Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS STABILITAS LERENG MEMAKAI PERKUATAN

GEOTEKSTIL DENGAN BANTUAN PERANGKAT LUNAK(STUDI KASUS


PADA SUNGAI PARIT RAYA)

Fika Famungkas, Widodo Suyadi, Yulvi Zaika


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jalan MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Email: fika.famungkas@yahoo.co.id

ABSTRAK
Peristiwa longsor adalah salah satu ancaman di Indonesia mengingat Negara ini memiliki kondisi
geografis yang beragam.Banyak kejadian longsor yang menyakitbatkan korban jiwa. Salah satunya
peristiwa longsor yang terjadi adalah di Kabupaten Trenggalek. Pada awalnya pemerintah sudah
membangun dinding penahan tanah pada lereng tersebut, tetapi masih belum cukup untuk menahan
kelongsoran tanah pada lokasi tersebut.Melalui data yang diketahui, lereng memiliki ketinggian antara
8 m sampai 8,5 m dengan panjang dinding penahan 375 m dan mengalami kelongsoran pada bagian
struktur sepanjang 90 m. Setelah dianalisa dengan bantuan perangkat lunak SLOPE/W pada lereng
tersebut didapatkan angka keamanan hanya 0,660 sehingga terjadilah longsor. Dilakukanlah desain
ulang lereng tersebut menggunakan perkuatan Geotekstil dengan jumlah 5 lapis, kapasitas tarik 400
kN/m, kohesi 0 kN/m2 dan sudut geser terhadap tanah 38o, jarak vertikal 1 m. Dengan analisa
menggunakan SLOPE/W diperoleh angka keamananbaru sebesar 1,893. Anggaran yang dibutuhkan
dalam perbaikan tersebut adalah Rp 1.287.439.000,00(satu milyar dua ratus delapan puluh tujuh juta
empat ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah)

Kata kunci: Stabilitas, Geotekstil, SLOPE/W.

Pendahuluan Dikembangkan secara khusus untuk


Peristiwa longsor adalah salah analisis deformasi danstabilitas
satu ancaman di Indonesia mengingat struktur geoteknik. Salah satu fungsi
Negara ini memiliki kondisi geografis perangkat lunak ini adalah model
yang beragam.Banyak kejadian stabilitas (SLOPE/W). SLOPE/W
longsor yang mengakitbatkan korban adalah komponen dari satu paket
jiwa, salah satunya peristiwa longsor produk geoteknikal yang disebut
yang terjadi Kabupaten GeoStudio. SLOPE/W telah dirancang
Trenggalek.Pada awalnya pemerintah dandikembangkan untuk menjadi alat
sudah membangun dinding penahan perangkat lunak umum untuk analisis
tanah pada lereng tersebut, tetapi stabilitas struktur lereng. SLOPE/W
masih belum cukup untuk menahan memiliki sub entri: 1)Geometri lereng -
kelongsoran tanah pada lokasi tersebut. deskripsi stratigrafi dan bentuk
Melalui data yang diketahui, lereng permukaan lereng, 2) kekuatan tanah -
memiliki ketinggian antara 8 m sampai parameter yang digunakan untuk
8,5 m dengan panjang dinding penahan menentukan tanah ( materi ) kekuatan,
375 m dan mengalami kelongsoran 3)tekanan air pori
pada bagian struktur sepanjang 90 m. caramendefinisikan kondisi tekanan air
pori , 4 ) Perkuatan - interaksi tanah-
Saat ini, stabilitas lereng dapat struktur perkuatan, paku, jangkar,
dianalisis menggunakan perangkat tumpukan, dinding, geotekstil dan
lunak, salah satunya adalah sebagainya, dan 5 ) Muatan atau beban
GEOSLOPE. Dikembangkan oleh penambahan beban atau beban
GEO-SLOPE International, Kanada, dinamis (gempa).
berdasarkan Metode Limit Equilibrium.
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untukmengetahui penyebab
longsor lereng sebelum perkuatan dan
kerusakan penahan tanah eksisting.
Menentukan stabilitas lereng dan
merencanakan perkuatan tanah dengan
geotekstil, serta menghitung anggaran
biaya, dan merencakan metode Gambar 8 Kondisi lereng dan
pelaksanaan untuk pekerjaan di lokasi konstruksidindingpenahantanaheksisti
tersebut. ng

Metode penelitian
Dari Hasilpeninjauan atau
Lokasiproyekdindingpenahanta observasi di lapangan yang
nah yang ditinjauterletak di Tebing dilakukandiketahuitelahterjadikelongs
Kali Parit Raya, Desa Ngadirejo, orankearah muka sungai
Kecamatan Pogalan, Kabupaten dengantembokpenahan (eksisting)
Trenggalek. Lokasi dibangunnya rusaksepanjang 90 m
dinding penahan tersebut berada pada daripanjangkeseluruhan 375 m.
tebing sungai Kali Parit Raya untuk
perkuatan tebing dari muka air sungai
terhadap tebing sungai.
Dindingpenahantanah
merupakan kombinasi dinding
penahan pasangan batu kali 1:4
dengan pasangan bronjong yang
dipasang dibawah pondasi pasangan
batu kali dengan dimensi 1x0,5x2 m.
Dinding penahan Gambar 9 Kondisi dinding penahan
eksistinginimemilikitinggi sekitar 8 m eksisting peninjauan lapangan
menggunakanpondasipancangjenismi
ni pile diameter 20x20 Datapengujianboring yang
cmdengankedalaman 3 m. digunakanterletakpadatitik B1 hingga
Dindingpenahantanaheksistinginimem B6
ilikipanjangkeseluruhan 375 m karenatitikinilebihdekatatauberadalang
danmengalamikerusakansepanjang 90 sungpadakonstruksirencanadindingpen
m. Dari konsultan perencana ahantanah yang akandibangunnantinya.
diketahui elevasi muka air sungai
maksimum sedalam 5,525 m
sedangkan muka air normal sedalam
1,45 m terhadap dasar permukaan
struktur dinding penahan serta
terdapat genangan dibelakang lereng
yang akan timbul saat musim hujan
datang.

Gambar 10
Titiklokasipengujianboring
Hasilpengujian boring sedangkan muka air normal sedalam
padatitik B1 hingga B6 diuji oleh Lab 1,45 m terhadap dasar permukaan
Mekanika Tanah dan Geologi struktur dinding penahan. Terdapat
Fakultas Teknik Universits pula genangan air 15 cm
Brawijaya, berikut adalah rekapitulasi dibelakang lereng yang akan timbul
hasil pengujian boring pada titik B-01 saat musim hujan datang.
hingga B-06. Melalui analisa kelongsoran juga
ditemukan bahwa tinggi garis
Tabel 1Rekapitulasi hasil-hasil kelongsoran cukup tinggi sehingga
pengujian sifat mekanis tanah untuk kedalaman tiang pancang tidak sesuai
sampel tanah untuk menahan permukaan garis
kelongsoran yang terjadi. Angka
Direct Shear
No. keamanan yang diperoleh dari analisa
c kelongsoran tersebut dengan program
Sampel
kg/cm2 o
gr/cm3 SLOPE/W ialah 0,667 sehingga angka
tersebut menunjukan bahwa lereng
B1-200 0,1411 13,711 1,922
tersebut tidak aman jika ditinjau dari
B1-400 0,1494 12,107 1,725 faktor keamanan (F) yang
B1-600 0,141 10,458 1,622 dihubungkan dengan intensitas
B2-200 0,0913 12,105 1,733 kelongsorannya (Bowles, 1989).
B2-400 0,0913 13,711 1,734
Tabel 2 Hubungan nilai faktor
B2-600 0,155 10,458 1,666 keamanan lereng dan intensitas longsor
B3-200 0,128 15,273 1,909
NILAI FAKTOR KEJADIAN INTENSITAS
B3-400 0,085 13,711 1,755 KEAMANAN LONGSOR
B3-600 0,062 10,458 1,647 Longsor terjadi
F kurang dari 1,07
B4-200 0,24 15,508 1,871 biasa/sering (lereng labil)
B4-400 0,033 13,927 1,801 F antara 1,07 Longsor pernah terjadi
B4-600 0,014 10,628 1,707 sampai 1,25 (lereng kritis)
B5-200 0,045 12,105 1,77 Longsor jarang terjadi
F diatas 1,25
B5-400 0,018 13,711 1,605 (lereng relatif stabil)

