PENDAHULUAN
1. benih tidak dapat tumbuh bila jatuh dipermukaan sawah yang tergenang
air (Campbell, 1990), karena benih kekurangan oksigen.
2. cara penanaman sebar langsung membutuhkan kondisi permukaan tanah
yang rata dan sempurna (Astanto et al., 1993; Washio , 1992; Akita, 1992),
sehingga membutuhkan biaya pengolahan tanah yang tinggi.
3. kebutuhan benih lebi banyak (Astanto et al., 1993)
4. penempatan bwenih dibawah permukaan tanah mudah dimakan burung
atau tikus, tanaman mudah rebah dan dalam kkondisi tergenang benih
1
hanyut terbawa air ( Ito, 1987). Akibat lebih lanjut banyak memerlukan
tenaga kerja untuk penyulaman.
5. tenaga untuk penyiangan lebih besar dibanding tanam pindah (Washio,
1992; Astanto et el., 1993).
Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara: (1) penempatan benih harus
sedemikian rupa sehingga dapat cukup oksigen agar tumbuh dengan baik, (2)
benih perlu ditempatkan di bawah permukaan tanah dan dalam larikan
teratur.Untuk menyediakan oksigen yang cukup bagi pertumbuhan benih,
penanaman dilaksanakn dengan cara kering misalnya padi gogo dilahan kering
dan padi rancah disawah tadah hujan, penanaman basah dengan menggunakan
benih yang dilapisi kalsium peroksida (kalper) sebagi sumber oksigen.
Penempatan benih di bawah permukaan tanah dalam larikan dapat dilaksanakan
dengan menggunakan alat penanam, hal yang perlu mendapat perhatian adalah
pada system pengambilan dan penempatan benih.
Salah satu kenis alat penanam di lahan sawah yang ada saat sekarang
adalah alat penanam larik tipe drum ("drum seeder") buatan IRRI dengan
kapasitas kerja 14 jam per ha (Campbell, 1990). Kelemahan alat ini ialah tidak
dapat menjumlahkan benih dalam jumlah yang tepat dan teratur dalam larikan
serta tidak dapat menempatkan benih di dalam tanah.
Jenis alat penanam yang lain adalah tipe larik dalam alur ("seed drill")
yang dapat menjatuhkan biji dalam jumlah yang relatif sama dan teratur di bawah
permukaan tanah. Alat penanam padi jenis ini dapat digunakan untuk penanaman
cara kering maupun basah. Dengan adalanya alat penanam yang sederhana, murah
dan efisien, maka pekerjaan penanaman dapat dilaksanakan dengan lebih cepat
dan murah.
2
II. PEMBAHASAN
3
Spesifikasi :
Panjang 1310 mm
Lebar 665 mm
Tinggi 715 mm
Berat 14 kg
System penjatuhan benih grafitasi
Jarak antar baris 25 cm
Jumlah baris 2
Jumlah hopper 2
Kapasitas tiap hopper 1 kg
Tipe kerja dorong/tarik
Operator 1 2 orang
Lebar kerja 0,6 m
Kecepatan 0,8 m/det
Sliding roda 0,5 %
Kebutuhan benih 60 kg/ha
4
2.2. PERANCANGAN ALAT TANAM DI LAHAN KERING.
Dengan pertimbangan petak-petak lahan sawah tadah hujan dan sawah
kering di Indonesia banyak yang belum dicetak untuk kesesuaian alat-alat
mekanis, maka alat penanam yang dirancang ditujukan untuk penggerak manual.
5
lebih besar, tetapi momen ini dikurangi oleh pengoperasian alat dengan cara
menarik disamping itu, untuk mengurangi daya dorong, titik tangkap gaya dorong
diletakkan di bawah ujung pembuka alur, tetapi kontruksi yang demikian
menimbulkan gaya vertical yang dapat mengakibatkan bagian belakang alat
terbenam. Oleh karena itu, bagian alt perlu dipasang penahan berbentuk roda agar
gesekan menjadi kecil dan roda penahan ini sekaligus berfungsi sebagai penutup
alur,
2.2.1. Roda
Roda berfungsi sebagai pembagi benih, untuk menyederhanakan
kontruksi, poros roda bersatu dengan poros pembagi benih. Roda berputar karena
gaya dorong dari tangkai. Untuk mengurangi luncuran ("sliding"), sirip-sirip
dipasang di roda
Diameter roda diduga berpengaruh terhadap luncuran, diameter roda
semakin besar luncuran semakin kecil, tetapi kontruksi semakin rumit. Percobaan
astanto et al. (1992) menunjukkan bahwa diameter roda 40 cm hanya
menimbulkan luncuran 0,45% sehingga diameter ini dianggap cukup baik. Sirip
diletakkan didalam keliling roda dengan pertimbangan agar getaran pada saat
transportasi menjadi kecil dan untuk menjaga posisi pembuka alur konstan
terhadap permukaan tanah. Bagian roda tengah perlu dipasang bantalan ("bos")
sebagai dudukan poros. Jika diameter poros 16 mm, maka diameter lubang
bantalan roda juga 16 mm.
