Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN PROSES

PEMBUATAN METIL ESTER

Disusun oleh:

Arian Epani 061240411463

Astrie Glorya B 061240411466

Galang Setyoko 061240411468

Haynurnisa 061140411500

Munardo Saputra 061240411479

Rizki Apriliansya 061240411480

Trisman Saputra 061240411483

Wulan Apriani 061240411485


PEMBUATAN METIL ESTER

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat memahami pembuatan metil ester.

II. ALAT DAN BAHAN


Bahan yang digunakan:
- Minyak jelantah atau minyak kelapa curah
- NaOH pa
- Metanol pa
- Etanol pencuci
- NaOH 0.1N
- Indikator phenolphtalein (pp)
Alat yang digunakan:
- Gelas Piala 600 mL
- Gelas Ukur 50 mL
- Labu Pemisah
- Viscometer
- Neraca Analitik
- Stopwatch
- Gelas Ukur 500 mL
- Buret
- Hot Plate 250 mL
- Piknometer
- Pipet Ukur 10 mL
- Thermometer
- Labu Erlenmeyer 500 mL
- Pipet Tetes
- Statif Dan Klem
III. DASAR TEORI

Bahan bakar nabati (BBN)-bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat kuat
pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Otto dan
diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan implementasi dua
macam bahan tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi namun juga
sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.

Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati,
baik minyak yang belum digunakan maupun minyak bekas dari penggorengan dan melalui
proses transesterifikasi.Biodiesel digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti
Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk motor diesel, dan apat diaplikasikan baik dalam bentuk
100% (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu (BBX),
seperti 10% biodiesel dicampur dengan 90% solar yang dikenal dengan nama B10, (Erliza,
dkk, 2007:8).
Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses pembuatan
biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi minyak nabati
menjadi biodiesel yang tinggi (95%). Minyak nabati memiliki komposisi asam lemak
berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat penyusun utama minyak-lemak
(nabati maupun hewani) adalah trigliserida, yaitu triester gliserol dengan asam-asam lemak
(C8 C24). Komposisi asam lemak dalam minyak nabati menentukan sifat fisik kimia
minyak, (Erliza, dkk, 2007: 11).
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah digunakan untuk menggoreng.
Dengan meningkatkan produksi dan konsumsi minyak goreng, ketersediaan minyak
jelantah kian hari kian melimpah, (Erliza, dkk, 2007: 25). Penggunaan minyak goreng
secara berulang akan mengakibatkan terjadinya reaksi oksidasi pada minyak karena adanya
kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Akibat pemanasan yang berulang-ulang
serta reaksi oksidasi yang terjadi di dalam minyak, minyak jelantah dapat mengandung
senyawa-senyawa radikal seperti hidroperoksida dan peroksida. Senyawa-senyawa radikal
tersebut bersifat karsinogenik, oleh karena itu pemakaian minyak goreng yang
berkelanjutan dapat mengganggu kesehatan manusia.
Bila tak digunakan kembali, minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja ke
saluran pembuangan. Limbah yang terbuang ke pipa pembuangan dapat menyumbat pipa
pembuangan karena pada suhu rendah minyak maupun lemak akan membeku dan
mengganggu jalannya air pada saluran pembuangan. Minyak ataupun lemak yang
mencemari perairan juga dapat mengganggu ekosistem perairan karena dapat menghalangi
masuknya sinar matahari yang sangat dibutuhkan oleh biota perairan. Oleh karena itu
diperlukan solusi untuk memanfaatkan limbah minyak goreng bekas, salah satunya dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat
menyerupai minyak diesel/solar. Biodiesel dapat digunakan baik secara murni maupun
dicampur dengan petrodiesel tanpa terjadi perubahan pada mesin diesel. Bila dibandingkan
dengan bahan bakar diesel tradisional (berasal dari fosil), biodiesel lebih ramah lingkungan
karena emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan petrodiesel, bebas sulfur,
bilangan asap (smoke number) rendah, angka setana (cetane number) berkisar antara 57-
62, sehingga efisiensi pembakaran lebih baik. Selain itu, sifat biodiesel yang dapat terurai
(biodegradable), memiliki sifat pelumasan yang baik pada piston, serta merupakan sumber
energi yang terbaharui (renewable energy) memberikan keuntungan yang lebih dari
penggunaan biodiesel (Oberlin Sidjabat 2003: 2).
Beberapa peneliti menyatakan bahwa viskositas minyak nabati lebih tinggi
dibandingkan minyak solar, hal tersebut menyebabkan minyak nabati tidak cocok bila
digunakan langsung pada mesin diesel. Untuk itu agar viskositas minyak nabati sama
dengan viskositas minyak solar, maka harus dilakukan pengubahan minyak nabati menjadi
senyawa monoalkil ester melalui proses transesterifikasi.
Transesterifikasi merupakan reaksi organik dimana suatu senyawa ester diubah
menjadi senyawa ester lain melalui pertukaran gugus alcohol dari ester dengan gugus alkil
dari senyawa alkohol lain. Sedikit berbeda dengan reaksi hidrolisis, pada reaksi
transesterifikasi pereaksi yang digunakan bukan air melainkan alkohol. Metanol lebih
umum digunakan untuk proses transesterifikasi karena harganya yang lebih murah
dibandingkan alkohol lain. Namun penggunaan alkohol lain seperti etanol dapat
menghasilkan hasil yang serupa (Fitria Yulistika 2006: 20).
Pembuatan biodiesel dari minyak tanaman memiliki kasus yang berbedabeda sesuai
dengan kandungan FFA. Pada kasus minyak tanaman dengan kandungan asam lemak
bebas tinggi dilakukan dua jenis proses, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi, sedangkan
untuk minyak tanaman yang kandungan asam lemak rendah dilakukan proses
transesterifikasi. Proses esterifikasi dan transesterifikasi bertujuan untuk mengubah asam
lemak bebas dan trigliserida dalam minyak menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserol.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transesterifikasi:

