TEORI DASAR
2.1 Reaktor Cepat Berpendingin Gas (Gast Cooled Fast Reactor -GFR)
Dalam fisika nuklir kita mengenal ada dua jenis reaksi yaitu reaksi fusi dan
reaksi fisi. Reaksi fisi adalah reaksi pembelahan inti berat yang bersifat fissil
seperti U-235 atau Pu-239 menjadi inti yang lebih ringan/ kecil massanya untuk
menghasilkan energi. Setiap reaksi fisi menghasilkan energi yang besarnya kira-
kira 200 MeV. Reaksi fisi tidak bisa terjadi begitu saja (spontan) tetapi reaksi ini
panas. Partikel neutron yang telah menumbuk inti berat seperti U-235 atau Pu-239
akan memproduksi 2-3 neutron yang baru. Sehingga , didalam reaktor nuklir akan
ada banyak sekali neutron yang ada. Maka kondisi yang ideal dari sebuah reaktor
adalah kondisi dimana jumlah neutron yang hilang karena adanya serapan dan
tumbukan dari inti berat dengan jumlah neutron yang dihasilkan setelah tumbukan
Gambar 2.1-1Bagan Reaksi Fusi
12
Mungkinkah reaksi sebaliknya, yaitu penggabungan 2 atom yang kecil
menjadi inti yang lebih besar dan bisa menghasilkan energi? Hal ini bisa dijawab
oleh reaksi fusi. Contoh dari reaksi fusi adalah peristiwa pembuatan bom hidrogen.
Hidrogen hanya memiliki 1 proton dan merupakan atom yang paling sederhana
dari segi susunan proton dan elektronnya. Secara teoritis, penggabungan 2 atom
Hidrogen menjadi Helium yang memiliki 2 proton adalah mungkin dan ini
Selain itu, didalam dunia nuklir terdapat 2 jenis reaktor yaitu reaktor cepat
dan reaktor thermal. Reaktor thermal adalah reaktor yang menggunakan neutron
thermal dalam proses reaksinya. Neutron termal adalah neutron bebas dengan
level energi kinetic sekitar 0.025 eV (sekitar 4.10-21 J; 2.4 MJ/kg, yaitu dengan
kecepatan sekitar 2.2 km/detik). Jenis reaktor thermal adalah Reaktor Air Ringan
(Light Water Reactor /LWR), Reaktor Air Mendidih (Boiling Water Reactor
Magnox, Reaktor Maju Berpendingin Gas (AGR), Reaktor RBMK, reaktor Pebble
Bed (PBMR) dan Reaktor CANDU. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di dunia
13
didominasi oleh penggunaan reaktor PWR untuk menghasilkan sumber panasnya.
Hal ini disebabkan teknologi PWR yang memiliki efisiensi yang cukup baik dan
neutron namun membutuhkan bahan bakar yang diperkaya dengan sangat tinggi.
Contoh bahan bakarnya adalah uranium alam (U-238 dan U-235). Reaktor cepat
bahan yang cepat meluruh. Dengan alasan ini, reaktor cepat lebih dapat terus-
dihubungkan dengan pertimbangan proliferasi nuklir. Lebih dari dua puluh reaktor
cepat telah dibangun di Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet, Perancis, Jerman,
Jepang dan India dan pada tahun 2004 dibangun satu buah di Cina. Jenis - jenis
14
9. Superphenix, 1200 MWe, France, 1985-1996.
yang dipakai sebagai bahan pendinginnya. Ada yang menggunakan air ringan atau
Gas Cooled Fast Reactor (GFR) termasuk jenis reaktor generasi IV yang
pendinginnya, uranium alam sebagai bahan bakarnya dan memiliki siklus bahan
bakar tertutup. Pada percobaan kali ini kita membakar uranium, maka nantinya
akan dihasilkan plutonium yang akan dijadikan sebagai bahan bakar selanjutnya.
