TEMBAKAU
Oleh :
1. Anggita Kusuma W (111810301036)
2. Farin Auliana(121810301011)
3. Mufrihah Nurhayati (121810301068)
4. Candra Lintang (121810301071)
5. Aditiyan Andrianto (141810301029)
JURUSAN KIMIA
FAKULATS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1. Iklim
Faktor-faktor iklim yang dipengaruh antara lain : curah hujan, kelembaban,
penyinaran dan suhu. Secara umum persyaratan pertumbuhan tanaman baik
tembakau hampir sama. Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran yang
relatif dangkal, namun sangat peka terhadap drainase yang kurang baik sehingga
persediaan air yang cukup didalam tanah sangat diperlukan. Pada umumnya tanah
yang mudah meluluskan air lebih sesuai untuk pertanaman tembakau, namun
tanah tersebut harus mempunyai kapasitas menahan air yang cukup. Tanaman
tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim
yang sangat basah.
Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran
tinggi bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok untuk
pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 900 mdpl. Untuk tanaman tembakau
dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau
dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1500-3000 mm/tahun.Lokasi untuk tanaman
tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan
dengan jenisnya Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau
berkisar antara 21-32,30 C . Pada umumnya tembakau musim kemarau (VO)
daunnya lebih tebal dari tembakau musim penghujan (NO).
2. Tanah
Setiap jenis tanaman tembakau membutuhkan jenis tanah yang berbeda-beda.
Tembakau Deli cocok ditanam di tanah alluvial, tembakau Vosrtenlanden dan
Besukicocok ditanam pada tanah regosol,Tembakau Virginia flue-Cured cocok
untuk tanah podsolik.Sedangkan tembakau rakyat dapat tumbuh mulai dari tanah
ringan(berpasir) sampai dengan tanah berat (lliat). Derajat keasaman yang baik
untuk tanaman tembakau adalah 5 -5 .6, untuk tembakau Virginia pada PH 5,5 - 6.
Apabila PH kurang dari 5 mak perlu diberikan pegapuran untuk menaikkan PH,
apabila PH lebih tinggi maka untuk menurunkan PH dapat diberikan belerang.
3. Teknik budidaya
a. Pembibitan
Jumlah benih 8-10 gram/ha, tergantung jarak tanam. Biji utuh tidak
terserang penyakit dan tidak keriput. Media semai = campuran tanah (50%) +
pupuk kandang matang yang telah dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis
pupuk untuk setiap meter persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram
ZA dan isikan pada polybag. Bedeng persemaian diberi naungan berupa daun-
daunan, tinggi atap 1 m sisi Timur dan 60 cm sisi Barat.
Benih direndam dalam POC NASA 5 cc per gelas air hangat selama 1-2 jam
lalu dikeringanginkan. Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi alas kertas
merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih
sudah menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini
benih baru dapat disemaikan. Siram media semai sampai agak basah/lembab,
masukan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis. Semprot
POC NASA (2-3 tutup/tangki) selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari. Bibit
sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari setelah
semai.
b. Pengolahan Tanah dan Penanaman
Pengolahan tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan bagi
pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang
baik dan mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah yang cukup untuk
menunjang pertumbuhan yang terjadi dalam waktu singkat. Guna memperoleh
perakaran yang baik pengolahan tanah harus mencapai kedalaman olah lebih dari
30 cm, disamping upaya lain kearah terbentuknya struktur tanah yang
remah.Sejumlah studi membuktikan bahwa pengolahan tanah intensif
menyebabkan penurunan bahan organik tanah. Pengolahan tanah intensif pada
jenis tanah andisol dapat menyebabkan menurunnya kadar C organik tanah.Bila N
terdapat dalam jumlah yang rendah akan menyebabkan menurunnya luas daun,
berat kering, dan klorosis sebagai akibat dari menurunya jumlah klorofil.
Rendahnya kandungan N ini yang menyebabkan produktivitas tembakau rendah.
Sangat rendahnya kadar C organik, selain menyebabkan kebutuhan akan pupuk
organik (pupuk kandang) yang semakin meningkat, juga menyebabkan rendahnya
efisiensi pemupukan (Karta, 1990). Dengan meningkatkan kadar C organik tanah,
yang dapat dilakukan dengan penambahan pupuk organik.
Pengolahan tanah dilakukan 70 hari sebelum penanaman dimana H-70
dilakukan pembersihan jerami, H-60 pembuatan got keliling, H-55 pembajakan 2,
H-40 pembajakan 3, H-30 pembajakan 4, H-25 pembersihan rumput di pematang
dan H-15 dilakukan bajak siap tanam.
