Anda di halaman 1dari 79

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Banjir dan genangan air merupakan fenomena alam yang sering atau biasa
terjadi dikawasan permukiman. Banjir dikota terdiri dari banjir kiriman, banjir atau
genangan air lokal, terjadi apabila genangan air hujan yang tidak dapat meresap
kedalam tanah maupun dibuang kesungai, sedangkan banjir kiriman terjadi apabila
debit yangmengalir pada sungai melebihi kapasitas alur sungainya. Banjir yang terjadi
disuatu tempat merupakan proses alami dan menjadi konsekuensi logis dari perubahan
tata guna lahan dan geometrik jalan. Disamping itu genangan terjadi juga dikarenakan
meningkatnyasimpanan air pemukiman akibat hujan, terjadinya
trensimpananpermukaan kadangkala tidak disertai dengan penataan sistem drainase
yang baik dan sebaliknya. Berubahnya tata guna lahan tidak memperhatikan sistem
drainase yang ada. Hal ini menjadi penyebab utama terjadinya banjir atau genangan di
daerah perkotaan.
Untuk mencegah hal ini terjadi, maka direncanakan suatu sistem drainase yang
memadai. Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan. Sedangkan drainase
perkotaan adalah ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan
perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial
budaya yang ada di kawasan kota tersebut.
Salah satunya adalah kota Malang. Kota yang wilayahnya masih terdapat
genangan-genangan air di titik-titik tertentu disebabkan oleh drainase yang kurang baik
serta kurang memadai. Khususnya survey yang kami lakukan yaitu pada daerah
Kelurahan Klojen, Kecamatan Klojen,Kelurahan Kiduldalem kecematan Klojeng,
Kelurahan Kauman masih ada sebagian drainase yang perlu ditata kembali dengan
system berwawasan lingkungan yaitu dengan cara membuat lubang biopori pada
halaman rumah sebagai alternatif untuk mempercepat meresapnya air ke dalam tanah
guna mengurangi terjadinya genangan maupun banjir saat hujan. Merencanakan ulang
dimensi saluran agar dapat menampung lebih banyak kapasitas air. Menjaga aliran

1
saluran drainase agar tetap lancer dengan tidak membuang sampah di sepanjang saluran
drainase
1.2 Identifikasi Permasalahan
Semakin bertambah padatnya penduduk di Kota Malang terutama di daerah
Kelurahan Klojen, Kecamatan Klojen,Kelurahan Kiduldalem kecematan Klojeng,
Kelurahan Kauman membuat resapan air ke dalam tanah berkurang dan mengakibatkan
air menggenang di permukaan. Selain itu, sistem drainase sudah kurang memadai
dengan keadaan Kota Malang yang seperti sekarang.
1.3 Maksud dan Tujuan Pembuatan Drainase
Tujuan penulisan adalah untuk melakukan penanganan masalah genangan air
pada daerah tersebut dengan sistem drainase berwawasan lingkungan. Manfaat dari
perencanaan drainase ini agar aliran air yang masuk kedalam saluran yang sudah
direncanakan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang direncanakan.

1.4 Rumusan Masalah


a. Bagaimana kondisi eksisting serta sarana prasarana sistem drainase di Kelurahan
Klojen, Kecamatan Klojen,Kelurahan Kiduldalem kecematan Klojeng, Kelurahan
Kauman Kota Malang?
b. Apa yang menyebabkan terjadinya genangan air di jln.Surapati Kelurahan Klojen
Kecamatan Klojeng Kota Malang?
c. Bagaimana pengaplikasian sistem drainase berwawasan lingkungan yang tepat di
wilayahKelurahan di jln.Surapati Kelurahan Klojen Kecamatan Klojeng Kota
Malang?

d. Berapa besar debit rancangan per 2, 5, dan 10 tahun di Kelurahan di


jln.Surapati Kelurahan Klojen Kecamatan Klojeng Kota Malang?

2
1.5 Tinjauan daerah Lokasi

Peta Lokasi Daerah Studi

Lokasi Kel.Klojen

3
Dokumentasi
Pengukuran dimensi saluran Tersier

Pengukuran Dimensi Saluran Sekunder

4
Foto depan Kel.Klojen, Kel.Klouman, Kel.Kiduldalem

5
Kondisi eksisting saluran drainase
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Malang
jumlah rasio berdasarkan jenis kelamin di Kota Malang pada tahun 2012
yaitu sebesar 97,32.

Penduduk Rasio Jenis


Rata2
Rumah Aggota
No Kecamatan
Tangga Rumah
Perempua
Laki-laki Jumlah Kelamin Tangga
n

Kedung-
1 43.665 86.849 87.628 174.477 99,11 4
kandang
2 Sukun 45.660 90.217 91.296 181.513 98,82 3,98
3 Klojen 28.213 50.451 55.456 105.907 90,97 3,75
4 Blimbing 43.588 85.420 86.913 172.333 98,28 3,95
5 Lowokwaru 59.304 91.616 94.397 186.013 97,05 3,14
Laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk tahun 2013 mencapai
0,86 untuk laju pertumbuhan penduduk dan 7.453 untuk kepadatan penduduk.
Sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini.

Penduduk
Sensus Laju KepadatanKepadatan
Sensus
Luas Penduduk Pertumbuhan Penduduk/km
No Kecamatan Penduduk
Wilayah 2000 Penduduk/Thn 2013
2013
(km)
nsus
Kedung-
1 39,89 150.262 174.477 2,72 4.374
kandang
2 Sukun 20,97 162.094 181.513 0,67 8.656
3 Klojen 8,83 117.500 105.907 -1,96 11.994
4 Blimbing 17,77 158.556 172.333 0,76 9.698
5 Lowokwaru 22,6 168.570 186.013 1,98 8.231
JUMLAH/TOTAL 110,06 756.982 820.243 0,86 7.453

0-4 05-Sep Okt-14


No Kecamatan Laki- Laki- Laki-
Perempuan Perempuan Perempuan
laki laki laki
1 Kedung- 7.705 7.293 8.010 7.513 7.536 7.309
kandang
7.487 6.938 7.346 7.164 7.164 7.038
2 Sukun
3 Klojen 3.398 3.166 3.501 3.262 3.404 3.302
4 Blimbing 7.097 6.588 7.295 6.685 6.816 6.623
5 Lowokwaru 5.862 5.817 5.986 5.650 5.804 5.391
JUMLAH/TOTAL 311.549 29.802 32.138 30.274 30.724 29.681

6
15-19 20-24 25-29
No Kecamatan
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Kedung-
1 7.578 7.518 7.653 7.882 8.223 8.187
kandang

2 Sukun 7.645 8.169 9.541 8.820 8.962 8.537


3 Klojen 4.779 6.116 6.337 6.721 4.960 4.734
4 Blimbing 6.833 7.532 7.443 7.313 8.361 7.850
5 Lowokwaru 10.480 12.600 17.974 18.091 8.984 7.736
JUMLAH/TOTAL 37.365 41.935 48.948 48.827 39.500 37.044

30-34 35-39 40-44 45-49


No Kecamatan Laki- Laki- Laki- Laki-
Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
laki laki laki laki
Kedung-
1 7.564 7.357 6.772 6.790 6.221 6.606 5.759 6.010
kandang
2 Sukun 7.599 7.334 6.980 6.995 6.501 7.021 5.579 6.154
3 Klojen 3.967 3.839 3.772 3.795 3.336 3.740 2.886 3.495
4 Blimbing 7.593 7.196 6.922 7.050 6.400 6.774 5.601 6.024
5 Lowokwaru 6.874 6.574 5.893 6.005 5.406 5.719 4.502 5.301
JUMLAH/TOTAL 33.597 32.285 30.339 30.635 27.864 29.830 24.307 26.984

Kecamata 50-54 55-59 60-64


No
n Perem Perem Perem
Laki-laki Laki-laki Laki-laki
puan puan puan
Kedung-
1 4.718 4.730 3.464 3.145 2.035 2.294
kandang
2 Sukun 5.045 5.230 3.829 3.693 2.429 2.657
3 Klojen 2.859 3.335 2.292 2.750 1.673 2.081
4 Blimbing 4.730 5.074 3.585 3.726 2.409 2.702
Lowokwar
5 4.321 4.694 3.488 3.402 2.287 2.531
u
JUMLAH/TOTAL 21.674 23.063 16.658 16.716 10.883 12.265

65-69 70-74
75+
No Kecamatan
Pere
Laki- Perempu Perempu Laki- Laki- Perempua
Laki-laki mpu
laki an an laki laki n
an
1.72 86.8
1 Kedung-kandang 1.606 1.828 1.003 1.446 992 87.628
5 49
1.13 1.88 90.2
2 Sukun 1.797 2.101 1.175 1.546 91.296
7 9 17
1.04 1.94 50.4
3 Klojen 1.334 1.741 926 1.442 55.456
7 9 51
1.19 2.03 85.4
4 Blimbing 1.851 2.120 1.241 1.649 86.913
3 7 20
1.02 1.71 91.6
5 Lowokwaru 1.694 1.806 1.037 1.363 94.397
4 7 16
5.39 9.32 404.
JUMLAH/TOTAL 8.282 9.596 5.382 7.426 415.690
3 7 553

