Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan
sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan
bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena
klimatologi memerlukan interpretasi dari data2 yang banyak dehingga
memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang2 sering juga
mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004)

Sejak tahun 1980an para pemerhati dan peneliti meteorologi


meyakini bahwa akan terjadi beberapa penyimpangan iklim global, baik
secara spatial maupun temporal, seperti peningkatan temperatur udara,
evaporasi dan curah hujan. Menjadi hal sangat krusial mengetahui
besaran anomali curah hujan yang akan terjadi pada masa datang di
wilayah Indonesia dalam skala global menggunakan model prakiraan
iklim yang dikembangkan berdasarkan keterkaitan proses antara
atmosfer, laut, dan kutub dengan memperhatikan evolusi yang
proporsional dari peningkatan konsentrasi CO2 di trophosfer.

Penelitian desk studi simulasi zonasi curah hujan untuk periode


1950-1979 dan periode 2010-2039 beserta anomalinya terutama untuk
musim hujan (Maret sampai Oktober) dilaksanakan pada tahun 2002.
Anomali zonasi curah hujan merupakan selisih kejadian hujan (mm) pada
periode inisial (1950-1979) dengan periode berikutnya (2010-2039),
dengan menggunkan model ARPEGE (Action de Recherche Petite
Echelle Grande Echelle) Climat versi 3.0. Besaran curah hujan yang
ditampilkan merupakan keadaan curah hujan rataan bulanan pada kedua
periode tersebut. Koordinat yang dipilih berkisar antara 25 Lintang
Utara dan Lintang Selatan serta berkisar 150 Bujur Timur.

1 Makalah Curah Hujan


Selain itu, dianalisis zonasi temperatur maksimal dan
temperatur minimaluntuk ketinggian 2 m di atas permukaan tanah dan
evaporasi (mm). Untuk melihat perubahan frekuensi kejadian hujan
sepanjang tahun 1980 sampai 2000 pada kondisi lapang, dilakukan
analisis frekuensi untuk parameter curah hujan dan temperatur pada dua
periode pengamatan: periode 1980-1990 dan 1991-2000. Data iklim hasil
pengamatan tersebut diperoleh dari stasiun klimatologi Tamanbogo,
Lampung Tengah (10505 BT ; 522 LS ; 20 m dpl) dan Genteng, Jawa
Timur(11413 BT ; 822 LS ; 168 m dpl).

Pada periode 2010-2039 diprakirakan akan terjadi peningkatan


jumlah curah hujan di atas wilayah Indonesia, yang ditandai dengan
perubahan zonasi wilayah hujan dengan anomali positip zona konveksi,
peningkatan temperatur, dan evaporasi terutama pada zona konveksi
tertinggi di sepanjang selat Malaka, Laut Banda, Laut Karimata, dan Laut
Arafura. Perubahan kualitas dan kuantitas curah hujan, khususnya curah
hujan 100-150 mm/hari secara signifikan (59% dan 100%) pada stasiun
sinoptik Tamanbogo dan Genteng telah terjadi pada periode 1991-2000.
Langkah antisipasi limpahan curah hujan yang lebih besar dapat
dilakukan secara serentak melalui pendekatan lingkungan dan
kemasyarakatan.

I.II Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud curah hujan?
2. Apa yang dimaksud dengan hujan?
3. Bagaimana proses terjadinya hujan?
4. Bagaimana metode perhitungan curah hujan?

I.III Batasan dan Ruang Lingkup Laporan


Dalam laporan ini diperlukan batasan laporan dan ruang lingkup
laporan sebagai berikut :

2 Makalah Curah Hujan


1. Data curah hujan yang diolah adalah data curah hujan yang di
ambil dari PU Srengat.
2. Laporan data curah hujan mentah yang diolah untuk
menentukan debit banjir dan debit banjir kala ulang untuk
daerah yang dipilih.

I.IV Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara menentukan curah hujan disuatu
wilayah
2. Mahasiswa mengetahui penggunaan alat pengukur curah hujan

I.V Manfaat Praktikum


Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
Sebagai sarana untuk menambah wawasan konsep dan pemahaman
di dalam memecahkan masalah yang ditekuni selama perkuliahan dan
sarana untuk meningkatkan pemahaman dan peningkatan kreatifitas dan
keaktifan melalui kegiatan pengolahan data dalam upaya pemenuhan
tugas hidrologi khususnya dalam masalah curah hujan.

