Anda di halaman 1dari 13

BAB III

Sifat fisis dasar bintang

Telah kita bicarakan bahwa jarak antara kita dan bintang sangat besar, mulai dari
beberapa tahun cahay hingga beberapa milyar tahun cahaya. Sedemikian jauhnya
hingga bintang raksasa seperti Antares dan Betelgeuse yang bergaris tengah lebih
dari 600 kali matahari, atau lebih dari 60.000 kali bumi, mempunyai garis tengah
sudut yang hanya sedikit lebih besar dai daya pisah teoritis telaskop terbesar di
bumi. Astronom bukan hanya taka dapat meraih bintang, untuk melihat bentuknya
pun sukar. Namun berbagai teknis telah ditemukan hingga orang dapat memahami
keadaan fisis bintang. Sebagian besar informasi tentang keadaan fisis bintang
diperoleh dengan menganalisis kuantitas dan kualitas pancaran elektromagnetnya.
Spektroskopi dan fotometri meliputi sebagian besar pengamatan astronomi
dewasa ini.

3.1 Spektroskopi bintang


3.1.1 Teori dasar spektroskopi. Pada tahun 1665 Newton menunjukkan bahwa
cahaya matahari yang terlihat putih itu bila dilakukan suatu gelas prisma akan
terurai dalam berbagai warna seperti pelangi. Uraian cahaya ini disebut spektrum.
Pada tahun 1802 Wollaston melihat adanya garis-garis gelap pada spektrum
matahari. Fraunhofer melakukan pengamatan yang cermat pada garis-garis itu dan
berhasil mengakataloguskan 600 garis pada tahun 1815. Delapan tahun kemudian
Fraunhofer melihat bahwa spektrum bintang juga mengandung garis-garis gelap
serupa yang terdapat pada spektrum matahari. Hal ini menyokong pendapat
bahwa matahari sebenarnya sebuah bintang.

Selanutnya orang mendapatkan bahwa garis-garis semacam itu dapat dibentuk


dalam laboratorium. Pada tahun 1859 Kirchoff mengemukakan tiga hukum
mengenai pembentukan spektrum oleh materi dalam berbagai keadaan fisis.
1. Bila suatu benda langit, cair atau gas bertekanan tingggi dipijarkan, benda tadi
akan memancarkan energi dengan spektrum pada semua panjang gelombang.
Spektrum ini disebut spektrum kontinu.
2. Gas bertekanan rendah bila dipijarkan akan memancarkan energi hanya pada
warna, atau panjang gelombang tertentu saja. Spektrum yang diperoleh berupa
garis-garis terang yang disebut garis pancaran atau garis emis. Letak setiap
garis itu atau panjang gelombangnya, merupakan ciri khas gas yang
memancarkannya. Unsur yang berbeda memancarkan kumpulan garis yang
berlainan pula.
3. Bila seberkas cahaya putih dengan spektrum kotinu dilewatkan melalui gas
yang dingin dan renggang, gas tersebut akan menyerap cahaya tadi pada warna
atau panjang gelombang tertentu. Akibatnya akan diperoleh spektrum kontinu
yang berasal dari cahaya putih yang lewat itu, diselang-seling garis gelap yang
disebut garis serapan atau garis absorpsi.

Ketiga hukum Kirchoff ini merupakan dasar spektroskopi. Cahaya bintang


berlatar belakang spektrum kontinu. Menurut hukum Kirchoff pertama, hal ini
menunjukkan cahaya bintang itu berasal dari gas yang bertekanan tinggi. Bagian
bintang yang memancarkan spektrum kontinu ini disebut fotosfer. Fotosfer
diselubingi oleh lapisan gas yang lebih ringan dan renggang yang merupakan
atmosfer bintang. Berdasarkan hukum Kirchoff ketiga, lapisan gas ini menyerap
pancaran dengan spektrum kontinu tadi pada panjang gelombang tertentu dan
membentuk garis-garis gelap atau garis serapan.

Kabut gas diruang antar bintang yang berselubung tebal memancarkan garis
pancaran. Sabagaimana dinyatakan oleh hukum Kirchoff kedua, radiasi ini
dipancarkan oleh gas renggang.

