (iv)
- Inj ketese 30 mg (iv)
- Inj Ceftriaxone 1gr (iv)
- Manitol inf 150 cc
- Brain act tab 500mg, folavit
tab, KSR 1 tab

Evaluasi formatif jam 07.00 WIB :

S:-
O: Kesadaran: Somnolent,
ukuran pupil 2/2mm, reflek
cahaya+/+, GCS: 11(E:3. M:5,
V:3), TD:165/87 mmhg, suhu :
36,5, nadi : 101 x/menit, RR :
21 x/menit, Resp O2 dengan
spontan, klien tampak tidur
tenang.
01/08/2016
(Shift Sore)
14.00-20.30
1. Operan dinas
2. Memonitor ukuran dan reaksi
cahaya pupil
3. Memonitor tingkat kesadaran
klien
4. Memonitor tanda-tanda vital
5. Memonitor respon klien
terhadap pengobatan

37
6. Mengobservasi kondisi fisik
klien
7. Mengkolaborasikan untuk
pemberian obat
- Manitol inf 150 cc
- Ketese inj 30mg (IV)
- Brai act tab 500mg
- Nicafer stop
Evaluasi formatif jam 21.00 WIB :

S:-
O: Kesadaran: apatis, ukuran
pupil 2/2mm, reflek
cahaya+/+, GCS: 14(E:3. M:5,
V:6), TD:145/87 mmhg, suhu :
36,5, nadi : 101 x/menit, RR :
21 x/menit, Resp O2 dengan
spontan, klien tampak tidur
tenang.
A : masalah teratasi
P : Acc pindah ruang perawatan
dr. Gabriel Sps

2. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1. Pantau RR dan adanya retraksi 27/09/2016
tidak efektif tindakan perawatan dada 14.00-20.30 WIB
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, 2. Monitor suara nafas tambahan (Shift sore)
akumulasi sekret diharapkan bersihan 3. Bersihkan jalan nafas dari 1. Memantau RR dan adanya retraksi
jalan nafas pasien secret dengan melakukan dada
efektif dengan kriteria suction per 8 jam 2. Memonitor adanya suara nafas
hasil : 4. Lakukan inhalasi per 8 jam tambahan
- RR dalam batas 5. Berikan terapi O2 3. Membersihkan mulut dan jalan
normal (16-20 x/m) 6. Berikan posisi yang nyaman nafas dari sekret dengan

38
- irama nafas 7. Kolaborasi pemberian obat melakukan suction.
normal/reguler 8. Ajarkan batuk efektif 4. Memonitor tanda-tanda vital
5. Memberikan terapy O2 (nasal
3lpm)
6. Memberikan posisi yang nyaman
untuk mengurangi dispnea

Evaluasi formatif jam 21.00 WIB

S:
O: Retraksi dada tidak ada,
Secret berkurang, kesadaran:
somnolent, sesak berkurang,
TD:175/97 mmhg, suhu : 37,5,
nadi : 113 x/menit, RR : 31
x/menit sat, ronchi berkurang.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

28/07/2016
21.00-06.30 WIB
(Shift malam)
1. Memantau RR dan adanya
retraksi dada
2. Memonitor adanya suara nafas
tambahan
3. Membersihkan mulut dan jalan
nafas dari sekret dengan
melakukan suction.
4. Memonitor tanda-tanda vital
5. Memberikan terapy O2 (nasal
3lpm)

39
6. Memberikan posisi yang
nyaman untuk mengurangi
dispnea

Evaluasi formatif jam 07.00 WIB

S:
O: Retraksi dada tidak ada,
Secret berkurang, kesadaran:
somnolent, sesak tidak ada,
TD:158/92 mmhg, suhu : 37, nadi
: 98 x/menit, RR : 20 x/menit,
ronchi berkurang.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

28/07/2016
21.00-06.30 WIB
(Shift malam)
1. Memantau RR dan adanya
retraksi dada
2. Memonitor adanya suara nafas
tambahan
3. Membersihkan mulut dan jalan
nafas dari sekret dengan
melakukan suction.
4. Memonitor tanda-tanda vital
5. Memberikan terapy O2 (nasal
3lpm)
6. Memberikan posisi yang
nyaman untuk mengurangi
dispnea