B5-600 0,0477 10,458 1,671


B6-200 0,0892 13,71 1,73 Berdasarkan analisa tentang
kondisi lereng tersebut maka dapat
B6-400 0,128 12,105 1,75
diambil kesimpulan sebagai berikut :
B6-600 0,041 10,458 1,75 1. Terdapat genangan air pada musim
hujan dibelakang lereng yang
menyebabkan air masuk kedalam
Hasil dan Pembahasan lapisan tanah dan membuat muka
air tanah tinggi namun kondisi
Melalui pengamatan di permukaan air di muka lereng
lokasi, diketahui telah terjadi masih normal dikarenakan air yang
kelongsoran kearah muka sungai masuk kedalam lapisan lereng
dengan tembok penahan (eksisting) terhalang oleh lapisan kedap air dari
rusak sepanjang 90 m dari panjang struktur dinding penahan tanah yang
keseluruhan 375 m. Dari konsultan membuat berat dari tekanan pasif
perencana diketahui elevasi muka air atau gaya pendorong dari lereng
sungai maksimum sedalam 5,525 m
menjadi lebih besar dari gaya P20 0,824 0,916 0,833 0,915
penahan. P21 0,713 0,760 0,717 0,759
2. Besarnya gaya kelongsoran yang
telah dianalisa tidak mampu ditahan Konstruksi penahan akan
oleh perkuatan pile yang didesain. menggunakan perkuatan geotekstil
Sehingga struktur penahan menjadi dengan geometri lereng mengikuti
kurang stabil untuk menahan konstruksi yang sudah ada, yaitu
kelongsoran yang terjadi. dengan kemiringan 1:1 (45o).Facing
3. Struktur material fisik tanah yang yang digunakan juga mengikuti facing
diperoleh dari Laboratorium yang ada dengan pasangan batu setebal
Mekanika Tanah Jurusan Teknik 0,05 m. Berikut adalah perhitungan
Sipil Universitas Brawijaya dan penentuan parameter-parameter
menunjukan bahwa kondisi tanah yang digunakan dalam perencanaan
pada lereng tersebut kurang baik konstruksi perkuatan dengan geotekstil
sehingga membuat kondisi lereng pada perangkat lunak SLOPE/W.
menjadi kurang stabil Parameter tanah
Dalam analisa kondisi lereng Sifat mekanis tanah yang
eksisting, kelongsoran melalui 7 digunakan yaitu titik T4 dikarenakan
potongan gambar kondisi lereng titik terdekat dengan potongan gambar
sebelum perkuatan dimulai dari P15 P18 dengan tebal tiap lapisan ialah 2 m,
sampai P21. Keseluruhan potongan berikut rekapitulasi data tanah pada
tersebut dianalisa dengan titik T4:
menyesuaikan kondisi sifat fisik Lapisan 1, = 18,71 Kg/cm3
material tanah lewat denah keenam C = 24 Kg/cm2
titik Borlog yang terdekat dari = 15,508o
potongan yang diambil. Berikut adalah Lapisan 2, = 18,01 Kg/cm3
hasil analisa keseluruhan potongan C = 3,30 Kg/cm2
yang telah dianalisa kestabilan lereng = 13,927o
eksistingnya dengan perangkat lunak Lapisan 3, = 17,07 Kg/cm3
SLOPE/W. C = 1,40 Kg/cm2
= 10,628o
Berat facing dari pasangan batu
Berat jenis dari facing pasangan
batu ialah 220 kN/m2 sehingga dengan
menggunakan tebal 0,5 m maka berat
satuan per meter ialah:
220 kN/m2 x 0,5 m = 110 kN/m2
Gambar 11Gambar kontur hasil dari Data konstruksi geotekstil
analisa kestabilan lereng sebelum Parameter yang dibutuhkan ialah
perkuatan geometri P18 Contact cohesion = 0 kg/cm2 setara
dengan 0 kPa, Contact Phi = 38o,
Tabel 3 Rekapitulasi angka keamanan
Tensile Capasity = 400 kN/mFebric
kestabilan lereng sebelum perkuatan
safety =1,4 (faktor kesalahan
Nama Nilai Angka Keamanan pemasangan), dan interface factor = 2
Potongan Ordinary Bishop Janbu M-Price
P15 2,021 2,143 1,985 2,142
Bond safety factor
P16 1,653 1,865 1,67 1,865
Faktor tahanan cabut atau RRF
P17 0,973 1,076 0,991 1,076
yang paling akurat melalui
P18 0,598 0,660 0,607 0,660
pengujian tarik cabut terhadap
P19 0,597 0,662 0,604 0,662 contoh material timbunan yang akan
digunakan. Jika data hasil pengujian lokasi yang berguna untuk mengetahui
tidak tersedia, maka nilai ini kondisi lingkungan kerja. Secara garis
RRF=2/3 tan . Maka RRF=2/3 tan besar tahapan pelaksanaan akan
(38) = 0,52 untuk menyesuikan diuraikan sebagai berikut:
dengan input slope/w maka 1/0,52= 1. Peninjauan ke lokasi
1.92 2. Persiapan pekerjaan
Dari hasil analisa kestabilan 3. Pengaturan drainase
lereng pada potongan gambar P18 4. Pemasangan geotekstil
yang telah diperkuat dengan geotekstil a. Pekerjaan perapihan kondisi
diperoleh nilai angka keamanan naik lereng
menjadi 1,893, yang sebelum b. Perataan pertemukaan
konstruksi eksisting tersebut c. Penggelaran geotekstil
sebelumnya hanya senilai 0,307 d. Pemadatan tanah
dengan analisa menggunakan metode Dalam perhiungan Volume
Bishop. Angka tersebut menunjukan pekerjaan suatu proyek dibutuhkan
lereng stabil dengan ditinjau dari faktor gambar rencana pekerjaan.Hasil
keamanan (F) yang dihubungkan dari volume pekerjaan ini digunakan untuk
intensitas kelongsorannya (Bowles, menghitung rencana anggaran biaya,
1989). perhitungan keperluan bahan dan
tenaga kerja dalam pelaksanaan proyek.

