Anda di halaman 1dari 2

Fauzan Rahman Zakaria

Fakultas Ekonomi & Bisnis


Manajemen
1201310136

Kemiskinan dewasa ini telah mengalami perluasan pengertian, seiring dengan semakin kompleksnya
faktor penyebab. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru (2012:581), miskin artinya adalah
tidak berharta benda, serba kekurangan, sangat melarat. Sedangkan menurut para ahli yaitu Sajogyo
dalam Hadi Prayitno & Lincoln Arsyad (1986:7), menyatakan bahwa kemiskinan adalah suatu tingkat
kehidupan yang berada dibawah standar kebutuhan hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan
atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dan hidup sehat, berdasar atas
kebutuhan beras dan kebutuhan gizi.

Untuk lebih mendalami pengertian kemiskinan, sebagai mahasiswa diharuskan untuk berpikir secara
kritis, contohnya adalah menyebutkan dan menjelaskan penyebab kemiskinan itu sendiri, adapun
yang menjadi penyebab kemiskinan diantaranya adalah pengangguran. Semakin banyaknya
pengangguran maka semakin banyak pula orang yang miskin, karena menjadi seorang pengangguran
berarti menjadi orang yang tidak produktif atau tidak berpenghasilan, pengangguran juga dapat
merugikan masyarakat karena dapat menjadikan orang menjadi pencuri, perampok, pencopet,
pengemis, dsb. Selain pengangguran, tingkat pendidikan yang rendah juga dapat menjadi faktor
terjadinya kemiskinan. Tidak adanya keterampilan, wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih,
masyarakat tidak akan mampu memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik. Disamping itu, kurangnya
perhatian dari pemerintah dapat berkontribusi dalam timbulnya masalah kemiskinan. Pemerintah
yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin serta pemerintah tidak dapat
memutuskan kebijakan yang tepat untuk mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.

Dalam sudut pandang agama Islam, Nabi Muhammad SAW berdoa kepada ALLAH SWT agar
dimiskinkan hidupnya untuk meringankan beban penyaksian penyaluran harta saat di akhirat,
disamping itu Islam juga berusaha mengatasi kemiskinan dan mencari jalan keluarnya serta
mengawasi kemungkinan dampaknya. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan akhlak, aqidah dan
amal perbuatan, memelihara kehidupan berumah tangga dan melindungi kestabilan dan
ketentraman masyarakat, di samping untuk mewujudkan rasa persaudaraan antara sesama kaum
muslim. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk bermalas-malasan. Oleh karena itu, islam memiliki
salah satu solusi yang sangat sederhana, yaitu mencari maisyah yang halal.

Kemiskinan, sangat bertentangan dengan sila ke-2 dalam pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil
dan berdab. Karena pada kenyataanya seperti di negara Indonesia, orang miskin dan orang kaya
dalam berbagai hal sangat dibedakan perlakuannya. Seperti misalnya masalah hukum, orang kaya
yang melanggar hukum di Indonesia bisa dengan seenaknya membayar tebusan dan bebas dari
hukuman, atau apabila mereka dipenjara pun mereka mendapatkan perlakuan khusus, seperti
ditempatkan di sel tahanan yang istimewa. Sedangkan orang miskin apabila melanggar hukum bisa
dipukuli sampai mengaku, diperlakukan tidak manusiawi, dan diberikan hukuman yang cukup berat.
Contoh konkretnya adalah seorang ibu yang sudah tua dia mengambil buah di rumah tetangganya
karena dia anggap buahnya sudah jatuh, ibu ini ditangkap dan setelah melalui proses persidangan
dijatuhkan hukuman hingga 2 tahun penjara, dapat dibandingkan dengan koruptor yang mencuri
uang rakyat hingga miliaran rupiah dengan enaknya mendapatkan perlakuan khusus hingga keluar
masuk sel dengan bebas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rakya miskin di Indonesia dikucilkan dan
sangat bertentangan dengan sila ke-2.
Mengutip kalimat Ir. Soekarno apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk
berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan
kemajuan selangkah pun. Masa depan Bangsa Indonesia sangatlah ditentukan oleh para generasi
muda bangsa ini. Jadi, dengan segala permasalahan kemiskinan yang rumit terutama di negeri
Indonesia yang tercinta ini, sudah sepantasnya kita sebagai mahasiswa, sebagai orang yang memiliki
pendidikan yang tinggi, sebagai tulang punggung negara dan sebagai generasi penerus bersungguh-
sungguh dalam kegiatan belajarnya, kita harus bersyukur masih bisa berpendidikan yang tinggi
sedangkan diluar sana yang seusia dengan kita sudah ada yang harus bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Oleh karena itu, kita harus belajar dengan sungguh-sungguh dan setelah memiliki
wawasan yang baik, saatnya berbakti untuk negara ini.

Anda mungkin juga menyukai