01 GDL Ferryhanny 1365 1 Ferryha)
01 GDL Ferryhanny 1365 1 Ferryha)
DI SUSUN OLEH :
FERRY HANNY REZABASTIAN
NIM : P.12 026
DI SUSUN OLEH :
FERRY HANNY REZABASTIAN
NIM : P.12 026
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan akademik yang berlaku.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/ Tanggal :Sabtu, 23 Mei 2015
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
orthopedi Surakarta.
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Atiek Murhayati, S.Kep., Ns., M.Kep , selaku Kepala Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di
Stikes Kusuma Husada Surakarta. Serta selaku pembimbing yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
karya tulis ilmiah.
2. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku selaku Sekretaris program studi
DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di
Stikes Kusuma Husada Surakarta. Serta selaku dosen penguji I sidang KTI.
v
4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
ilmu yg bermanfaat.
5. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERNYATAN TIDAK PLAGIATISME ....................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
C. Manfaat Penulisan .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori ...................................................................................... 5
1. Konsep askep ................................................................................ 5
2. Peristaltik usus .............................................................................. 14
3. Anbulasi dini ................................................................................. 15
B. Kerangka Teori .................................................................................... 20
C. Kerangka Konsep ................................................................................ 21
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek aplikasi riset ............................................................................ 22
B. Waktu dan tempat .............................................................................. 22
C. Media yang digunakan ........................................................................ 22
D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ...................................... 23
E. Alat ukur evaluasi ................................................................................ 24
vii
B. Analisa data ......................................................................................... 32
C. Perumusan diagnosa keperawatan ....................................................... 33
D. Perencanaan ......................................................................................... 34
E. Implementasi ....................................................................................... 35
F. Evaluasi ............................................................................................... 37
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ........................................................................................... 42
B. Perumusan masalah keperawatan ........................................................ 45
C. Perencanaan ......................................................................................... 46
D. Implementasi ....................................................................................... 49
E. Evaluasi ............................................................................................... 54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 59
B. Saran .................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 Kerangkat teori . .............................................................. 20
2. Gambar 2.2 Kerangkat konsep ........................................................... 21
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
normal bunyi usus akan terdengar dengan frekwensi 5 35 kali per menit.
Suaranya tidak teratur seperti orang berkumur. Pada pasien yang dilakukan
Usus akan kembali beraktivitas dan berfungsi secara normal setelah hubungan
pada pasien paska operasi dimulai dari bangun dan duduk disisi tempat tidur
sampai pasien turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan
adanya hubungan ambulasi dini terhadap aktivasi peristaltik usus pada pasien
1
2
post operasi fraktur ekstermitas atas dengan anestesi umum. Fenomena secara
umum yang terjadi di beberapa rumah sakit. Hasil study pendahuluan di RS.
wawancara dengan perawat diperoleh data bahwa pasien post operasi dengan
apabila pasien tidak merasakan pusing, mual dan muntah. Akan tetapi apabila
pasien merasakan pusing, mual dan muntah pasien hanya boleh dilakukan
Untuk mengetahui peristaltik usus sudah baik saat pasien di Rumah Sakit
cukup di observasi dengan adanya tanda bahwa pasien sudah flatus, dan tidak
kondisi Post Operasi fraktur ekstremitas atas dengan anastesi umum untuk
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
anestesi umum
umum
C. Manfaat penulisan
1. Bagi responden
anestesi umum.
3. Bagi penulis
4. Bagi institusi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep askep
sembrono (http://kamuskesehatan.com/arti/neglected/).
tidak lagi berhubungan secara anatomis atau tulang lepas dari sendi
(http://kamuskesehatan.com/arti/dislokasi/).
Heat dapat diartikan panas atau kalor. Kalor dapat diartikan perubahan
(http://kamuskesehatan.com/arti/heat/).
Radius adalah salah satu dari dua tulang lengan, yang lainnya
adalah ulna. Radius memanjang dari sisi lateral siku ke sisi ibu
(http://kamuskesehatan.com/arti/sinistra/).
tulang lepas dari sendi pada salah satu dari dua tulang lengan yang
5
6
tangan bagian kiri yang telah diabaikan (Arif Mansyur, dkk. 2005).
b. Klasifikasi
Yaitu dislokasi akibat penyakit struktur sendi dan jaringan sekitar sendi.
c. Etologi.
d. Pemeriksaan penunjang
1). X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang
cedera.
e. Patofisiologi
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya .
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
f. komplikasi
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
pembedahan.
perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini
terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta
fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung gelembung lemak terlepas dari
ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh
4). Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur
intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar
atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis
avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama,
pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari
rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang
bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban
10
6). Shock
7). Osteomyelitis
korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi.
g. Pengkajian Keperawatan
sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga / tenaga kesehatan), dan
analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Potter & Perry,
2005).
