Askep Meningitis New New
Askep Meningitis New New
MAKALAH
oleh:
Kelompok 5
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IV B (IKK
IV B) dengan dosen pengampu Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.MB
oleh:
Velinda Dewi L NIM 142310101004
Aisatul Zulfa NIM 142310101029
Wahyu Ramadhani NIM 142310101004
Lisca Nurmalika F NIM 142310101109
1.1 Definisi
1.2 Epidemiologi
Angka kejadian meningitis pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan terutama pada periode natal. Angka kesakitan tertinggi terjadi
setelah meningitis mengenai anak-anak pada neonates hingga umur dibawah
5 tahun. Pada anak usia lebih dari 2 bulan 95% meningitis disebabkan oleh
Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus.
Hemofilus influenza merupakan organism yang paling dominan
menyerang pada anak-anak di usia 3 bulan sampai 3 tahun. Infeksi
Escherichia coli jarang terjadi pada anak-anak dengan usia lebih dari satu
tahun. Meningitis meningococus terjadi pada bentuk epidemic dan ditularkan
melalui infeksi droplet dari sekresi nasofaring. Meningitis ini sering terjadi
pada anak-anak usia sekolah dan adolesens.
2.2 Etiologi
2.3.1 Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :
1. Neonatus
Pada bayi baru lahir biasanya meningitis disebabkan oleh bakteri
seperti Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria
monositogenes.
2. Anak di bawah 4 tahun
Pada usia ini biasanya meningitis disebabkan oleh Hemofilus
influenza, meningococcus, Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa
Pada anak usia diatas 4 tahun dan orang dewasa, meningitis dapat
terjadi karena bakteri seperti Meningococcus, Pneumococcus.
2. Meningitis virus
Meningitis virus atau aseptic meningitis disebabkan oleh
virus gondok, herpes simplek dan herpes zoster. Pada meningitis
virus tidak ditemukan adanya eksudat seperti yang terjadi pada
meningitis bakteri dan juga tidak ditemukan organisme pada kultur
cairan otak. Respon jaringan otak terhadap virus bervariasi
tergantung jenis sel yang terlibat. Pada meningitis virus ini
peradangan terjadi di seluruh korteks cerebri dan lapisan otak.
2.3 Klasifikasi
2.4 Patofisiologi
Otak memiliki 3 lapisan, yaitu durameter, arachnoid, dan
piameter.Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid yang
bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan
seluruh otak serta sumsum tulang belakang, cairan direabsorbsi melalui vili
arachnoid yang berstruktur eperti jari-jari di dalam lapisan sub arachnoid.
Organisme virus/bakteri yang dapat menyebabkan meningitis masuk
cairan otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak.Cairan (secret
hidung) atau secret teliga akibat fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan
meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan
luar, mikrorgansme yang masuk berjalan ke cairan otak melalui ruangan
subarachnoid.Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab
terjadinya peradangan pada piameter, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
B. Pengobatan simtomatik
1. Diazepam IV; 0,2-0,5 mg/kg/dosis, atau rectal: 0,4-0,6
mg/kg/dosis
2. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian
a. Fenitoin 5 mg/kg/24jam, 3 kali sehari atau
b. Fenobarbital 5-7 mg/kg/24jam, 3 kali sehari
Turunkan panas:
4.1 Pengkajian
Tanda-tanda vital
B1 (breathing)
B2 (Blood)
B3 (Brain)
Tingkat kesadaran
Fungsi serebri
Sistem motoric
Pemeriksaan reflex
Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada tendon, ligamntum,
atau periosteum derajat reflex pada respon normal. Refles patologis
terjadi pada klien dengan tingkat kesadaran koma.
Gerakan involunter
Sistem sensorik
B4 (Bladder)
B5 (Bowl)
B6 (Bone)
1. Resiko perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Tirah baring untuk pasien, 1. Perubahan tekanan CSS,
perfusi jaringan keperawatan selama x24 jam. dengan posisi kepala datar. akibat herniasi batang otak
serebral b.d Resiko perubahan perfusi 2. Bantu pasien untuk yang membutuhkan tindakan
berkemih, mengurangi batuk, segera.
peradangan dan jaringan menjadi adekuat.
muntah, dan mengejan. 2. Bertujuan untuk mencegah
edema pada otak Kriteria Hasil: 3. Tinggikan tempat tidur peningkatan tekanan
atau selaput otak dibagian kepala setinggi 15- intraabdomen.
1. Kesadaran pasien: kompos
45 derajat. 3. Bertujuan untuk meningkatkan
mentis
4. Kolaborasi: berikan cairan IV aliran darah (vena) dari kepala.
2. TTV, N=90-100x/mnt, (larutan hipertonik, elektrolit) 4. Bertujuan untuk
S=36,5-37,5C, RR= 5. Kolaborasi: pemberian obat meminimalkan fluktuasi aliran
TD, Sistol: steroid, clorpomasin, vaskuler.