Gambar 12Gambar kontur kontruksi


eksisting sebelum diperkuat geotekstil
Gambar 14 Gambar rencana
perkuatan lereng dengan geotekstil

Perhitungan analisa harga satuan


pekerjaan ini mengacu pada Standart
Nasional Indonesia SNI 2008 tentang
Tata Cara Perhitungan Harga Satuan
Gambar 13 Gambar kontur lereng
Pekerjaan Untuk Konstruksi Bangunan
setelah diperkuat geotekstil
Gedung dan Perumahan. Standar serta
Tabel 4 Rekapitulasi angka keamanan mengacu pada Analisis Harga Satuan
kestabilan lereng setelah diperkuat Pekerjaan (AHSP) Bidang Bina Marga
geotekstil Bagian 3 ini menetapkan koefisien atau
indeks bahan bangunan dan indeks
Nama Nilai Angka Keamanan
Potongan Ordinary Bishop Janbu M-Price
tenaga kerja untuk setiap satuan
P18 2,232 1,893 2,430 2,999 pekerjaan serta indeks untuk koefisen
alat berat. Selain itu harga satuan dasar
Sebelum pemasangan geotekstil dalam perhitungan ini menggunakan
dilaksanakan pada lereng Harga Satuan Bahan dan Upah tahun
rencana.Persiapan pekerjaan harus
2014 wilayah Trenggalek. Maka
matang.Untuk mempersiapkan rencana
dengan baik.Dilakukan peninjauan ke rencana anggaran biaya yang
didapatkan dari hasil perhitungan kemudian naik menjadi 1,925
adalah senilai: Rp 1.287.439.000,00 (setelah diperkuat geotekstil).
(Satu Milyar Dua Ratus Delapan Puluh Sehingga, dari hasil perhitungan
manual dan perangkat lunak terlihat
Tujuh Juta Empat Ratus Tiga Puluh
bahwa hasilnya mendekati.
Sembilan Ribu Rupiah)
4. Metode pelaksanaan mengacu pada
KESIMPULAN Perencanaan Geosintetik untuk
Dari hasil analisa dan perhitungan Perkuatan Lereng Kementrian
yang dilakukan, maka dapat ditarik Pekerjaan Umum.
sebuah kesimpulan, yaitu:
1. Berdasarkan pengamatan DAFTAR PUSTAKA
dilapangan diketahui bahwa Das, Braja M., 1985. Mekanika Tanah
terdapat genangan air dibelakang (Prinsip-Prinsip Rekayasa
lereng yang timbul saat musim Geoteknis). Jakarta: Penerbit
hujan datang sehingga Erlangga.
mempengaruhi kestabilan lereng Departemen Permukiman dan
karena mempengaruhi kondisi tanah Prasarana Wilayah. 2008.
(, dan c) membuat kondisi lereng Analisa Biaya Konstruksi
menjadi tidak stabil dan rentan (ABK) Bangunan Gedung dan
mengalami kelongsoran. Perumahan. SNI 2008.
2. Kondisi stabilitas lereng sebelum Bandung: Panitia Teknis
ada perkuatan kurang stabil karena Standarisasi Bidang
dari hasil analisa dengan SLOPE/W Konstruksi Bangunan
diperoleh nilai angka keamanan DPU. 2009. Pedoman Konstruksi dan
0,660, sehingga perlu adanya Bangunan: Perencanaan
perkuatan. Sedangkan perkuatan danPelaksanaan Perkuatan
mini pile yang digunakan didapat Tanah dengan Geosintetik,
angka keamanan masih rendah No.003/BM/2009. Departemen
0,307, karena mini pile yang Pekerjaan Umum
digunakan masih kurang panjang, (DPU),Indonesia.
sehingga berada diatas bidang Hardiyatmo, Hary Christady. 2010.
longsor. Analisis dan Perancangan
3. Dari hasil analisa didapatkan desain Fondasi. Bagian I.
perkuatan dengan geotekstil sebagai Yogyakarta: Gadjah Mada
berikut: University Press.
Type Geotekstil = woven Hardiyatmo, Hary Christady. 2010.
Tensile capasity = 400kN Mekanika Tanah 2. Edisi
Contact Cohesion = 0kPa Kelima. Yogyakarta: Gadjah
Contact Phi = 38 o Mada University Press.
Jumlah lapisan geotekstil=5 lapis Indrawahjuni, Herlien. 2011. Mekanika
Jarak vertikal antar lapisan = 1 m Tanah II. Malang: Penerbit
Dari hasil analisa dengan Bargie Media.
menggunakan SLOPE/W diperoleh John Kharn. 2004. Stability Modeling
desain tersebut mampu menahan with SLOPE/W. First Edition.
kelongsoran dengan angka Canada: GEO-SLOPE
keamanan yang didapatkan ialah International Ltd.
1,893. Selain itu, dari hasil analisis SLOPE/W Example File.
manual diperoleh nilai angka Reinforcement with
keamanan 0,333 (eksisting), geosynthetics. 2007. Canada:
GEO-SLOPE International Ltd.
Sunggono. 1984. Mekanika Tanah.
Bandung: Penerbit Nova.
Terzaghi, Karl dan Ralph B. Peck.
1967. Mekanika Tanah Dalam
Praktek Rekayasa. Edisi Kedua
Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai