Anda di halaman 1dari 5

2015

Mata Kuliah Perencanaan Kota


[Review Materi]

Dea Siti Nurpiena


[3613100055]

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Mata Kuliah Perencanaan Kota [Review Materi]

1. Pemahaman Dasar Tentang Kota, Perkotaan, Dan Kawasan-Kawasan Fungsional Di


Perkotaan
1.1 Pengertian Kota, Perkotaan, Bagian Wilayah Kota, Kawasan Fungsional Perkotaan
a. Kota
Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah
administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan serta pemukiman yang telah
memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. (Permen Dagri No. 2 Tahun 1987 tentang
Penyusunan Rencana Kota)
Sementara menurut Max Weber, kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat
memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya
pasar sebagai benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.
b. Perkotaan
Definisi perkotaan tercantum pada Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, yang mana kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
c. Bagian Wilayah Kota
Definisi Bagian Wilayah Kota (BWK) yang ada dalam website pustaka PU
(http://pustaka.pu.go.id) yakni, satuan zonasi pada kawasan perkotaan yang dikelompokkan
sesuai dengan kesamaan fungsi adanya sesuai dengan kesamaan fungsi, adanya pusat
tersendiri, kemudahan aksesibilitas, dan batasan-batasan, baik fisik maupun administrasi.
d. Kawasan Fungsional Perkotaan
1) Kota Pusat Produksi, mengubah bahan mentah menjadi barang setengah jadi.
2) Kota Pusat Perdagangan, sebagai pusat yang memiliki sarana penyalur bahan kebutuhan
pokok penduduk kota dan hiterland-nya.
3) Kota Pusat Pemerintahan, kota yang banyak terdapat kantor pemerintahan.
4) Kota Pusat Kebudayaan, berhubugan erat dengan adat istiadat yang berlaku pada
masyarakat setempat.
5) Kota Pusat Kesehatan, menonjolkan pusat-pusat pelayanan kesehatan khusus bagi
masyarakat.
6) Kota Penopang Kota Pusat, kota satelit. Contoh: Jakarta; Depok, Tangerang, Bekasi, dll.
1.2 Klasifikasi Kota dan Rank Size Rule
a. Klasifikasi Kota
1) Kota Kecil, berpenduduk 10.000-100.000 jiwa. (Cth: Majalengka, Jabar)
2) Kota Menengah, berpenduduk 100.001-500.000 jiwa. (Cth: Purwokerto, Jateng)
3) Kota Besar, berpenduduk lebih dari 500.000 jiwa. (Cth: Balikpapan, Kaltim)
4) Kota Metropolitan, berpenduduk lebih dari 1.000.000 jiwa. (Cth: Surabaya, Jatim)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 28 Maret 2015 Page 2
Mata Kuliah Perencanaan Kota [Review Materi]

b. Rank Size Rule


Rank Size Rule adalah formula untuk mengamati hierarki kota-kota, yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara kedudukan (rank) suatu kota dengan jumlah penduduknya,
bukan hubungan antar kota. Merupakan alat yang sifaktnya induktif, yang dikembangkan oleh
Zipf pada tahun 1941.
= 1 , dimana Pn adalah jumlah penduduk pada kota dengan ranking ke-n, P1
merupakan jumlah penduduk pada kota terbedar, dan n yakni ranking kota.
1.3 Kota Metropolitan dan Megapolitan
Perkotaan metropolitan dapat didefinisikan sebagai suatu kawasan yang merupakan
aglomerasi dari beberapa kota yang berdekatan dan terkait dalam satu sistem kegiatan sosial
ekonomi, termasuk prasarana dan sarana perniagaannya, dengan satu kota utama berperan
sebagai inti dan kota-kota lainnya sebagai satelit. Sementara kota megapolitan adalah wilayah
perkotaan berskala besar yang terkait dengan perkotaan sekitarnya sebagai satu kesatuan
sosial, ekonomi, geografi dan ekologi yang saling terhubung dalam satu kesatuan jaringan
prasarana.
1.4 Perkembangan Kota-kota di Indonesia dan di Dunia
Menurut Ilhami (1988), perkembangan kota yang terjadi adalah berawal dari desa yang
mengalami perkembangan yang pasti, yang mana dipengaruhi banyak faktor antara lain
keadaan geografis, tapak (site), fungsi kota, sejarah dan kebudayaan, serta unsur-unsur umum.
Adapun teori-teori dalam perkembangan kota-kota, antara lain:
a. Teori Konsentris, kecenderungan berkembang ke arah luar di semua bagiannya. (E.W.
Burgess (Yunus, 1999))
b. Teori Sektor, berangsur-angsur menghasilkan kembali karakter yang dipunyai oleh sektor-
sektor yang sama terlebih dahulu. (Homer Hoyt (Yunus, 1991 & 1999)
c. Teori Inti Ganda, pertumbuhan kota yang berawal dari suatu pusat yang menjadi kompkes
yang memuncuklan nukleus-nukleus baru yang berfungsi sebagai kutub pertumbuhan.
(Harris dan Ullman, 1945)
d. Teori Konsektoral, teori yang menggabungkan konsentris dan sektoral, namun
penekanan konsentril lebih ditonjolkaN. (Peter Mann, 1965)
e. Teori Poros, menekankan pada peranan transportasi dalam mempengaruhi struktur
keruangan kota. (Babcock, 1932)
f. Teori Historis, mendasarkan analisisnya pada kenyataan historis yang berkaitan dengan
perubahan tempat tinggal penduduk di dalam kota. (Alonso, )
2. Permasalahan Dan Konsep-Konsep Pembangunan Kota
2.1 Permasalahan Kota-kota di Indonesia
Adapun permasalahn kota-kota di Indonesia pada era ini adalah tingkat urbanisasi yang
tinggi, yang menyebabkan jumlah penduduk di kota lebih banyak dari desa. Akibat dari
perpindahan besar-besaran, angka kemiskinan di perkotaan pun menjadi lebih tinggi, serta