Pada dasarnya, reaktor fast menggunakan bahan bakar (U,Pu)O2, (U,Pu)N dan
(U,Pu)C. Akan tetapi pada kali ini kita menggunakan uranium alam karena
uranium alam tidak kita enrich /perkaya lagi. Hal ini akan berpengaruh pada nilai
menjadi uranium yang fissil memerlukan biaya yang besar. GFR beroperasi pada
thermal yang tinggi. Bahan bakar dioperasikan pada suhu tinggi sehingga sangat
15
2.2 Prinsip Kerja PLTN
Pada intinya, prinsip kerja PLTN tidak berbeda jauh dari pembangkit listrik
lainnya yang berbahan bakar bahan fosil, air dan uap. Dimana, kita akan
menggunakan uap bertekanan dan bersuhu tinggi untuk mengerakkan turbin dan
panas. Kalau dalam PLTN, kita menggunakan panas / kalor yang berasal dari
reaksi fisi nuklir (reaksi pembelahan inti bahan fissil uranium) yang akan
menghasilkan panas / kalor yang akan menghasilkan uap setelah bereaksi dengan
pendingin. Proses pembangkit yang menggunakan bahan bakar uranium ini tidak
melepaskan partikel seperti CO2, SO, atau NOx, juga tidak melepaskan asap atau
debu yang mengandung logam berat yang dilepas ke lingkungan. Oleh karena itu,
yang dihasilkan dari pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar bekas
dalam bentuk padat. Elemen bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan
mekanisme pembangkit uap yang digunakan. Saat ini kebanyakan PLTN di dunia
termasuk jenis LWR, yang menggunakan air biasa (H2O) sebagai coolant. Tetapi,
pada makalah ini, kita akan membahas Gas Cooled Fast Reactor (GFR) yang
16
Gambar 2.2-1 Gas Cooled Fast Reactor
Gambar 2.2.1 memperlihatkan diagram skematik dari sebuah Gas Cooled Fast
Reactor (GFR).
a. Reaksi fisi nuklir pada teras reaktor menghasilkan daya termal yang
17
e. Setelah melewati turbin, gas kemudian masuk ke kompressor utama untuk
reaktor terbuang sia-sia. Mengingat suhu dan tekanan dari turbin sangat
cooler. Hal ini bertujuan agar temperature yang keluar dari turbin benar
g. Siklus ini akan terus berlanjut selama teras reaktor menyuplai daya termal.
Dalam merancang sebuah PLTN ada 4 analisis yang harus kita perhatikan baik-
neutron dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan perilaku neutron dalam
teras reaktor. Didalam reaktor nuklir, neutron akan bergerak secara difusi
(kerapatan tinggi menuju kerapatan rendah). Proses difusi neutron ini akan kita
dasar dari difusi gas telah diperkenalkan oleh Boltzman. Sampai sekarang
gas. Sehingga persamaan ini dikenal dengan Teori Transport Neutron. Dalam
18
persamaan ini akan kita kenal istilah hamburan/ scattering, absoprsi, tumbukan,
kebocoran/ leakage.
Persamaan difusi satu grup adalah persamaan dinamika neutron yang tidak
bergantung pada tingkat energi neutron. Dengan kata lain, neutron tersebut berada
N(r,t) sebagai banyaknya neutron persatuan volume pada posisi r dan waktu.
(r,t) = v N(r,t) dan (r,t) adalah parameter fluks neutron dengan v adalah
kecepatan neutron. Kita akan mengambil sebuah daerah pada teras reaktor dengan
volume V, daerah permukaan S, maka total jumlah pada volume V dan waktu t
adalah :
1
d
3
r N r , t d 3 r r , t [1]
V V
v
Apabila kita diferensialkan maka kita akan memperoleh laju rata-rata perubahan
d 3 1 3 1
d r r , t d r produksi absorpsi jumlah bocor [2]
dt V v V v t
19
Absorpsi pada volum V = d 3r a r r , t [4]
V
Jika J(r,t) adalah rapat arus neutron maka laju neutron yang melewati satu
dS J r , t d r J r , t
3
[6]
S
Dengan mensubsitusi Persamaan [3] ,[4] dan [6] ke dalam Persamaan.[1] maka
didapat
1
d S a J 0
3
r [7]
V v t
1
J a S [8]
v t
Dengan asumsi diatas bahwa neutron akan bergerak dari yang berkerapatan tinggi
J ( r , t ) D ( r ) ( r , t ) [9]
1 1
D
3 tr 3 t o s [10]
20
maka,
1
D(r ) a (r ) (r , t ) S (r , t ) [11]
v t
pada tiap-tiap tingkatan energi, misalnya neutron yang memiliki range energi pada
daerah Eg<E<Eg-1
1
D t (r , E , t ) dE ' s E ' E (r , E , t )
v t 0
( E ) dE ' v( E ' ) f ( E ' ) (r , E , t ) [12]
0
S ext (r , E , t )
Eg 1 Eg 1 Eg 1 Eg 1
1
t
Eg
dE dE D
v Eg
Eg
dE t
Eg
dE dE' s (E' E) (r, E, t )
0
Eg 1
[13]
dE S
Eg
g (r , t ) dE (r , E , t )
Eg
[14]
21
Koefisien difusi untuk grup g adalah
E g 1
dE D( E )
Eg
j (r , E , t )
Dg E g 1
[16]
dE (r , E, t )
Eg
j
Dengan mengambil ,
E g 1
g dE ( E )
Eg
[18]
Dengan mensubsitusikan Persamaan [14], [15], [16], [17] dan [18] ke dalam
berikut :
1 g G G
D g tg g (r , t ) sg ' g g ' g v g ' tg ' g ' S g ' [19]
v g t g '1 g '1
memperhatikan keadaan reaktor agar dapat beroperasi dengan stabil. Stabil disini
berarti bahwa jumlah neutron yang dihasilkan yang terserap dengan yang bocor.