Dengan menentukan panjang gelombang garis serapan atau garis pancaran itu
dapat ditentukan unsur penyebabnya. Dengan cara ini komposisi atau susunan
kimia angkasa bintang dapat diketahui. Dan keadaan fisis angkasa bintang, seperti
temperatur, tekanan dan medan magnet dpat diketahui drai spektrum bintang.

Pengamatan garis spektrum yang ditimbulkan oelh suatu atom gas merupakan
kunci bagi penyelidikan struktur atom gas itu. Unsur yang paling sederhana dalam
alam ialah atom hidrogen. Seorang ahli fisika Swiss bernama Balmer
mendapatkan panjang gelombang kumpulan garis ini mengikuti hukum

1/= R (1/22 1/n2) (3.1.1)

adalah panjang gelombang, R suatu tetapan dan n adalah bilangan bulat 3,4,5
dan seterusnya. Deretan garis yang dipancarkan hidroge ini disebut deret Balmer.
Dengan mengambil n = 3 diperoleh garis Balmer yang pertama yang disebut H
pada = 6563 Ao. Untuk n = 4 didapat garis Balmer kedua yang disebut H,
demikian seterusnya. Untuk n makin besar, beda panjang gelombang masing-
masing garis Balmer makin kecil. Untuk n yang mendekati tak hingga didapat
limit Balmer pada = 3650 Ao.

Setelah penemuan Balmer itu, ditemukan deretan lain garis spektrum hidrogen. Di
daerah ultraungu diamati adanya garis yang disebut deret Lymann. Di daerah
inframerah juga diamati adanya beberapa deretan garis, antara lain dikenal sebagai
deret Paschen dan deret Bracket. Ternyata bentuk Persamaan 3.1.1 dapat pula
digunakan untuk menerangkan jarak antara garis itu dalam setiap deret, hanya
persamaan itu mengambil bentuk lebih umum yaitu

1/= R (1/m2 1/n2) (3.1.2)

N dan m adalah bilangan bulat dengan n>m. Untuk deret Lymann m = 1, deret
Balmer m = 2, deret Paschen m = 3 dan deret Brachet m = 4. Tetapan R disebut
tetapan Rydberg yang harganya 109 678 apabila dinyatakan dalam cm.

Pada tahun 1911 Rutherford membuat suatu model atom. Sebuah atom
digambarkan sebagai sebuah inti yang bermuatan listrik positif yang dikelilingi
elektron bermuatan negatif yang bergerak dalam orbit. Elektron yang bergerak
melingkar mengalami percepatan kearah pusat dan akan terus memancarkan
energi. Elektron akan menempuh lintasan berbentuk spiral dan akhirnya jatuh ke
inti. Umur atom ini tidak akan lama dan tidak dapat menjelaskan timbulnya
pancaran garis spektrum oleh atom.
Niels Bohr pada tahun 1913 memperbaiki model atom Rutherford itu.
Dikatakannya, elektron dalam atom hidrogen hanya dapat bergerak pada orbit
dengan jejari.

rn = 0,529 x 10-8n2 cm (3.1.3)

untuk n = 1, 2, 3, . . . dst. Pada setiap orbit elektron mempunyai energi sebesar

En = 13,6/n2 eV, (3.1.4)

( 1 eV = 1 elektron-volt = 1,602 x 10-12 erg). Jadi elektron tersebut tidak mungkin


mempunyai energi di antara harga itu. Orbit atau energi dengan n = 1 disebut
tingkat dasar. Pada tingkat ini energi elektron terendah yaitu -13,6 eV.

Bila elektron berpindah dari tingkat n ketingkat m dan m lebih rendah dari n
elektron akan kehilangan energi. Energi ini akan dipancarkan sebagai foton atau
butir cahaya dengan energi sebesar hv, apabila h adalah tetapan Planck (Pasal
2.2.2) dan v adalah frekuensi foton. Jadi

hv = Em En. (3.1.5)

Dari Persamaan 3.1.4 dengan menggunakan harga numerik tetapan dan mengingat
v = c/, Persamaan 3.1.5 menjadi

1/= 109 678 (1/m2 1/n2) (3.1.6)

