CLE Word
CLE Word
Penatalaksanaan
Semua pasien dengan CLE harus dijelaskan tentang pentingnya perlindungan dari sinar
matahari dan sumber radiasi ultra violet buatan dan harus dijelaskan untuk menghindari penggunaan
obat yang berpotensi memberi efek fotosensitisasi seperti hidroklorotiazid, tetrasiklin, griseofulvin
dan piroksikam. Dengan memperhatikan terapi medis khusus, aplikasi topikal sebaiknya maksimal dan
agen sistemik digunakan jika aktifitas kelainan lokal menetap secara signifikan atau disertai aktivitas
sistemik.
Lesi ACLE biasanya merespon terhadap pemberian agen imunosupresif sistemik yang
diperlukan untuk mengobati penyakit dasar SLE yang sering disertai bentuk-bentuk dari CLE (misalnya
glukokortikoid sistemik, azatioprin dan siklofosfamid). Banyaknya laporan bukti hasil penelitian
menunjukan bahwa agen antimalaria aminokuinolin seperti hidroksiklorokuin dapat memiliki efek
pendamping steroid pada SLE dan obat-obatan ini dapat bermanfaat pada ACLE.
Pengobatan lokal yang dibahas pada terapi lokal dibawah juga berguna pada pengobatan ACLE.
Karena lesi SCLE dan CCLE sering ditemukan pada pasien yang sedikit atau tidak memiliki bukti adanya
aktivitas penyakit sistemik yang mendasari, tidak seperti lesi ACLE, modalitas pengobatan
nonimunosupresif lebih disukai untuk SCLE dan CCLE. Pada umumnya lesi SCLE dan CCLE sama-sama
merespon kepada agen tersebut.
Glukokortikoid lokal, seperti krim, salep atau injeksi dapat dipertimbangkan pada dermatitis
lupus. Pemilihan preparat topikal harus hati-hati, karena glukokortikoid topikal, terutama yang
bersifat diflorinasi dapat menyebabkan atrofi kulit, depigmentasi dan teleangiektasis. Untuk kulit
muka dianjurkan penggunaaan preparat steroid lokal berkekuatan rendah dan tidak diflorinasi,
misalnya hidrokortison. Untuk kulit badan dan lengan dapat digunakan steroid topikal berkekuatan
sedang, misalnya betametason valerat dan triamsinolon asetonid. Untuk lesi hipertrofik, misalnya di
daerah palmar dan plantar pedis, dapat digunakan glukokortikoid topikal berkekuatan tinggi, misalnya
betametason dipropionat. Penggunaan krem glukokortikoid berkekuatan tinggi harus dibatasi selama
2 minggu, untuk kemudian diganti dengan yang berkekuatan lebih rendah. Obat-obat antimalaria
sangat baik untuk mengatasi lupus kutaneus, baik lupus kutaneus subakut, maupun lupus diskoid.
Antimalaria mempunyai efek sunsblocking, antiinflamasi dan imunosupresan. Pada penderita yang
resisten terhadap antimalaria, dapat dipertimbangkan pemberikan glukokortikoid sistemik. Dapson
dapat dipertimbangkan pemberiannya pada penderita lupus diskoid, vaskulitis dan lesi LE berbula.
Efek toksik obat ini terhadap sistem hematopoetik adalah methemoglobinemia, sulfhemoglobinemia,
dan anemia hemolitik, yang kadang-kadang memperburuk ruam LES di kulit.
Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat timbul dari Lupus Eritematosus Kutaneus adalah sebagai berikut:
ACLE/SCLE:
DLE:
LE panikulitis
Kalsifikasi distrofik
Lupus mastitis
Vaskulitis/vaskulopati
o Terkait keterlibatan sistemik dengan kondisi yang mengancam organ atau jiwa
o Nekrosis kutaneus/ulserasi
Fenomena Raynaud
Goldsmith AG, Stephen IK, Barbara AG, Ami SP, David JL & Klaus Wolff. Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine 8th Ed. Vol. 2. McGraw Hill. New York. 2012.
Goldsmith AG, Stephen IK, Barbara AG, Ami SP, & David JL. Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine 7th Ed. Vol. 2 online edition. McGraw Hill. New York. 2008.