Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS THT-KL

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK)

OLEH :

dr. Hikmatul Maghfiroh

PEMBIMBING:

dr. Willy Silyen, Sp. THT-KL

TUGAS KEPANITERAAN INTERNSIP


BAGIAN ILMU KESEHATAN THT- KL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. R. KOESMA TUBAN
JAWA TIMUR
2017
BAB I PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari
2 bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga
tengah dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental,
bening atau berupa nanah. Otitis media supuratif kronik (OMSK) didalam
masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah congek, teleran atau telinga berair.
Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang
biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak
memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya
komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis,
meningitis, abses otak yang dapat menyebabkan kematian. Kadangkala suatu
eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe bening pun dapat
menyebabkan suatu komplikasi.1
Di seluruh dunia prevalensi OMSK 65330 juta jiwa, 60% (39200 juta jiwa)
mengalami gangguan pendengaran yang sangat klinis bermakna. Diperkirakan
28000 mengalami kematian dan < 2juta mengalami kecacatan; 94% terdapat di
negara berkembang. Prevalensi OMSK di Indonesia secara umum adalah 3,8%.12
Pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT
RS Dr Sardjito Yogyakarta tahun 2004.2
Pada dasarnya keberhasilan pengobatan penyakit infeksi bakteri dengan
antibiotik merupakan hasil akhir dari 3 komponen, yaitu penderita, bakteri dan
antibiotika. Hal ini disebabkan karena penyakit infeksi bakteri adalah manifestasi
klinik dari interaksi antara penderita dan bakteri. Adapun untuk pengobatan
infeksi dibutuhkan antibiotika yang tepat dan daya tahan tubuh penderita itu
sendiri. Memilih antibiotika yang tepat dapat dilakukan berdasarkan sekurang-
kurangnya mengetahui jenis bakteri penyebab penyakit dan akan lebih baik lagi
apabila disertai dengan adanya hasil uji kepekaan pemeriksaan mikrobiologi.
Ketidak patuhan penderita dalam perawatan, kuman yang resisten, bentuk anatomi
telinga, adanyakomplikasi, menyebabkan kesulitan dalam hal pengobatan dan
perawatan penderita OMSK.3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Yang disebut dengan otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis
ditelinga tengah dengan perfirasi membran timpani dan sekret yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret yang keluar mungkin
encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media akut dengan perforasi
membran timpani dapat menjadi otitis media supuratif kronis bila prosesnya sudah
lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut sebagai otitis
media supuratif subakut.1

2.2 Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya adalah sebagai
berikut4:
- Batas luar : membrane timpani
- Batas depan : tuba eustachius
- Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
- Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis
horizontal, kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.

Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membrane
timpani dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat
didalamnya beserta penunjangnya, tuba eustachius dan system sel-sel udara
mastoid. Bagian ini dipisahkan dari dunia luar oleh suatu membrane timpani
dengan diameter kurang lebig setengah inci.5
Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinnga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membrane shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi olehsel kubus bersilia, seperti sel
epitel saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan
yang terdiri dari serat kolagendan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier
dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah
bawah yaitu pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane
timpani kanan. Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis
searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta
bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun
dari luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran didalam
telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus melekat pada membrane
timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melakt pada stapes. Stapes terletak
pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hibungan antara tulang-
tulang pendengaran merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam
telinga tengah yang menghubungkan daerah nasifaring dengan telinga tengah.4

Gambar 1. Anatomi Telinga


2.3 Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada
anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor
predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs syndrom.
Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor
insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan
dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik.
Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cellmediated ( seperti
infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga
kronis.3
Penyebab OMSK antara lain3:
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas,
tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan
sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden
yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan
dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah
insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan
sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada
penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau
sekunder.
3. Otitis media sebelumnya.
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari
otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui
faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya
berkembang menjadi keadaan kronis.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah
hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan
bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang
terutama dijumpai adalah Gram negatif, flora tipe-usus, dan beberapa
organisme lainnya.
5. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi
saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang
secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan
pertumbuhan bakteri.
6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih
besar terhadap otitis media kronis.
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih
tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya
sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria
atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh
edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder
masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah
digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya
menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif
menjadi normal.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani


menetap pada OMSK :
Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan
pada perforasi.
Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan
yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah
penutupan spontan dari perforasi.