3 Makalah Curah Hujan


BAB II
DASAR TEORI

II.I. Curah hujan


Curah hujan sebagai yang tercurah dari langit dan diukur oleh
penakar hujan dengan luasan diameter tertentu merupakan kondisi air
yang tercurah dalam suatu luasan tertentu. Dan untuk perhitungan kasar
volume air yang jatuh dari langit dapat dihitung dengan
mempertimbangkan luasan suatu daerah tertentu dikalikan dengan tinggi
curah hujan yang terukur yang akan menghasilkan satuan volume
air. Karena wilayah Indoneisa merupakan daerah tropis dengan intensitas
hujan berbeda dari satu tempat ke tempat lain meskipun jaraknya sangat
dekat (satuan kilometer), maka perhitungan besarnya intensitas hujan
akan ditentukan oleh banyaknya penakar hujan. Dengan perhitungan
secara hidrologis yang dikenal dengan planimetri akan dapat dihitung
intensitas rata-rata dalam suatu kawasan. Hitungan ini umumnya
digunakan untuk menghitung volume air hujan yang tercurah dari langit
untuk kepentingan pembentukan embung dam atau waduk (Anonim,
2010).

Prinsip penakar hujan tipe Hellman yaitu air hujan yang jatuh pada
mulut penakar masuk ke dalam silinder. Di dalam silinder kolektor ini
terdapat sebuah pelampung penggerak tangkaipena. Goresan pena
diterima oleh silindeer pias. Silinder kolektor mempunyai daya tampung
maksimum 10 mm. Tepat pada saat kolektor penuh, maka air senilai 10
mm ini tercurah habis melalui pipa pembuangan. Bersamaan dengan ini
pelampunmg turun ke dasar dan pena kembali ke titik nol pada skala pias.
Penakar ini umumnya mencatat periode hujan harian sehingga untuk
menghitungnya : (X x 10mm) + Y mm ( Sutiknjo, 2005 ).
Sistem Sirkulasi Umum Atmosfer dan Monsun di Indonesia
Benua Maritim Indonesia (BMI) merupakan wilayah yang unik di kawasan
ekuatoria. Ramage5) menyebutkan bahwa wilayah Indonesia melepaskan

4 Makalah Curah Hujan


banyak panas laten dan sebagai wilayah sumber bagi pembentukan
sirkulasi Walker tropis bersamaan dengan sirkulasi Hadley.

Curah Hujan di Indonesia


Variabilitas iklim tahunan dan antar-tahunan di Indonesia cukup
unik karena tidak sama untuk semua daerah dan berpengaruh pada pola
cuaca dan curah hujannya (Haylock and 4 McBride dalam Aldrian ).
Sementara Tjasyono6) menjelaskan bahwa pola monsunal, ITCZ (Inter
Tropical Convergence Zone) dan konveksi troposfer (MJO) ialah beberapa
pola cuaca yang kerap mewarnai dinamika daerah beriklim tropis
khususnya Indonesia. Selain itu dengan interaksi daratan dan lautan serta
topografi wilayah dalam skala lokal maka kajian iklim regional di berbagai
daerah di Indonesia merupakan suatu proses awal untuk memahami
pengaruh dari pola-pola cuaca tersebut baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.

Berbagai parameter cuaca yang diawali oleh radiasi matahari


diteruskan dengan fluktuasi suhu sehingga mengakibatkan perbedaan
tekanan diberbagai tempat menjadi pemicu pergerakan massa udara yang
mengandung uap air dari siklus hidrologi, untuk kemudian mengalami
proses-proses termodinamik sehingga dapat menjadi awan dan
selanjutnya turun ke permukaan bumi sebagai hujan. Secara statistik
curah hujan di wilayah beriklim tropis seperti Indonesia merupakan salah
satuparameter yang dapat menggambarkan kondisi cuaca secara umum
baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Pola Curah Hujan


Menurut Tjasyono6), Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi
3 pola iklim utama dengan melihat pola curah hujan selama setahun.Hal
ini didukung oleh Aldrian dan Susanto4).

