Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan dalam Organisasi Pendidikan

Secara etimologis, kepemimpinan diambil dari kata pimpin yang


berarti cara memimpin. Veital Rivai (2003) mendifinisikan kepemimpinan
sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada
hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Miftah Toha (2010:9)
mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi
perilaku manusia baik perorang maupun kelompok. Harbani Pasolong
(2008:5) menambahkan bahwa kepemimpinan adalah cara atau teknik yang
digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam
melakukan kerja sama yang telah ditetapkan.

Beberapa definisi kepemimpinan yang dikutip dari Purwanto, (2012:26-27)


adalah:

1. Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat


atauwatak yang memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normatif
(Etzoni),
2. Pemimpin adalah individu di alam kelompok yang memberikan tugas-
tugas pengarahan dan pengordinasian yang relevan dengan kegiatan-
kegiatan kelompok (Fiedler),
3. Kepemimpinan dalam organisasi-organisasi berarti penggunaan
kekuasaandan pembuatan keputusan-keputusan (Dubin),
4. Hakikat kepemimpinan organisasi adalah penambahan pengruh
terhadapdan di atas pelaksanaa mekanis pengarahan-pengarahan rutin dari
suatuorganisasi (Ketz dan Kahn),
5. Kepemimpinan terjadi di dalam kelompok dua orang yang lebih, dan
padaumumnya melibatkan pemberian pengaruh terhadap tingkah laku
anggota kelompok dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan-tujuan
kelompok(House dam Baetz).

Sedangkan kepemimpinan dalam konteks pendidikan merupakan


kemampuan untuk menggerakan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien (Tim
Dosen Administrasi UPI, 2009:126-127). Penelitian tentang efektivitas
sekolah menegaskan pentingnya apa yang terjadi di ruang kelas, dan
kepemimpinan pendidikan dipandang sebagai upaya memberikan sebuah
kultur pengajaran dan pembelajaran yang kondusif.

Kepala sekolah harus menjamin adanya penekanan terhadap


pengembangan profesional yang dikaitkan dengan refleksi tentang praktek
ruang kelas dan yang dikembangkan dalam sebuah kultur kolaborasi. Lebih
dari itu, Fidler (1997, hal. 32) menunjukkan adanya implikasi-implikasi
praktis bagi kepemimpinan intruksional, yang mencakup:

Me-manage kurikulum dan pengajaran, yang mencakup organisasi kelompok murid dan
alokasi waktu, dan juga menstimulasi pengembangan kurikulum;

Melakukan supervisi terhadap pengajaran

Memonitor kemajuan pelajar; dan

Menciptakan iklim pengajaran yang positif.

Dalam kesimpulan penelitian tentang kepemimpinan pendidik. Northfield


(1999, hal. 100) menegaskan: bagi kepala sekolah, sebagai pemimpin
pendidik, ciri utamanya adalah pemimpin (sebagai guru) yang memberikan
kesempatan peserta atau anggota untuk berpartisipasi dalam mengembangkan
pemahaman personal dan mendorong bagi terciptanya kondisi yang kondusif
untuk melakukan refleksi secara praktis.

Ide tentang pentingnya pembelajaran ini disadur dari Sergiovanni (1998),


yang merujuk pada kepemimpinan pedagogik yang memiliki nilai plus dalam
mengembangkan kapital sosial, akademik dan intelektual dalam diri pelajar
dan guru. Istilah kapital tidak digunakan secara kaku dalam hal ekonomi saja,
tapi juga digunakan dalam terma yang memberi nilai tambah bagi
pembelajaran para pelajar dan guru, sehingga dapat meningkatkan nilai
material kepemimpinan pedagogik dengan mengembangkan beberapa bentuk
manusia(ibid.,:38).

B. Peran dan Fungsi Kepemimpinan Pendidikan


Dalam diskusi tentang kepemimpinan pendidikan, kita kadang-
kadang membicarakan peran pemimpin dengan tanpa mendefinisikan
terlebih dahulu istilah peran. Ada perbedaan penting yang harus
diketahui antara kepemimpinan atau posisi manajemen dan peran orang-
orang organisasi dalam menjalankan posisinya. Burnham (1969, hal 72-
73) menjelaskan tentang perbedaan tersebut:

posisi merupakan kumpulan hak dan tugas, yang berbeda satu sama lainnya, dan
dibentuk oleh sekelompok kecil orang seperti kepala sekolah,wakil atau guru didalam
suatu organisasi, posisi tersebut disusun secara hirarkis berdasarkan status, dan bisa juga
disebut sebagai lokasi-lokasi peta organisasi.