Roda berfungsi sebagai pembuat garis ("line marker ") pada tanah. Bila
jarak antar baris tanaman 25 cm, maka jarak roda dengan pembagi benih 12,5 cm.
kontruksi roda dapat dilihat pada gambar 13.
6
2.2.2 Pembagi benih
Fungsi pembagi benih ialah menjatuhkan benih dari hopper ke tanah
dalam jumlah tertentu dan seragam secara larikan. Pembagi benih terdiri dari
beberapa bentuk, salah satu diantaranya ialah yang disebut "cup roll". Cup roll ini
terbuat dari aluminium, diameter 72 mm, jumlah mangkok ("cup") dalam satu
lempeng ("roll") 8 alur.
7
sampai dibawah saluran benih, dan mulai dari saluran benih kebelakang dipotong
miring ke atas. Pada bagian pembuka alur di bawah saluran benih dipasang plat
dengan posisi miring agar benih tergelincir ke dalam alur. Kontruksi pembuka alur
dapat dilihat pada gambar 15.
8
2.2.5 Tangkai.
posisi garis gaya tangkai harus dibawah titik ujung pembuka alur. Jika posisi garis
gaya dorong di atas titik ujung pembuka laur, maka gaya dorong dari tangkai akan
menimbulkan momen dengan titik tumpu ujung pembuka alur yang
mengakibatkan alat akan terjungkal.
Perusahaan alat pertanian di jepang merekomendasikan tingi pegangan alat
pertanian 80 cm sampai 95 cm (Anonim, 1991). Dengan demikian, panjang
tangkai pegangan yang diperlukan sekitar 100 cm atau sekitar 115 cm. bagian
depan alat penanam dipasang tangkai penarik yang panjangnya 100 cm (Gambar
17)
2.2.6 Hopper.
Hopper berfungsi sebagai tempat benih pada waktu alat beroperasi dan sebagai
dudukan pembagi ibenih. Sudut kemiringan dinding hopper terhadap garis
horisontal harus lebih besar dari sudut repos benih agar benih dapat mengalir
dengan baik ke saluran pengeluaran ("outlet").
Bagian hopper yang dipakai sebagai dudukan pembagi benih terletak pada saluran
pengeluaran. Lebar pembagi benih telah dirancang 20 mm (Gambar 14), agar
9
pembagi benih dapat bergerak bebas dan benih tidak menyumbat saluran
pengeluaran, lebar rumah pembagi benih dibuat 21 mm. Hopper pada saluran
pengeluaran dibor dengan diameter 23 mm sebagai dudukan bentalan pembagi
benih. Bagian depan dari hopper dipsangi sikat hingga menyentuh pembagi benih.
Sikat ini terbuat dari kuas cat dengan lebar inci dan bagian kuas yang terbuat
dari rambut dipotong hinga tinggal 12,5 mm. rambut sikat inilah yang menyentuh
pembagi benih (Gambar 18).
2.2.7 Rangka.
Rangka berfungsi sebagai dudukan hopper, pembuka alur, roda penahan, dan
tangkai. Kontruksi rangka ini dapat dilihat pada Gambar 19.
10
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
Akita, S. 1992. Direct seeding rice in the United States. Farming Japan Vol. 26-1.
Farming Japan Co. Ltd. Tokyo. P.20 26.
Ananto, E. E., Astanto, S.Y. Jatmiko, dan Suprapto. 1994. Prospek pengembangan
Traktor Tangan di dalam sistem usahatani Lahan Tadah Hujan Di Desa Me
teseh, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Bulletin Enjinering Pertanian
Vol 1, No. 2, Juli 1994. p 23-30.
Anonim. 1993. Lowland and upland seeder. Trainces Manual of Engineering for
12
Rice Agricultural Course. IRRI. Los Banos. P. 71-74.
Astanto, E. Eko Ananto, dan D. Ridwan Ahmad. 1992. Perancangan alat tanam
langsung dalam larikan untuk lahan kering. Media Penelitian Sukamandi
No. 11. p. 43-49.
13