Seorang anak jatuh saat bermain volly 2 bulan yang lalu. Semenjak
2 bulan yang lalu pasien tidak menghiraukan tentang penyakitnya saat ini.
pembedahan.
b. Rencana keperawatan
dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan,
Menurut wong (2009), rencana keperawatan pada kasus negleteed dislok heat
pembedahan.
Kriteria hasil : tidak terbatas dalam pergerakan dan tidak terdapat kaku
sendi.
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
13
4). Gangguan pola tidur kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri
Kriteria hasil : jumlah jam tidur pasien 7 8 jam, klien tidur dengan
Intervensi :
d). Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pereda rasa nyeri
2. Peristaltik usus
Peristaltik usus adalah gerakan yang terjadi pada otot-otot pada saluran
pencernaan. Hal ini menjelaskan mengapa air yang kita minum tidak tumpah
anestesi atau pembiusan, secara tidak langsung juga aktivitas peristaltik usus juga
mengalami fase pembiusan juga. Pada pasien yang dilakukan tindakan pembiusan
14
maka butuh waktu lama dalam pengaktifan peristaltik usus dikarenakan tidak
al, 2006 ).
frekwensi usus akan terdengar 5 35 kali per menit, suaranya tidak teratur seperti
orang berkumur. Pada pasien yang dilakukan tindakan operasi atau pembedahan,
diberikan anestesi tertentu, misalnya anestesi umum atau anestesi spinal yang
dan berfungsi kembali secara normal setelah hubungan obat anestesi hilang (Old
3. Ambulasi dini.
ambulasi dini, terlebih dulu lakukan dangling. Dangling adalah pasien duduk
dengan kaki menjuntai di tepi tempat tidur (Old meadow et al, 2006).
dianjurkan segera pada 48 jam pada pasien paska operasi fraktur agar pasien
dapat pulih dan yang terpenting adalah pengaktifan peristaltik usus agar pasien
pasien paska operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari
tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien
15
(Old meadow et al, 2006). Ambulasi dini merupakan komponen penting dalam
ditempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi, pasien akan semakin
tekanan pada kulit/dekubitus, penurunan intensitas nyeri, frekuensi nadi dan suhu
tubuh kembali normal. Menurut (Old meadow et al, 2006) ambulasi dini 48 jam
pada pasien paska paska operasi fraktur. Pasien dengan disfungsi ekstremitas atas
biasanya dimulai dari duduk di tempat tidur. Aktivitas ini seharusnya dilakukan 2
atau 3 kali selama 10 menit sampai dengan 15 menit, kemudian dilatih untuk
turun dari tempat tidur dengan bantuan perawat sesuai dengan kebutuhan pasien.
a. Cidera
mobilitas misalnya penderita multipe aklerosis dan cidera pada urat saraf
tulang belakang. Demikian juga pada pasien post operasi atau yang
b. Energi
c. Keberadaan nyeri
sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya.
Nyeri tidak dapat diukur secara objektif misalnya dengan X-Ray atau tes
darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda
nyeri sedang, atau berat. Bagaimanapun makna dari istilah tersebut berbeda.
Tipe nyeri tersebut berbeda pada setiap waktu. Gambaran skala nyeri
merupakan makna yang lebih objektif yang dapat diukur. Gambaran skala
nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat
d. Faktor perkembangan
(Potter, 2006 : 9). Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki
oleh seorang wanita dan umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun
e. Tingkat Kecemasan
permasalahan.(Asmadi, 2008).
17
f. Tingkat Pengetahuan
fiksasi eksternal, alat bantu ambulasi (trapeze, walker, tongkat), latihan dan
B. Kerangka Teori
keseimbangan nutrisi
tubuh
Sel
Gangguan metabolisme
Sel
Gangguan eliminasi
C. Kerangka Konsep
menit pada pasien post operasi ekstremitas atas dengan diagnosa negleteed
1. Waktu
2015.
2. Tempat
Surakarta.
1. Media
2. Alat
21
22
D. Prosedur Tindakan
1. Fase orientasi :
a. Memperkenalan diri.
e. Mencuci tangan.
2. Fase Kerja :
a. Menjaga privasi.
c. Duduk dengan cara tarik tangan kanan dan elbow, kekuatan berat
d. Saat klien sudah posisi duduk, agar rileks sebelum berdiri lakukan
dicondongkan ke depan.
f. Jalan dimulai dari kaki kanan diikuti kaki kiri dan pandangan fokus
kedepan.
h. Cuci tangan
23
3. Fase Terminasi
c. Berpamitan.
d. Dokumentasi.
permenit.
BAB IV
LAPORAN KASUS
dengan diagnosa negleteed dislok heat radius sinistra di bangsal parang kusumo
kamar A2 Rumah Sakit Prof. Dr. Soeharso Orthopedi Surakarta pada tanggal 10
13 maret 2015. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, analisa data,
A. Pengkajian.
1. Identitas klien.
dislok heat radius sinistra, nomer registrasi 272194, nama dokter dr. Tito.