2.4 Patofisiologi
Disfungsi tuba Eustachius merupakan penyebab utama terjadinya radang
telinga tengah ini (otitis media, OM).1
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup
dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar
(tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek,
penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan
mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke
telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari
nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan
terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga
tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel
imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti
keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah
permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga
tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang
dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan
terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari
satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory
epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel
respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang
banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-
sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana.
Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang
tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga
tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada
waktu bayi.6

2.5 Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe
benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna).
Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tipe aktif dan
OMSK tenang. OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum
timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan kavum
timpaninya terlihat basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya OMSK
tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe
aman tidak terdapat kolesteatoma. Kolesteatom adalah suatu kista epiterial yang
berisi deskuamasi epitel (keratin).
Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai dengan
kolesteatom. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe
tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-
kadang terdapat juga kolesteatom pada OMSK dengan perforasi subtotal.
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe
bahaya.1
Bentuk perforasi membran timpani adalah1 :
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-
superior, kadang-kadang sub total.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai
perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan
dengan kolesteatom.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma.

2.6 Gejala Klinis 3


1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan
yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.
Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat
disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar
setelah mandi atau berenang.
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret
yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma
dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,
mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga
dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang
encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan
pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif
ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20
db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan
fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih
dari 30 db.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya
rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai
penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus
diinterpretasikan secara hati-hati.
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan
berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen
rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya
labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat
menggambarkan sisa fungsi kohlea.
3. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya
drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh
adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat
perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif
keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang
akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.
Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan
yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan
mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin
berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif
pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga
tengah.

2.7 Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1,3,6
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang
paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang
pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous),
tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya
lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi
atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya
penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Gejala klinis
Ada beberapa gejala klinis yang menyebabkan pasien berobat ke pelayanan
kesehatan, antara lain:
- Telinga berair (otorrhoe), sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid
(seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan.
- Gangguan pendengaran, ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang
pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran.
- Otalgia (nyeri telinga), nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan
bila ada merupakan suatu tanda yang serius.
- Vertigo, vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
3. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
4. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai
hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan
pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur
berguna untuk menilai speech reception threshold pada kasus dengan tujuan
untuk memperbaiki pendengaran.
Pemeriksaan penala adalah pemeriksaan sederhana untuk mengetahui
adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan
pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri
tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked responce
audiometry) bagi pasien anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan
audiometri nada murni.
5. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif
menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
6. Pemeriksaan bakeriologik dengan media kultur pada OMSK
Identifikasi kuman didasarkan pada morfologi koloni kuman yang tumbuh
pada media kultur (agar darah) dan uji biokimia. Identifikasi bakteriologik dalam
tubuh manusia (dalam hal ini sekret telinga penderita OMSKBA) masih
mengandalkan teknik kultur murni.
7. Pemeriksaan penunjang lain berupa uji resistensi kuman dari sekret telinga.

2.8 Penatalaksanaan 1
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-
ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini
antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu: adanya perforasi
membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan
dunia luar; terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus
paranasal; sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversibel dalam rongga
mastoid dan ; gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konserfatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat
pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Secara oral diberikan
antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap
ampisilin) sebelum hasil tesresistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai
penyebebnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam
klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi
selama 2 bulan maka idealnya dilakukan meringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi dan kerusakan
pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu,
mungkin juga perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi atau
tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi.
Jadi, bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat adalah dengan
melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif
dengan medika mentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses periosteal retroaurikuler, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.
Untuk mencapai hasil terapi antimikroba yang optimal pada OMSK, harus
dilakukan isolasi kuman penyebab dan uji kepekaan terhadap antimikroba.
Meskipun demikian, tidak semua OMSK berhasil diatasi dengan terapi
antimikroba, walaupun terapi yang diberikan telah sesuai dengan uji kepekaan.7
2.9 Komplikasi
Komplikasi OMSK dapat dibagi atas:1,5,6
1. Komplikasi intratemporal (komplikasi ekstrakranial) terdiri dari parese n.
Fasial dan labirinitis.
2. Komplikasi ekstratemporal (komplikasi intrakranial) terdiri dari abses
ekstradural, abses subdural, tromboflebitis sinus lateral, meningitis, abses
otak, hidrosefalus otitis.
Pada radang telinga tengah menahun ini walaupun telinga berair sudah
bertahuntahun lamanya telinga tidak merasa sakit, apabila didapati telinga terasa
sakit disertai demam, sakit kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi
komplikasi ke intrakranial.
BAB III LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jenu, Tuban

II. Anamnesa
Keluhan utama :
Kedua telinga terasa nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli THT-KL dengan keluhan nyeri pada kedua telinga
kanan-kiri sejak 1 bulan lalu, telinga terasa penuh dan pendengaran agak
menurun, terkadang telinga berdenging
Riwayat Penyakit Dahulu :
DM (-), HT (-), keluar cairan dari kedua telinga (+) jika flu
Riwayat Penyakit Keluarga :
Disangkal
Riwayat Pengobatan :
Disangkal
Riwayat Alergi :
Disangkal