Dengan ketentuan :
22
k = 1 disebut sebagai keadaan kritis, dimana jumlah neutron pada satu generasi
k < 1 disebut sebagai keadaan subkritis, dimana jumlah neutron yang dihasilkan
lebih sedikit sehingga lama kelamaan, reaktor bisa mati karena jumlah neutron
Didefinisikan bahwa,
Dari definisi diatas jika N1 adalah jumlah neutron yang yang ada dalam reaktor
pada saat ini, maka jumlah neutron pada generasi berikutnya adalah,
Dengan,
af
PAF f [22]
a
Ff
Ff
Pf f F [23]
a a
23
Ff
[24]
aF
maka,
N2 = f PNL N1 [25]
N2
k f PNL [26]
N1
Andaikan ukuran reaktor yang kita punya tidak berhingga (infinite), maka
kemungkinan tidak adanya neutron yang keluar dari sistem sebelum terserap, PNL
= 1 sehingga,
k f [27]
Pada dasarnya proses keluarnya neutron dari sistem dapat terjadi dalam
dua fasa. Fasa pertama yaitu ketika neutron berada dalam keadaan energi tinggi
(Fast energies) artinya neutron bergerak sangat cepat, dan fasa kedua yaitu ketika
neutron berada dalam keadan energi rendah (thermal energies). Jadi formulasi PNL
Dengan,
adalah :
24
2. Menempatkan materialmaterial yang mempunyai nilai cross section
k eff.
Selain itu, kita juga harus memperhatikan tingkat kritis sebuah reaktor
1
M F [30]
k
dimana,
k 1
[34]
k
karena itu, berikut ini merupakan sebuah formulasi umum reaktifitas yang
25
d r v a 2 D
3 2
f
V
[35]
d rvf
3 2
Dengan,
D = Koefisien difusi
= Fungsi Delta
Setelah kita membahas persamaan neutron difusi satu grup, multigrup, faktor
multiplikasi, reaktifitas, maka satu hal yang tidak boleh kita lupakan adalah faktor
Densitas atom berbagai jenis isotop dalam teras reaktor secara kontinyu berubah
melalui berbagai proses nuklir seperti reaksi fisi, penangkapan neutron dan
beberapa jenis inti produksi fisi (fission product) yang kebanyakan merupakan inti
radioaktif dan dari tangkapan neutron pada bahan lain kemudian meluruh menjadi
multiplikasi teras, begitu pula distribusi flux dan daya. Oleh karena itu penting
26
penampang lintang absorpsi yang demikian besar sehingga akan sangat
mempengaruhi reaktifitas pada teras. Sejumlah kecil racun fission product cukup
variasi komposisi isotopik terhadap ruang dan waktu bergantung pada distribusi
hitungan jam, hari atau bulan) dengan demikian teras dapat terus dipertahankan
dalam kondisi kritis. Ini berarti pula bahwa walaupun analisa perubahan
bagian neutronik dari analisa hanya memerlukan perhitungan statik dari distribusi
flux. Perhitungan terhadap susutan bahan bakar melibatkan beberapa jenis proses
flux neutron.