Adapun jarak tanamnya adalah, tembakau virginia dan tembakau Burley
digunakan jarak tanam 110 cm x 50 cm, 120 cm x 50 cm atau 120 cm x 45 cm
dengan populasi tanaman berkisar antara 16 000 18 000 pohon /ha. Tembakau
Cerutu Vorstendlanden varietas hibrida TV38XG populasi idealnya adalah 17 480
tanaman/ha, sedang varietas F1K sebesar 16 930 tanaman/ha. Tembakau rajangan
Temanggung Jarak tanam digunakan 100 cm x 50cm (jarak tanam pagar ganda)
atau 100 cm x 75 cm. Populasi tanaman berkisar antara 11 000 hingga 18000
batang/ha. Tembakau rajangan Madura ditanam dengan populasi berkisar antara
20 000 sampai dengan 33 000 tanaman/ha. Jarak tanam yang paling baik adalah
100 cm x 50 cm atau 100 cm x 45 cm dengan populasi tanaman 33 000
tanaman /ha.
4. Pengelolaan dan Perawatan Tanaman Tembakau
Seperti pada umumnya tanaman, tembakau juga memerlukan perawatan agar
dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan tembakau yang berkualitas.
Pemeliharaaan tanaman tembakau dimulai dari umur tanaman tembakau masih
muda. Beberapa langkah pemeliharaan tanaman tembakau yaitu :
a. Pengairan dan penyiraman
Pengairan dilakukan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air 1-2 liter setiap
tanaman. Setelah 7-25 hari frekuensi penyiraman adalah 3-4 liter per tanaman.
Pada umur 25-30 hari setelah tanam, frekuensi pemberian air 4 liter per tanaman.
Pada umur 45 hari setelah tanaman pertumbuhan akan semakin cepat. Oleh karena
itu diperlukan 5 liter air per tanaman setiap 3 hari. setelah 65 hari dari masa tanam
tembakau tidak memerlukan lagi penyiraman, kecali bila cuaca sangat kering.
Cara pengairan tembakau pada lahan beririgasi yaitu dengan cara dilep (basin
irigation) hingga guludan tempat tanaman cukup basah dan selanjutnya lahan
dikeringkan kembali.
Waktu pemberian air irigasi dapat ditentukan dengan indikator sebagai berikut
: tanaman layu pada pukul 11.00 atau tanah tidak lagi melekat apabila digenggam.
Tinggi air irigasi ditentukan berdasarkan umur tanaman yaitu : sampai dengan
umur 45 hari setelah tanam volume air buludan, pada 50 65 HST tinggi air
guludan dan menjelang panen tinggi air guludan.
Pada tanaman tembakau cerutu di bawah naungan, penyiraman dilakukan
dengan cara sprinkler irigation. Dengan demikian volume air yang diterima
tanaman cukup seragam dan mencukupi volumenya.Pada lahan kering (umumnya
tembakau rakyat) pengairan sangat tergantung pada curah hujan. Beberapa petani
dengan modal yang cukup melakukan penyiraman dengan sumber air tanah atau
sungai dengan sistem pompanisasi.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang kurang baik
dapat diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit yang baik dengan umur
yang sama.
c. Pembumbunan (pendangiran)
Pendangiran dimaksudkan untuk memperbaiki susunan udara tanah,
memudahkan perembesan air, mengendalikan gulma dan memperbaiki guludan.
Pendangiran dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman yang
berada pada kedalaman 30 cm 40 cm di dalam tanah. Pendangiran dilakukan 3
4 kali tergantung pada kondisi tanah pada lahan dan gulma. Pada tanaman
tembakau ceretu Vorstenlanden di bawah naungan misalnya pendangiran
dilakukan 3 kali pada umur 7 10 hari setelah tanam (HST), 20 22 HST dan 30
35 HST. Pendangiran umumnya dilakukan setelah pengairan. Pembumbunan
tanah pada guludan, untuk merangsang perakaran yang baik.
d. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk menghindari adanya persaingan dalam
pengambilan unsur hara pada tanaman, menghilangkan sumber penyakit dan
mempermudah pada waktu pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan
mempermudah pada wakrtu pemetikan/panen, untuk meningkatkan hasil
produksi. Penyiangan dilakukan setiap 3 minggu. Dilakukan dengan tangan
mencabut gulmanya atau dapat menggunakan herbisida.
e. Pemupukan
Penggunaan pupuk yang tepat, baik berupa pupuk organik dan anorganik (N,P
dan K). Penggunaan phospor (P) dalam komposisi pupuk karena phospor
berfungsi untuk pertumbuhan akar dan penyusunan inti sel, lemak dan protein.