Yang sesuia dengan Persamaan 3.1.2 yang diperoleh secara empiris. Dengan
model ini dapat diterangkan bahwa garis pada deret Lymann atom hidrogen
ditimbulkan oleh elektron yang berpindah dari tingkat dasar (m = 1), dan pada
deret Balmer oleh perpindahan elektron dari tingkat m = 2, demikian seterusnya.
Gambaran klasik bahwa elektron hanya dapat bergerak dalam orbit tertentu yang
bersesuaian dengan tingkat energinya sebenarnya tidak tepat. Elekron dapat
menempati semua tingkat energi. Yang bisa kita katakan hanyalah, suatu tingkat
energi lebih mungkin dari tingkat energi yang lain. Teori kuantum modern
beribicara tentang kemungkinan itu. Dengan teori itu dapat dihitung amplitudo
gelombang untuk setiap tingkat energi. Dalam mekanika kuantum sifat elektron

dalam sebuah atom dapat dijelaskan dengan lengkap dari fungsi (r, , ,t) yang

merupakan pemecahan suatu persamaan diferensial parsial yang dikenal sebagai


Persamaan Schrodinger.

Untuk menggambarkan tingkat energi dalam atom yang kompleks, model vektor
atom sangat berguna. Pertama, akan ditinjau atom atau ion yang memiliki satu
elektron valensi. Contoh atom seperti ini adalah atom alkaili seperti lithium,
natrium, kalium, dll. Setiap tingkat energi atom ini dapat digambarkan dengan
empat bilangan kuantum yaitu :
Bilangan kuantum utama n;
Bilangan kuantum momentum sudut orbit l,
dinyatakan dalam satuan h/2 =
harga l adalah 0, 1, 2, . . . , n-1,
l = 0,1,2,3,4,5 disebut elektron s, p ,d, f, g, h (=0 adalah s, dst.)
Bilangan kuantum monumentum sudut spin s,
Juga dinyatakan dalam satuan ,
Untu elektron tunggal s = ;
Bilangan kuantum momentum sudut total j,
Merupakan jumlah vektor dan s,
Hanya mempunyai harga ;
Sebagai contoh, suatu elektron yang mempunyai n = 2, = 1 dan j = 3/2 disebut
elektron 2 p 3/2. Pasangan harga n dan untuk suatu elektron disebut konfigurasi
elektron tersebut.

Pada atom dan ion dengan beberapa elektron valensi, momentum sudut orbit
dijumlahkan secara vektor dan diperoleh vektor.
L=l (3.1.7)

Harga L dapat 0, 1, 2, . . . Misalkan untuk dua elektron: l1 = 1dan l2 = 2 maka L


dapat 1, 2, atau 3. Harga L ini dinyatakan dengan huruf:

L = 0, 1, 2, 3, 4, 5
S PD FGH (3.1.8)

Demikian juga vektor momentum sudut spin s semua elektron valensi dapat
dijumlahkan dan membentuk vektor.

S=s (3.1.9)

Penjumlahan vektor ini hanya dilakukan secara paralel atau antiparalel. Bila
jumlah elektron valensi adalah N, harga S dapat:
S = , 3/2, . . . , N/2; bila N ganjil,
S = 0, 1, 2, . . . ,N/2; bila N genap.

Selanjutnya L dan S dapat dijumlahkan secara vektor dan memberikan vektor J


yaitu bilangan kuantum momentum sudut total untuk suatu tingkat energi.
Jadi

J = L + S. (3.1.10)

Penggabungan vektor momentum sudut semacam ini disebut sudut tipe


penggabungan Russell-Saunders atau LS coupling, yakni vektor momentum sudut
orbit eletron digabung menjdi vektor momentum sudut orbit total, kemudian
secara terpisah vektor momentun sudut spin total, dan selanjutnya vektor ini
digabung menjadi vektor momentum sudut total atom pada tingkat energi itu.
Bisa berlaku jj coupling yaitu J = j penjumlahan vektor pada persamaan 3. 1.
10 harus mengikuti aturan sbb:
J bulat bila S bulat,
J bilangan ganjil dikalikan , bila S juga bilangan ganjil dikalikan .
Harga J adalah

J = L+ S, L+S-1, L + S-2, . . . , L-S, (3.1.11)


Jelaslah bila:
L>S,J mempunyai 2S + 1 harga,
L<S,J mempunyai 2L + 1 harga,
L = 0, J mempunyai satu harga yaitu J=S.
Pasangan harga L dan S merupakan suatu term; sedang 2S + 1 disebut
penggadaan term (untuk LS, term terpecah dalam 2S + 1 tingkat energi) Bila 2S
+ 1 = 1 disebut singlet, bila 2 disebut doublet, dst.