Diastol: asetaminofen. 5. Menurunkan permeabilitas
kapiler, membatasi edema
serebral, mengurangi resiko
peningkatan TIK.
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi bunyi nafas, catat 1. Mengi menunjukkan
napas tidak keperawatan x24jam, adanya bunyi nafas. Misalnya penyempitan saluran nafas,
efektif b.d diharapkan jalan nafas pasien : mengi, krekels, dan ronki. krekels dan ronki
akumulasi sekret, kembali efektif. Kriteria 2. Kaji frekuensi, kedalaman, menunjukkan adanya sekret
penurunan Hasil: dan rasio inspirasi-ekspirasi pada saluran nafas
kemampuan 1. Pasien melaporkan tidak 3. Ajarkan batuk efektif 2. Takipnea biasanya ada pada
batuk, dan ada sesak 4. Posisikan bagian bantal beberapa derajat dan dapat
perubahan tingkat 2. RR=16-20x/menit pasien lebih tinggi (semi ditemukan pada penerimaan
kesadaran. 3. N=60-100x/menit fowler) atau selama stres atau adanya
4. Tidak ada otot bantu 5. Berikan minuman hangat proses infeksi akut. Pernafasan
pernafasan 6. Lakukan fisioterapi dada bila dapat melambat dan frekuensi
5. Tidak ada ronchi dan diperlukan ekspirasi memanjang
mengi 7. Kolaborasikan dengan tim dibanding inspirasi
6. Dapat melakukan batuk kesehatan lain untuk 3. Untuk mengeluarkan sekret
efektif. pemberian bronchodilator tanpa suction, membersihkan
dan mukolitik untuk jalan nafas.
mencairkan dahak sehingga 4. Posisi semi fowler dapat
mudah dikeluarkan meningkatkan ekspansi paru
sehingga mengurangi sesak
nafas
5. Air hangat menurunkan
kekentalan sekret dan
mempermudah pengeluaran
6. Fisioterapi dada dapat
merangsang pengenceran
sekret sehingga mudah
dikeluarkan
7. Pemberian obat-obatan
pengencer dahak memudahkan
proses evakuasi jalan nafas
3. Nyeri kepala b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan lingkungan yang 1. Menurunkan reaksi terhadap
iritasi selaput dan keperawatan selama x24jam tenang dan nyaman. stimulasi eksternal, sensitivitas
jaringan otak rasa nyeri kepala pada pasien 2. Bantu pasien untuk terhadap cahaya,
berkurang dan hilang. menemukan posisi yang meningkatkan istirahat atau
Kriteria Hasil: nyaman, posisi kepala yang relaksasi
1. Pasien mengatakan nyeri lebih tinggi 2. Menurunkan iritasi meningeal
hilang (tidak ada nyeri 3. Tingkatkan tirah baring, dan 3. Menurukan aktivitas atau
kepala) bantu pasien dalam gerakan yang dapat
2. Ekspresi wajah pasien pemenuhan KDM utama menyebabkan nyeri
tidak mencirikan adanya 4. Pantau TTV pada pasien 4. Perubahan pada (TD, Nadi,
nyeri atau sakit kepala 5. Kaji tingkat nyeri pada dan RR) menggambar kondisi
(skala nyeri=0) pasien PQRST pasien
3. TTV (nadi: 60-100x/ment, 5. Untuk mengetahui tingkatan
RR: 18-20x/mnt) nyeri dan mengetahui
permasalahn, serta cara
mengatasinya.
4. Hipertermia
\ b.d Tujuan : setelah dilakukan 1. Monitoring suhusetiap 2 jam 1. Karena suhu pasien dengan
proses infeksi tindakan keperawatan x 24 sekali hipertermi dapat beruabah-
jam diharapkan, 2. Monitoring warna dan suhu ubah setiap waktu.
kulit 2. Warna kulit pasien dengan
dengan kriteria hasil: 3. Monitoring TD, nadi, RR hipertermi, kemerahan dan
4. Monitoring intake dan output akral teraba hangat-panas
1. Suhu tubuh 36,5 37,5 5. Beri pasien minum air (1500- (sesuai suhu tubuh) akibat dari
derjat Celcius 2000 cc/hari) proses infeksi (kolor, dolor,
2. Nadi 60-100x/menit 6. Kolaborasi: pemberian rubor, fusiolesa)
3. RR antibiotik 3. TTV merupakan acuan untuk
4. Tidak ada perubahan mengetahui keadaan umum
warna kulit pasien
5. Akral dan perifer tidak 4. Pasien dengan hipertermi,
teraba dingin akan mengalami dehidrasi
(turgor kulit buruk)
5. Dengan bantuan intake cairan
yang cukup, cairan tubuh yang
hilang dapat terganti.
6. Antibiotik digunakan untuk
mengatasi infeksei yang
menyebabkan hipertemi pada
pasien.
5. Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan intake cairan 1. Pasien akan mengalami
kekurangan keperawatan selama x24 jam pada pasien hipertermi dengan demam
volume cairan resiko kekurangan volume 2. Monitor status hidrasi tinggi, mual muntah akibat
(kelembapan membran infeksi di daerah otak.
tubuh b.d muntah cairan tubuh dapat teratasi.
mukosa, nadi yang adekuat, 2. Satatuas hidrasi pasien
dan demam Kriteria Hasil: tekanan darah ortostatik) menjadi bahan utama untuk
3. Kolaborasi: pemasangan mengetahui apakah pasien
1. Tidak ada tanda-tanda
cairan IV sedang mengalami dehidrasi.
dehidrasi (turgor kulit 4. Monitoring status nutrisi 3. Suport cairan untuk
baik, kulit lembab, tidak dan cairan pasien intake dan menghidaro dehidrasi pada
kering) outputnya pasien demam dan mengalami
2. TTV normal: mual/muntah.
TD, Sistol: 4. Untuk melihat keseimbangan
Diastole: antara intake dan output cairan
Suhu: 36,5-37,5 C dan nutrisi.
Nadi: 60-100x/mnt
RR: 18-20x/mnt
6. Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Ada beberapa pasien yang
ketidakseimbanga keperawatan selama x24 jam tertentu pada pasien mengalami alergi terhadap
n nutrisi: kurang kebutuhan nutrisi terpenuhi. 2. Kolaborasi: diet pasien tinggi makanan dan dapat
dari kebutuhan Kriteria Hasil: serat menimbulkan reaksi kurang
tubuh b.d 3. Monitoring BB pasien baik bagi tubuh.
ketidakmampuan 1. BB pasien meningkat (penurunan atau peningkatan) 2. Untuk menghindari
menelan, keadaan dan ideal 4. Monitor turgor kulit, keadaan konstipasi pada pasien dan
hipermetabolik 2. Pasien mampu bibir dan rambut pasien mencegah pasien mengejan
menelan makannanya (kering/patah) secara berlebih
3. Tidak ada penurunan 5. Monitoring adanya mual 3. Mengetahui BB ideal dari
BB secara drastis muntah pada pasien pasien, disertai ada tidaknya
6. Monitoring pertumbuhan dan perubahan pada status nutrisi
perkembangan pasien 4. Turgor kulit, keadaan
mukosa bibir, dan rambut
menggambarkan kondisi
hidrasi dan status nutrisi pada
pasien
5. Mual muntah dapat
mengakibatkan intake nutrisi
dan cairan berkurang
6. Pertumbuhan dan
perkembangan pada pasien
sesuai dengan ciri tumbuh
kembang pada normanya
sesuai usia.
7. Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kemampuan 1. Latihan ROM aktif dapat
mobilitas fisik b.d keperwatan x24 jam pasien ROM aktif pasien mempertahankan dan
kelemahan fisik dapat melakukan aktivitas 2. Anjurkan pasien dalam meningkatkan kekuatan dan
umum, kerusakan melakukan body mechanic kelenturan otot, mencegah
kembali. Kriteria Hasil:
dan ambulasi kontraktur dan kekakuan sendi
neuromuskular 1. Pasien mampu melakukan 3. Ajarkan cara tepat untuk 2. Body mechanic dan ambulasi
ROM aktif, body melakukan mobilisasi seperti adalah usaha koordinasi dini
mechanic, dan ambulasi body mechanic, ROM aktif, untuk sistem muskuloskeletal
pertahanan dan ambulasi dan sistem saraf,
2. Neuromuskuler dan mempertahankan
skeletal tidak mengalami keseimbangan
3. Melindungi agar pasien
atrofi dan terlatif untuk
terhindar dari kesalahan dalam
melakukan melakukan mobilisasi dan
gerakan/aktivitas mempengaruhi pada
3. Pasien mampu melakukan keseimbangan tubuh akibat
mobilisasi cara kontinu nyeri di daerah kepala dan
dan dalam proses kelemahan pada
penyembuhan total. neuromuskuler.