Kandungan phospor dalam SP 36 sebesar 36%. Tanda tanaman kekurangan P
yaitu daun menjadi nampak tua warnanya menjadi merah kecoklatan. Tepi daun,
cabang dan batang terdapat warna kecoklatan yang lama-lama menjadi kuning.
Sedangkan Kalium pada KNO3 berfungsi untuk mempengaruhi kwalitas (rasa,
warna dan bobot) tanaman, menambah daya tahan tanaman terhadap kekeringan,
hama/penyakit, mempercepat pertumbuhan jaringan meristem, dan membantu
pembentukan protein dan karbohidrat. Tanda-tanda Kekurangan Kalium daun
mengerut atau mengeritingterutama pada daun tua, daun akan berwarna ungu lalu
mengering lalu mati.
Pemupukan dilakukan untuk menjaga tanaman tumbuh dengan baik.
Pemupukan susulan dilakukan dua kali. Pemupukan yang dilakukan di PTPN X
dilakukan sebanyak 3 tahap yaitu
1) sehari sebelum benih ditanam dalam polibag, pemupukan dilakukan di
polibag. Pupuk berupa campuran SP 36 dan KN03kemudian dilarutkan dalam air
sehingga dihasilkan larutan starter 3 gram/liter untuk disiramkan ke polibag.
2) Lima hari sebelum penanaman bibit, dilakukan pemupukan pada lubang
calon baris tanam. Pupuk starter yang digunakan yaitu campuran SP 36 sebanyak
4gram/lubang/tanaman x KNO3 2gram/lubang/tanaman). Starter tersebut
dilarutkan dalam air sehingga keseragaman pemupukan dengan dosis 2 gr/L atau
sekitar 50cc/lubang tanam dapat tercapai. Jumlah tanaman per hektar adalah
18.006 tanaman. 3) Setelah bibit berumur 15 hari di bedegan, pemupukan
dilakukan 2x di bedegan yaitu pemupukan I dengan menggunakan pupuk
campuran SP 36 x KNO3 dan pemupukan susulan II hanya menggunakan
KNO3saja.
f. Pemangkasan
Pangkas tunas ketiak dan bunga dilakukan tiap 3 hari sekali. Pangkas pucuk
tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun bunga di bawah bunga.
Pemangkasan hanya dilakukan pada jenis tembakau VO, dilakukan begitu kuncup
bunga mulai keluar (80%) dan dilakukan dengan tangan dengan cara dipetik.
Pemangkasan dilakukan agar tidak terjadi stagnasi. Pangkas pucuk maupun wiwil
pada tanaman tembakau bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan
makanan ke mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil fotosintesis dapat
terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi krosok dan kualitasnya yang
tinggi. Pangkas pucuk dan wiwil biasanya dilakukan secara manual. Pangkasan
pucuk dilakukan pada saat button stage atau saat daun berjumlah 20 helai di atas
daun bibit.
g. Punggel dan wiwil/suli
Punggel dan wiwil/suli memastikan penggunaan bahan gizi tanaman
dalam proses pengembangan daun tembakau untuk mendapatkan jumlah daun,
berat daun dan kualitas tinggi yang akan memberikan basil maksimal bagi petani.
Penggunaan sukirisida alami dilakukan dengan alasan biaya produksi, penerapan
teknologi ramah lingkungan yang semua ini dilakukan pada waktuyang tepat.
Dalam pelaksanaan wiwilan sangat penting sekali karena akan berpengaruh
terhadap ketebalan daun/berat daun.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalan tentang Tembakau dapat disimpulkan, bahwa :
1. Pada tahun 1858 diadakan penanaman jenis tembakau cerutu lainnya di
daerah Yogyakarta-Surakarta, tepatnya di daerah Klaten. Penanaman
tembakau juga dilakukan di luar Jawa, yakni di daerah Deli, Sumatra
Utara yang dipelopori oleh J. Nienhuys pada tahun 1863.
2. Tanaman tembakau termasuk genus Nicotinae, serta familia Solanaceae.
3. Tembakau mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan
4. Beberapa manfaaat tembakau diantaranya adalah Menghasilkan Protein
Anti Kanker, Obat Diabetes & Antibodi, obat HIV/AIDS, dll.
5. Penanaman tembakau sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim selama masa
pertumbuhannya. Faktor-faktor iklim yang dipengaruh antara lain : curah
hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu.
DAFTAR PUSTAKA