III. Pemeriksaan Fisik


KU : Baik; Kesadaran : CM
TD = 120/80; Nadi = 98x/m; Suhu = 36,1C; RR = 20x/m
Kepala/leher : anemis (-)/ikterik (-)/cyanosis (-)/dypsnea (-)
Thoraks : cor = S1S2 tunggal
Pulmo = Ves +/+; Rho -/-; Whe -/-
Abdomen : Flat, BU (+) N, timpani, soepel, Nyeri tekan (-)
Ekstrimitas : Akral hangat (+) pada seluruh ektrimitas
Oedem (-) pada seluruh ekstrimitas

Status Lokalis

(+) kuning

(-)
IV. Diagnosis
Otitis media supuratif kronik ADS aktif tipe aman

V. Diagnosis Banding :
Otitis media akut ADS

VI. Usulan Pemeriksaan


- Kultur uji sensitivitas
- Foto rontgen mastoid

VII. Penatalaksanaan
- Antibiotik
- Cuci telinga dengan H2O2
- KIE
BAB IV PEMBAHASAN

Pada kasus ini diperoleh informasi yang dapat mendukung diagnosis baik
dari anamnesa maupun pemeriksaan fisik yang dilakukan. Dari hasil anamnesa
didapatkan: Pasien datang ke Poli THT-KL dengan keluhan nyeri pada kedua
telinga kanan-kiri sejak 1 bulan lalu, telinga terasa penuh dan pendengaran agak
menurun, terkadang telinga berdenging. Keluhan pendengaran menurun tidak ada,
gejala di hidung dan di tenggorok disangkal. Pada riwayat sebelumnya, keluar
cairan dari kedua telinga (+) jika flu.
Dari hasil pemeriksaan klinis pada telinga didapatkan adanya otore pada
kedua telinga kanan dan kiri, otore tersebut bersifat mukopurulen dan dari
pemeriksaan otoskop terlihat membran timpani perforasi sentral, ukuran kecil, dan
terletak pada kuadran posterosuperior (kanan) dan kuadaran posteroinferior (kiri).
Pada pemeriksaan hidung dengan menggunakan spekulum tidak ditemukan
adanya kelainan seperti peradangan dan kelainan yang lainya. Begitu pula dengan
pemeriksaan tenggorokan tidak tampak adanya peradangan pada mukosa dinding
faring serta tonsil dalam batas normal.
Berdasarkan data pasien diatas dapat mengarahkan diagnosis yaitu Otitis
media supuratif kronik ADS aktif tipe aman. Diagnosis kronis dapat dilihat dari
hasil anamnesis dimana sering keluar cairan dari kedua telinga terutama saat
pasien flu, sehingga untuk diagnosis banting otitis media akut dapat disingkirkan.
Dikatakan aktif karena terlihat adanya otore dari kedua telinga kanan dan kiri
serta tampak adanya perforsai sentral pada membran timpani dengan ukuran
sedang pada kuadran posterosuperior (kanan) dan kuadaran posteroinferior (kiri).
(kanan) dan kuadaran posteroinferior (kiri). Pasien didiagnosis dengan OMSK
tipe aman karena perforasinya letaknya sentral, hal ini berdasarkan teori
mengatakan bahwa pada OMSK tipe aman
Dari data pasien diatas dapat ditemukan bahwa faktor predisposisi
terjadinya OMSK pada pasien ini adalah pasien sebelumnya pernah mengalami
keluhan serupa. Hal ini berdasarkan teori mengatakan otitis media kronis
merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi,
tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang
lainnya berkembang menjadi keadaan kronis.3 Selain itu riwayat berenang dan
sering flu merupakan salah satu faktor higiene yang berpengaruh. Oleh karena itu
dapat diberikan KIE pada pasien untuk menjaga kondisi kesehatan agar infeksi
saluran napas atas yang merupakan faktor predisposisi OMSK dapat dihindari.
Untuk terapi medikamentosa pada pasien ini dapat diberikan obat cuci
telinga (H2O2 3%) pada telinga yang otore aktif. Dan dapat diberikan antibiotik
golongan ampisilin atau eritromisin (bila alergi terhadap penisilin) sebelum ada
hasil kultur. Idealnya adalah memberikan antibiotik yang sesuai dengan
penyebabnya, ileh kerena itu diperlukan pemeriksaan kultur dan uji resistensi
antibiotika dari sekret telinga.1
DAFTAR PUSTAKA

1. Aboet, A. Radang Telinga Tengah Menahun. Universitas Sumatera Utara:


Medan.2007
2. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Kronis. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta.
1994: p. 392-412.
3. Boesoirie, TS dan Lasminingrum. Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan
Otitis Media Supuratif. Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran
UNPAD/RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung. 2009. Diakses dari
http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13 pada 20
september 2010.
4. Christanto, A. et al. Pendekatan Molekuler (RISA) untuk Membedakan Spesies
Bakteri Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Aktif. Cermin Dunia
Kedokteran No. 155, 2007
5. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI,
Jakarta. 2006: p. 64-77.
6. Nursiah, S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP. H. Adam Malik Medan.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003
7. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai
Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p.10-22.

Anda mungkin juga menyukai