Pancaran dengan panjang gelombang dipancarkan bila suatu atom mengadakan


transisi dari suatu tingkat energi tinggi ke tingkat energi rendah. Tingkat energi
pada suatu transisi dapat dinyatakan dengan notasi:

2s+ 1
n Lj

Konfigurasi term

Tanda menyatakan bahwa paritas konfigurasi (penjumlahan aritmatik l) ganjil,


bila paritas genap tanda tidak dituliskan. Sebagai contoh garis K Fraunhofer
dengan panjang gelombang = 3933, 664 A , dihasilkan oleh kalsium yang
terionisasi sekali dan mengalami transisi.

4 2S - 4 2P 3/2.

Kemungkinan terjadinya transisi dibatasi oleh suatu aturan seleksi,


l harus = 1 (paritas harus berubah)
J harus = 0 atau 1, kecuali J = 0 J=0
L harus = 0 atau 1
S harus = 0
Transisi yang melanggar aturan seleksi untuk paritas dan J disebut transisi
terlarang dan kecil kemungkinannya untuk terjadi.

Kita tinjau suatu gas dalam keadaan setimbang termodinamik, yang berarti di
semua tempat dalam gas itu jumpah energi yang diserap dan dipancarkan sama.
Pada keadaan ini terdapat kesetimbangan jumlah atom yang elektronnya berada
pada tingkat energi tertentu, misalkan tingkat n. Artinya laju atom yang berpindah
ke dan dari tingkat n sama. Jadi bila jumlah atom yang bereksitasi pada tingkat n
tersebut adalah N maka Dn/dt = 0. Misalkan jumlah aton yang bereksitasi di
tingkat a adalah Na dan ditingkat b adalah Nb. Perbandingan Nb dan Na dapat
mekanika statistik yaitu

Nb/Na = gb/ga e Eab/kT, (3.1.12)

Eab = beda energi antara tingkat a dan b.


T = temperatur dinyatakan dalam derajat Kelvin,
k = tetapan Boltzmann = 1,37 x 10 -16 (satuan cgs).

ga dan gb adalah beban statistik untuk tingkat energi a dan b. untuk atom hidrogen
statistik untuk tingkat ke n adalah gn = 2n2. Untuk atom pada umumnya g = 2 J +
1, dengan J sebagai momentum sudut atom. Persamaan satuan cgs dimasukkan
dan energi dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV), persamaan tersebut dapat
ditulis dalam bentuk

log Nb/Na = - 5040 Eab/T + log gb/ga (3.1.13)

Pada keadaan setimbang termodinamika, laju ionisasi sama dengan laju


rekombinasi. Dengan demikian jumlah atom yang terionisasi, katakan r kali, akan
tetap. Misalkan dalan suatu kumpulan gas, jumlah atom yang terionisasi r kali
adalah Nr, sedang jumlah atom yang reionisasi r + 1 kali adalah Nr + 1. Saha
mendapatkan
(Nr+1/Nr) Pe = 2 (ur+1/ur)(2me/h2)3/2 (kT)5/2 e Ir/kT (3.1.14)

Pe = tekanan yang ditimbulkan oleh elektron bebas,


H = tetapan Planck,
k = tetapan Boltxmann,
me = energi ionisasi atom yang telah terionisasi r kali (energi yang diperlukan
agar atom itu terionisasi r + 1 kali).

ur disebut fungsi partisi untuk atom yang telah terionisasi r kali, demikian pula
partisi ini biasanya diberikan dalam tabel. Persamaan 3.1.14 disebut Persamaan
Saha. Bila kita gunakan satuan eV untuk energi ionisasi dan satuan cgs untuk
besaran lainnya, setelah harga semua tetapan dimasukkan, kita peroleh persamaan
Saha berbentuk

log Nr+1 = - (5040/T) Ir + 2,5 log T 0,48 logPe + log (2ur+1/ur) (3.1.15)
Nr

Kita lihat pada temperatur yang tinggi dan pada tekanan yang rendah jumlah atom
yang terionisasi tinggi (kehilangan banyak elektronnya) akan besar.