sebagai fungsi dari waktu dan posisi (flux neutron perlu diketahui).
penyusutan dan produksi isotop sebagai fungsi dari waktu. Persamaan kecepatan
reaksi yang menggambarkan densitas jumlah inti dalam teras dapat diperoleh
adalah densitas untuk nuklida jenis A, maka persamaan kecepatan secara umum
27
Gambar 2.3-1 Prinsip Keseimbangan Nuklida A
Secara matematis
dN A
A N A agA g N A B N B Cg g NC [36]
dt g g
Dimana,
a g g NA Hilang karena tangkapan neutron oleh A
A
g g NC Masuk karena perpindahan dari C ke A
C
generasi grup konstan yang sesuai dan perhitungan difusi multigrup. Persamaan
ini tidak linear dan tidak homogen karena flux dan penampang lintang
28
mikroskopik tidak hanya berubah terhadap ruang dan waktu, tetapi juga
i a ,i N i S m ,i N m
dN i
[37]
dt m
Dimana,
i = Konstanta peluruhan
= Flux neutron
Potensi bahaya yang dimiliki sebuah reaktor nuklir bisa ditentukan setelah
dilakukan kajian teknologi dan keselamatan yg dimiliki oleh sebuah reaktor nuklir.
Demikian juga potensi bahaya yang dimiliki oleh mobil yang memasuki jalan tol.
Keamanan dan rasa aman bisa diperoleh saat pengendara mobil berkecepatan
tinggi di jalan tol selalu menjaga jarak dengan kendaraan lain dan mematuhi
perarturan lalulintas. Penyelenggara jalan tol juga membatasi pemakai jalan tol
sehingga sepeda motor dan pejalan kaki dilarang masuk. Dengan demikian rasa
aman pemakai jalan tol bisa tercapai. Hal yang sama dilakukan pada sebuah
PLTN.
29
PLTN memiliki berbagai kelengkapan keselamatan nuklir untuk menjamin
kondisi darurat.
b. Fail safe system, system dan peralatan dalam PLTN didesain selalu
beroperasi aman meskipun pada kondisi tidak ideal. Misalnya, pada setiap
tanpa listrik, bahkan sebuah petir yang menggelegar hebat sekali cukup
tidak bisa terus dinaikkan bila daya 100% telah tercapai atau reaktivitas
melewati 0.05.
d. Sistem anti gempa. PLTN dibangun di lapisan bedrock dan sebelum proses
30
seismik berhubungan dengan kondisi maksimum saat terjadi gempa bumi
sistem pengaman shutdown otomatis ini beragam, inputnya bisa dari batas
ambang batas, pola kerja batang kendali yang tidak sesuai, reaktivitas yang
lain.
dilakukan dalam tahap desain bahan bakar reaktor (fuel). Fuel pada PLTN
sekarang ini didesain memiliki reaktivitas negatif yang lebih baik pada
dan membuat daya reaktor tidak bisa naik secara tidak terkendali dalam
31
reaktifitas yang membuat daya dan suhu dalam fuel meningkat secara
drastis dalam waktu yang singkat menjadi tidak mungkin karena rekayasa
pengikat keramik yang kuat dalam bahan bakar nuklir, pelindung bahan
bakar nuklir berupa cladding yg kokoh, pelindung teras reaktor atau vessel
dengan secepat mungkin, jauh lebih cepat dari pada sistem konvensional.
adalah penyediaan sesuatu bahan dengan jumlah angka lebih diatas kekuatan
32
teknis peralatan PLTN sehingga marginnya cukup jauh. Misalnya untuk titik leleh
fuel adalah 2600C, maka suhu fuel PLTN yang diizinkan harus dibawah 1600 C.