Diasosiasikan dengan setiap posisi dalam sebuah organisasi, ia merupakan sejumlah


harapan atau keinginan tentang sikap apa yang tepat bagi seseorang untuk menduduki
posisinya, dan sikap ini terdiri dari peran yang diasosiasikan dengan kantor. Untuk
membedakan dua istilah ini _posisi dan peran_, maka perlu dinyatakan bahwa seseorang
yang menduduki sebuah posisi, ia juga menjalankan perannya ... peran adalah aspek
posisi yang dinamis.

Davis (1981:127) yang dikutip oleh Engkoswara dan Aan Komariah


(2010,178) mengidentifikasi tiga keterampilan kepemimpinan, yaitu:

1. Technical skill; diperlukan pemimpin agar ia mampu mengawasi dan


menilai pekerjaan sesuai dengan keahlian yang digelutinya.
2. Human skill; kemampuan dalam membangun relasi dan dapat bekerja
sama dengan orang lain adalah kualifikasi yang dipersyaratkan seorang
pemimpin baik dalam situasi formal maupun informal.
3. Conceptual skill; pemimpin yang disegani adalah pemimpin yang mampu
memberi solusi yang tepat yang timbul dari pemikirannya yang cerdas
tentang suatu persoalan.

Covey sebagaimana dikutip oleh Veitzal Rivai (2005:156) membagi peran


kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Path finding (pencarian alur): peran untuk menentukan visi dan misi yang
pasti.
2. Aligning (penyelaras): peran untuk memastikan bahwa struktur, sistem dan
proses operasional organisasi memberikan dukungan pada pencapaian visi
dan misi.
3. Empowering (Pemerdaya): peran untuk menggerakan semangat dalam diri
orang-orang dalam mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreativitas laten
untuk mampu mengerjakan apa pun dan konsisten dengan prinsip-prinsip
yang disepakati.

Sementara menurut Sobri et al (2009: 102-107) untuk mewujudkan fungsinya


sebagai pengelola pendidikan, kepala sekolah hendaknya mampu
mengaplikasikan fungsi-fungsi kedalam pengelolaan sekolah yang
dipimpinnya. Diantara fungsi-fungsinya adalah:

1. Merencanakan
Kepala sekolah harus mampu merencanakan / membuat perencanaan yang
baik. Dalam membuat sebuah perencanaan, kepala sekolah dapat
menempuh beberapa tahap, yaitu: (1) identifikasi masalah, (2) perumusan
masalah, (3) penetapan tujuan, (4) identifikasi alternatif, (5) pemilihan
alternatif, dan (6) elaborasi alternatif.
2. Mengorganisasikan
Kepala sekolah melakukan pembagian kerja yang jelas terhadap guru-
guru, tata usaha dan karyawan lainnya sesuai dengan susunan organisasi
yang telah dibuat. Kegiatan mengorganisasikan meliputi tugas-tugas apa
yang harus dilakukan, siapa yang melakukan, bagaimana tugas-tugas itu
dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa dan kapan keputusan harus
diambil.
3. Memotivasi
Karena pemimpin tidak mencapai visi mereka sendiri, maka mereka harus
memotivasi orang orang lain juga untuk meraih visi itu. Para pemimpin
harus momotivasi karyawannya agar terus maju. Para pemimpin yang
efektif memotivasi para karyawan dengan penggunaan otoritas, peran
keteladanan, membangun rasa percaya diri, menciptakan tantangan lewat
penetapan sasaran, mendelegasikan, dan memberi imbalan serta hukuman.
4. Mengarahkan
Mengarahkan adalah kegiatan membimbing karyawan dengan jalan
memberi perintah (komando), memberi petunjuk, mendorong semangat
kerja, menegakkan disiplin, memberikan berbagai usaha lainnya agar
mereka dapat melakukan pekerjaan mengikuti arah yang ditetapkan dalam
petunjuk, peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan.
5. Mengkoordinasikan
Pengkoordinasian adalah kegiatan menghubungkan orang-orang dan
tugas-tugas sehingga terjalin kesatuan dan keseluruhan keputusan,
kebijaksanaan, tindakan, langkah, sikap serta tercegah dari timbulnya
pertentangan, kekacauan, kekembaran (duplikasi) dan kekosongan
tindakan.
6. Mengelola Informasi
Mengelola informasi berkaitan dengan berbagai aspek dari tanggung
jawab dan aktivitas pemimpin, seperti pengkajian pemantauan umpan
balik, perencanaan dan pengambilan keputusan.
7. Mengawasi
Kegiatan mengawasi dapat berbentuk memeriksa, mengecek serta usaha
mencegah terhadap kesalahan yang mungkin terjadi, sehingga bila terjadi
penyelewengan atau penyimpangan dapat ditempuh usaha-usaha
perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai