Anda di halaman 1dari 3

Manifestasi klinis dari psoriasis vulgaris berupa plak eritematous, berbatas tegas,

simetris, kering, tebal dengan ukuran yang beragam serta dilapisi oleh skuama tebal

berlapis-lapis dan berwarna putih seperti mika. Plak eritematous yang tebal menandakan

adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh darah dan inflamasi.

Tempat predileksi lesi psoriasis yaitu pada scalp, ekstensor lengan, kaki, lutut, siku, dorsum

manus dan dorsum pedis. Keluhan yang dirasakan adalah gatal dan kadang rasa panas

yang membuat pasien merasa tidak nyaman. Bentuk kelainan bervariasi : lentikuler, numular

atau plakat dapat berkonfluensi. Lesi psoriasis memiliki empat karakteristik yaitu: (1) bercak-

bercak eritem yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumskripta dan

merata, tetapi pada stadium lanjut sering eritema yang ditengah menghilang dan hanya

terdapat di tepi, (2) skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika dan

transparan, (3) pada kulit terdapat eritema mengkilap yang homogen dan terdapat

perdarahan kecil jika skuama dikerok (Auspitz sign) (4) ukuran lesi bervariasi-lentikuler,

numuler, plakat.1
Pada pasien ini ditemukan gejala berupa adanya plak eritema, multipel, dengan

batas jelas, dan bentuk ireguler. Ukuran lesi bervariasi dan terdapat skuama tebal di

atasnya. Lokasi didaptkan pada siku, lutut, punggung kaki, paha bawah serta paha belakang

dekstra sinistra yang muncul sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan gatal pada

lesi tanpa disertai nyeri maupun panas pada lesinya.


Diagnosis psoriasis ditegakan melalui anamnesa, pemeriksaan klinis, dan

pemeriksaan penunjang. Terdapat fenomena yang khas yaitu fenomena tetesan lilin dimana

bila lesi yang berbentuk skuama dikerok maka skuama akan berubah warna menjadi putih

seperti lilin yang digores. Auspitz sign ialah bila skuama yang berlapis-lapis dikerok akan

timbul bintik-bintik pendarahan yang disebabkan karena penipisan epidermis yang menutupi

lapisan dermis dan pembuluh darah pada papila dermis yang melebar sehingga akan

mudah berdarah ketika skuama dikerok. Fenomena kobner ialah bila kulit pasien psoriasis

terkena trauma misalnya garukan maka akan muncul kelainan yang sama dengan kelainan

psoriasis. Kedua fenomena yaitu tetesan lilin dan Auspitz sign dianggap khas, sedangkan
Kobner dianggap tidak khas, hanya kira-kira 47% dari yang positif dan didapat pula pada

penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka plana juvenilis.1,2


Pada pasien ini terdapat fenomena tetes lilin positif dimana ketika lesi dikerok maka

akan berubah warna menjadi putih yang menyerupai tetesan lilin yang dikerok. Auspitz sign

juga positif dimana pada pasien ini ditemukan bintik-bintik perdarahan ketika lesi dikerok.

Selain itu fenomena kobner juga positif karena pasien memiliki riwayat sering menggaruk

pada lesi dan ketika digaruk di tempat lain maka akan timbul lesi pada tempat yang digaruk

tersebut.
Gambaran laboratorium pasien psoriasis tidak menunjukkan perubahan yang

spesifik. Pemeriksaan histopatologis pada psoriasis pada awalnya menunjukan perubahan

pada permukaan dermis saja berupa dilatasi kapiler dan edema papilla dermis dan infiltrasi

limfosit yang mengelilingi pembuluh darah. Limfosit akan meluas sampai bagian bawah

epidermis yang akhirnya akan mengalami spongiosis. Lesi psoriasis lanjut ditandai oleh

akantosis dengan pemanjangan rete riges, hilangnya lapisan granular, parakeratosis dengan

adanya netrofil pelebaran pembuluh darah di papilla dermis, mitosis suprabasal, penipisan

suprapapillari plate dan sebukan sel radang ringan terdapat pada dermis dan atau papilla

dermis.3
Pada pasien ini proses diagnosis tidak terlalu membutuhkan pemeriksaan penunjang

karena bentuk lesi yang didapatkan khas. Selain itu didapatkan 3 fenomena khas pada

psoriasis yang positif pada pasien ini. Pemeriksaan KOH 10% dilakukan untuk membedakan

dengan diagnosis tinea korporis, karena memiliki lesi yang mirip dengan psoriasis vulgaris.
Salah satu tehnik yang digunakan untuk mengukur derajat keparahan psoriasis yaitu

dengan menggunakan Psoriasis Area and Severity Index (PASI). PASI menggabungkan

elemen pada presentasi klinis yang tampak pada kulit berupa eritema, indurasi dan skuama.

Setiap elemen tersebut dinilai secara terpisah menggunakan skala 0 - 4 untuk setiap bagian

tubuh: kepala dan leher, batang tubuh, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Penilaian

dari masing-masing tiga elemen kemudian dijumlahkan, selanjutnya hasil penjumlahan

masing-masing area tubuh dikalikan dengan skor yang didapat dari skala 1 - 6 yang

merepresentasikan luasnya area permukaan yang terlibat pada bagian tubuh tersebut. Skor

ini kemudian dikalikan dengan faktor koreksi yang terdapat pada tiap area tubuh (0.1 untuk
kepala dan leher, 0.2 untuk ekstremitas atas, 0.3 untuk batang tubuh, dan 0.4 untuk

ekstremitas bawah). Akhirnya skor dari keempat area tubuh ditambahkan sehingga

menghasilkan skor PASI. Berdasarkan nilai skor PASI, psoriasis dapat dibagi menjadi

psoriasis ringan (skor PASI < 10) dan sedang berat (skor PASI 10).1,4

Daftar Pustaka

1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa . Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, ed.

Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta : FK-UI. 2007. Hal. 189-196.

2. Griffiths C Camp R, Barker J. Psoriasis. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Editors.

Rooks Textbook Of Dermatology. 7th Edition. Volume 1-4. USA: Blackwell Publishing.

Massachusetts; 2004. p. 20.1-60.

3. Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. Dermatological Pharmacology. In : Hardman JG,

Limbird LE, Eds. The Pharmacological Basis of Therapeutics. 10 thEdition. New York :

The McGraw-Hill Companies. 2006. p. 1804-9.

4. Augustin M, Krger K, Radtke MA, et al. Disease severity, quality of life and health care

in plaque-type psoriasis: a multicenter cross-sectional study in

Germany. Dermatology. 2008;216:366372. doi: 10.1159/000119415.

Anda mungkin juga menyukai