Kabut antar bintang atau nebula memancarkan kumpulan garis spektrum yang tak
dikenal di bumi. Pada mulaya disangka garis itu berasal dari unsur kimia yang
belum diketahui. Unsur misterius ini dinamakan nebulium (berasal dari kata
nebula). Tetapi pada tahun 1927 I.S. Bowen menunjukkan bahwa garis nebula
yang terang dengan = 4958,91 A dan = 5006,84 A merupakan akibat transisi
terlarang pada ion oksigen. Garis-garis ini ditulis sebagai garis [0 III]; kurung
kotak berarti garis terlarang, sedang angka III menunjukkan garis berasal dari
atom oksigen yang terionisasi dua kali. Dibumi kemungkinan terjadinya transisi
yang menimbulkan garis-garis ini sangat kecil higga orang tidak mengamatinya.
Mekanisme pembentukan garis-garis ini pada spektrm kabut antar bintang adalah
sebagai berikut.
Suatu atom dalam keadaan eksitasi dapat di de-eksitasikan (dikembalikan ke
tingkat energi dasar) dengan dua cara yaitu :
1. Secara spontan dengan memancarkan energi, atau
2. Ditumbuk eleh elektron lain dan energinya diberikan pada elektron tadi untuk
menambah energi kinetiknya.

Pada molekul perubahan energi dapat terjadi dengan tiga macam cara :
1. Perpindahan elektron dari tingkat energi lain,
2. Perubahan energi getaran molekul,
3. Perubahan energi rotasi molekul.

Kombinasi perubahan energi ini menimbulkan banyak sekali garis spektrum yang
tak dapat dipisah-pisahkan. Jajaran garis ini membentuk spektrum pita. Pada pita
yang bersuhu rendah dapat diamati adanya spekrtum pita yang berasal dari
beberapa molekul seperti oksida titanium dan sianogen.

3.1.2 Spektrum bintang.untuk menguraikan cahaya menjadi spektrum panjang


gelombangnya dapat digunakan gelas prisma atau kisi-kisi. Pada suatu prisma
uraian cahaya terjadi karena indeks bias untuk panjang gelombang yang berbeda
akan berbeda pula. Cahaya dengan panjang gelombang pendek (biru) akan
dibiaskan lebih banyak dari pada cahaya dengan panjang gelombang panjang
(merah).

Ciri utama spekrtum bintang pada setiap kelas dapat kita baca pada tabel di bawah
ini, demikian juga temperatur permukaan dan warnanya.
Kelas 0 : Garis ion helium, garis oksigen, nitrogen, karbon, siikon dan lain-lain
yang terionisasi beberapa kali terlihat. Garis hidrogen lemah.
Temperatur > 25.000 K. Warna biru.
Kelas B : Garis helium netral terlihat, garis hidrogen lebih jelas daripada kelas 0.
Juga terlihat garis ion silikon dan oksigen. Temperatur antara 25.000-
10.000 K. Warna Biru.
Kelas A : Garis hidrogen terkuat pada kelas ini. Garis ion Mg, Si, Fe, Ca, dan
lain-lain terlihat. Garis logam netral terlihat lemah. Temperatur antara
10.000- 7.500 K. Warna Biru.
Kelas F : Garis hidrogen lebih lemah dari kelas A tetapi masih jelas. garis ion
Ca, Fe, Cr masih terlihat. Garis logam netral terlihat. Temperatur
antara 7.500-6.000 K. Warna Biru Keputih-putihan.
Kelas G : Garis H lebih lemah dari kelas F. Garis ion logam dan logam netral
terlihat. Temperatur antara 6.000-5.000 K. Warna Putih Kekuning-
kuningan.
Kelas K : Garis logam netral jelas. garis H lemah sekali. Pita molekul TiO
terliaht. Temperatur antara 5.000-3.500 K. Warna Jingga Kemerah-
merahan.
Kelas M : Garis logam netral kuat. Pita molekul TiO jelas. temperatur <3.500 K.
Wana Merah.