8. Ansietas
A b.d Setelah dilakukan tindakan 5. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya
ancaman, kondisi keperawatan selama x24jam percaya antara pasien dan antara pasien dan perawat,
sakit dan tingkat kecemasan pada perawat merupakan dasar yang dapat
perubahan 6. Pahami rasa takut atau mendukung pasien untuk
pasien dan berkurang dan
kesehatan. kecemasan yang dialami mengatasi kecemasannya.
hilang. Kriteria Hasil: 2. Persaan adalah hal nyata yang
pasien
dapat membantu pasien untuk
1. Pasien mampu 7. Kaji tingkat kecemasan pada
terbuka dan mau
mengidentifikasi dan pasien mendiskusikannya bersama
mengungkapkan 8. Bantu pasien mendapatkan perawat
kecemasannya kekuatan untuk mengatasi 3. Mengetahui seberapa besar
2. Pasien dapat kecemasan dan sejauh apa pasien
mengungkapkan dan 9. Berikan penjelasan mengenai mengalami kecemasan dan
melakukan teknik dalam penyakit yang dialami pasien. bagaimana cara mengatasinya
pengontrolan 4. Dukungan atau motivasi secara
kecemasannya terus-menerus dapat
3. Postur tubuh, ekspresi mengurangi rasa cemas
wajah, bahasa tubuh, dan 5. Membantu pasien untuk
tingkat aktivitas mengetahui bagaimana
menunjukkan penurunan penyakitnya.
kecemasan.
4. TTV dalam batas
normal
4.4 Implementasi
Hari/ No. Jam Implementasi Paraf
Tanggal Dx
Kep
Judit dan Nancy. 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC
[serial online]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter%
20II.pdf [diakses pada tanggal 19 Maret 2016]
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nintya%20Zeina%20Dini.pdf
Pathways
Infeksi saluran Perluasan langsung dari Implantasikan langsung Aspirasi cairan amion
pernapasan atas, otitis infeksi di sinus tindakan bedah otak, saat bayi lahir
media, infeksi gigi, paranasalis mastoid, pungsi lumbal
mastoiditis abses otak
Edema otak
bakterimia Kolonisasi dan Bakteri melekat di sel epitel
memperbanyak diri mukosa
Peningkatan TIK
Pembentukan eksudat,
vaskulitis dan hipoperfusi peningkatan Bakteri masuk ke
komponen darah di aliran balik vena ke
Keringat serebral jantung
Reabsorbsi CSS
berlebih/
terganggu
diaphoresis
Perubahan pada
Gangguan perfusi Kelainan system RAS
jaringan serebral Ketidakefektifan
depolarisasi ion
bersihan jalan
Sakit kepala Peningkatan napas
Hiperaktifitas neuron metabolisme
Resiko cidera
Nyeri akut kejang
KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Tn. X
Umur : 16 Tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Usia : 50 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Anamnesa
a. Keluhan utama
Penurunan kesadaran
e. Riwayat pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
f. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi makanan, obat-obatan dan debu
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : pasien tampak sakit sedang
Kesadaran : somnolen, GCS: 11 (E=2, V=4, M=5)
Tanda vital :
a. Tekanan Darah : 120/90 mmHg
b. Nadi : 89 x/m
c. Frekuensi Nafas : 28 x/m
d. Temperatur : 38c
1.1 Status generalis
a) Kepala : normocephal (tidak terjadi malnutrisi), tidak mudah
dicabut, rambut hitam,
b) Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-)
c) Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat
isokor
d) Hidung : normotia, deviasi septum (-), sekret -/-, rhinore -/-
e) Telinga : normotia, otore -/-, serumen -/-
f) Mulut : caries (+), lidah kotor (+), tonsil T1-T1, faring tidak
hiperemis
g) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
h) Thorak:
1. Paru
Inspeksi : bentuk dada normochest. Pergerakan dinding dada
simetris
Palpasi : vokal fremitus paru kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi: vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
2. Jantung
Bunyi jantung I & II regular, Gallop (-), mur-mur (-)
3. Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : turgor kulit baik, hepar tidak teraba
Perkusi : suara timpani pada ke-4 kuadran
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : akar hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik
Rangsang meniengal
a. Kaku Kuduk : (+)
b. Tanda Kerniq : (+)
c. Tanda Laseque : (-)
d. Tanda brudzinski I : (-)
e. Tanda brudzinski II : (-)
a. Muntah : (+)
b. Sakit kepala : (+)
c. Kejang : (+)
N.Cranialis
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin ( H2TL) - lumbal pungsi
2. LED - tes mantoux
3. Fungsi hati
4. Fungsi ginjal
5. Elektrolit
6. Profil lipid
7. Asam urat
8. Foto thoraks
9. CT- Scan kepala
Terapi nonformakologi : Diit tinggi KH, Protein, rendah lemak
Terapi farmakologi :O2 2-3L/m
2. Diagnosa
1. Resiko perubahan perfusi jaringan serebral b.d peradangan selaput otak
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
https://www.academia.edu/9130465/Laporan_kasus_meningitis_TB