24
25
2. Riwayat kesehatan.
sekarang, pasien mengatakan jatuh saat bermain volly 2 bulan yang lalu.
penyakitnya saat ini. Saat pasien merasakan linu pada daerah nyeri fraktur,
pasien hanya berusaha mengoleskan minyak kayu putih pada daerah linu /
karena jatuh dari pohon dan pergelangan tangan kanan retak. Keluarga
dari bapak 2 orang dan 1 saudara dari ibu. Kakek dan nenek dari ayah dan
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Menikah
: Perempuan
: Pasien : Meninggal
pasien dan pasien menutupi penyakitnya sejak 2 bulan yang lalu. Selama
sehari dengan nasi, lauk pauk, sayur, buah, teh dan air putih. Pasien
mengatakan bisa habis 1 porsi. Selama sakit pasien makan 3 kali sehari
dengan nasi lauk pauk, sayur, buah, susu, dan air putih. Pasien juga
BAK sehari 5 6 kali, BAK 700 800 cc / hari, warna jernih, dan
pasien mengatakan tidak ada keluhan saat BAK. Selama sakit pasien
kuning, dan pasien mengatakan tidak ada keluhan saat BAK. BAB
kecoklatan, berbau khas, dan pasien mengatakan tidak ada keluhan saat
BAB. BAB selama sakit sehari 1 kali dengan tekstur lembek, berwarna
kuning kecoklatan, berbau khas, dan pasien mengatakan tidak ada keluhan
saat BAB.
dan ambulasi / rom dapat dilakukan secara mandiri. Selama sakit, pasien
harus dibantu dengan orang lain, berpakaian dibantu dengan orang lain,
dibantu dengan orang lain, dan ambulasi / rom dibantu dengan orang lain
tidur pada siang hari. Jumlah jam tidur malam hari 6 8 jam. Pasien
mengatakan tidak ada pengantar untuk tidur, pasien juga mengatakan tidak
ada keluhan pada saat tidur. Pola istirahat / tidur selama sakit, pasien
mengatakan tidur pada siang hari sekitar 30 menit. Jumlah jam tidur pada
malam hari 5 jam. Pasien mengatakan tidak ada pengantar untuk tidur.
Pasien juga mengatakan sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun
karena terasa nyeri pada tangan kiri terutama pada luka bekas operasi.
lukanya tidak cepat kering. Nyeri pada luka bekas post op. Nyeri seperti
disayat sayat. Nyeri pada tangan kiri. Skala nyeri 4. Nyeri saat bergerak.
4. Pemeriksaan fisik
maret 2015 kepada An. M diperoleh hasil bahwa keadaan atau penampilan
29
tanda vital didapat data sebagai berikut tekanan darah 110/80 mmHg,
bersih , tidak ada benjolan, rambut bersih, lurus, rambut berwarna hitam,
dan tidak ada ketombe. Pada pemeriksaan mata diperoleh hasil palpebra
normal, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil tidak isokor,
diameter kanan / kiri simetris 2,5 mm, reflek terhadap cahaya baik dan
ada sekret dan tidak ada polip. Pada pemeriksaan mulut diperoleh hasil
mukosa bibir kering, mulut bersih, tidak ada stomatitis, gigi bersih dan
dan kiri simetris, tidak ada serumen, tidak ada kelainan pendengaran. Pada
kuduk.
simetris, ictus cordis tidak tampak, tidak ada luka atau jejas. Palpasi ictus
cordis teraba di SIC IV. Perkusi pekak. Auskultasi bunyi jantung 1 dan 2
dada simetris, tidak ada luka, ekspansi paru kanan dan kiri sama. Palpasi
vocal fremitus kanan dan kiri sama, ekspansi paru kanan dan kiri sama.
Perkusi terdengar suara paru sonor. Auskultasi tidak ada suara tambahan.
ada jejas, berwarna kulit coklat, perut tidak buncit. Auskulatasi peristaltik
genetalia, genetalia bersih, alat kelamin laki - laki dan belum di sunat, dan
rectum bersih, tidak ada luka, tidak ada hemoroid. Pada pemeriksaan
ekstremitas atas, kekuatan otot tangan kanan 4, rom aktif, capilary refile
kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, peraaan akral
hangat. Kekuatan otot tangan kanan 2, rom pasif, capilary refile kurang
capilary refile kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang,
5. Pemeriksaan laboratorium.
diperoleh hasil sebagai berikut HB 15,3 g/dl, HCT 44%, L 8.900 /uL, T
386.000 /uL, golongan darah B, PT 14,7 g/dl, INR 1,23 %, PTT 23,6 fl,
HbsAg negatif.
6. Terapy
infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi tulang dan sendi, infeksi
luka, sakit otot, nyeri syaraf, nyeri setelah operasi, sakit gigi, dan demam.
B. Analisa Data
terjadi pada An. M yang pertama data subyektif pasien mengatakan makan
dan minum dapat dilakukan secara mandiri, toileting harus dibantu dengan
orang lain, berpakaian dibantu dengan orang lain, mobilitas bertempat tidur
dapat dilakukan secara mandiri, berpindah harus dibantu dengan orang lain,
dan ambulasi / rom dibantu dengan orang lain. Data obyektif, pasien tampak
dibantu orang lain saat berpindah dan ambulasi / rom, terdapat bekas luka
operasi pada tangan kiri. Hasil analisis diatas maka penulis menegakkan
subyektif pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri. Nyeri pada luka bekas
post op. Nyeri seperti disayat sayat. Nyeri pada tangan kiri. Skala nyeri 4.
Nyeri saat bergerak. Nyeri hilang timbul. Data obyektif, tampak ada luka
bekas operasi yang tertutup dengan tensocrep. Hasil analisis data tersebut
32
subyektif, pasien mengatakan takut lukanya tidak cepat kering. Dan data
subyektif, pasien mengatakan sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun
pada malam hari karena terasa nyeri pada tangan kiri. Dan data obyektif,
tidur kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri luka post op.
agen cidera fisik : pembedahan, kedua nyeri akut berhubungan dengan agen
D. Perencanaan
masalah hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak
terbatas dalam pergerakan dan tidak terdapat kaku sendi. Intervensi yang
dibuat penulis meliputi atur posisi yang nyaman, ajarkan teknik ambulasi dini
keperawatan nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil ekspresi wajah
rileks, skala nyeri 0 2. Intervensi yang dibuat penulis meliputi kaji status
nyeri, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam, atur posisi tidur yang nyaman,
masalah gangguan pola tidur kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan
34
kriteria hasil jumlah jam tidur pasien 7 8 jam, klien tidur dengan nyenyak,
tidak sering terbangun saat tidur, bangun terasa segar. Intervensi yang dibuat
penulis meliputi kaji ulang pola tidur, hindari tindakan saat pasien tidur,
E. Implementasi
dini. Data obyektif pasien nampak sedikit kaku dan masih takut saat
Pada tanggal 11 maret 2015 pukul 09.00 WIB untuk diagnosa yang
lebih tenang. Untuk diagnosa keperawatan yang kedua yaitu mengkaji status
nyeri pasien. Data subyektif pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri. Nyeri
pada luka bekas post op. Nyeri seperti disayat sayat. Nyeri pada tangan kiri.
Skala nyeri 4. Nyeri saat bergerak. Nyeri hilang timbul. Data obyektif,
tampak ada luka bekas operasi yang tertutup dengan tensocrep.Pada pukul
10.15 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Data subyektif pasien
pengukuran TTV. Data objektif yang didapat pada saat mengkaji TTV adalah
kali / menit. Untuk diagnosa keperawatan keempat pada pukul 13.00 WIB
diperoleh, pasien mengatakan tidur hanya 6 jam pada malam hari. Data
Pada tanggal 12 maret 2015 pukul 10.00 WIB untuk diagnosa yang
status nyeri pasien. Data subyektif pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri.
Nyeri pada luka bekas post op. Nyeri seperti disayat sayat. Nyeri pada
tangan kiri. Skala nyeri 4. Nyeri saat bergerak. Nyeri hilang timbul. Data
obyektif, tampak ada luka bekas operasi yang tertutup dengan tensocrep.Pada
pukul 10.15 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Data subyektif
obyektif pasien tampak rileks. Untuk diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu
subyektif diperoleh data pasien mengatakan takut lukanya tidak cepat kering.
lakukan pengukuran TTV. Data objektif yang didapat pada saat mengkaji
TTV adalah tekanan darah : 120 / 80 mmHg, Nadi : 82 kali / menit, Suhu :
13.00 WIB dilakukan tindakan mengkaji pola tidur pasien. Data subyektif
yang diperoleh, pasien mengatakan tidur hanya 7 jam pada malam hari. Data
09.00 WIB untuk diagnosa keperawatan pertama, kedua, dan ketiga yaitu
keperawatan luka. Data obyektif pasien kooperatif. Pada pukul 09.30 WIB
penkes. Data subyektif, pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi karena
luka bekan o[erasi sudah mulai kering. Data obyektif pasien nampak tenang
F. Evaluasi
2015. Pada diagnosa keperawatan pertama pukul 21.30 WIB dengan data
obyektif, pasien nampak sedikit kaku dan masih takut. Analisa masalah
37
2015. Pada diagnosa keperawatan pertama pukul 09.00 WIB dengan data
2015. Pada diagnosa keperawatan pertama pukul 09.00 WIB dengan data
hentikan intervensi.