7
8
Kondisi Eksisting Saluran Drainase dik Kecamatan Klojen

Hiararki Kondisi
Terpisah/C Terbuka/T P L D T Kondisi Bangunan
Alamat sisi (conveyor Bentuk Bangunan Ada Tidaknya Genangan
ampuran ertutup (m) (m) (m) (m) Saluran Pelengkap
/colector) Pelengkap

Kelurahan Klojen

Jln.
Kanan Collector segiempat Campuran Tertutup 151 0,4 - 0,55 Baik - - Tidak Ada
Kartini
Jln. Dr.
Kiri Collector segiempat Campuran Tertutup 151 0,4 - 0,55 Baik - - Tidak Ada
Sutomo
Jln.
Belakang Kanan Collector segiempat Campuran Tertutup 178 0,35 - 0,45 Baik - - Tidak Ada
RS
Jln.
Thamrin Kanan Collector segiempat Campuran Terbuka 147 0,3 - 0,5 Baik Inlet Baik Tidak Ada
04
Jln.
Dipoegoro
Kiri Collector segiempat Campuran Terbuka 100 0,15 - 0,55 Baik - - Tidak Ada
RT 06
RW 05
Jln.
Kiri Collector segiempat Campuran Tertutup 165 0,15 - 0,55 Baik - - Tidak Ada
Dipoegoro

Kelurahan Kidul Dalem

RW 02
Kanan Collector Lingkaran Campuran Tertutup 183 - 0,3 0,55 Baik - - Ada
RT 04
RW 02
Kiri Collector segiempat Campuran Terbuka 178 0,1 - 0,55 Sedang - - Tidak Ada
RT 05
RW 02
Kanan Collector Lingkaran Campuran Terbuka 185 - 0,3 0,45 Baik - - Tidak Ada
RT 06

RW 07 Kanan Collector segiempat Campuran Tertutup 197 0,3 - 0,5 Sedang - - Tidak Ada

RW 07 Kiri Collector segiempat Campuran Tertutup 167 0,3 - 0,55 Sedang - - Tidak Ada

RW 07 Kiri Collector segiempat Campuran Tertutup 177 0,3 - 0,55 Sedang - - Tidak Ada

9
Kelurahan Rampal Celaket

Jln.
Kanan Collector Segiempat Campuran Terbuka 100 0,8 - 1 Baik - - Tidak Ada
Kasembon
Jln.
Kanan Collector Segiempat Campuran Terbuka 220 0,8 - 1 Baik - - Tidak Ada
Kasembon
Jln.
Kiri Collector Segiempat Campuran Tertutup 150 0,6 - 0,7 Baik - - Ada
Ngantang
Jln.
Kiri Collector Segiempat Campuran Tertutup 150 0,6 - 0,7 Baik - - Tidak Ada
Ngantang
Jln. Tretes
Kanan Collector Segiempat Campuran Terbuka 120 0,8 - 0,8 Baik - - Tidak Ada
Selatan
Jln. Tretes
Kanan Collector Segiempat Campuran Terbuka 100 0,8 - 0,8 Baik - - Tidak Ada
Selatan
Kelurahan Kauman
Jln. Ade
Irma Kiri Conveyor Lingkaran Campuran Tertutup 1400 - 150 150 Baik - - Tidak Ada
Suryani
Jln. Ade
Irma Kiri Conveyor Lingkaran Campuran Tertutup 1400 - 150 150 Baik - - Tidak Ada
Suryani
Jln. Ade
Irma Kiri Conveyor Lingkaran Campuran Tertutup 1400 - 150 150 Baik - - Tidak Ada
Suryani
Jln. Ade
Irma Kiri Conveyor Lingkaran Campuran Tertutup 1400 - 150 150 Baik - - Tidak Ada
Suryani
Jln. Ade
Irma Kiri Conveyor Lingkaran Campuran Tertutup 1400 - 150 150 Baik - - Tidak Ada
Suryani
Jln. Ade
Irma Kiri Conveyor Lingkaran Campuran Tertutup 1400 - 150 150 Baik - - Tidak Ada
Suryani

10
Kondisi Eksisting Saluran Drainase di Kelurahan Klojen
Berdasarkan kondisi eksisting, pembuangan air limbah rumah tangga dialirkan
melalui saluran drainase yang berarti saluran tersebut merupakan jenis saluran
campuran antara air limbah rumah tangga dengan limpasan air hujan. Arah aliran air
yang berasal dari rumah menuju saluran tersier kemudian menuju saluran sekunder
dan terakhir pembuangannya menuju saluran primer (Sungai Brantas). Selain itu
berdasarkan keterangan dari warga di Kelurahan Klojen tidak pernah terjadi banjir.
Sebagian daerah yang ada di Kelurahan Klojen mempunyai saluran drainase
goronggorong yang ada di bawah permukaan tanah peninggalan jaman Belanda dan
beberapa permukaan bawah rumah terdapat anak sungai. Sehingga air hujan ataupun
air limpasan dialirkan dibawah permukaan tanah.
Kondisi Eksisting Saluran Drainase di Kelurahan Kidul Dalem
Berdasarkan kondisi eksisting survei dan keterangan yang didapat
pembuangan air limbah rumah tangga dan air hujan juga langsung dialirkan melalui
saluran sehingga saluran ini merupakan jenis saluran drainase campuran. Arah aliran
air berasal dari rumah menuju ke saluran tersier (collector) kemudian mengalir menuju
saluran sekunder (conveyor) dan berakhir menuju sungai Brantas. Salah satu warga
mengatakan ada titik yang mengalami genangan. Terjadi genangan akibat kurangnya
bangunan pelengkap saluran drainase berupa inlet,tidak adanya sumur resapan,
sehingga menimbulkan adanya genangan karena limpasan air hujan tidak terserap.
Namun genangan ini tidak terjadi dalam kurun waktu yang lama, hanya saja kurang
lebih 5 hingga 7 menit
Kondisi Eksisting Saluran Drainase di Kelurahan Kauman
Berdasarkan hasil survei di Kelurahan Kauman Kecamatan Klojen,
pembungan air limbah rumah tangga dialirkan kesaluran drainase yang berarti jenis
saluran terseut merupakan jenis saluran campuran. Arah aliran air yang berasal dari
rumah warga langsung dialirkan menuju saluran sekunder. Berdasarkan hasil
wawancara kepada warga, saat hujan tidak terdapat genangan di lingkungan rumah
warga, hal ni menunjukan kondisi saluran drainase yang baik. Bentuk saluran drainase
di Kelurahan kauman adalah lingkaran dan tanpa ada bangunan pelengkap karena
daerahnya sendiri yang tidak terjadi genangan. Jenis saluran menurut hirarki pada
Jalan Ade Irma Surayani di Kelurahan Kauman adalah conveyor ini dikarenan jalan
tersebut berada di jalan besar

11
BAB II
LANDASAN TEORI

12
2.1 Analisa Hidrologi
Dalam kaitannya dengan studi tentang sistem drainase untuk daerah perkotaan,
misalnya daerahperkotaan daerah dalamkota. Lapangan terbang umumnya dikehendaki
pembuangan air hujan yang secepatnya agar tidak ada genangan air yang terjadi
didaerah itu.Untuk memenuhi tujuan ini maka dimensi saluran harus dibuat sesuai
dengan ukuran banjir rencana.
Keadaan tanah didaerah perkotaan sangat padat sehingga tidak memungkinkan
untuk membuat saluran-saluran besar, sehubungan dengan itu harus membuat dimensi
saluran (beserta bangunan-bangunan) pelengkap lebih kecil dari pada ukuran menurut
hujan rencana.
Dalam hal ini, kalau terdapat curah hujan yang melebihi hujan rencana, maka
saluran-saluran akan meluap dan luapan air tersebut akan menggenangi wilayah-
wilayah yang letaknya rendah disekitarnya. Hidrologi memiliki peranan yang sangat
penting dalam studi kajian sistem drainase perkotaan. Dengan adanya data curah hujan
kita dapat mengetahui besarnya debit rencana sebagai dasar studi kajian drainase
perkotaan.

Adapun aspek-aspek hidrologi yang perlu dikaji adalah :


2.1.1 Lengkung Massa Ganda( Uji Konsistensi Data )
Konsistensi data hujan dari suatu tempat pengamatan, dapat di selidiki
dengan Teknis Garis Massa Ganda ( Double Massa Curve Teknique ).
Dengan metode ini juga dapat melakukan koreksinya,yaitu dengan cara :
1) Membandingkan curah hujan tahunan ( musim akumulaitf dari stasiun yang
harus diteliti dengan harga kumulatif ).
2) Curah hujan rata-rata dari suatu jaringan stasiun dasar yang berkesesuaian
(data minimal lima tahun ).
Penyebab tidak konsistensinya data, disebabkan karena :
a. Data hujan tidak digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah hidrologi.
Ketelitian perhitungan sangat tergantung kepada konsistensi data tersebut.
b. Dalam suatu data pengamatan hujan biasa didapat non homogenesis dan inkosistency
( ketidaksesuaian ) yang mengakibatkan penyimpangan pada hasil perhitungan.
Ketidak-sesuaian ini di sebabkan oleh beberapa factor antara lain:

13
Perubahan mendadak pada lingkungan stasiun, misalnya
Pembangunan gedung-gedung bertingkat di sekitar alat,
Tumbuhnya pohon di sekitar alat, atau
Terjadinya gempa bumi atau bencana alam lainnya,
Pemindahan alat pengukur dari tempat semula,
Pengukuran cara pengukuran, misalnya dengan di gantinya alat ukur yang lama dengan
alat ukur yang baru, Cara pemasangan alat ukur yang kurang baik.