40
Evaluasi formatif jam 07.00 WIB
S:
O: Retraksi dada tidak ada,
Secret berkurang, kesadaran:
somnolent, sesak tidak ada,
TD:158/92 mmhg, suhu : 36,5,
nadi : 98 x/menit, RR : 20
x/menit, ronchi tidak ada.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan

3. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan 1. Observasi kebersihan diri 28/07/2016


berhubungan dengan tindakan keperawatan pasien. 21.00-0630 WIB
penurunan kesadaran. selama 3 x 24 jam, 2. Berikan perawatan personal (Shift malam)
diharapkan perawatan hygine.
diri pasien terpenuhi, 3. Berikan lotion setelah mandi 1. Mengobservasi kebersihan diri
dengan kriteria hasil: untuk menjaga kelembapan pasien.
Tubuh pasien tampak kulit. 2. Memberikan perawatan personal
bersih 4. Ganti pempes secara rutin hygine dan oral hygiene
Badan pasien tidak 5. Libatkan keluarga dalam 3. Mengganti pempes secara rutin
tercium bau perawatan personal hygine 4. Melibatkan keluarga dalam
pasien. perawatan personal hygine pasien.

Evaluasi formatif jam 07.00 WIB :

S:-
O: Pasien tampak bersih,
mukosa mulut bersih, pasien
tampak lebih segar, bau badan
berkurang.

41
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

29/07/2016
21.00-0630 WIB
(Shift malam)

1. Mengobservasi kebersihan diri


pasien.
2. Memberikan perawatan personal
hygine dan oral hygiene
3. Mengganti pempes secara rutin
4. Melibatkan keluarga dalam
perawatan personal hygine
pasien.

Evaluasi formatif jam 07.00 WIB :

S:-
O: Pasien tampak bersih,
mukosa mulut bersih, pasien
tampak lebih segar, badan
tercium wangi.
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi

42
EVALUASI/CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn. i Tanggal masuk : 26-07-2016


Ruangan : ICU Tanggal Pengkajian :27-07-2016
Dx. medis : Stroke Hemoragik

No. Diagnosa Keperawatan Waktu Evaluasi Paraf


1. Ketidakefektifan Perfusi Senin S:- Dian
jaringan serebral O: Kesadaran: apatis, ukuran pupil 2/2mm, reflek
01/08/2016
berhubungan dengan aliran cahaya+/+, GCS: 14(E:3. M:5, V:6), TD:145/87
darah ke otak terhambat 21.00 mmhg, suhu : 36,5, nadi : 101 x/menit, RR : 21
x/menit, Resp O2 dengan spontan, klien tampak tidur
tenang.
A : masalah teratasi
P : Internensi dihentikan

2. Bersihan jalan nafas tidak Senin S: Dian


efektif berhubungan dengan O: Retraksi dada tidak ada, Secret berkurang,
01/08/2016
akumulasi sekret kesadaran: somnolent, sesak tidak ada, TD:158/92
21.00 mmhg, suhu : 36,5, nadi : 98 x/menit, RR : 20 x/menit,
ronchi tidak ada.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

3. Defisit perawatan diri Senin S:- Dian


berhubungan dengan O: Pasien tampak bersih, mukosa mulut bersih, pasien
01/08/2016
penurunan kesadaran. tampak lebih segar, badan tercium wangi.
21.00 A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

43
44
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat


gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler (Susilo, 2000).
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan
oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena
trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler
(Djoenaidi Widjaja et. al, 1994) yang dikutip oleh Muttaqin, 2008.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh
karena gangguan peredaran darah otak dimana secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai
dengan daerah fokal di otak yang terganggu (Pertiwi, 2010).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat perdarahan intrakranial
atau intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang subarachnoid atau di dalam
jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga
terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak (Pertiwi, 2010).
Beberapa uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik
adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak
yang menyebabkan gangguan peredaran darah otak sehingga menimbulkan gangguan
fungsi saraf akut dimana secara mendadak dan cepat timbul gejala dan tanda yang
sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu.

45
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami sebagai penulis mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui bagaimana spesifikasi penyakit stroke
khususnya stroke hemoragik. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

46
DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marlynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014


http://digilib.unimus.ac.id/files
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika

47

Anda mungkin juga menyukai