1. Suhu
Kecepata reaksi secara kuat dipengaruhi oleh temperatur reaksi. Pada umumnya
reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol (65oC) pada tekanan
atmosfer. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur. Semakin
tinggi temperatur berarti semakin banyak yang dapat digunakan oleh reaktan untuk
mencapai energi aktivasi.
2. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak produk yang dihasilkan karena
ini akan memberikan kesempatan reaktan untuk bertumbukan satu sama lain. Namun
setelah kesetimbangan tercapai tambahan waktu retensi tidak akan mempengarhi reaksi.
Penilitian yang menggunakan lama reaksi 3 jam (Azis, 2005).
3. Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi
reaksi, namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis reaksi transesterifikasi
baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250oC. Penambahan katalis bertujuan untuk
mempercepat dan menurunkan kondisi operasi. Katalis yang dapat digunakan adalah
katalis asam, katalis basa, ataupun penukar ion. Dengan katalis basa dapat berjalan pada
suhu kamar.
4. Pengadukan
Pada reaksi transesterifikasi reaktan-reaktan awalnya membentuk sistem cairan dua
fase. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara fase-fase yang berlangsung lambat. Sering
dengan terbentukanya metil ester ia bertindak sebagai pelarut tunggal yang dipakai
bersama oleh reaktan-reaktan dan sistim dengan fase tunggalpun terbentuk. Dampak
pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi. Setelah sistim tunggal terbentuk makan
pengadukan menjadi tidak lagi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap reaksi.
Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan campuran reaksi yang bagus.
Pengadukan yang tepat akan mengurangi hambatan antara massa. Pengadukan
transesterifikasi 150rpm.
5. Perbandingan reaktan
Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio molar atara
alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri reaksi transesterifikasi memerlukan 1mol minyak
trigliserida memerlukan 6mol metanol menggunakan rasio molar alkohol:minyak = 1:6.
Terlalu banyak alkohol yang dipakai menyebabkan biodiesel mempunyai viskositas yang
rendah dibandingkan viskositas solar juga akan menurunkan titik nyala (flash point). Hal
ini disebabkan karena pengaruh sifat-sifat alkohol yang mudah terbakar. Perbandingan
alkohol:minyak = 1:2,2 (etanol:minyak).