Konsistensi data hujan dari suatu pos pengamatan dapat di selidiki dengan cara
Analisa Kurva Massa Ganda.
Analisa kurva massa ganda adalah membandingkan curah hujan tahunan dari stasiun
yang harus di teliti dengan harga komulatif curah hujan rata-rata dari suatu jaringan
stasiun dasar yang bersesuaian.
Pada umumnya cara ini di susun menurut urutan kronologis , di mulai dengan tahun
terakhir lebih dahulu.
Cara perbaikan dengan anlisa kurva massa ganda adalah sebagai berikut:
tg
Hz Ho
tg
Dimana:
Hz = data hujan yang di perbaiki
Ho = Data hujan hasil pengamatan
Tg = Kemiringan sebelum ada perubahan
Tg = Kemiringan setelah ada perubahan.
Langkah untuk menggambar Lengkung Massa Ganda :
a. Menentukan stasiun yang dianggap konsisten.Dalam hal ini penyusun menganggap P1
konsisten.
b. Menentukan stasiun yang dianggap sebagai pembanding. Dalam hal ini penyusun
menganggap P1, P2, P3, dan P5 adalah stasiun pembanding.
c. Menentukan rata-rata akumulatif dari P1 ( Rkm )
Contoh :
Tabel Contoh perhitungan

14
No R1 Rkm
1 2 3
1 115 115
2 97 212
3 93.5 305.5

d. Menentukan tinggi hujan rata-rata St. pembanding (Rkmp) dengan menggunakan


rumus :
p1 p 2 p3 p 4
Rkmp =
5
e. Menentukan rata-rata akumulatif St. pembanding ( Ksp )

2.1.2 Curah hujan rata-rata daerah


Banjir yang terjadi pada saluran akan timbul jika terjadi hujan secara merata
diseluruh daerah aliran dengan intensitas tinggi dan waktu hujan yang lama. Pencatatan
hujan disetiap pos dapat diketahui distribusinya. Besarnya hujan diberbagai daerah itu
tidak sama, sehingga sulit untuk menentukan batas-batas luar daerah hujan untuk setiap
pengukuran hujannya.
Curah hujan yang diperlukan untuk menyusun suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata disuatu wilayah yang
bersangkutan. Adapun metode yang digunakan untuk menentukan hujan rata-rata
daerah, yaitu :
Metode Thiessen
Perhitungan dengan cara poligon thiessen adalah suatu cara dengan member
batasan daerah yang dipengaruhi oleh setiap stasiun hujan. Pada cara poligon thiessen
dianggap bahwa data curah hujan disuatu tempat pengamatan dipakai untuk daerah

pengaliran disekitar tempat itu. Pada gambar terlihat bahwa didaerah hujan
yang dipakai untuk pengaliran disekitar tempat itu.
Pada gambar terlihat bahwa daerah hujan oleh suatu tempat pengamatan yang
dibatasi oleh garis, Luasnya diukur dengan planimeter, maka curah hujan rata-rata bagi

15
seluruh daerah adalah jumlah dan perkalian hasil pengamatan tiap tempat
pengukurannya dari persentase luasnya yaitu :

1,2,3,4, = Hujan di tempat pengamatan


A1,A2,A3,A4 = Persentase luas masing-masing daerah hujan
terhadap luas seluruh daerahnya

1
A1

A2 A3

2 3

Cara perhitungan polygon thiessen


dapat dihitung dengan memakai rumus curah hujan rata-rata daerah, sebagai berikut :

+ + + ..
d=
++..
Dimana :
A1,A2,A3,.An = Luas daerah pengaruh pos 1,2,3,n
d1,d2,d3.dn = Tinggi curah hujan dipos 1,2,3..n
d = Tinggi curah hujanrata-rata areal.
Metode Ishoyet
Perhitungan dengan menggunakan cara ini adalah cara yang paling teliti untuk
mendapatkan hujan areal rata-rata, tetapi cara ini memerlukanjaringan pos

penangkar yang relatif lebih padat yang memungkinkan untuk membuat


ishoyet. Metode ini membutuhkan waktu yang sangat lama dalam
penyelesaian

16
+ + +
+ +

d= +++
Dimana :
A = A1 + A2 + A3 + .. An = Luas area total.
d = Tinggi curah hujan area rata-rata.
d1,d2,d3 dn = Curah hujan pada ishoyet 0,1,2, n.
= Luas bagian area yang dibatasi oleh garis ishoyet.
Rata-rata aljabar
Rata-rata aljabar merupakan metode yang paling sederhana dalam perhitungan
hujan daerah. Metode ini menghasilkan perkiraan yang baik didaerah datar, bila alat-
alat ukurnya ditempatkan bersebar merata dan masing-masing tangkapannya tidak
bervariasi, banyak dari nilai rata-ratanya.
Kendala ini dapat diatasi sebagian bila pengaruh-pengaruh topografi dari
keterwakilan daerahnya dipertimbangkan pada waktu pemilihan lokasi-lokasi alat
ukur. Hujan rata-rata didaerah diperoleh dari persamaan:

+ + +
=


=
=

Dimana :
d = Tinggi curah hujan rata-rata areal.
d1,d2,d3,..dn = Tinggi curah hujan pada pos penangkar.

17
N = Banyaknya pos penangkar.

2.1.3 Curah hujan rancangan


Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar tahunan, dengan suatu
kemungkinan tertentu atau hujan dengan sesuatu kemungkinan periode tertentu.
Jatuhnya hujan disuatu daerah baik menurut waktu maupun pembagian geografinya
tidak tetap melainkan berubah-ubah.
Dalam merencanakan banjir rancangan, ditetapkan jangan terlalu kecil, agar
tidak terlalu sering terjadi ancaman perusakan bangunan atau daerah disekitar oleh
banjir yang terlalu besar, tetapi perancangan banjir rencana terlalu besar sehingga
bangunan tidak aman.
Rumus perhitungannya menggunakan metode log pearson type III :
1. Hitung harga rata-rata.
=
Log x =

2. Hitung harga standar devisiasi.

( x )
=
=

3. Hitung koefisien kepencengan.


= ( x )
=
( )( )()
4. Hitung logritma debit dengan waktu balik yang dikehendaki.
= + .
5. Cari antilog dengan log Q untuk mendapatkan debit banjir dengan waktu balik yang
dikehendaki.
Rumus perhitungannya menggunakan metode E. J. Gumbell
o Hujan Rata-rata

x =
Xi
n
o Standar Deviasi

xi x
2

S =
n 1

18
o Faktor frekuensi E.J. Gumbel
YT - Yn
K=
Sn
Dimana :
YT = reduced variate sebagai fungsi dari periode ulang T
Yn = reduced mean sebagai fungsi dari banyak data n
Sn = reduced standart deviasi sebagai fungsi dari banyak data n
TabelHarga Reduced Standar Deviation (Sn)

TabelHarga Reduced Mean (Yn)

2.1.4 Uji Horisontal dengan Smirnov Kolmogorov

19
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov, sering juga disebut uji kecocokan non
parametrik (non parametrik test), karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi
distribusi tertentu, maka uji ini digunakan pada daerah studi.
Prosedurnya adalah :
a. Data diurutkan dari besar ke kecil dan juga ditentukan masing-masing peluangnya.
X1 P(X1)
X2 P(X2)
XmP(Xm)
Xn P(Xn)
b. Setelah itu ditentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari penggambaran
persamaan distribusinya.
X1 P'(X1)
X2 P'(X2)
Xm P'(Xm)
Xn P'(Xn)
c. Selisih kedua nilai peluang dapat dihitung dengan persamaan
= maksimum [ P(Xm) - P(Xn)]
d. Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-Kolmogorov test), dapat ditentukan nilai
0Dengan tabel kritis ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Nilai Kritis 0 untuk uji Smirnov Kolmogorof



N
0.2 0.1 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.30 0.34 0.40
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.20 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.2 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23
N>50 1,07/(N0,5) 1,22/(N0,5) 1,36/(N0,5) 1,63/(N0,5)

Sumber : Bonnier dalam Soewarno, 1995:199


e. Apabila<0 distribusi teoritis diterima. >0 distribusi teoritis ditolak.
2.1.5 Uji Vertikal dengan Chi Square

20
Uji chi kuadrat digunakan untuk menguji simpangan secara vertikal apakah distribusi
pengamatan dapat diterima oleh distribusi teoritis.
Perhitungannya dengan menggunakan persamaan (Shahin, 1976 : 186) :
K
(EF OF)2
(X 2 ) Hit
i 1 EF
n
EF
K
Jumlah kelas distribusi dihitung dengan rumus (Harto, 181 : 80) :
K = 1 + 3,22 log n
dengan :
OF = nilai yang diamati (observed frequency)
EF = nilai yang diharapkan (expected frequency)
k = jumlah kelas distribusi
n = banyaknya data
Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka harga X 2< X2cr. Harga
X2crdapat diperoleh dengan menentukan taraf signifikasi dengan derajat
kebebasannya (level of significant) seperti yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel Nilai Kritis Uji Chi Square

2.1.6 Debit banjir rancangan maksimum dengan metode rasional

21
Metode rasional merupakan cara tertua untuk menghitung debit banjir dari curah
hujan. Metode ini banyak digunakan untuk sungai-sungai biasa dengan daerah
pengaliran yang luas, dan juga untuk perencanaan drainase daerah pengaliran yang
relatif sempit.
Bentuk umum rumus rasional ini adalah sebagai berikut :
1
Q .I . A.C
3,6
Dimana :
Q = Debit Banji Maksimum (m3/dt)
I = Intensitas Hujan Selama Waktu Konsentrasi (mm/jam)
A = Luas Daerah Pengaliran Bagian Hulu (ha)
C = Koefisien Pengaliran

Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik
yang paling jauh pada aliran ketitik control yang ditentukan dibagian hilir suatu aliran.

Dalam pembahasan ini untuk menghitung waktu konsentrasi menggunakan


rumus KIRRICH sebagai berikut :
,
= , ( )

Dimana :
L = Jarak dari tempat terjauh kesaluran drainase (m)
S = Kemiringan rata-rata daerah aliran (m)

S = , dimana H = Selisih tinggi tempat terjauh saluran

( elevasi hulu dan hilir )


Intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume
tiap satuan waktu. Biasanya intensitas hujan berbeda-beda tergantung lamanya
frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan didapat dengan cara melakukan analisis
data hujan baik secara statistik maupun secara empiris

22
Pada umumnya makin besar waktu (+) maka intensitas curah hujan makin
kecil. Jika tidak ada waktu untuk mengamati besarnya intensitas hujan atau disebabkan
oleh karena alatnya tidak ada, dapat ditempuh dengan cara empiris menggunakan
rumus sebagai berikut :

= ( )

Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan rencana/rancangan (mm)
tc = Waktu konsentrasi (Jam)

Koefisien pengaliran
Untuk mendapatkan hasil pengaliran yang sama dengan keadaan dilapangan, maka
ditambahkan suatu koefisien pengaliran nilai-nilai dari koefisien didapatkan dari
pengamatan medan misalnya : permeabilitas tanah semakin besar mka akan banyak
infiltrasi, sehingga lapisan-lapisan menjadi lebih sedikit, sedangkan dalam perhitungan
hidrologi yang dipakai adalah data curah hujan. Akibat adanya pengurangan tersebut,
maka dinilai perhitungan harus disesuaikan dengan koefisien-koefisien pengaliran.

Tipe Daerah Aliran Harga C


Rerumputan
1. Tanah pasir, datar 2% 0,05 - 0,10
2. Tanah pasir, rata-rata 2%-7% 0,10 - 0,15
3. Tanah pasir, curam 7% 0,15 - 0,20
4. Tanah geruk, datar 2% 0,13 - 0,17
5. Tanah geruk, rata-rata 2%-7% 0,18 - 0,22
6. Tanah geruk, curam 2% 0,25 - 0,35
Bisnis
1. Daerah kota lama 0,75 - 0,95
2. Daerah pinggiran 0,50 - 0,70

23
Perumahan
Daerah Single Family 0,30 0,50
Terpisah-pisah Multi unit 0,40 0,60
Tertutup Multi Unit 0,60 0,75
Sub Urban 0,25 0,75
Daerah rumah apartemen 0,50 0,70
Industri
1. Daerah ringan 0,50 0,80
2. Daerah berat 0,60 0,90
Pertamanan kuburan 0,10 0,25
Tempat bermain 0,20 0,35
Halaman kereta api 0,20 0,40
Daerah yang tidak dikerjakan 0,10 0,30
Jalan
1. Beraspal 0,70 0,95
2. Beton 0,80 0,95
3. Batu 0,70 0,85
Untuk berjalan dan naik kuda 0,75 0,75
Atap 0,75 0,95
Tabel. 2.1 Nilai koefisien pengaliran
Sumber : Drainase perkotaan halaman 75( icban 979-8362-8 )
Harga-harga dari koefisien pengaliran yang dipergunakan dalam perhitungan
debit aliran harus memperhatikan tipe daerah aliran karena berkaitan dengan besar
kecilnya limpasan aliran air, seperti yang dapat dilihat pada table, jadi dalam
melakukan penelitian untuk mengetahui debit limpasan, maka penentuan besar
kecilnya harga koefisien harus disesuaikan dengan kondisi daerah yang bersangkutan.
2.1.7 Debit aliran rencana
Untuk menghitung besarnya debit aliran drainase perkotaan umumnya
dilakukan dengan metode rasional. Hal ini, karena luasan dengan daerah aliran relatif
tidak terlalu besar atau kuat. Kehilangan air sedikit dan untuk konsentrasi relatif

24
pendek. Apabila luas wilayah terlalu kecil, lebih dari 0,8 km maka kapasitas
pengalirandihitung dengan menggunakan metode rasional sebagai berikut :
= 0,278 (3 )
Dimana :
Q = Kapasitas pengaliran/debit aliran (m3/dt).
0,278 = Faktor konfersi.
C = Koefisien pengaliran.
I = Intensitas curah hujan (mm/jam).
A = Luas daerah pengaliran ( 2 ).

2.1.8 Debit domestik / rumah tangga


Debit domestik adalah banyaknya air bangunan yang berasal dari aktifitas
manusia, seperti pembuangan limbah rumah tangga. Untuk menghitung besarnya debit
domestik maka dapat digunakan rumus:
= () %
Kebutuhan air tiap jam diasumsikan = 200 ltr / hari / jiwa. Jumlah penduduk
tiap daerah aliran dengan asumsi 5 orang / rumah dengan 70% presentase jumlah air
bangunan dari kebutuhan air.
2.1.9 Debit total
Rumus untuk menghitung debit total adalah, sebagai berikut :

. = . + .

2.2 Analisa hidrolika


Analisa hidrolika digunakan untuk mengalirkan sistem drainase secara
generasi. Perhitungan-perhitungan dalam drainase ditinjau dari aspek hidrolika yang
diutamakan adalah mengenai dimensi saluran.
2.2.1 Aliran saluran terbuka
Pada aliran saluran terbuka terdapat permukaan air yang besar (free surpace),
permukaan bebas ini dapat dipengaruhi oleh tekanan udara luas secara langsung.
Sedangkan pada alran pipa tidak terdapat permukaan yang bebas karena seluruh saluran
dipenuhi air.

25
Aliran pada saluran tertutuo tidak akan terdapat saluran pipa. Apabila terdapat
permukaan, harus digolongkan sebagai aliran terbuka, sebagai contoh saluran dimensi
air hujan yang merupakan saluran tertutup biasanya dirancang untuk alran saluran
terbuka sebab aliran saluran drainase diperkirakan hampir setiap saat memiliki
permukaan bebas.
2.2.2 Penampang saluran ekonomis
Ada beberapa bentuk penampang melintang saluran yang biasanya digunakan
dalam perencanaan saluran drainase. Beberapa rumus kecepatan aliran menunjukan
bahwa kemiringan dan kekerasan tertentu, kecepatan akan bertambah dengan bukan
curah hujan pada satu titik tertentu.
Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah dan dinyatakan dalam mm. Dalam
menganalisa curah hujan rata-rata daerah ini, harus diperkirakan dari beberapa pos titik
pengamatan curah hujan. Salah satu cara pendekatan ialah dengan mengambil hujan
rata-rata diwilayahnya untuk suatu periode tertentu. Dimensi bangunan pelengkap
seperti gorong-gorong, pintu air dan lubang pemeriksaan agar ditentukan berdasarkan
criteria perencanaan sesuai dengan jenis kota dan macam saluran.

2.3 Dimensi saluran


Sebelum direncanakan dimensi saluran, langkah pertama yang harus diketahui
adalah luas daerah yang dikeringkan oleh saluran tersebut, barulah dilaksanakan
perhitungan dimensi saluran.
Untuk merencanakan saluran, maka digunakan rumus manning, karena rumus ini luas
penampang sesuai dengan rumus aliran seragam.
Rumus manning :
/ /
= .

Dimana :
N = koefisien kekerasan dinding ( manning ).
R = Jari-jari hidrolis ( m ).
S = Kemiringan dasar saluran .
V = Kecepatan aliran ( ).

26
Dengan n adalah koefisien Manning dan R adalah jari-jari Hydraulik, yaitu
perbandingan antara luas tampang aliran A dan keliling basah P.

Untuk pipa lingkaran, A = D2/4 dan P = D , sehingga:


atau D = 4R

Untuk aliran di dalam pipa persamaan menjadi:

Tabel. 2.2 Nilai kekasaran Manning

27
Rumus manning :
/ /
= . .

Dimana :
Q = Debit aliran (3 )
N =Koefisien kekerasan dinding ( manning ).
R =Jari-jari hidrolis ( m ).
S =Kemiringan dasar saluran .
A = Luas penampang basah ( m2).

Tabel. 2.3 Macam-macam bentuk penampang

Gambar bentuk penampang Persegi.

28
Bentuk penampang segi empat.
Luas penampang basah (A) = .
Keliling basah (P) = + 2 .
a
Jari-jari hidrolis (R) =
p
1
Kecepatan aliran (V) = . 2/3 . 1/2

Dimana :
V = Kecepatan aliran ( ).
N = Koefisien kekerasan dinding ( manning ).
h = Tinggi saluran air ( m ).
b = Lebar saluran air ( m ).
R = Jari-jari hidrolis ( m ).
S = Kemiringan dasar saluran.
W = Tinggi jagaan ( m ).

Bentuk penampang lingkaran.

.
=( ) ( ( ) )


cos =

2
= 2
360
H = 0,75 diameter lingkaran

29
Bentuk penampang trapezium

= ( + )

= ( )
2
= + 2 2 + 1
Saluran tertutup
Gorong - gorong merupakan saluran tertutup yang mengalirkan air tidak penuh dan
dipakai terutama untuk membawa aliran air melintas dibawah jalan raya, tanggul, jalan
/ rel kereta api , run away dan sebagainya.
Dalam merencanakan gorong-gorong hal yang perlu diperlihatkan adalah
1.Gorong-gorong harus cukup besar untuk melewatkan debit air maksimum dari daerah
pengaliran secara tertentu atau efisien.
2. Kemiringan dasar gorong-gorong dibuat lebih besar dari saluran pembuangannya.
3. Keadaan aliran pada gorong-gorong.
.

30
Rumus-rumus dalam perhitungan gorong-gorong :
1
Luas penampang (A) = . () sin . 2
2
1
Keliling basah (P) = 2 . .
1
Kecepatan aliran (V) = . 2/3 . 1/2

Jari-jari hidrolis (R) =

Tinggi jagaan = 25% .

Analisa Gorong-Gorong
Debit Analisa ( Q = m3/detik )
Q = V.A
Tinggi Jagaan ( W )
W = 0,25 h
Keadaan aliran pada gorong-gorong yaitu kendali inlet dan kendali outlet. untuk
mendimensi gorong-gorong yaitu perlu dihitungkan antara lain :
Luas penampang gorong-gorong
A = b. y
Kemiringan dasar gorong-gorong
N = 1/n . R2/3 . I
R = A/p = (b.y)/(b+2y)
Kecepatan aliran gorong-gorong

31
Q = V. A
Menurut Standar atau kriteria untuk tinggi jagaan pada gorong-gorong ( I ) = 5% -
30% dan muka air serta kecepataan aliran pada gorong-gorong di pengaruhi oleh
kemiringan dasar yang disebabkanoleh pemasukan, gesekan, pengeluaran dan kisi-kisi.

2.4 Susunan Sistem Drainase Kota


Dalam sebuah sistem drainase perkotaan yang lengkap akan terdiri dari:
1) Saluran tersier
Saluran/parit drainase tersier yang berfungsi sebagai parit-parit pengumpul yang
langsung dari run-off lahan perkotaan serta saluran/pipa buang dari penghasil limbah
(rumah-rumah dan sebagainya).
2) Saluran sekunder
Saluran sekunder menampung air dari beberapa saluran tersier di dekatnya untuk
dialirakan lebih jauh ke saluran induk drainase.
3) Saluran induk drainase ( Primer )
Saluran induk (primer) menampung air dari saluran-saluran sekunder dalam
sistem yang selanjutnya dibuang ke dalam perairan bebas.

2.5 Kriteria Perencanaan


Dalam perencanaan saluran irigasi maupun drainase kita jaga harus
memperhatikan ketentuan yang ada atau biasa disebut dengan kriteria perancangan,
yaitu sebagai berikut :
Tinggi Jagaan (Fre Board)
Fungsi jagaan digunakan untuk menjaga adanya faktor-faktor yang
kemungkinan adanya penambahan debit, untuk jagaan di sini diambil :
Saluran primer : 0,20 0,30 m (w = 0,8 m - 1 m)
Saluran sekunder : 0,10 0,20 m (w 0,5 m)
Saluran tersier : 0,10 m (w 0,3 m)
Tinggi Air (h)
Tinggi air harus (h) 1,5 m
Lebar Dasar Saluran
Lebar dasar saluran harus 0,10 m

32
Kemiringan Dasar Saluran (I)
Saluran primer I = 1 ; 1,5 - 1 : 1,2
Saluran sekunder I = 1 : 1 - 1 : 1,5
Saluran tersier I=1:1

Kemiringan Talud
Besarnya kemiringan talud disesuaikan dengan ruang yang tersedia (lebar
tanah) dan juga kestabilan tanahnya. Untuk kemiringan talud direncanakan 0,33
0,25 untuk saluran lining (pasangan) dan 1,00 0,33 untuk saluran tanah. Untuk
kondisi-kondisi tertentu talud tegak dapat diterapkan.

Kecepatan Dalam Saluran


Kecepatan aliran dalam saluran direncanakan sedemikian rupa, sehingga tidak
menimbulkan erosi pada dasar dan dinding saluran serta tidak terjadi penumpukan
sedemikian/kotoran di hulu saluran.Kecepatan aliran yang diizinkan dalam saluran
diambil :
Kecepatan maksimum = 3,0 m/detik pakai lining
Kecepatan maksimum = 1,6 m/detik tanpa lining
Kecepatan minimum = 0,3 m/detik pakai lining
Kecepatan minimum = 0,6 m/detik tanpa lining
Kemiringan dasar saluran direncanakan sedemikian rupa, sehingga akan
memberikan kecepatan aliran yang besarnya terdekat diantara nilai toleransi
kecepatan maksimum dan minimum.
Koefisien Kekasaran Manning
Besarnya koefisien kekasaran Manning (n) diambil :
- Pasangan batu kali/gunung tidak diplester 0,20
- Pasangan batu kali/gunung diplester 0,018
- Tanah 0,025
Kecepatan Aliran (v)
Saluran primer = 0,2 - 0,4 m/det.
Saluran sekunder = 0,3 - 0,4 m/det.

33
Saluran tersier = 0,6 - 1 m/det.
Kecepatan aliran tidak terlalu cepat dan tidak boleh terlalu lambat, karena apabila
terlalu cepat saluran akan tergerus dan apabila terlalu lambat akan terjadi
pengendapan dan mudah ditumbuhi tumbuhan.
Kriteria perencanaan adalah kriteria yang dipakai perencanaan sebagai pedoman
untuk merencanakan. perencanaan diharapkan mampu menggunakan kriteria serta
tepat dengan membandingkan sebenarnyadengan parameter yang tertulis pada
kriteria. Nilai yang digunakan pada kriteria diambil dari hasil penelitian terdahulu
yang kemudian dikelompokkan dalam parameter yang umum.
2.6 Biopori
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mencegah mengalirnya air hujan
ke selokan yang kemudian terbuang percuma ke laut lepas adalah dengan pembuatan
lubang biopori resapan atau LBR.
Lubang resapan biopori(LRB)adalah metode resapan air yang ditujukan untuk
mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah.
Biopori merupakan salah satu cara agar air yang turun di atap rumah, tidak
langsung mengalir ke saluran dan berakhir ke sungai. Dengan adanya biopori, maka
sebagian air yang jatuh ke tanah akan meresap ke dalam tanah dan dapat meningkatkan
lapisan air bawah tanah.

A) Tujuan / Fungsi / Manfaat / Peranan Lubang Resapan Biopori / LRB :


1. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah.
2. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar.
3. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
4. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke sungai.
5. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.

34
6. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
7. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.

B) Tempat yang dapat dibuat / dipasang lubang biopori resapan air :


1. Pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, kantor, sekolah, dsb.
2. Di sekeliling pohon.
3. Pada tanah kosong antar tanaman / batas tanaman.

C) Cara pembuatan lubang biopori resapan air :


1. Membuat lubang silinder di tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 80-100
cm serta jarak antar lubang 50-100 cm.
2. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar 2-3 cm serta
diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil atau orang terperosok.
3. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon, dsb.
Sampah dalam lubang akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim
kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami.
4. Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan, laju
resapan air dan wilayah yang tidak mereap air dengan rumus = intensitas hujan
(mm/jam) x luas bidang kedap air(meter persegi) / Laju resapan perlubang (liter/jam).

35
BAB III
METODOLOGI
3.1 Umum
Dalam perencanaan saluran drainase, terlebih dahulu harus dilakukan beberapa
tahap, mulai persiapan, survey serta investigasi dari suatu daerah atau lokasi yang
bersangkutan, guna memperoleh data yang berhubungan dengan perencanaan yang
lengkap dan teliti. Untuk mengatur pelaksanaan perencanaan perlu adanya metodologi

36
yang baik dan benar, karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah-
langkah kegiatan yang perlu di ambil dalam perencanaan.
3.2 Tahapan persiapan
Dalam tahap persiapan ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan
dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu dan pekerjaan. Dalam tahap persiapan ini
meliputi kegiatan sebagai berikut :
1.Menentukan kebutuhan data.
2.Studi pustaka terhadap landasan teori yang berkaitan dengan penanganan permasalahan
untuk menentukan garis besarnya.
3.Mendata instansi-instansi terkait yang dapat dijadikan narasumber data.
4.Survei lokasi untuk mendapatkan gambaran umum kondisi wilayah studi.
Sehingga dari tahap persiapan ini dapat diketahui langkah-langkah penyelesaian
pekerjaan secara berurutan dan teratur agar didapatkan hasil yang optimal.
3.3 Metode pengumpulan data
Setelah melaksanakan tahap persiapan maka dilanjutkan dengan mengumpulkan data-
data yang berkaitan dengan perencanaan jaringan drainase untuk penanganan banjir di
kawasan Kelurahan Samaan.Data yang digunakan untuk perencanaan jaringan drainase
ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mengadakan peninjauan
atau survei langsung di lapangan. Peninjauan langsung di lapangan dilakukan dengan
beberapa pengamatan dan identifikasi. Pengamatan dan identifikasi langsung tersebut
mencakup hal-hal sebagai berikut :

- Letak dan kondisi kawasan Kelurahan Klojen


- Melakukan inventori untuk mengetahui ukuran dan kondisi saluran danbangunan
drainase yang sudah ada (kondisi eksisting).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mencari informasi secara ilmiah
pada instansi maupun lembaga yang terkait dengan rencana

37
penanganan banjir. Pada perencanaan jaringan drainase sub sistem kawasan Kelurahan
Jatimulyo ini memerlukan data-data sebagai berikut :
- Peta topografi Kota Malang
- Peta kawasan Kelurahan Samaan
- Data curah hujan harian rata-rata 10 tahun terakhir.
- Lokasi Genangan
- Data penduduk
3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada kasus ini dibuat agar pembahasan yang dilakukan
tidak keluar dari batas-batas yang telah ditentukan. Adapun pembatasan masalah
tersebut antara lain adalah:
1. Objek penelitian adalah berupa saluran air.
2. Pengamatan yang dilakukan terhadap masalah-masalah yang sering terjadi pada
saluran air.
4. Kapan Waktu Pengambilan Data
Pengambilan data diambil didaerah Malang Tepatnya di Kel.Klojen,
Kel.Klouman, dan Kel.Kiduldalem Kec.Klojeng data diambil pada Hari Sabtu, 28
Oktober 2018

5. Bagan Alir (Flow Chart) dalam Pemecahan Drainase Perkotaan


berwawasan lingkungan.
Mulai

38
Data Klimatologi Peta Topografi Kondisi & Dimensi Kawasan
& Geohidrologii & Penduduk / Saluran & Rawan Banjir &
Peta DAS RTRW Bangunan Bantu Genangan
Eksisting
Analisa curah hujan metode Log
Persen III Dan Gumbel

Uji Chi Kuadrat dan Smirnov

Pilih Penyimpangan max dan cr terkecil

Hujan Rancangan

Debit Banjir
Hujan

Debit Air Debit Air


Hujan (Q1) Kotor (Q2)
Debit Kapasitas
Alternatif
Eksisting (Qs)
ekodrainase lubang
biopori Verifikasi
Qr<Qs saluran eks.
Debit Total
Kesimpulan
Qr = Q1 + Q2
Selesai

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

39
A) Analisa Hidrologi
4.1 Uji Kosistensi
Konsistensi data hujan dari suatu tempat pengamatan, dapat di selidiki dengan Teknis
Garis Massa Ganda ( Double Massa Curve Teknique ).
Dengan metode ini juga dapat melakukan koreksinya,yaitu dengan cara :
1) Membandingkan curah hujan tahunan ( musim akumulaitf dari stasiun yang harus
diteliti dengan harga kumulatif ).
2) Curah hujan rata-rata dari suatu jaringan stasiun dasar yang berkesesuaian (data
minimal lima tahun ).
Penyebab tidak konsistensinya data, disebabkan karena :
a. Data hujan tidak digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah hidrologi.
Ketelitian perhitungan sangat tergantung kepada konsistensi data tersebut.
b. Dalam suatu data pengamatan hujan biasa didapat non homogenesis dan inkosistency
( ketidaksesuaian ) yang mengakibatkan penyimpangan pada hasil perhitungan.
Ketidak-sesuaian ini di sebabkan oleh beberapa factor antara lain:
Perubahan mendadak pada lingkungan stasiun, misalnya
Pembangunan gedung-gedung bertingkat di sekitar alat,
Tumbuhnya pohon di sekitar alat, atau
Terjadinya gempa bumi atau bencana alam lainnya,
Pemindahan alat pengukur dari tempat semula,
Pengukuran cara pengukuran, misalnya dengan di gantinya alat ukur yang lama dengan
alat ukur yang baru, Cara pemasangan alat ukur yang kurang baik.

Konsistensi data hujan dari suatu pos pengamatan dapat di selidiki dengan cara
Analisa Kurva Massa Ganda.
Analisa kurva massa ganda adalah membandingkan curah hujan tahunan dari stasiun
yang harus di teliti dengan harga komulatif curah hujan rata-rata dari suatu jaringan
stasiun dasar yang bersesuaian.
Pada umumnya cara ini di susun menurut urutan kronologis , di mulai dengan tahun
terakhir lebih dahulu.
Cara perbaikan dengan anlisa kurva massa ganda adalah sebagai berikut:

40
tg
Hz Ho
tg
Dimana:
Hz = data hujan yang di perbaiki
Ho = Data hujan hasil pengamatan
Tg = Kemiringan sebelum ada perubahan
Tg = Kemiringan setelah ada perubahan.
Langkah untuk menggambar Lengkung Massa Ganda :
a. Menentukan stasiun yang dianggap konsisten.Dalam hal ini penyusun menganggap P1
konsisten.
b. Menentukan stasiun yang dianggap sebagai pembanding. Dalam hal ini penyusun
menganggap P1, P2, P3, dan P5 adalah stasiun pembanding.
c. Menentukan rata-rata akumulatif dari P1 ( Rkm )
Contoh :

Tabel Contoh perhitungan


No R1 Rkm
1 2 3
1 115 115
2 97 212
3 93.5 305.5

d. Menentukan tinggi hujan rata-rata St. pembanding (Rkmp) dengan menggunakan


rumus :
p1 p 2 p3 p 4
Rkmp =
5
e. Menentukan rata-rata akumulatif St. pembanding ( Ksp )

Uji Konsistensi
Tabel 4.1 Uji Konsitensi Sta Serpong

41
Stasiun Rata-rata Komulatif
Komulatif Sta. Sta.
Tahu Sta. Pembandin Pembandin
No n Ciputat Serpong Balaraja Ciputra g g
1 2005 90 80 91 90 85,5 85,5
2 2006 38 0 71 128 35,5 121
3 2007 30 62 73 158 67,5 188,5
4 2008 0 161 140 158 150,5 339
5 2009 51 158 96 209 127 466
6 2010 175 123 85 384 104 570
7 2011 133 55 164 517 109,5 679,5
8 2012 18 33 108 535 70,5 750
9 2013 106 90 197 641 143,5 893,5
10 2014 5 90 47 646 68,5 962

Sumber : Hasil Perhitungan

1000
Uji Konsistensi Sta Serpong
y = 0.9875x + 13.081
Komulatif Sta Serpong

800 Uji Konsistensi Sta


Serpong
R = 94.52%
600 Linear (Uji Konsistensi
Sta Serpong)

400 Linear (Uji Konsistensi


Sta Serpong)

200 Linear (Uji Konsistensi


Sta Serpong)

0
0.0 200.0 400.0 600.0 800.01000.01200.0
Komulatif Sta Pembanding

Grafik 3.1 Uji Konsistensi Sta Serpong


Karena nilai R = 0,9452> dari 0,5 maka data curah hujan konsisten

42
Tabel 4.2 Uji Konsistensi Sta Ciputat
Sta Pembanding
Sta Komulatif Rata- Komulatif Sta
No Tahun Sta Sta
Ciputat Sta Serpong rata Pembanding
Serpong Balaraja
1 2005 90 90 80 91 85,5 85,5
2 2006 38 128 0 71 35,5 121,0
3 2007 30 158 62 73 67,5 188,5
4 2008 0 158 161 140 150,5 339,0
5 2009 51 209 158 96 127 466,0
6 2010 175 384 123 85 104 570,0
7 2011 133 517 55 164 109,5 679,5
8 2012 18 535 33 108 70,5 750,0
9 2013 106 641 90 197 143,5 893,5
10 2014 5 646 90 47 68,5 962,0

Sumber : Hasil Perhitungan

Uji Konsistensi Data Sta Ciputat


700
600 y = 0.6807x + 2.5234
Komulatif Sta Ciputat

Uji Konsistensi Data Sta


500 R = 94.25% Ciputat
400
Linear (Uji Konsistensi Data
300 Sta Ciputat)
200
Linear (Uji Konsistensi Data
100 Sta Ciputat)
0 Linear (Uji Konsistensi Data
0.0 200.0 400.0 600.0 800.0 1000.0 Sta Ciputat)
Komulatif Sta Pembanding

Grafik 3.2 Uji Konsistensi Sta Dampit


Karena nilai R = 0,9425> dari 0,5 maka data curah hujan konsisten
Tabel 3.3 Uji konsistensi Sta Balaraja