Garis spektrum tidak merupakan garis yang tajam tetapi merupakan lebar tertentu.
Pelebaran garis spektrum disebabkan oleh beberapa hal yang akan diuraikan
secara ringkas sebagai berikut :
1. Pelebaran ilmian. Atom mempunyai tingkat energi tertentu yang diskret.
Harga energi yang diberikan pada suatu tingkat energi sebenarnya adalah harga
yang paling mungkin untuk tingkat itu. Suatu atom yang berada di tingkat
tersebut dapat mempunyai energi sedikit berbeda dari harga yang paling
mungkin itu, tetapi kemungkinannya lebih kecil. Karena itu panjang
gelombang foton yang bisa diserap atom untuk mengadakan eksitasi dari
tingkat energi itu juga bukan merupakan harga yang pasti tetapi bisa berkisar
pada suatu harga tertentu. Akibatnya garis spektrum yang dihasilkan oleh suatu
kumpulan atom tidak tajam tetapi agak lebar.

2. Pelebaran Doppler. Atom yang memberikan suatu garis spektrum tidak berada
dalam keadaan diam tetapi bergerak ke berbagai arah. Makin tinggi temperatur,
makin cepat gerak atom itu. Akibat efek Doppler, setiap atom akan menyerap
foton dengan panjang gelombang yang berbeda-beda bergantung pada
kecepatan radialnya terhadap pengamat. Hal ini mengakibatkan pelebaran garis
spektrum.

3. Pelebaran tumbukan. Tingkat energi suatu atom dapat terganggu oleh adanya
atom atau ion yang lewat di dekatnya atau yang menumbuknya, akibatnya,
tingkat energi atom akan berubah sedikit hingga panjang gelombang foton
yang dapat diserapnya agak berbada daripada kalau tidak ada gangguan.
Dengan demikian atom akan memberikan garis spektrum yang melebar.

4. Efek Zeeman. Medan magnet dapat menyebabkan suatu tingkat energi suatu
atom terpecah menjadi dua atau lebih. Akibatnya garis spektrum terpecah
menjadi dua garis atau lebih. Dalam spektrum bintang komponen garis ini
umumnya tidak dapat dipisahkan hingga akibatnya tampak seperti pelebaran
garis.

3.2 Fotometri bintang


3.2.1 Sistem magnitudo. Keadaan fisis bintang dapat ditelaah dari spektrumnya
maupun kuat cahayanya. Sekarang kita tinjau dua buah bintang, misalnya Rigel
dan Betelgeuse di rasi Orion. Rigel berwarna biru dan Betelgeuse berwarna
merah. Menurut Hukum Planck dan Hukum Wien, temperatur permukaan Rigel
lebih tinggi dari pada Betelgeuse.

3.2.2 Magnitudo bolometrik dan temperatur efektif. Sebegitu jauh kita


membicarakan sistem magnitudo yang diukur pada daerah panjang gelombang
tertentu. Walaupun berbagai magnitudo tersebut dapat menggambarkan sebaran
energi pada spektrum bintang, dengan demikian dapat memberikan petunjuk
tentang temperaturnya, namun belum memberikan informasi tentang seluruh
energi yang dipancarkan bintang . unyuk itu didefinisikan magnitudo bolometrik
(m bol) yang menyatakan magnitudo bintang bila diukur dalam seluruh panjang
gelombang.
3.3 Jenis Bintang berdasarkan spektrum dan kuat cahayanya
3.3.1 Diagram Hertzsprung-Russell. Pada tahun 1911, seorang astronom Denmark
bernama Eijnar Hertzsprung membandingkan hubungan antara magnitudo dan
indeks warna bintang dalam gugus Pleiades dan Hyades. Pada umumnya makin
biru warna suatu bintang, makin terang cahayanya (makin kecil magnitudonya).
Pada tahun 1913, seorang astronom Amerika bernama Henry Norris Russell
membuat plot hubungan antara magnitudo mutlak dan spektrum bintang.
Hasilnya, sebuah diagram yang sekarang dikenal dengan nama diagram
Hertzsprung-Russell atau disingkat diagram HR.