Metanol

Metanol dalam keadaan atmosfer berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap,
tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bauk yang khas (berbau lebih ringan
daripada etanol). ,etanol banyak digunakan sebagai pendingin anti beku, pelarut, bahan
bakar dan sebagai bahan aditid bagi etanol industri.

Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil
proses tersebut adalah upa metanol (dalam jumlah kecil) diudara. Setelah beberapa hari,
uap metanol tersebut akan teroksidasi dan oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi
karbon dioksida dalam air. Reaksi kimia metanol yang terbakar diudara dan membentuk
karbon dioksida dan air:

2CH3OH + 3O2 2CO2 + 4H2O

Api dari metanol tidak berwarna, metanol sering digunakan sebagai bhan aditif bagi
pembuatn alkohol untuk penggunaan industri karena sifatnya yang beracun.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Menimbang 1gr NaOH yang telah dilarutkan dengan 41ml metanol pa. Mengaduk
dengan stirrer hingga semua NaOH larut semua. Menempatkan pada piala gelas
250ml.
2. Memanaskan 200 ml minyak jelantah di atas hotplate dan mengaduknya
menggunakan stirrer kira-kira 750-1500 rpm hingga mencapai suhu 45-550C.
3. Menambahkan larutan natrium metoksida yang telah dibuat pada langkah 1
kedalam minyak jelantah yang telah dipanaskan dan mempertahankan suhu
pengadukanya pada 550C. Melakukan penambahan larutanh ini sedikit demi
sedikit. Menghitung waktu pengadukan hingga 45 menit, setelah semua
natriummetoksida bercampur semua.
4. Memindahkan metil ester kedalam corong pisah dan mendiamkanya hingga
terbentuk lapisan selama kurangn lebih 10 menit, lalu mengeluarkan lapisan
bawahnya.
5. Memasukkan metil ester kedalam gelas kimia dan melakukan pemurnian dengan
memanaskan aquadest sebanyak 50% volume metil ester hingga suhu 600C,
menuangkan metil ester kedalam aquadest dan mengaduknya perlahan selama 10
menit.
6. Memindahkan metil esterdan aquadest kedalam corong pisah dan membiarkanya
sampai terbentuk dua lapisan, kemudian lapisan bawahnnya dikeluarkan.
Menghiung volume metil ester yang diperoleh.

Prosedur analisa pengujian densitas


Pengujian density
1. Menimbang piknometer yang telah di bersihkan dalam keadaan belum ada isi
sebagai a gram
2. Mengisi piknometer dengan sampel dan menimbangnya sebagai b gram
3. Membersihkan piknometer yg telah digunakan dengan sabun dan alkohol
4. Menghitung besar densitas yang diperoleh.

Pengujian viskositas
1. Membersihkan gelas ukur 250 mL dan mengeringkanya dengan tissue.
2. Memasukkan sampel keadalam geals ukur tersebut sampai volume gelas ukur,
lalu memasukkan viscometer ostwald kedalam gelas ukur berisi sampel. Secara
otomasis membaca viskositas yang tertera dalam alat tersebut.
Pengujian asam lemak bebas (ALB)
1. Menimbang 2- 5 gram metil ester, menambahkan larutan metanol 95% sebanyak 50
ml dan 3 tetes indikator pp.
2. Melaukakan titrasi menggunakan larutan NaOH 0.1 N sampai berwana merah
muda.
3. Mencatat banyaknya volume NaOH yang terpakai.
Keterangan :
M = Berat molekul asam lemak (gr/mol)
T = Normalitas NaOH
m = Berat molekul asam lemak
Y = Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi (mL)