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 28 Maret 2015 Page 3
Mata Kuliah Perencanaan Kota [Review Materi]

kualitas lingkungan hidup perkotaan yang menurun, karena banyak muncul permukiman
kumuh di sudut-sudut kota. Permasalah transportasi pun menjadi bagian dari kota, banyaknya
jumlah pengguna kendaraan pribadi seperti motor menyebabkan kemacetan parah pada kota
padat. Karena kebutuhan akan rumah di kota-kota, hal ini menyebabkan berkurangnya area
untuk ruang terbuka hijau. Adapun solusi yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan
pendekatan-pendekatan seperti Bottom Up, Top Down, Interactive, Dual Level.
2.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perkotaan di Indonesia
Isi dari kebijakan dan strategi perkotaan di Indonesia yang disusun oleh Kementerian
Pekerjaan Umum terdiri dari 3 kebijakan, antara lain:
1) Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan nasional.
2) Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial.
3) Peningkatan kapasitas SDM serta kelembagaan pusat dan daerah dalam pengelogan
pembangunan perkotaan.
3. Konsep-Konsep Pembangunan Kota
3.1 Green Cities
Implikasi dari pendekatan-pendekatan yang disampaikan para ahli adalah menghindari
pembangunan kawasan yang tidak terbangun. Hal ini menekankan pada kebutuhan terhadap
rencana pengembangan kota dan kota-kota baru yang memperhatikan kondisi ekologis lokal
dan meminimalkan dampak merugikan dari pengembangan kota, selanjutnya juga memastikan
pengembangan kota yang dengan sendirinya menciptakan aset alami lokal.

Figure 1 Curitiba, Brazil Figure 2 Surabaya, Indonesia


3.2 Mega Cities
Sebuah Megacity biasanya didefinisikan sebagai wilayah metropolitan dengan jumlah
penduduk lebih dari sepuluh juta orang. Sebuah Megacity bisa menjadi daerah metropolitan
tunggal atau dua atau lebih daerah metropolitan yang menyatu. Istilah conurbation, metropolis
dan metroplex juga diterapkan pada keduanya.

Figure 3 Tokyo, Japan Figure 4 NYC, USA Figure 5 Jakarta, Indonesia


3.3 Satellite Town
Kota baru yang sengaja dibangun untuk aktivitas pemerintahan, dirancang sebagai kota
mandiri dengan menyediakan aktivitas (pekerjaan) bagi penduduknya agar kota baru dapat
menjadi tempat bemukim para pendatang. (Alonso, Bourne 1978: 536)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 28 Maret 2015 Page 4
Mata Kuliah Perencanaan Kota [Review Materi]

Figure 6 Bucheon, South Korea Figure 7 Bekasi, Indonesia


3.4 Smart & Compact Cities
Smart Cities adalah pengembangan dan pengolahan kota dengan pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Kominikasi untuk mengubungkan, memonitor, dan mengendalikan berbagai
sumber daya yang ada di dalam kota dengan lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan
pelayanan kepada warganya serta mendukung pembangunan berkelanjutan. Sementara
Compact Cities adalah konsep desain dan perencanaan perkotaan yang berfokus terdapa
pembangunan berkepadatan tinggi dengan penggunaan yang beragam dan bercampur jadi
satu dalam satu lahan yang sama untuk mengefisienkan lahannya semaksimal mungkin.

Figure 8 Barcelona, Spain Figure 9 Roppongi Hills, Tokyo, Japan


4. Pengantar Psikologi Perkotaan I & II
Menurut Holahan, 1977 dan Baum dalam Elyacoubi, 1999; psikologi perkotaan (urban
psychology) adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara perilaku (sosial)/ eksperiensi
manusia (kota) dengan lingkungan (perkotaan) tempat perilaku berlangsung. Sementara
sosiologi perkotaan (urban sociology), dalam kamus Random House, 2014 yakni studi
sosiologis mengenai kota-kota dan perannya di dalam pengembangan masyarakatnya.
Adapun pendekatan sosio-spasial dan psikologi lingkungan dalam perencanaan kota, yaitu:
1) Sociospatial Dialektic (Knox, 1994), hubungan antara masyarakat kora dengan ruang kota.
2) Socio-spatial Perspective (Gottdiener & Hutchinson, 2011), interaksi antara masyarakat
dan ruang kota.
3) Psikologi Lingkungan (Environmental Psychology), adalah ilmu yang mempelajari relasi
antara perilaku dengan konteks lingkungan tempat perilaku tersebut berlangsung.
References
---. (t.thn.). Direktori Istilah Bidang Pekerjaan Umum. Dipetik Maret 28, 2015, dari Pustaka Pekerjaan
Umum: http://pustaka.pu.go.id
Republik Indonesia. (1987). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tentang Pedoman Penyusunan
Pencana Kota. Jakarta: Serikat Negara.
Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang No. 22 Tentang Pemerintah Daerah. Jakarta: Serikat Negara.
Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang No. 26 Tentang Tata Ruang. Jakarta: Serikat Negara.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 28 Maret 2015 Page 5

Anda mungkin juga menyukai