1. Curah Hujan Pola Monsunal

5 Makalah Curah Hujan


Pola ini monsun dicirikan oleh tipe curah hujan yang bersifat
unimodial (satu puncak musim hujan) dimana pada bulan Juni, Juli dan
Agustus terjadi musim kering, sedangkan untuk bulan Desember, Januari
dan Februari merupakan bulan basah. Sedangkan enam bulan sisanya
merupakan periode peralihan atau pancaroba (tiga bulan peralihan musim
kemarau ke musim hujan dan tiga bulan peralihan musim hujan ke musim
kemarau).Daerah yang didominasi oleh pola monsun ini berada didaerah
Sumatra bagian Selatan, Kalimantan Tengah dan Selatan, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara dan sebagian Papua.
2. Curah Hujan Pola Ekuatorial
Pola ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk
bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret
dan Oktober atau pada saat terjadi ekinoks.Daerahnya meliputi pulau
Sumatra bagian tengah dan Utara serta pulau Kalimantan bagian Utara.

3. Curah Hujan Pola Lokal


Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial (satu puncak
hujan), tetapi bentuknya berlawanan dengan tipe hujan
monsun.Daerahnya hanya meliputi daerah Maluku, Sulawesi dan sebagian
Papua.

II.II. Pengertian Hujan


Hujan adalah titik-titik air di udara atau awan yang sudah terlalu
berat karena kandungan airnya sudah sangat banyak, sehingga akan jatuh
kembali ke permukaan bumi sebagai hujan (presipitasi). Alat untuk
mengukur curah hujan adalah fluviometer. Garis khayal di peta yang
menghubungkan tempat-tempat yang mendapatkan curah hujan yang
sama disebut isohyet.

II.III. Jenis-Jenis Hujan


Ada banyak sekali jenis jenis hujan, semua itu tergantung dari
sudut apa kita memandang nya.
Berdasarkan proses terjadinya

6 Makalah Curah Hujan


Hujan Orografis
Hujan orografis adalah hujan yang terjadi karena gerakan udara
yang mengandung uap air terhalang oleh pegunungan
sehingga massa udara itu dipaksa naik ke lereng pegunungan. Akibatnya
suhu udara tersebut menjadi dingin. Sampai ketinggian tertentu terjadi
proses kondensasi dan terbentuklan awan. Selanjutnya terjadilah hujan
yang disebut hujan orografis.

Hujan Konveksi (Zenithal)


Hujan konveksi terjadi karena udara yang mengandung uap air
bergerak naik secara vertikal (konveksi) karena pemanasan. Udara yang
naik itu mengalami penurunan suhu, sehingga pada ketinggian tertentu
terjadi proses kondensasi dan pembentukan awan. Setelah awan tersebut
tidak mampu lagi menahan kumpulan titik-titik airnya, maka terjadilah
hujan konveksi (zenithal).Hujan konveksi banyak terjadi di daerah tropis
yang mempunyai intensitas penyinaran matahari yang selalu tinggi.

Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi karena adanya pertemuan
antara massa udara panas dengan massa udara dingin. Pada pertemuan
udara panas dan dingin terjadilah bidang front dimana terjadi kondensasi
dan pembentukan awan.Udara yang panas selalu berada di atas udara
yang dingin.Hujan frontal biasanya terjadi di daerah lintang sedang atau
pertengahan.

Hujan Siklon Tropis


Siklon tropis hanya dapat timbul didaerah tropis antara lintang 0-
10 lintang utara dan selatan dan tidak berkaitan dengan front, karena
siklon ini berkaitan dengan sistem tekanan rendah. Siklon tropis dapat
timbul dilautan yang panas, karena energi utamanya diambil dari panas
laten yang terkandung dari uap air. Siklon tropis akan mengakibatkan
cuaca yang buruk dan hujan yang lebat pada daerah yang dilaluinya.

7 Makalah Curah Hujan


Hujan Buatan
Sering kali kebutuhan air tidak dapat dipenuhi dari hujan
alami.Maka orang menciptakan suatu teknik untuk menambah curah
hujan dengan memberikan perlakuan pada awan.Perlakuan ini dinamakan
hujan buatan (rain-making), atau sering pula dinamakan penyemaian
awan (cloud-seeding).
Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan
yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di
dalam awan. Proses fisika yang dapat diubah meliputi proses tumbukan
dan penggabungan (collision dan coalescense), proses pembentukan es
(ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan sebenarnya tidak
menciptakan sesuatu dari yang tidak ada.Untuk menerapkan usaha hujan
buatan diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang
cukup, sehingga dapat terjadi hujan yang sampai ke tanah.Bahan yang
dipakai dalam hujan buatan dinamakan bahan semai.

Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya


1. Hujan gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm
2. Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada
dibawah 0 Celsius
3. Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari
awan yang suhunya dibawah 0 Celsius
4. Hujan deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu
diatas 0 Celsius dengan diameter 7 mm.

Jenis-Jenis Hujan Berdasarkan Besarnya Curah Hujan (Definisi


BMKG)
1. Hujan sedang, 20 50 mm per hari
2. Hujan lebat, 50-100 mm per hari
3. Hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari

II.IV. Penjelasan Jenis-Jenis Hujan Berdasarkan Terjadinya

8 Makalah Curah Hujan


1. Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik
disertai dengan angin berputar.
2. Hujan Zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator,
akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara.
Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpala Untuk
kepentingan kajian atau praktis, hujan dibedakan menurut terjadinya,
ukuran butirannya, atau curah hujannya. awan di sekitar ekuator yang
berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
3. Hujan Orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung
uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju
pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi.
Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
4. Hujan Frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin
bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara
kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara
dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi
hujan lebat yang disebut hujan frontal.
5. Hujan Muson, atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin
Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena
adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan
Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan Oktober
sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai
Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim
penghujan dan musim kemarau.
6. Hujan Asam, juga bisa diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH
di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6)
karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan
memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat
bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
7. Hujan Meteor, Perseid bisa di lihat saat matahari terbenam dan Venus,
Saturnus, Mars serta bulan sabit muncul dari barat secara bersamaan.
Saat itulah hujan meteor terjadi. Nama Perseid berasal dari nama Rasi

9 Makalah Curah Hujan


bintang Perseus karena hujan meteor ini seolah-olah berasal dari arah rasi
bintang itu. Kecepatan meteor tersebut kira-kira 60 kilometer per jam,
dan memiliki kilatan meteor yang terang dengan cahaya yang
panjangHujan meteor terkadang menawarkan keindahan lain. Tak cuma
siraman bintang jauh yang akan menghiasi langit malam, fireball juga bisa
muncul sewaktu-waktu. Fireball itu sendiri adalah sebuah cahaya yang
besar dan terang yang jatuh diantara hujan Meteor.

Ada dua teori pembentukan hujan yaitu teori bergeron dan teori
tumbukan dan penyatuan.
1. Teori Bergeron
Teori ini berlaku untuk awan dingin (di bawah 0 0C) yang terdiri dari
kristal es dan air lewat dingin (air yang suhunya di bawah 0 0C tapi belum
membeku). Peristiwa ini sering terjadi pada awan cumulus yang tumbuh
menjadi cumulonimbus dengan puncak awan berada dibawah titik beku.
2. Teori Tumbukan dan Penyatuan
Menurut teori ini, butir-butir awan hanya terjadi dari air.Hujan terjadi
berdasarkan perbedaan kecepatan jatuh antara butir-butir curah hujan
yang berbeda ukurannya. Butir air yang lebih besar akan memiliki
kecepatan jatuh lebih cepat daripada butir-butir kecil. Banyak terjadi di
daerah tropis yang berawan panas dengan perkembangan yang cepat.

Di Indonesia kita mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan


musim kemarau.Musim hujan biasa terjadi pada bulan Oktober sampai
Maret, sedangkan musim kemarau terjadi pa bulan April sampai
Oktober.Tapi entah kenapa hujan terjadi bulan ini ya, ga berhenti-berhenti
pula.Musim yang aneh.

II.V. Faktor Yang Mempengaruhi Curah Hujan


Sebagai salah satu kawasan tropis yang unik dinamika atmosfernya
dimana banyak dipengaruhi oleh kehadiran angin pasat, angin monsunal,
iklim maritim dan pengaruh berbagai kondisi lokal, maka cuaca dan iklim
di Indonesia diduga memiliki karakteristik khusus yang hingga kini

10 Makalah Curah Hujan


mekanisme proses pembentukannya belum diketahui banyak orang.
Secara umum curah hujan di wilayah Indonesia didominasi oleh adanya
pengaruh beberapa fenomena, antara lain sistem Monsun Asia-Australia,
El-Nino, sirkulasi Timur-Barat (Walker Circulation) dan sirkulasi Utara-
Selatan Universitas Sumatera Utara(Hadley Circulation) serta beberapa
sirkulasi karena pengaruh local (McBride, 2002 dalam Hermawan,
E.2007).
Variabilitas curah hujan di Indonesia sangatlah kompleks dan
merupakan suatu bagian chaotic dari variabilitas monsun (Ferranti 1997
dalam Aldrian 2003).Monsun dan pergerakan ITCZ (Intertropical
Convergence Zone) berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan dan
semi tahunan di Indonesia (Aldrian, 2003), sedangkan fenomena El-Nino
dan Dipole Mode berkaitan dengan variasi curah hujan antartahunan di
Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai satu kawasan benua maritim karena
sebagian besar wilayahnya didominasi oleh lautan dan diapit oleh dua
Samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.Oleh karena itu
elemen (unsur) iklimnya terutama curah hujan memungkinkan
dipengaruhi oleh keadaan suhu permukaan laut (SPL) di sekitarnya. Salah
satu fenomena yang dicirikan oleh adanya suatu perubahan SPL yang
kemudian mempengaruhi curah hujan di Indonesia adalah fenomena yang
terjadi di Samudera Hindia yang dikenal dengan istilah Dipole Mode (DM)
yang tidak lain merupakan fenomena couple antara atmosfer dan laut yang
ditandai dengan perbedaan anomali dua kutub Suhu Permukaan Laut (
SPL) di Samudera Hindia tropis bagian timur (perairan Indonesia di
sekitar Sumatera dan Jawa) dan Samudera Hindia tropis bagian tengah
sampai barat (perairan pantai timur Benua Afrika).

II.VI. Metode Perhitungan Curah Hujan

Data hujan yang tercatat disetiap stasiun penakar hujan adalah tinggi
hujan disekitar stasiun tersebut atau disebut sebagai Point Rainfall.
Karena stasiun penakar hujan tersebar di daerah aliran maka akan banyak

11 Makalah Curah Hujan


data tinggi hujan yang diperoleh yang besarnya tidak sama. Didalam
analisa hidrologi diperlukan data hujan rata-rata di daerah aliran
(Catchment Area) yang kadang-kadang dihubungkan dengan besarnya
aliran yang terjadi.
Data curah hujan siap dipakai (sebagai hujan terpusat) untuk beberapa
stasiun/pos dapat juga diambil dari:
Buku publikasi data hujan di Indonesia BMKG (Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika)
Buku publikasi data hujan untuk pos hujan yang didirikan oleh beberapa
instansi pemerintahan.misalnya Pertanian (BPP) dan PU (PSDA)

Untuk suatu lokasi bangunan air, dipilih/ditentukan sejumlah pos


pengamatan hujan yang mempengaruhi sirkulasi air di situ (sebagai infut
dari sistem wilayah sirkulasi air). Dalam analisis hujan daerah, dipilih
jenis datanya, sesuai dengan tujuan perencanaan (kebutuhan datanya),
misalnya : untuk rencana banjir dibutuhkan hujan maksimum dengan
intervaltertentu untuk perencanaan penggunaan air (air
tanah/permukaan) dibutuhkan hujan rata-rata, minimum.
Ada tiga metode yang dipakai untuk menentukan ketinggian hujan rata-
rata (Average depth ofrainfall) dari suatu daerah dengan menggunakan
data-data stasiun pengamatan:

1. Metode Arithmatic/rata-rata aljabar


Metode ini dipakai untuk daerah-daerah datar dengan pos pengamatan
hujan tersebar merata, an masing-masing pos mempunyai hasil
pengamatan yang tidak jauh berbeda dengan hasil rata-ratanya.
Caranya:
Membagi rata pengukuran pada semua pos hujan terhadap sejumlah
stasiun dalam daerah aliran yang bersangkutan.
Rumus:

12 Makalah Curah Hujan


Dimana:
Pr = Tinggi ujan rata-rata.
P1, P2, P3, P4, Pn = Tinggi hujan pada tiap stasiun pengamatan.
n = Jumlah stasiun pengamatan.

2. Metode Poligon Thiessen (Thiessen Polygon Method)


Metode ini bisa digunakan untuk daerah-daerah dimana distribusi dari
pengamatan hujan tidak tersebar merata.Hasilnya lebih teliti.
Caranya:
Stasiun pengamatan digambarkan peta, dan ditarik garis hubung
masing-masing stasiun.
Garis bagi tegak lurus dari garis hubung tersebut membentuk poligon-
poligon mengelilingi tiap-tiapstasiun, hindari bentuk poligon segi tiga
tumpul.
Sisi-sisi tiap poligon merupakan batas-batas daerah pngamatan hujan
yang bersangkutan.
Hitung luas wilayah tiap poligon yang terdapat di dalam DAS dan luas
DAS seluruhnya. Dengan planimeter atau metode grid, dan luas tiap
poligon dinyatakan sebagai persentase dari luas DAS seluruhnya.
Faktor bobot dalam menghitung rata-rata daerah di dapat dengan
mengalikan presipitasi tiap stasiun pengamatan dikalikan dengan
persentase luas daerah yang bersangkutan.
Rumus:

Dimana:
Pr = Tinggi hujan rata-rata.
P1, P2, P3, P4, Pn = Tinggi hujan tiap pos hujan.
A1, A2, A3, A4, An = Luas wilayah tiap pos hujan.
A total = Luas wilayah total dari semua pos hujan.