Pembuatan Larutan
1. NaOH 0.1 N 500 mL (sebanyak 2 gram NaOH dilarutkan dalam 500ml aquadest)
2. Metanol 95 % netral (memasukkan metanol (95% sebannyak yang diperlukan
kedalam erlenmeyer, menambhkan 3 tetes indikator PP lalu titrasi dengan NaOH
0.1 N sampai terbentuk warna merah muda)
3. Indikator pp (melarurkan 0.5 gram fenolftalein dalam 100 ml etanol).
V. DATA PENGAMATAN

Berat NaOH = 1gram

Volume Metanol = 41ml

Volume Minyak = 200ml

Volume Metil Ester = 110ml

Analisa

a. Analisa Densitas

Densitas
No. Sampel
a b b
54.9gr dalam
1. Sampel Minyak 33.5gr 21.4gr
T = 20oC

b. Pengujian Viskositas

Viskositas
No. Sampel
v s t

=

1. Sampel Minyak 0.19 19cm = 0.19m 1.37s
=
1.37
= 0.13

c. Pengujian Asam Lemak Bebas

Asam Lemak Bebas


No. Sampel Perubahan Warna
Ml NaOH Kadar
1. Sampel Minyak 3ml 0.192% Warna analit setelah titrasi
adalah berubah dari bening
menjadi merah muda
VI. DATA PERHITUNGAN
Labu piknometer kosong + termometer = 33.5gr
Labu piknometer + termometer + sampel = 54.9gr

a. Densitas Metil Ester


Sampel minyak
- Berat sampel = (labu piknometer + termometer + sampel) -
(labu piknometer kosong + termometer)
= 54.9gr 33.5gr
= 21.4gr
V aquadest (air) = V sampel = 24.605cm3

21.4
= 24.605 3


= 0.8697 3


= 0.8697

n = k (b s)t

= 0.09 (2.2 0.8697) 1.37

= 0.164 poise

b. Pengujian Viskositas
Diketahui : s alat Hoppler = 19cm
= 0.19m
t = 1.37s
Ditanya : = ?

Penyelesaian : =
0.19
= 1.37

= 0.13
c. Kadar ALB Metil Ester
Diketahui : N NaOH = 0.1N
V NaOH = 3ml
M sampel = 4gr

BM asam lemak = 256
Ditanya : = ?
. .
Penyelesaian : = 10 .
103
256 . 3 . . 0.1
3
= 10 . 4

= 1.92 . 103 . 100%


= 0.192 %
VII. ANALISA DATA

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan metil ester. Metil
ester merupakan asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari asam lemak
dengan metanol. Pembuatan metil ester dapat filakukan dengan melalui 4 cara, yaitu
pencampuran dan penggunaan secara langsung, mikroemulsi, pirolisis, dan
transesterifikasi. Metode yang digunakan pada percobaan kali ini adalah dengan cara
transesterifikasi. Bukan utama yang digunakan dalam pembuatan metil ester adalah
minyak jelantah atau minyak kelapa curah.

Minyak jelantah merupakan minyak yang telah digunakan berulang kali untuk
proses penggorengan. Minyak goreng bekas ini tidak dibuang langsug karena masih dapat
dipergunakan kembali dan sekaligus untuk penghematan. Komposisi minyak goreng bekas
yang masih mengandung asam lemak bebas mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dalam
pembuatan oleh kimia. Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai bahan baku pembuatan
metil ester atau bahan bakar alternatif melalui proses transesterifikasi atau esterifikasi.