Dalam diagram tersebut kita lihat bintang-bintang cenderung mengelompok dalam


beberapa deretan. Sebagian besar bintang menempati suatu jalur dari kiri atas ke
kanan bawah. Deret in disebut deret utama (main-sequence).

Kelas spektrum bintang merupakan penunjuk temperatur permukaannya. Bintang


kelas 0 lebih panas dari bintang kelas B dan seterusnya. Jadi diagram HR
sebenarnya menunjukkan hubungan antara luminositas atau magnitudo mutlak
bintang dengan temperatur permukaannya. Bahwa sebagian besar bintang
menempati deret utama berati : bagi kebanyakan bintang, makin tinggi temperatur
permukaannya makin terang cahaya bintang itu.

Kita melihat beberapa pengelompokan selain deret utama yaitu maharaksasa


(supergiant), raksasa (giant) dan katai putih (white dwarf). Bintang yang
luminositasnya besar disebut bintang raksasa dan yang luminositasnya kecil
disebut bintang katai.

Anda mungkin juga menyukai

  • Contoh Template 1knjbjklbl
    Contoh Template 1knjbjklbl
    Dokumen2 halaman
    Contoh Template 1knjbjklbl
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Tekanan Word
    Tekanan Word
    Dokumen6 halaman
    Tekanan Word
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Contoh Template 1
    Contoh Template 1
    Dokumen2 halaman
    Contoh Template 1
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Contoh Template 1
    Contoh Template 1
    Dokumen2 halaman
    Contoh Template 1
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • RPP Zat Aditif
    RPP Zat Aditif
    Dokumen15 halaman
    RPP Zat Aditif
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Absensi Privat
    Absensi Privat
    Dokumen1 halaman
    Absensi Privat
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Materi 1 Fluida
    Materi 1 Fluida
    Dokumen3 halaman
    Materi 1 Fluida
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Soal HOTS
    Soal HOTS
    Dokumen11 halaman
    Soal HOTS
    DianNur
    83% (6)
  • Turunin Rumus
    Turunin Rumus
    Dokumen1 halaman
    Turunin Rumus
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Penilaian
    Penilaian
    Dokumen7 halaman
    Penilaian
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Lingkaran
    Lingkaran
    Dokumen36 halaman
    Lingkaran
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 Ipba
    Bab 4 Ipba
    Dokumen4 halaman
    Bab 4 Ipba
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Evolusi Bintang
    Evolusi Bintang
    Dokumen10 halaman
    Evolusi Bintang
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Essay Reklamasi Jakarta
    Essay Reklamasi Jakarta
    Dokumen6 halaman
    Essay Reklamasi Jakarta
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Bonus Demografi
    Bonus Demografi
    Dokumen3 halaman
    Bonus Demografi
    Dwi Ratna 'Nanako'
    Belum ada peringkat
  • Astrofisika 1
    Astrofisika 1
    Dokumen12 halaman
    Astrofisika 1
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Evolusi Bintang
    Evolusi Bintang
    Dokumen10 halaman
    Evolusi Bintang
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • HTTP
    HTTP
    Dokumen1 halaman
    HTTP
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Bonus Demografi
    Bonus Demografi
    Dokumen3 halaman
    Bonus Demografi
    Dwi Ratna 'Nanako'
    Belum ada peringkat
  • Kompetensi Dasar Dan Indikator
    Kompetensi Dasar Dan Indikator
    Dokumen13 halaman
    Kompetensi Dasar Dan Indikator
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Cover Rencana Studi
    Cover Rencana Studi
    Dokumen1 halaman
    Cover Rencana Studi
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN (Kelompok 9)
    VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN (Kelompok 9)
    Dokumen25 halaman
    VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN (Kelompok 9)
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Bab 1,2,3
    Bab 1,2,3
    Dokumen12 halaman
    Bab 1,2,3
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • SILABUS Yg Bener
    SILABUS Yg Bener
    Dokumen12 halaman
    SILABUS Yg Bener
    D'ferti Anggraeni
    Belum ada peringkat