Anda di halaman 1dari 1

Alangkah Lucunya Negeri ini, sebuah film karya anak bangsa bercerita mengenai realita kaum marginal di Indonesia.

Cerita diawali dengan


adegan seorang pemuda yang merupakan sarjana managemen yang melamar pekerjaan di berbagai perusahaan namun ditolak. Namanya
adalah Muluk, seorang anak dari penjahit yang bernama Haji Makbul. Sebenarnya Muluk berniat melamar Rahma, anak Haji Sarbini. Namun
karena Muluk merupakan pengangguran, Haji Makbul masih belum menyetujui pernikahan mereka. Disaat yang sama Muluk memiliki saingan
bernama Jupri yang menyukai Rahma. Jupri bercita-cita ingin menjadi anggota DPR. Dandanannya necis menggunakan seragam safari dan
laptop setiap berkunjung ke rumah Rahma.

Pada suatu siang hari ketika melintasi pasar dikala mencari pekerjaan, Muluk memergoki seorang anak kecil mencopet dompet. Dikejarnya anak
itu dari belakang lalu ditangkapnya,Heyy enak banget lo nyuri dompet orang! Lo gak sadar orang tu susah-susah mencari duit tapi lo ambil
seenaknya begini!,ujar Muluk. Yah, namanya juga pencopet, Bang. Buat makan,jawab pencopet sekenanya. Seketika pencopet tersebut pun
berhasil melepaskan diri dari dekapan Muluk dan berlari bersama dompet curiannya. Belum juga mendapat pekerjaan, Muluk berniat beternak
cacing untuk mendapatkan penghasilan. Banyak teman-temannya yang menertawakan ide tersebut,Gile Luk, kenape lo gak sekalian beternak
buaya ato cicak gitu sekalian!.

Pada suatu hari dipasar, Muluk bertemu dengan pencopet yang dulu dipergokinya dipasar. Setelah terlibat percakapan, Muluk pun minta dibawa
ke bos pencopet yaitu Jarot. Muluk sebagai seorang sarjana managemen menawarkan klausul kerjasama dengan Jarot dan anak buah pencopet
lainnya. Muluk ingin pada suatu saat mereka berhenti menjadi pencopet dan dapat mencari nafkah dengan halal. Muluk menawarkan program
pemberdayaan meliputi pendidikan dan agama serta rencana pengelolaan bisnis jangka panjang. Namun sebagai gantinya Muluk meminta jatah
10% dari pendapatan hasil copet. Jarot setuju. Tantangan datang silih berganti karena anak-anak pencopet tersebut memiliki resistensi terhadap
Muluk. Jah, ngapain gw disuruh belajar segala! Dari dulu nyopet udah enak!, keluh Kampret, salah seorang copet. Untuk memaksimalkan
program tersebut, Muluk mengajak temannya yaitu Pipit dan Samsul. Pipit merupakan anak dari Haji Rahmat yang kerjaannya setiap hari
mencari peruntungan dengan mengikuti kuis-kuis di televisi. Sedangkan Samsul merupakan sarjana pendidikan yang setiap hari bermain gaplek
bersama teman-temannya di pos kamling. Adapun Samsul dan Pipit diupah dari gaji 10% hasil copetan yang didapat Muluk. Pipit dengan sabar
mengajari mengaji, sholat sedangkan Samsul mengajari membaca. Lambat laun anak-anak menerima kehadiran Muluk, Pipit dan Samsul. Dan
pada akhirnya Muluk dkk menyampaikan kepada anak-anak pencopet untuk berhenti mencopet dan beralih menjadi pengasong untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Muluk menyediakan 6 set peralatan mengasong. Lambat laun Haji Makbul, ayah Muluk dan Haji Rahmat ayah Pipit
penasaran dengan apa yang dilakukan anak-anak mereka selama ini. Alangkah terkejutnya mereka ketika ternyata selama ini uang pendapatan
anak-anak mereka berasal dari hasil copet. Mereka pun menangis selama ini makanan yang mereka makan berasal dari uang haram. Akhirnya
Muluk, Pipit dan Samsul menyatakan berhenti meneruskan program mereka. Anak-anak pencopet tergugah atas usaha Muluk selama ini.

Sebagian dari mereka memutuskan untuk menjadi pengasong walaupun pendapatan yang bakal mereka terima kecil. Namun tantangan terus
datang menerpa. Mereka harus terus berlari dan bersembunyi dari operasi pamong praja dijalanan. Muluk yang melihat anak-anak tersebut
dikejar-kejar pun marah kepada Pamong Praja.

Lari kalian semua! Ayo tangkap saya! Tangkap saya! Saya yang menyuruh mereka mengasong! Mereka hanya mencari rezeki yang halal dan
hanya itu yang mereka bisa!.

Ini aturan! Dilarang mengasong dijalanan!, balas petugas.

Kalian merasa tergangggu dengan ulah para pengemis dan pencopet tapi kalian tiadk terganggu dengan ulah para koruptor!?! Seharunya kalian
tangkap para koruptor yang sudah memiskinkan negeri ini! Memiskinkan kalian! Memang itu bukan tugas kalian, tapi setidaknya kalian punya
rasa belas kasihan! Mereka hanya mencari rezeki yang halal! Biarkan mereka yang miskin mencari rezeki yang halal!

Akhirnya Muluk ditangkap petugas. Dari kejauhan, anak-anak pengasong terharu menitikkan air mata seiring dengan kepergian mobil yang
membawa Muluk pergi.

Fakir miskin dan anak-anak terlantar diperlihara oleh negara


Pasal 34 ayat (I) UUD 1945

Anda mungkin juga menyukai