Dalam percobaan ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah menimbang 1ram
NaOH yang telah dihaluskan dan melarutkan dengan 41ml etanol p.a di dalam piala gelas
250ml lalu mengaduk dengan stirrer hingga NaOH larut semua. Kemudian 200ml samppel
minyak secara bergantian dipanaskan diatas hotplate dan mengaduknya dengan stirrer kira-
kira 75-150rpm dengan suhu 45-55oC, hal ini dilakukan untuk memisahkan zat menjadi
metil ester dan gliserol, lalu menambahkan larutan Natrium Metoksida yang telah dibuat
sebelumnya ke dalam minyak yang telah dipanaskan dan juga mempertahankan suhu
pengadukan 55oC dengan melakukan penambahan larutan sedikit demi sedikit, menghitung
waktu hingga 45menit, setelah semuanya bercampur semua. Kemudian memindahkan
metil ester ke dalam corong pisah, mendiamkan sampai terbentuk 2 lapisan, lapisan atas
adalah metil ester dan lapisan bawah adalah gliserol. Setelah itu memasukkan metil ester
ke piala gelas dan melakukan pemurnian dengan memanaskan aquadest 50% volume metil
ester dengan suhu 60oC, kemudian menuangkan metil ester ke dalam aquadest,
mengaduknya perlahan selama 10menit. Setelah itu memindahkan metil ester dan aquadest
ke dalam corong pisah dan membiarkan hingga terbentuk 2 lapisan, lapisan bawahnya
dikeluarkan lalu menghitung volume yieldnya.

Tahap kedua yaitu dengan pengujian density, pertama-tama yang harus dilakukan
yaitu menimbang labu piknometer yang telah bersih untuk a gram dan kering lalu labu
tersebut diisi dengan sampel dan mengimpitkan pada suhu 55oC, kemudian menimbangnya
untuk b gram dan menghitung beraat sampel untuk c gram. Labu dibersihkan dengan sabun
atau air panas atau alkohol kemudian dikeringkan. Lalu melakukan perhitungan harga
density metil ester, harga density metil ester yang didapat adalah a = 33.5gr, b = 54.9gr,
dan c = 21.4gr dalam T = 20oC.

Tahap ketiga yaitu pengujian viskositas, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah membersihkan sampel terlebih dahulu alat Hoppler dengan contoh 2-3kali lalu
memipet 5ml dan memasukkan ke dalam alat, kemudian menetapkan waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan sampel dengan jalan menghisapnya sampai melebihi tanda
garis. Dari percobaan, didapatkan waktu = 1.37s dan s = 0.19m, sehingga v dapat dicari

dengan rumus = hingga didapatkan hasil sebesar 0.13 .

Tahap keempat yaitu pengujian asam lemak bebas, pertama-tama menimbang 2-5gr
metil ester, menambahkan larutan 50ml etanol 95% betral dan 3 tetes indikator
phenolptalein. Kemudian melakukan titrasi dengan NaOH 0.1N sampai warna berubah dari
bening menjadi merah muda. Dari hasi percobaan, ml NaOH yang didapatkan sebanyak
3ml sehingga kadar ALBnya = 0.192%.

Percobaan metil ester melibatkan proses pengadukan dan temperatur. Proses


pengadukan dan temperatur mempengaruhi proses hasil penyaringan. Pengadukan
menggunakan stirrer lebih baik daripada pengadukan biasa. Pengadukan biasa dapat
menyebabkan bersatunya larutan dan terjadinya penyabunan/emulsi akibat hal tersebut.
VIII. PERTANYAAN
1. Tuliskan mekanisme percobaan ini!
2. Terangkan prinsip reaksi transesterifikasi!
3. Mengapa dilakukan pada 75-150rpm? Apa yang terjadi jika pengadukan lebih dari
150rpm?
4. Mengapa harus dilakukan pemurnian dengan air panas?
5. Apa kegunaan metil ester?
6. Tuliskan beberapa parameter fisika kimia biodiesel!
7. Dengan krisis energi yang sekarang ini, apa saja yang dapat dibuat biodiesel?
Jelaskan!
8. Tulis teori (pustaka) yang terkait dengan pembuatan metil ester!
9. Buat tabel pengamatan setiap tahapan percobaan!