dengan agen cidera fisik : pembedahan pada tanggal 11 maret 2015 pada
pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri, nyeri pada luka bekas post op,
nyeri seperti disayat sayat, nyeri pada tangan kiri, skala nyeri 4, nyeri saat
bergerak, dan nyeri hilang timbul. Data obyektif pasien tampak meringis
dengan agen cidera fisik : pembedahan pada tanggal 12 maret 2015 pada
pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri, nyeri pada luka bekas post op,
nyeri seperti disayat sayat, nyeri pada tangan kiri, skala nyeri 3, nyeri saat
bergerak, dan nyeri hilang timbul. Data obyektif pasien tampak meringis
dengan agen cidera fisik : pembedahan pada tanggal 13 maret 2015 pada
pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri, nyeri pada luka bekas post op,
nyeri seperti disayat sayat, nyeri pada tangan kiri, skala nyeri 2, nyeri saat
bergerak, dan nyeri hilang timbul. Data obyektif pasien tampak meringis
mengatakan takut lukanya tidak cepat sembuh. Data obyektif pasien nampak
39
mengatakan takut lukanya tidak cepat sembuh. Data obyektif pasien nampak
antipiretik.
dihentikan.
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri luka post op pada tanggal
11 maret 2015 pada diagnosa keperawatan ketiga pukul 10.00 WIB. Data
pola tidur dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pereda rasa
nyeri.
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri luka post op pada tanggal
12 maret 2015 pada diagnosa keperawatan ketiga pukul 10.00 WIB. Data
ulang pola tidur dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pereda
rasa nyeri.
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri luka post op pada tanggal
13 maret 2015 pada diagnosa keperawatan ketiga pukul 09.00 WIB. Data
segar dan fresh. Analisa masalah gangguan pola tidur kurang dari
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas tentang tindakan ambulasi dini terhadap peningkatan
aktivasi peristaltik usus pada pasien post operasi ekstremitas atas dengan menggunakan
anestesi umum pada asuhan keperawatan An. M dengan negleteed dislok heat radius
sinistra di bangsal Parang Kusumo kamar A2 rumah sakit ortopedi surakarta, yang
A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri. Tindakan
operasi yang diberikan kepada An. M yaitu Open Reduction Internal Fixation
(ORIF). ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi
pada tulang yang mengalami fraktur. Internal fiksasi ini merupakan intra medullary
nail yang biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan type ftaktur
tranvers (Lukman dan Ningsih, 2009 : 35). Nyeri setelah pembedahan adalah hal yang
normal, nyeri yang dirasakan pasien bedah meningkat seiring berkurangnya pengaruh
anestesi. Pasien lebih menyadari lingkungannya dan lebih sensitif terhadap rasa
nyaman. Area insisi mungkin menjadi satu satunya sumber nyeri (Perry & Potter,
2006).
penglihatan. Pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri. Karena terdapat luka
41
42
bekas operasi. Pasien juga mengatakan takut lukanya tidak cepat kering.
Nyeri pada luka bekas post op, nyeri seperti disayat sayat, nyeri pada tangan
kiri. Skala nyeri 4, nyeri saat bergerak. Nyeri hilang timbul. Penulis belum
terkaji oleh penulis. Menurut (Muttaqin, 2008) dan (Septiani, 2013 : 15).
Pada kasus fraktur, daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur dan timbul rasa nyeri akibat pembedahan, sedangkan pada indra yang
usus.
kekuatan terdapat luka operasi yang tertutup dengan tensocrep. Kekuatan otot
menulis secara rinci bagaimana kondisi luka dan panjang jahitannya. Hal ini
Penurunan otot dapat disebabkan oleh karena nyeri yang dialami pasien,
43
melengkapi satuan dan nilai normalnya. Akan tetepi saat pengambilan kasus, hasil
pemeriksaan laboratorium belum jadi dan penulis akhirnya menulis sesuai data / data
sementara yang ada pada status pasien. Pemeriksaan foto rontgen sebenarnya
dilakukan pada pre operasi dan post operasi. Akan tetapi penulis tidak melampirkan
hasil foto rontgen dikarenakan Standart Operasional Prosedur (SOP) dari rumah
sakit tidak boleh mengcopy atau menggandakan data pada status pasien. Sehingga
infeksi pada telinga, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi tulang dan sendi,
sakit kepala, nyeri pada luka, sakit otot, nyeri syaraf, nyeri setelah operasi,
dilakukan secara mandiri, berpindah harus dibantu dengan orang lain, dan
ambulasi / rom dibantu dengan orang lain. Data obyektif, pasien tampak
dibantu orang lain saat berpindah dan ambulasi / rom, terdapat bekas luka
operasi pada tangan kiri. Berdasarkan teori dan buku (Nanda, 2013 : 143),
ditegakkan oleh penulis sesuai dengan teori dan (Nanda, 2013 : 143).