Contoh lain: Posisi PLTN di Bedrok membuat gedung PLTN akan mengalami
goncangan gempa sekitar 4 SR bila sumber gempa adalah 6 SR, namun gedung
harus tetap dirancang menahan gempa sampai sebesar 10 SR. Kasus gempa bumi
bisa menahan dengan baik gempa lebih besar dari pada 6 SR meskipun telah
terjadi kebakaran di transformer listrik dan kebocoran air limbah low level radiasi
(kebocoran radiasi tidak mencemari lingkungan krn pada dasarnya low level
radiasi memiliki radiasi sangat kecil hasil limbah pencucian sepatu, karet, dan
Tujuan dari sistem teras pendingin darurat ada dua, yaitu pertama untuk
pendingin, yaitu dengan menginjeksikan bahan pendingin (air borat) pada sistem
reaktor yang kedua yaitu untuk menyediakan cukup racun neutron agar sisa
reaktor tak aktif saat penghubung tak terhubung dengan sistem pendidih utama,
yang juga menggunakan air borat. Air borat ini berasal dari tangki isi ulang air /
Penginjeksian air borat pada sistem pendingin reaktor darurat dapat di bedakan
atas 4 macam :
33
Sistem ini memanfaatkan pompa dalam mengontrol bahan kimia dan volum
otomatis mengambil air dari RWST dan memompakan pada sistem pendingin
reaktor. Sistem ini dirancang untuk menyediakan air bagi teras selama keadaan
darurat, diamana Sistem pendingin reaktor menekan zat sisa dengan relatif tinggi,
steam dan kebocoran pada pendingin reaktor melewati tabung steam generator ke
bagian kedua.
Sistem ini juga dirancang untuk keadaan darurat saat tekanan utamanya
masih relatif tinggi, seperti kerusakan utama yang berukuran sedang. Selama
Tangki ini didesain untuk menyediakan air ke pendingin reaktor sistem selama
keadaan darurat jika tekanan utamaturun dengan tajam, Tangki ini mengandung
air borat dalam jumlah yang banyak dengan gas nitrogen bertekanan diatasnya.
Jika tekanan sistem utama drop cukup rendah, nitrogen akan memaksa air borat
keluar dari tangki dan mengenai sistem pendingin reaktor. saat beroperasi alat ini
reaktor selama adanya kerusakan yang besar. Yang menyebabkan tekanan sistem
34
pendingin reaktor menjadi rendah. Sistem pemindahan Sisa panas dirancang untuk
sistem pemindah sisa panas yang mengubah panas menjadi dingin, dan mengirim
kembali air yang telah dingin ke reaktor untuk teras pendingin. Metode
pendinginan ini akan diguanakan ketika tangki air bahan bakar ulang kosong
setelah terjadi kerusakan yang parah. Metode ini disebut juga pendingin teras
Pada keadaan darurat, pompa harus mengalirkan air yang cukup, dan
sistemnya harus tetap beroperasi ketika power suplai tak terhubung dengan
disain untuk mempertahankan tekanan dan temperatur agar terjadi energi tinggi
fluida (pendingin utama, uap air atau feedwater) didalam bangunan. Tetapi
perubahan temperatur dan tekanan selama waktu tertentu akan mengerutkan beton
kontaimen. Jika kerusakan terjadi pada sistem utama, pendingin akan dilepaskan
dipasang pembatas baja yang menutupi permukaan dalam bangunan kontaimen ini.
Pembatas ini bekerja sebagai membran atap uap air untuk mencegah adanya gas
kontaimen setelah terjadi kecelakaan, yaitu sistem kipas angin pendingin yang
35
mensirkulasikan udara melalui pertukaran panas ke pendingin, dan sistem semprot
kontaimen.
kontaimen, udara dalam contaimen akan penuh dengan uap. Untuk mengurangi
mulai bekerja. Pompa sprai kontaimen akan menyedot dari RWST dan
memompakan air ke bagian kontaimen. Air droplets yang lebih dingin daripada
uap, akan memindahkan panas dari uap, yang akan mengakibatkan uap menjadi
kental. Ini akan mengakibatkan pengurangan tekanan pada bangunan dan juga
sisa, sistem semprot kontaimen punya kemampuan untuk mengambil air dari
membangun PLTN. Gas Cooled Fast Reactor (GFR) termasuk kedalam jenis
reaktor generasi IV yang akan diimplementasikan pada tahun 2025. Total budget
project dari GCFR adalah 3,6 juta UERO (50, 4 miliar rupiah) dan kontribusi EC
nya 2 juta UERO yang setara dengan 28 miliar rupiah. Apabila kita bandingkan
dengan PLTA dan PLTU yang menjual listrik ke PLN, maka kita dapat
36
Gambar 2.3-2 Nilai Ekonomi dari Gas Cooled Fast Reactor
37