JAWABAN

1. Reaksi yang terjadi

2. Prinsip transesterifikasi adalah mengeluarkan gliserin dari minyak jelantah dan


mereaksikannya (ALBnya) dengan alkohol (metanol).
3. Karena 75-150rpm merupakan standar dalam pengadukan maka apabila
pengadukan melebihi 150rpm akan menyebabkan reaksi semakin cepat dan
konstanta reaksi semakin besar.
4. Karena didalam metil ester yang telah dibuat pasti masih ada H2O-nya sehingga air
panas dapat mengikat kadar air dan jika air panas dibuang diharapkan tidak ada
H2O lagi yang tersisa di dalam metil ester.
5. Keunggulan metil ester:
a. Sebagai bahan bakar diesel pengganti solar yang lebih murah
b. Bahan bakar mesin diesel
c. Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu formula
kosmetika salah satu contohnya capiyus triglycende/
6. Parameter fisika kimia biodiesel, yaitu:
a. Kekentalan (St)/viskositas

b. Kadar air ( )

c. Densitas ( 3 )
d. Kadar ALB
7. Biodiesel untuk membantu mengurangi krisis energi:
a. Kemiri
b. Minyak jelantah
c. Biji jarak
d. Bioetanol yang dibuat dari bahan-bahan bergula seperti singkong, tetes tebu,
ubi jalar
e. Minyak nabati seperti jarak pagar, kapuk
f. Biogas yang memanfaatkan sampah dan kotoran hewan
8. Teori pustaka yang terkait pembuatan metil ester, yaitu:
a. Teori tentang viskositas
b. Teori Asam Lemak Bebas
c. Teori Transesterifikasi (alkoholisis)
d. Kadar air dan density
9. a. Analisa Densitas

Densitas
No. Sampel
a b b
54.9gr dalam
1. Sampel Minyak 33.5gr 21.4gr
T = 20oC

b. Pengujian Viskositas

Viskositas
No. Sampel
v s t

=

1. Sampel Minyak 0.19 19cm = 0.19m 1.37s
=
1.37
= 0.13
c. Pengujian Asam Lemak Bebas

Asam Lemak Bebas


No. Sampel Perubahan Warna
Ml NaOH Kadar
1. Sampel Minyak 3ml 0.192% Warna analit setelah titrasi
adalah berubah dari bening
menjadi merah muda
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Metil ester adalah monoalkil ester dari asam-asam lemak rantai panjang yang
terkandung dalam minyak nabati atau lemak hewani untuk digunakan sebagai
alternatif yang tepat untuk bahan baka mesin diesel.
2. Transesterifikasi (alkoholisis) adalah tahap konversi dari trugliserida menjadi alkil
ester melalui reaksi dengan alkohol dengan produk samping gliserol.
3. Esterifikasi adalah tahap koncersi dari asam lemak bebas menjadi ester dan juga
tahap yang mereaksikan lemak dengan alkohol, misalnya metanol dan etanol.
4. Pada prosedur percobaan dilakukan tiga tahap prosedur analisa, yaitu pengujian
density, pengujian viskositas, dan pengujian asam lemak bebas.
5. Dari hasil percobaan, data yang didapatkan:
a. Densitas metil ester
Sampel minyak
1) Berat sampel = 21.4gr

2) sampel = 0.8697
b. Pengujian viskositas
= 0.13
c. Pengujian Asam Lemak Bebas
Kadar ALB sampel = 0.192%
6. Proses pengadukan dan temperatur mempengaruhi hasil penyaringan. Pengadukan
menggunakan stirrer lebih baik daripada pengadukan biasa dikarenakan konstan,
pengadukan manual dapat menyebabkan bersatunya larutan dan terjadinya
penyabunan(emulsi) akibat terlalu lambat atau terlalu cepat dengan pengadukan
yang tidak konstan.
DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet Satuan Proses, Pembuatan Metil Ester; 2012-2013. Politeknik Negeri


Sriwijaya.

www.google.com/pembuatan-metil-ester/
X. GAMBAR ALAT

Kaca Arloji Spatula

Termometer Labu Piknometer

Pipet Tetes Bola Karet/Hisap

Pipet Ukur Mortar/Penumbuk Porselen


Gelas Ukur Stopwatch

Hot Plate Gelas Kimia

Viskometer Hoppler Bola Beban


Corong Pisah Stirrer

Statif dan Klem Neraca Analitis


GAMBAR ALAT

Destilasi Ekstraksi

Anda mungkin juga menyukai