Masalah keperawatan yang terjadi pada An. M yang kedua nyeri akut,
fisik : pembedahan. Data subyektif pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri,
nyeri pada luka bekas post op, nyeri seperti disayat sayat, nyeri pada tangan
kiri, skala nyeri 4, nyeri saat bergerak dan nyeri, hilang timbul. Data obyektif
tampak ada luka bekas operasi yang tertutup dengan tensocrep. Berdasarkan
teori dan buku (Nanda, 2013 : 410). Batasan karakteristik nyeri akut adalah
45
(melindungi area nyeri), indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi
untuk menghindari nyeri, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, gangguan
yang ditegakkan oleh penulis dapat sesuai dengan teori dan (nanda,2013 :
410).
subyektif pasien mengatakan takut lukanya tidak cepat kering. Dan data
data subyektif pasien mengatakan sulit untuk memulai tidur dan sering
terbangun pada malam hari karena terasa nyeri pada tangan kiri. Dan data
C. Perencanaan
mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak terbatas dalam pergerakan
dan tidak terdapat kaku sendi. Intervensi yang dibuat penulis meliputi atur posisi
yang nyaman, ajarkan teknik ambulasi dini dan kolaborasi dengan petugas
fisioterapi.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua, nyeri akut dapat teratasi dengan
kriteria hasil ekspresi wajah rileks, dan skala nyeri 0 2. Intervensi yang dibuat
penulis meliputi kaji status nyeri dengan rasional untuk mengetahui karakteristik
nyeri. Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional untuk mengurangi rasa
nyeri yang diderita pasien. merasa nyaman Atur posisi tidur yang nyaman dengan
rasional klien bisa dengan posisi yang diberikan, kolaborasi pemberian obat
pengetahuan bahwa luka post op tidak akan bahaya dan akan cepat kering bila
47
127)
gangguan pola tidur kurang dari kebutuhan dapat teratasi teratasi dengan
kriteria hasil jumlah jam tidur pasien 7 8 jam, klien tidur nyenyak, tidak
sering terbangun saat tidur, bangun tidur terasa segar. Intervensi yang dibuat
penulis meliputi kaji ulang pola tidur dengan rasional untuk mengetahui pola
tidur pasien. Hindari tindakan saat pasien tidur dengan agar pasien tidur
nyaman. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat dengan rasional agar pasien
dapat istirahat lebih optimal. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
tanda vital dapat sangat berpengaruh terhadap pola tidur. Tanda vital dapat
mempengaruhi tubuh, bila tubuh dalam keadaan sakit dan hubungan itu
D. Implementasi
mengajarkan ambulasi dini secara rutin pada tanggal 10 - 13 maret 2015. Sebelum
melakukan ambulasi dini, terlebih dulu lakukan dangling. Dangling adalah pasien
duduk dengan kaki menjuntai di tepi tempat tidur (Old meadow et al, 2006).
mungkin. Dikarenakan menurut (Old meadow et al, 2006) ambulasi dini dianjurkan
segera pada 48 jam pada pasien paska operasi fraktur agar pasien dapat pulih dan
yang terpenting adalah pengaktifan peristaltik usus agar pasien dapat menjalani
pasien paska operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari
tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi
penting dalam perawatan paska operasi fraktur karena jika pasien membatasi
pasien akan semakin sulit untuk memulai berjalan, manfaatnya antara lain
nyeri, frekuensi nadi dan suhu tubuh kembali normal. Menurut (Old meadow
et al, 2006) ambulasi dini 48 jam pada pasien paska paska operasi fraktur.
tempat tidur. Aktivitas ini seharusnya dilakukan 2 atau 3 kali selama 10 menit
sampai dengan 15 menit, kemudian dilatih untuk turun dari tempat tidur
mengukur peristaltik usus. Peristaltik usus adalah gerakan yang terjadi pada otot-otot
pencernaan. Hal ini menjelaskan mengapa air yang kita minum tidak tumpah keluar
menuju bagian pencernaan selanjutnya, pada pasien yang mengalami anestesi atau
pembiusan, secara tidak langsung juga aktivitas peristaltik usus juga mengalami fase
pembiusan juga. Pada pasien yang dilakukan tindakan pembiusan maka butuh waktu
menuju bagian pencernaan selanjutnya. Dalam keadaan normal frekwensi usus akan
terdengar 5 35 kali per menit, suaranya tidak teratur seperti orang berkumur. Pada
tertentu, misalnya anestesi umum atau anestesi spinal yang menyebabkan usus dapat
berhenti beraktivitas. Usus akan kembali beraktivitas dan berfungsi kembali secara
kepanjangan dari provoking incident (P), quality of paint (Q), region (R), Severity of
pain (S), dan time (T). Provoking incident adalah faktor penyebab nyeri, quality of
paint adalah seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan, region adalah
tempat dimana merasakan nyeri, severity of paint yaitu seberapa jauh nyeri yang
dirasakan pasien dan time adalah waktu kapan terjadi atau timbul rasa
nyeri.(Saputra. Lyndon. 2013 : 87). Pada tanggal 11 Maret 2015 pukul 10.00 WIB
tindakan yang dilakukan penulis yaitu mengkaji status nyeri. Mengkaji status nyeri
dilakukan selama 3 ( tiga ) hari dimulai dari tanggal 10 13 maret 2015. intervensi
2013 : 410). Tindakan yang dilakukan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Tindakan ini dilakukan oleh penulis diperuntukkan diagnosa yang pertama yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan. Tindakan relaksasi
nafas dalam Dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas
secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas.
