Terdapat dua bentuk pergeseran yang disebabkan oleh pergantian atau perubahan
pelarut, sebagai berikut:
a. Geseran batokromat atau geseran batokromik (Bathochromic shift) atau geseran
merah, yakni geseran atau perubahan maks ke arah yang lebih besar.
b. Geseran hipsokromat (Hypsochromic shift) atau pergeseran hipokromik atau
pergeseran biru, yakni geseran atau perubahan maks ke arah yang lebih kecil.
Suatu senyawa yang diukur atau akan ditentukan strukturnya biasanya dalam
bentuk encer. Pelarut yang biasa digunakan pada spektrofotometer UV adalah pelarut
yang tidak mengabsorbsi atau transparan pada panjang gelombang UV.
Pelarut yang biasa digunakan pada spektrofotometer adalah etanol karena
sifatnya yang transparan terhadap UV di atas 210 nm. Selain itu heksana (transparan di
atas 210 nm), air (transparan di atas 205) dan dioksana juga sering digunakan sebagai
pelarut pada spektrofotometer UV.
Air dan etanol termasuk pelarut polar sehingga dapat melarutkan senyawa-
senyawa yang bersifat polar sedangkan heksana termasuk pelarut nonpolar sehingga
dapat melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat nonpolar, sesuai prinsip Like
Dissolve Like.
Penggunaan pelarut dengan kepolaran yang berbeda menyebabkan posisi puncak
absorbsi suatu senyawa bergeser. Dengan kata lain kepolaran pelarut berpengaruh pada
maks suatu senyawa. Kepolaran pelarut mempengaruhi maks karena kepolaran
molekul biasanya berubah jika suatu elektron bergerak dari satu orbital ke orbital
lainnya. Pengaruh pelarut biasanya mencapai hingga 20 nm jika digunakan pelarut
senyawa-senyawa karbonil.
Pada umumnya transisi * menghasilkan keadaan tereksitasi yang lebih polar
dari keadaan dasar molekul itu. Interaksi dipol-dipol antara molekul dalam keadaan
tereksitasi dengan molekul-molekul pelarut yang polar, menyebabkan tingkat energi
molekul dalam keadaan tereksitasi menjadi turun.
Akibatnya transisi * suatu molekul dalam pelarut polar memerlukan energi
yang lebih kecil dari transisi * molekul itu dalam pelarut nonpolar. Pergantian
pelarut heksana dengan etanol menggeser maks suatu senyawa ke nilai yang lebih
besar dengan pergeseran sebesar 1020 nm.
Untuk membantu memahami bagaimana suatu pelarut polar dapat menstabilkan
suatu keadaan tereksitasi, dapat diambil contoh di sini adalah transisi * dalam
alkena. Pernyataan spesies pada keadaan dasar dan keadaan tereksitasi dengan konsep
sederhana melalui struktur resonansinya sehingga membentuk spesies dipolar (lihat
Gambar). Kondisi struktur sebenarnya pada Gambar bukan sebagai keadaan tereksitasi
tetapi memberikan kontribusi untuk suatu struktur keadaan tereksitasi.
a. Transisi *
Keadaan teriksitasi lebih polar daripada keadaan dasar
Dalam pelarut polar terjadi interaksi dipol-dipol atau ikatan Hidrogen antara
molekul pelarut dengan GS sehingga tingkat energi tereksitasi turun
menyebabkan maks meningkat (sekitar 10-20 nm) pergeseran merah
(batokromik)
b. Transisi n *
Pelarut polar akan lebih kuat membentuk ikatan Hidrogen pada keadaan
dasar n dibandingkan pada keadaan tereksitasinya * sehingga perbedaan
energi untuk transisi n * menjadi lebih besar dan menyebabkan maks
menurun pergeseran biru (hipsokromik)
IKATAN HIDROGEN
yang bersifata elektronegatif dan atom hidrogen yang terikat pada atom lain yang juga
bersifat elektronegatif. Ikatan hidrogen terjadi ketika sebuah molekul memiliki atom N,
O, atau F yang mempunyai pasangan elektron bebas (lone pair electron). Hidrogen dari
molekul lain akan berinteraksi dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu
ikatan hidrogen dengan besar ikatan bervariasi mulai dari yang lemah (1-2 kJ mol1)
antara atom-atom dalam molekul tersebut. Semakin besar perbedaannya, semakin besar
ikatan hidrogen yang terbentuk. Ikatan hidrogen memengaruhi titik didih suatu senyawa.
Semakin besar ikatan hidrogennya, semakin tinggi titik didihnya. Namun, khusus pada
air (H2O), terjadi dua ikatan hidrogen pada tiap molekulnya. Akibatnya jumlah total
ikatan hidrogennya lebih besar daripada asam florida (HF) yang seharusnya memiliki
terjadi pada keadaan dasar. Sehingga, transisi n * memerlukan energi yang lebih
besar atau maks yang lebih kecil. Sebagai contoh: molekul keton dalam pelarut air atau
etanol (dalam pelarut polar) pada keadaan dasar akan membentuk ikatan hidrogen dan
keton dalam pelarut air atau etanol memerlukan energi yang lebih besar (lmaks yang
lebih kecil).
HOMO KONJUGASI
Energi yang terukur adalah perbedaan energi ketika atom bereksitasi dan pada
keadaan ground state. Absorpsi radiasi elektromagnetik menghasilkan transisi dari
HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital) ke LUMO (Lowest Occupied Molecular
Orbital). perbedaan energi pada kedua level energi tersebut berkisar antara 125-650
kJ/mol.Level energi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
A. Transport ligan
gabungan dua atau lebih spesies yang lebih sederhana dan masing masing mempunyai
kemampuan yang tidak tergantung satu sama lain. Apabila salah satu spesies sederhana
tersebut adalah ion logam, maka yang terbentuk adalah kompleks logam. Logam yang
merupakan pusat struktur dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Pada
pembentukan kompleks ini, sebagian besar ion logam pusat menerima pasangan
elektron dari spesies yang disebut ligand. Namun demikian, kadang kadang juga ada
ion logam yang menyumbangkan elektron untuk pembentukan ikatan, dan yang
kompleks logam, ligand bidentat dapat membentuk cincin dengan empat anggota, lima
anggota, enam anggota, membentuk cincin melipat atau dapat terikat dengan berbagai
cara lain. Berbagai kemungkinan yang terjadi adalah : transisi dari orbital logam ke
orbital logam dengan tingkat energi yang lebih tinggi, dikenal sebagai transisi d d,
transisi atau transfer muatan dari ligand ke logam, transisi dari logam ke ligand dan
transisi dari ligand ke ligand atau dikenal sebagai transfer muatan ligand. Pembahasan
selanjutnya terutama pada transfer muatan ligand kompleks logam , dengan disertai
uraian singkat tentang pembentukan ikatan logam ligand dan kemungkinan adanya
Muatan dari logam ke ligand (metal to ligand charge transfer atau MLCT ).
Transisi jenis MLCT ini melemahkan ikatan pada ligand dan memperkuat ikatan logam
dengan ligand. Contoh lain perpindahan muatan jenis ini terjadi pada kompleks
Co(NH3)5Br2+.
Transisi pada ligand disebut juga transfer muatan ligand, ada dua jenis, yaitu
transisi intraligand / intraligand charge transfer- ILCT dan transisi interligand / ligand
to ligand charge transfer-LLCT. Sejak beberapa lama ini, transisi pada ligand tidak
begitu jelas keterangannya. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya fakta bahwa LLCT
melibatkan dua ligand yang tidak dapat berinteraksi secara langsung. Interaksinya
terjadi secara tidak langsung melalui ion logam pusat Meskipun demikian, perpindahan
muatan semacam ini juga sudah dikenal, yaitu apabila dua ion pusat logam dihubungkan
dengan ligand akan terjadi transisi logam logam ( metal to metal charge transfer
MMTC ) yang barangkali dapat dipakai sebagai analogi. Tanpa adanya partisipasi
interaksi dari logam, perpindahan muatan ini memerlukan tersedianya ligand sebagai
donor dan aseptor yang tergabung baik secara elektrostatik atau secara kovalen. Skema
Penggambaran tentang adanya LLCT dan ILCT dapat dianalogikan dengan suatu
zwitter ion. Suatu senyawa yang merupakan zwitter ion adalah molekul netral yang
didalamnya ada sisi bermuatan positif dan sisi bermuatan negatif yang letaknya terpisah.
bagian yang bermuatan positif diasosiasikan dengan LUMO. Pada dasarnya HOMO dan
LUMO tidak terpisah secara pasti , tetapi didalam molekul tersebut hanya terjadi
delokalisasi saja. Oleh karena itu, pada transisi HOMO LUMO hanya terjadi
pergeseran muatan dan tidak terjadi transisi elektron dari satu sisi molekul ke sisi
dua cincin benzena. Apabila secara isoelektronik kedua cincin benzena tersebut diganti
terjadilah proses redoks asimetri. Proses ini terjadi karena Cp- bertindak sebagai donor
pada perpindahan muatan sedangkan Ch+ sebagai aseptornya. Hasil dari proses
perpindahan muatan ini adalah senyawa sesquifulvalene. Senyawa ini adalah isomer
bifenil yang mempunyai energi transisi perpindahan muatan yang rendah (max = 395
nm).
SPEKTROSKOPIUV-VIS
A. Aturan Woodward-Fieser
maksimal (panjang gelombang maksimum suatu senyawa). Efek dari gugus substituen
dihasilkan dengan proses pengamatan adalah sebesar 5-6%, tetapi perhitungan dengan
penggunaan hukum woodward-fieser ini adalah hasil yang sebenarnya. Karena dari
woodward dan fieser, dimana woodward dan fieser melakukan pembelajaran secara
ekstensif terhadap alkena terpena dan steroid serta mencatat substituen serupa dan
struktur khas yang dapat diramalkan nilai panjang gelombangnya mendekati nliai
prediksi empiris dari panjang gelombang untuk energy terendah yaitu pada transisi
Terkonjugasi adalah suatu keadaan dimana komponen organik memiliki 2 atau lebih
ikatan rangkap yang mana pada tiap ikatan rangkap tersebut dipisahkan oleh ikatan
tunggal. Diena adalah satu dari jenis komponen organik yang memiliki 2 atom karbon
yang dihubungkan dengan ikatan rangkap dalam suatu molekul, yang disebut juga
cincin dan ikatan rangkap eksosiklik hanya mempunyai 1 atom karbon sebagai bagian
dari cincin eksosiklik endosiklik Berikut adalah hukum Woodwart untuk perhitungan
214 nm
untuk contoh B, di mana nilai induk (transoid) adalah 214 nm, ditambah
dengan 3 x 5 (15 nm) karena ada 3 metil (alkil subsitusi = lihat ditabel)
sehingga didapatkan prediksinya adalah 229 nm, yang tidak jauh beda
Contoh: Heteroanular
Dari contoh A dapat diprediksi nya adalah 234 nm, di mana nilai
(ditunjukkan oleh lingkaran merah ada 3 dan nilai 5 dapat dilihat ditabel)
Exocyclin double bond adalah ikatan rangkap yang berada disebelah luar
dari cincin, atau ikatan rangkap yang berada di dalam cincinakan tetapi di luar
dari cincin lainnya, atau sering juga disebut sebagai ikatan rangkap yang sering