43
Sta Pembanding
Sta Komulatif Rata- Komulatif Sta
No Tahun Sta Sta
Balaraja Sta Balaraja rata Pembanding
Serpong Ciputat
1 2005 91 91 80 90 85 117,0
2 2006 45 136 0 38 19 136,0
3 2007 60 196 62 30 46 182,0
4 2008 235 431 161 0 80,5 262,5
5 2009 210 641 158 51 104,5 367,0
6 2010 176 817 123 175 149 516,0
7 2011 157 974 55 133 94 610,0
8 2012 40 1014 33 18 25,5 635,5
9 2013 202 1216 90 106 98 733,5
10 2014 45 1261 90 5 47,5 781,0

Sumber : Hasil Perhitungan

Uji Konsistensi Sta Balaraja


1400
y = 1.7536x - 83.462
Komulatif Sta Balaraja

1200
1000
R = 99.24% Uji Konsistensi Sta Balaraja
800
600
Linear (Uji Konsistensi Sta
400 Balaraja)
200
Linear (Uji Konsistensi Sta
0 Balaraja)
0.0 200.0 400.0 600.0 800.0 1000.0
Komulatif Sta Penbanding

Grafik 3.3 Uji Konsistensi Sta Balaraja


Karena nilai R = 0,9924 > dari 0,5 maka data curah hujan konsisten

4.2 Analisa curah hujan rerata daerah dengan metode polygon thiessen

44
Cara ini di dasarkan atas rata-rata timbang (weak everage). Masing-masing pos
penakar dengan daerah pengaruh yang dibentuk dengan menggambar garis-garis
sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua pos penakar.
Misal A1 adalah luas daerah pengaruh pos penakar 1, A2 adalah luas daerah
pos penakar 2, dan seterusnya.
Jumlah A1 + A2 + ...An = A, merupakan jumlah luas daerah atau seluruh
areal yang di cari tinggi curah hujannya.
.+..
D=

.
=


jika =pi yang merupakan prosentase luas maka

d= pi.di
jika Ai/A=Pi, merupakan prosentase luas pada pos 1 yang jumlahnya untuk seluruh luas
daerah 100% maka :

d= A1d1+A2d2+....+Andn

A1 + A2 + .... + An

Dimana :
A = Luas daerah
d = tinggi curah hujan rata-rata
d1,d2,...dn = tinggicurah hujan di pospenakar 1,2,....n
A1, A2,....An = luas daerah pengaruh di pos 1,2, ...n

= jumlah prosentasi luas = 100%


1
Menghitung koefisien thiessen dengan rumus diatas sebagai berikut :
Luas total DAS SEGORO LARUNG(A) = 471.08Km2
Luas pengaruh stasiun Karang Ploso = 173.80 Km2
Luas pengaruh stasiun Singosari = 202.55 Km2
Luas pengaruh stasiun Ciliwung = 94.73 Km2

45
173.80
% Sta. Karang Ploso = = 0.369
471.08

202.55
% Sta.Singosari = = 0.430
471.08

94.73
% Sta.Ciliwung = = 0.201
471.08

Tabel 4.1.1 Nilai K distribusi Pearson type III dan

Log Pearson type III untuk koefisien kemencengan CS

46
Mencari hujan harian metode thiessen dengan cara :
D = (%Sta. A x Hujan maks. A) + (%Sta.B x Hujan maks. B) + .
Perhitungan curah hujan harian maksimum selanjutnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel4.1.2 Hujan Harian Maksimum Cara Poligon Theissen
Curah Hujan Harian Maksimum

Hari Yang Sama


Tahun
Sta Sta Sta d (m)

Karangploso Dampit Tajinan

C Thiessen 0,369 0,430 0,201

2005 86 75 40 72,020

2006 98 11 34 47,723

2007 49 149 75 97,225

2008 21 98 87 67,380

2009 102 135 81 111,966

2010 36 145 9 77,437

2011 86 0 80 47,816

2012 0 137 33 65,542

2013 19 38 71 37,626

2014 33 124 55 76,551

47
4.3 Metode DistribusiLog person III
Tabel Perhitungan Distribusi MetodeLog person III
Log Xi- (Log Xi-
No Tahun R(mm) Log X Log X Log X
Rerata Rerata)^
1 2005 72,020 1,85745 0,03285 0,001079
-
2 2006 47,723 1,67873 0,021281
0,14588
3 2007 97,225 1,98778 0,16317 0,026626
4 2008 67,380 1,82853 0,00392 0,000015
5 2009 111,966 2,04909 0,22448 0,050392
6 2010 77,437 1,88895 0,06434 0,004140
-
7 2011 47,816 1,67957 0,021034
0,14503
-
8 2012 65,542 1,81652 0,000065
0,00809
-
9 2013 37,626 1,57549 0,062059
0,24912
10 2014 76,551 1,88395 0,05935 0,003522
Jumlah 701,287 18,24606

Log X Rerata 70,129 1,825


0,190213
SD 0,1454

Cs -0,24627

Sumber : Hasil Perhitungan


Perhitungan :
log
Rata-rata : log =

18,24606
=
10

= 1,825
Standar deviasi :

(log log x ) 2
=
1

48
0,190213
=
101

= 0,1454

Koefisien kemencengan/kemiringan

(log log x ) 3
= 3
( 1)( 2)()
0,005448
= 3
(10 1)(10 2)(0,1454)
= 0,24627

a.) Menghitung hujan rancangan 2 tahunan ( Q2 )


Nilai K distribusi log pearson tipe III untuk koefisien kemencengan CS

CS K, 2th
-0,2 0,033
-0,24627 K
-0,3 0,050

Dengan cara interpolasi didapat :


(0,2(0,24627 ))
harga K = 0,050 + (0,033 0,050) = 0,041
(0,2(0,1))

log = log Xi + K . sd
log x2= 1,825 + 0,041 . 0,1454
= 1,831 ( anti log )
R2th= 67,693 mm

b.) Menghitung hujan rancangan 5 tahunan ( Q5 )


Nilai K distribusi log pearson tipe III untuk koefisien kemencengan CS
CS K, 5th
-0,2 0,850

49
-0,24627 K
-0,3 0,853

Dengan cara interpolasi didapat :


(0.2(0.24627 ))
harga K = 0,853 + (0.2(0.1))
(0,850 0,853) =

0,851
log = log Xi + K . sd
log x5= 1,825 + 0,851 . 0,1454
= 1,948 ( anti log )
R 5th = 88,793 mm
c.) Menghitung hujan rancangan 10 tahunan ( Q10 )
Nilai K distribusi log pearson tipe III untuk koefisien kemencengan CS
CS K, 10th
-0,2 1,258
-0,24627 K
-0,3 1,245

Dengan cara interpolasi didapat :


(0.2(0,24627))
harga = 1.258 + K 10th (1,258 1,245)
(0.2(0.1))

= 1,252
log = log Xi + K . sd
log x10= 1,825 + 1,252 . 0,1454
= 2,007 ( anti log )
R 10th= 101,535 mm
Tabel Hasil Perhitungan Curah Hujan Rancangan Metode Gumbel
Log
TAHUN K SD Log X R (mm)
Xi
2 1,825 0,041 0,1454 1,831 67,693
5 1,825 0,851 0,1454 1,948 88,793
10 1,825 1,252 0,1454 2,007 101,535

50
Uji Smirnov-Kolmogorov Log Person Type III
Berdasarkan data yang ada, nilai n adalah 10 , sehingga didapat harga kritis Smirnov-
Kolomogrof dengan derajad kepercyaan () = 0,05 adalah 0,41 (nilai ada pada tabel).
Hasil uji Smirnov- Kolomogrof dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini.
Tabel Pengujian Smirnov-Komologrov metode Log Person III

P( P'(X)
P=
Hujan (Xi) X< ) =
No m m/(n
mm =1- m/(n-
+1)
P 1)

1 72,020 1 0,091 0,909 0,111

2 47,723 2 0,182 0,818 0,222

3 97,225 3 0,273 0,727 0,333

4 67,380 4 0,364 0,636 0,444

5 111,966 5 0,455 0,545 0,556


6 77,437 6 0,545 0,455 0,667
7 47,816 7 0,636 0,364 0,778
8 65,542 8 0,727 0,273 0,889
9 37,626 9 0,818 0,182 1,000
10 76,551 10 0,909 0,091 1,111
Jumlah 701,2865118 maks
Rerata 70,12865118 Cr dr tabel

St Dev 22,77357445 maks< Cr

Dmax = 0,01
Dari tabel kritis Smirnov-Kolomogrov didapat Dcr (0,05) = 0,41
Dmax < Dcr (Memenuhi)
Uji Chi-Kuadrat Metode Log Person Type III
Bila terdapat K kelas frekuensi, maka rumus chi Kuadrat (X2) adalah :

QJ EJ
2

X 2

EJ
dimana :

51
X2 = harga Chi Kuadrat terhitung
K = jumlah sub-kelompok
Qj = jumlah pengamatan pada sub-kelompok ke-i
Ej = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-i

Derajat bebas v adalah :