13 Makalah Curah Hujan


3. Metode Isohyet (Ishohyetal Method)
Metode ini dipakai untuk menentukan hujan rata-rata pada daerah
bargunung dan sebaran stasiun/pos pengamatan yang tidak
merata.Hasilnya lebih teliti dibandingkan dengan metode sebelumnya.
Caranya:
Lokasi dan stasiun-stasiun pengamatan hujan digambar pada peta
berikut nilai urah hujannya.
Gambar kontur-kontur untuk presipitasi yang sama (isohyet).
Cari harga rata-rata presipitasi untuk sub daerah yang terletak antara
dua isohyet berikut luas sub daerah tersebut diatas.
Untuk tiap sub daerah dihitung volume presipitasi sebagai perkalian
presipitasi rata-ratanya terhadap sub daerah (netto).
Rumus:

Dimana:
Pr = Tinggi hujan rata-rata.
P1, P2, P3, Pn = Tinggi hujan antara garis isohye.
A1, A2, A3, An = Luas wilayah antara garis isohyet.

14 Makalah Curah Hujan


A total = Luas wilayah total pos hujan.

15 Makalah Curah Hujan


BAB III
METODELOGI

III.I. WAKTU DAN TEMPAT

Waktu : Senin, 14 November 2016

Tempat : Kampus dan rumah.

III.II. ALAT / BAHAN

1. Data mentah yang diambil adalah dari PU Kab.Blitar.


2. Pengambilan data diambil dari 10 tahun terakhir (tahun
2006 tahun2016).
3. Buku dan alat tulis sebagai pelengkap.

II.III. CARA KERJA:

Data Hujan harian/Bulanan

Menyalin data yang telah diberikan di dalam laboratorium


Membuat curah hujan bulanannya untuk setiap bulan selama satu
tahun pada suatu tahun. Melakukan beberapa tahun data (sesuai
yang diberiakan co-asst).
Membuat rata-rata data hujan mulai januari,februari,sampai
desember.
Menghitung hari hujan untuk setiap bulanannya dan merat-ratakan
dari sejumlah tahun data yang ada.
Membuat grafik dari data tersebut.
Menetukan kapan kira-kira musim hujan/basah mulai dan kapan
berakhir.

16 Makalah Curah Hujan


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

17 Makalah Curah Hujan


BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
` Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan diatas
adalah sebagai berikut:
1) Alat yang dapat digunakan untuk mengukur curah hujan adalah
penakar hujan otomatis.
2) Dengan mengetahui anemometer dan penakar curah hujan
otomatis kita bisa memprakirakan keadaan yang tepat untuk masa
tanam suatu jenis tanaman.
3) Masing-masing alat memiliki cara kerja masing-masing. Bentuk
dan pemasangan masing-masing alat juga berbeda-beda.

Saran
Dengan selesainya makalah ini, penulis memiliki harapan dan
memputuhkan saran dan kritik dari para pembaca dari makalah ini agar
dapat mengambil manfaat dari isi makalah ini. Semoga dapat bermanfaat
dan membantu proses pembelajaran.

18 Makalah Curah Hujan


DAFTAR PUSTAKA

1. http://artikeldanmakalah-agusra.blogspot.com/2011/06/curah-
hujan.html
2. http://blog-pengetahuan-umum.blogspot.com/2011/11/curah-hujan-
pengertian -hujan-dan jenis.html
3. http://id.scribd.com/doc/169554799/Makalah-Alat-Ukur-Curah-
Hujan
4. http://ilmuanggaputra.blogspot.com/2013/03/jenis-hujan-dan-alat-
ukur-hujan.html
5. http://kuliahmesya.blogspot.com/2012/03/iklim-dan-curah-
hujan.html
6. http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-01142-
SK%20Bab2001.pdf
7. http://misbahrobbani.blogspot.com/2013/01/makalah-
agroklimatologi
8. pengukuran_1376.html
9. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19244/4/Chapter%2
0II.pdf

19 Makalah Curah Hujan

Anda mungkin juga menyukai