kedua, ketiga, dan keempat. Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara
untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi: Suhu
tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Tujuan dari
arteri, Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan
ukuran serta fleksibilitas dari arteri, diukur dengan alat pengukur tekanan darah
suhu, makanan, keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan. Dua angka
dicatat ketika mengukur tekanan darah. Angka yang lebih tinggi, adalah tekanan
sistolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan
memompa darah ke seluruh tubuh. Angka yang lebih rendah, adalah tekanan
diastolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung beristirahat dan
(milimeter air raksa). Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan
denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.
pasien. . tindakan ini dilakukan penulis hanya untuk berlaku pada diagnosa yang
52
11 maret 2015 pukul 11.00 WIB. Penulis melakukan tindakan mengkaji pola tidur
dengan nyeri luka post op. Pada tindakan ini penulis melakukan tindakan selama 3
pasien. Pola tidur yang baik untuk kesehatan tidur didefinisikan dengan sebuah
proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari
keterjagaan dan juga suatu keadaan di bawah sadar dimana seseorang itu masih
dapat untuk dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang
lainnya. Manusia normal seperti kita pada umumnya tentunya juga melakukan
aktifitas ini. Pola tidur yang sehat tentunya dibutuhkan dalam kehidupan sehari -
hari. Baik itu dalam hal kualitas tidur yang baik atau pun kuantitas tidur yang baik
pula. Dan semoga pula dengan mengenal akan pola tidur yang baik akan bisa
bermanfaat bagi kita semuanya dan tentunya pula bagi kesehatan diri.
kedua, ketiga, dan keempat yang dilakukan pada tanggal 13 maret 2015 pukul 09.00
WIB penulis melakukan tindakan medikasi atau perawatan luka. Tindakan medikasi
ketika. Karena tindakan perawatan luka masih ada kaitannya dengan tiga diagnosa
53
yang telah ditetapkan oleh penulis. Suatu penanganan luka yang terdiri dari
membersihkan luka, mengangkat jahitan, menutup dan membalut luka sehinga dapat
E. Evaluasi
2015. Pada diagnosa keperawatan pertama pukul 21.30 WIB dengan data
obyektif, pasien nampak sedikit kaku dan masih takut. Analisa masalah
2015. Pada diagnosa keperawatan pertama pukul 09.00 WIB dengan data
2015. Pada diagnosa keperawatan pertama pukul 09.00 WIB dengan data
hentikan intervensi.
dengan agen cidera fisik : pembedahan pada tanggal 11 maret 2015 pada
pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri, nyeri pada luka bekas post op,
nyeri seperti disayat sayat, nyeri pada tangan kiri, skala nyeri 4, nyeri saat
bergerak, dan nyeri hilang timbul. Data obyektif pasien tampak meringis
agen cidera fisik : pembedahan pada tanggal 12 maret 2015 pada diagnosa
keperawatan pertama pukul 10.00 WIB dengan data subyektif pasien mengatakan
nyeri pada tangan kiri, nyeri pada luka bekas post op, nyeri seperti disayat sayat,
nyeri pada tangan kiri, skala nyeri 3, nyeri saat bergerak, dan nyeri hilang timbul.
Data obyektif pasien tampak meringis kesakitan. Analisa masalah belum teratasi.
agen cidera fisik : pembedahan pada tanggal 13 maret 2015 pada diagnosa
keperawatan pertama pukul 09.00 WIB dengan data subyektif pasien mengatakan
nyeri pada tangan kiri, nyeri pada luka bekas post op, nyeri seperti disayat sayat,
nyeri pada tangan kiri, skala nyeri 2, nyeri saat bergerak, dan nyeri hilang timbul.
