Anda di halaman 1dari 5

Diagnosis Banding

Penatalaksanaan
Semua pasien dengan CLE harus dijelaskan tentang pentingnya perlindungan dari sinar
matahari dan sumber radiasi ultra violet buatan dan harus dijelaskan untuk menghindari penggunaan
obat yang berpotensi memberi efek fotosensitisasi seperti hidroklorotiazid, tetrasiklin, griseofulvin
dan piroksikam. Dengan memperhatikan terapi medis khusus, aplikasi topikal sebaiknya maksimal dan
agen sistemik digunakan jika aktifitas kelainan lokal menetap secara signifikan atau disertai aktivitas
sistemik.

Lesi ACLE biasanya merespon terhadap pemberian agen imunosupresif sistemik yang
diperlukan untuk mengobati penyakit dasar SLE yang sering disertai bentuk-bentuk dari CLE (misalnya
glukokortikoid sistemik, azatioprin dan siklofosfamid). Banyaknya laporan bukti hasil penelitian
menunjukan bahwa agen antimalaria aminokuinolin seperti hidroksiklorokuin dapat memiliki efek
pendamping steroid pada SLE dan obat-obatan ini dapat bermanfaat pada ACLE.

Pengobatan lokal yang dibahas pada terapi lokal dibawah juga berguna pada pengobatan ACLE.
Karena lesi SCLE dan CCLE sering ditemukan pada pasien yang sedikit atau tidak memiliki bukti adanya
aktivitas penyakit sistemik yang mendasari, tidak seperti lesi ACLE, modalitas pengobatan
nonimunosupresif lebih disukai untuk SCLE dan CCLE. Pada umumnya lesi SCLE dan CCLE sama-sama
merespon kepada agen tersebut.

Menganjurkan pasien untuk menghindari paparan sinar matahari langsung, menggunakan


pakaian dengan anyaman yang rapat dan topi bertepi lebar serta secara teratur menggunakan
pelindung matahari yang tahan air dan berspektrum luas {SPF >30 dengan agen pelindung UV yang
efisien seperti bentuk photostabilized avobenzone (Parsol 1789), micronized titanium dioxide,
micronized zinc oxide atau Mexoryl SX}.

Glukokortikoid lokal, seperti krim, salep atau injeksi dapat dipertimbangkan pada dermatitis
lupus. Pemilihan preparat topikal harus hati-hati, karena glukokortikoid topikal, terutama yang
bersifat diflorinasi dapat menyebabkan atrofi kulit, depigmentasi dan teleangiektasis. Untuk kulit
muka dianjurkan penggunaaan preparat steroid lokal berkekuatan rendah dan tidak diflorinasi,
misalnya hidrokortison. Untuk kulit badan dan lengan dapat digunakan steroid topikal berkekuatan
sedang, misalnya betametason valerat dan triamsinolon asetonid. Untuk lesi hipertrofik, misalnya di
daerah palmar dan plantar pedis, dapat digunakan glukokortikoid topikal berkekuatan tinggi, misalnya
betametason dipropionat. Penggunaan krem glukokortikoid berkekuatan tinggi harus dibatasi selama
2 minggu, untuk kemudian diganti dengan yang berkekuatan lebih rendah. Obat-obat antimalaria
sangat baik untuk mengatasi lupus kutaneus, baik lupus kutaneus subakut, maupun lupus diskoid.
Antimalaria mempunyai efek sunsblocking, antiinflamasi dan imunosupresan. Pada penderita yang
resisten terhadap antimalaria, dapat dipertimbangkan pemberikan glukokortikoid sistemik. Dapson
dapat dipertimbangkan pemberiannya pada penderita lupus diskoid, vaskulitis dan lesi LE berbula.
Efek toksik obat ini terhadap sistem hematopoetik adalah methemoglobinemia, sulfhemoglobinemia,
dan anemia hemolitik, yang kadang-kadang memperburuk ruam LES di kulit.

Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat timbul dari Lupus Eritematosus Kutaneus adalah sebagai berikut:

ACLE/SCLE:

SLE luas yang berpotensi melibatkan organ

Ulserasi dengan risiko super infeksi

Berkembang menjadi ACLE/SCLE yang mirip TEN

Hiperpigmentasi pasca inflamasi

DLE:

SLE luas yang berpotensi melibatkan organ (khusunya jika diseminata)

Pembentukan jaringan parut, termasuk jaringan parut alopesia

LE panikulitis

Kalsifikasi distrofik

Cacat atrofik yang menekan kejiwaan

Lupus mastitis

Kelainan kulit LE non spesifik:

Vaskulitis/vaskulopati

o Terkait keterlibatan sistemik dengan kondisi yang mengancam organ atau jiwa

o Nekrosis kutaneus/ulserasi

Fenomena Raynaud

o Ulkus pada jari/gangren kering/kehilangan jari


Prognosis
a. Lupus Eritematosus Kutaneus Akut
Kedua bentuk lokalisata dan generalisata dari lesi ACLE, kambuh dan mereda bersamaaan
dengan aktifitas penyakit dasar SLE. Oleh karena itu prognosis untuk setiap pasien dengan
ACLE ditentukan oleh pola SLE yang mendasari. Tingkat kelangsungan hidup baik 5 tahun
(80%-95%) dan 10 tahun (70%-90%) untuk SLE telah semakin meningkat selama empat dekade
terakhir karena diagnosis dini mungkin ditegakkan dengan pemeriksaan laboatorium yang
lebih sensitif dan rejimen terapi imunosupresif yang semakin baik. Tanda prognosis yang
buruk pada SLE adalah hipertensi, nefritis, vaskulitis sistemik dan penyakit sistem saraf pusat.

b. Lupus Eritematosus Kutaneus Subakut


Karena SCLE telah diakui sebagai entitas penyakit yang terpisah hanya selama dua dekade,
hasil jangka panjang yang terkait dengan lesi SCLE belum ditentukan. Kebanyakan pasien SCLE
memiliki kekambuhan kelainan kulit yang intermiten setelah jangka waktu yang lama tanpa
perkembangan signifikan dari keterlibatan sistemik (kita sadar hanya satu kematian langsung
terkait dengan SLE pada sekitar 150 pasein dengan SCLE). Pasien lain menikmati remisi yang
lama jika tidak sembuh permanen dari aktifitas kelainan kulitnya. Beberapa pasien mengalami
kelainan kulit berulang.

c. Lupus Eritematosus Kutaneus Kronis


Kebanyakan pasien dengan lesi klasik DLE yang tidak diterapi mengalami perkembangan yang
lamban menjadi distrofik kulit dengan area luas dan skar alopesia yang dapat menyebabkan
kecacatan dan secara psikososial menghancurkan masa depan. Namun dengan perawatan,
kelainan kulit umumnya dapat diatasi. Kadang-kadang terjadi remisi spontan, dan aktifitas
penyakit dapat timbul kembali di lokasi lama lesi yang tidak aktif. Rebound setelah
penghentian pengobatan sangat khas dan direkomendasikan untuk melakukan penurunan
dosis pengobatan dengan perlahan selama periode tidak aktif. Karsinoma sel skuamus
kadang-kadang terjadi pada lesi DLE aktif yang kronis.
Daftar Pustaka

Goldsmith AG, Stephen IK, Barbara AG, Ami SP, David JL & Klaus Wolff. Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine 8th Ed. Vol. 2. McGraw Hill. New York. 2012.

Goldsmith AG, Stephen IK, Barbara AG, Ami SP, & David JL. Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine 7th Ed. Vol. 2 online edition. McGraw Hill. New York. 2008.

Anda mungkin juga menyukai