55
mengatakan takut lukanya tidak cepat sembuh. Data obyektif pasien nampak
mengatakan takut lukanya tidak cepat sembuh. Data obyektif pasien nampak
antipiretik.
kedua pukul 09.00 WIB dengan data subyektif pasien mengatakan takut lukanya
tidak cepat sembuh. Data obyektif pasien nampak tenang. Analisa masalah
dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri luka post op pada tanggal 11 maret
56
2015 pada diagnosa keperawatan ketiga pukul 10.00 WIB. Data subyektif pasien
mengatakan tidur hanya 5 jam. Data obyektif pasien nampak menguap. Analisa
masalah gangguan pola tidur kurang dari kebutuhan belum teratasi. Planning
lanjutkan intervensi dengan kaji ulang pola tidur dan kolaborasi dengan dokter
dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri luka post op pada tanggal 12 maret
2015 pada diagnosa keperawatan ketiga pukul 10.00 WIB. Data subyektif pasien
mengatakan tidur hanya 6 jam. Data obyektif pasien nampak menguap. Analisa
masalah gangguan pola tidur kurang dari kebutuhan teratasi sebagian. Planning
lanjutkan intervensi dengan kaji ulang pola tidur dan kolaborasi dengan dokter
dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri luka post op pada tanggal 13 maret
2015 pada diagnosa keperawatan ketiga pukul 09.00 WIB. Data subyektif pasien
mengatakan tidur 7 jam. Data obyektif pasien nampak segar dan fresh. Analisa
masalah gangguan pola tidur kurang dari kebutuhan teratasi. Planning intervensi
dihentikan.
BAB VI
F. Simpulan
1. Pengkajian
bekas operasi, pasien mengatakan takut lukanya tidak cepat kering, nyeri
pada luka bekas post op, nyeri seperti disayat sayat, nyeri pada tangan
57
58
3. Rencana keperawatan
akut dapat teratasi dengan kriteria hasil ekspresi wajah rileks, dan skala
anjurkan teknik relaksasi nafas dalam, atur posisi tidur yang nyaman,
teratasi dengan kriteria hasil jumlah jam tidur pasien 7 8 jam, klien
tidur nyenyak, tidak sering terbangun saat tidur, bangun tidur terasa
segar. Intervensi yang dibuat penulis meliputi kaji ulang pola tidur,
tidur. Tanda vital dapat mempengaruhi tubuh, bila tubuh dalam keadaan
tubuh.(Carpenito, 2000)
4. Implementasi
5. Evaluasi
pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri, nyeri pada luka bekas post
op, nyeri seperti disayat sayat, nyeri pada tangan kiri, skala nyeri 4,
60
nyeri saat bergerak, dan nyeri hilang timbul. Data obyektif pasien
diagnosa keperawatan pertama pukul 10.00 WIB dengan data subyektif pasien
mengatakan nyeri pada tangan kiri, nyeri pada luka bekas post op, nyeri
seperti disayat sayat, nyeri pada tangan kiri, skala nyeri 4, nyeri saat
bergerak, dan nyeri hilang timbul. Data obyektif pasien tampak meringis
diagnosa keperawatan kedua pukul 10.00 WIB dengan data subyektif pasien
mengatakan takut lukanya tidak cepat sembuh. Data obyektif pasien nampak
Analisa masalah gangguan pola tidur kurang dari kebutuhan belum teratasi.
Planning lanjutkan intervensi dengan kaji ulang pola tidur dan kolaborasi
diagnosa keperawatan pertama pukul 10.00 WIB dengan data subyektif pasien
mengatakan nyeri pada tangan kiri, nyeri pada luka bekas post op, nyeri
seperti disayat sayat, nyeri pada tangan kiri, skala nyeri 3, nyeri saat
bergerak, dan nyeri hilang timbul. Data obyektif pasien tampak meringis
diagnosa keperawatan kedua pukul 10.00 WIB dengan data subyektif pasien
mengatakan takut lukanya tidak cepat sembuh. Data obyektif pasien nampak
antipiretik.
sebagian. Planning lanjutkan intervensi dengan kaji ulang pola tidur dan
pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri, nyeri pada luka bekas post
op, nyeri seperti disayat sayat, nyeri pada tangan kiri, skala nyeri 2,
62
nyeri saat bergerak, dan nyeri hilang timbul. Data obyektif pasien
intervensi dihentikan.
diagnosa keperawatan kedua pukul 09.00 WIB dengan data subyektif pasien
mengatakan takut lukanya tidak cepat sembuh. Data obyektif pasien nampak
mengatakan tidur 7 jam. Data obyektif pasien nampak segar dan fresh.
Analisa masalah gangguan pola tidur kurang dari kebutuhan teratasi. Planning
intervensi dihentikan.
perencanaan secara tepat waktu, semua tindakan yang dilakukan penulis pada
6. Analisa
ambulasi dini.
63
G. Saran
1. Bagi responden
3. Bagi penulis
4. Bagi institusi
Brunner & suddarrt (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta :
EGC. Kuncara. H.Y. (2007). Aplikasi klinis : pemeriksaan dan
management. Jakarta : EGC.
Potter, Anne Grifin Perry ( 2004 ). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta :
EGC.