V = K 1 bila frekuensi terhitung tanpa estimasi parameter dari sampel.
V = K 1 m bila frekuensi dihitung tanpa m estimasi parameter
dari
sampel.
Pada uji Chi Square untuk kesesuaian distribusi, diambil hipotesa :
H0 = sampel memenuhi syarat yang diuji
H1 = sampel tidak memenuhi distribusi yang diuji

Harga x2 tabel dicari pada table distribusi Ci Kuadrat, antara v dengan signifikan
tertentu. Bila x2 hitung < x2 tabel maka H0 diterima, tetapi bila sebaliknya maka H0
ditolak.
Uji kesesuaian distribusi memakai ChI Kuadrat dengan = 5 %
Pembagian Kelas Data
Jumlah Kelas = 1 + ( 3,322 x log n )
= 1 + ( 3,322 x log 10 )
= 4,3 4

Menghitung interval kelas


111,97 - 37,63
I=
4
= 18,58
Mencari besarnya curah hujan yang masuk dalam batas kelas (Oi)
Menghitung jumlah nilai teoritis dengan membagi banyaknya data dengan jumlah
kelas yang ada.
10
EI =
4

52
= 2,50
Sehingga dapat ditabelkan sebagai berikut :
Tabel Pengujian Chi-Kuadrat metode Log Person III
No Kelas EJ QJ (EJ-OJ)

37,63 -
1 2,5 3 0,125
56,211
56,21 -
2 2,5 3 0,125
74,80
74,80 -
3 2,5 2 0,125
93,38
93,38 -
4 2,5 2 0,125
111,97

Jumlah 10 10 0,5

Maka :

QJ EJ
2

X 2
= 0,125
EJ
Banyak data (n) = 10
Taraf signifikan () = 5%

Derajat bebas :
K m 1
=421
=1
Untuk = 1dan = 5 % maka harga X2 standart = 3,841
Sehingga ;
X2 yang dihitung < X2 standart
0,125< 3,841
Dapat ditrik kesimpulan bahwa hipotesa.............(Diterima)
4.4 Metode Distribusi E.J. Gumbel
Tabel Perhitungan Distribusi metode E.J. Gumbel
Hujan (x)
No Tahun Xi-X (Xi-X)^2
(mm)
1 2005 72,02 1,891 3,578

53
-
2 2006 47,72 502,021
22,406
3 2007 97,23 27,097 734,229
4 2008 67,38 -2,749 7,557
5 2009 111,97 41,837 1750,370
6 2010 77,44 7,309 53,415
-
7 2011 47,82 497,851
22,313
8 2012 65,54 -4,587 21,039
-
9 2013 37,63 1056,412
32,502
10 2014 76,55 6,423 41,249
Jumlah 701,287 4667,721
Rerata 70,13 Yn 0,495
Simpangan Baku 22,774 Sn 0,950

Perhitungan Curah Hujan Rancangan Metode E. J. Gumbel.


Hujan rata - rata

x =
Xi
n
701,287
=
10
= 70,13

Standar devisiasi

xi x
2

S =
n 1

4667,721
=
(10 1)

= 22,774

Menghitung debit hujan rancangan untuk kala ulang 5, 10, 20, 50, 200, dan 1000
tahun.
Dalam perhitungan debit hujan rancangan dengan sampel (n) = 11, maka dari tabel 8.5,
hubungan antara Reduced Mean (Yn) dan besarnya sampel n buku Hidrologi Teknik,

54
Ir. C. D. Soemarto, B.I.E. Dipl H halaman 336 dan tabel 8.6. hubungan antara Standart
Deviasi (Sn) dan besarnya sampel (n) buku Hidrologi Teknik, Ir. C. D. Seomarto, B.I.E.
Dipl H halaman 236 dan 237, didapatkan:
Yn = 0,4952
Sn = 0,9496
1 S

a Sn

1 22,774

a 0,9496
= 23,983
B = x 1 Yn

a

= 70,13 23,983 0,4952


= 832,891

Menghitung Reduced Variate sebagai Fungsi Balik (Yt)

Untuk kala ulang 2 tahun


Tr 1
Yt 2 ln ln
Tr

2 1
ln ln
2
ln ln 0,5
Yt2=0,3665

Untuk kala ulang 5 tahun


Tr 1
Yt 5 ln ln
Tr

5 1
ln ln
5
ln ln 0,8
Yt 5=1,4999

55
Untuk kala ulang 10 tahun
Tr 1
Yt 10 ln ln
Tr

10 1
ln ln
10
ln ln 0,9
Yt 10 =2,2504

Menghitung Frekuensi K untuk harga-harga ekstrim Metode E. J. Gumbel


sebagaiberikut:
Yt Yn
K =
Sn
Dimana:
K = Faktor Frekuensi
Yt = Reduced Variate sebagai fungsi balik
Yn = Reduced Mean
Sn = Reduced Standart Variate

0,3665 0,4952
K 2thn =
0,9496
= -0,1355
1,4999 0,4952
K 5thn =
0,9496
= 1,0581
2,2504 0,4952
K 10thn =
0,9496
= 1,8483

Menghitung Hujan Rancangan (Rt)


Xt = x K S
dimana: Xt = Curah Hujan Rancangan

56
x = Curah Hujan Rata-rata
K = Faktor Frekuensi
S = Standart Deviasi
Rt2thn = 70,13+(-0,1355x 22,774)
= 67,0424 mm
Rt5 thn = 70,13+(1,0581x 22,774)
= 94,2246 mm
Rt10 thn = 70,13+(1,8483x 22,74)
= 112,2216 mm

Tabel Hasil Perhitungan Curah Hujan Rancangan Metode Gumbel


Tr Yt Yn Sn K Rt
2 0,3665 0,4952 0,9496 -0,1355 67,0424
5 1,4999 0,4952 0,9496 1,0581 94,2246
10 2,2504 0,4952 0,9496 1,8483 112,2216

Uji Smirnov-Kolmogorov Pada E.J Gumbel


Pada Probabilitas E. J. Gumbel ini data diurutkan dari yang kecil ke yang besar.
1 100 100
Pe
n 1 11 = 9,09 %
Untuk mencari Pt :
Xi= 72,02

xi x k s

72,02 = 70,13 + (k x22,774)

72,02 70,13
k
22,774
k = 0,0831

57
yt yn
k
sn
yt 0,4952
0,0831
0,9496
yt 0,4952 (0,0831 0,9496)
yt 0,5741
yt
Pt 1 e e
0,5741
Pt 1 2,71828 2.71828
Pt 1 0,5694
Pt 0,43063
Pt 43,063%
Sehingga dapat ditabelkan sebagai berikut :
Tabel Pengujian Smirnov-Kolmogorov Metode E.J. Gumbel
Prob
Prob
Teoriti
Hujan Empiris
No s
(mm)
Pe (x) Pt (x)
Pe-Pt (%)
% %
111,96
1 9,091 10,102 -1,011
6
2 97,225 18,182 17,873 0,309
3 77,437 27,273 36,196 -8,923
4 76,551 36,364 37,266 -0,902
5 72,02 45,455 43,063 2,391
6 67,380 54,545 49,514 5,032
7 65,542 63,636 52,189 11,448
8 47,816 72,727 78,674 -5,947
9 47,723 81,818 78,802 3,016
10 37,626 90,909 90,589 0,320
Jumla 37,626
maks 0,11
h 2
Rerata 70,129 Cr dr tabel 0,41
St Dev 22,774 maks< Cr 0,11 < 0,41

58
Tabel Nilai Kritis Do Untuk Uji Smirnov-Kolmogorov

Banyak data (n) = 10


Taraf signifikan () = 0.05
maks = 11,448 % pada data peringkat 7
Dengan (n) = 10 dan () = 0.05 maka harga Cr = 0,41 (niali ada pada tabel),karena
Max = 0,11448< Cr = 0,41 maka dapat disimpulkan bahwa pengujian Smirnov
Kolmogorov pada hipotesa E. J. Gumbel diterima.

Uji Chi-Kuadrat Metode E.J.Gumbel


Bila terdapat K kelas frekuensi, maka rumus chi Kuadrat (X2) adalah :

QJ EJ
2

X 2

EJ
dimana :
X2 = harga Chi Kuadrat terhitung
K = jumlah sub-kelompok
Qj = jumlah pengamatan pada sub-kelompok ke-i
Ej = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-i

59
Derajat bebas v adalah :
V = K 1 bila frekuensi terhitung tanpa estimasi parameter dari sampel.
V = K 1 m bila frekuensi dihitung tanpa m estimasi parameter
dari
sampel.
Pada uji Chi Square untuk kesesuaian distribusi, diambil hipotesa :
H0 = sampel memenuhi syarat yang diuji
H1 = sampel tidak memenuhi distribusi yang diuji

Harga x2 tabel dicari pada table distribusi Ci Kuadrat, antara v dengan signifikan
tertentu. Bila x2 hitung < x2 tabel maka H0 diterima, tetapi bila sebaliknya maka H0
ditolak.
Uji kesesuaian distribusi memakai ChI Kuadrat dengan = 5 %
Pembagian Kelas Data
Jumlah Kelas = 1 + ( 3,322 x log n )
= 1 + ( 3,322 x log 10 )
= 4,3 4

Menghitung interval kelas


111,97 - 37,63
I=
4
= 18,58
Mencari besarnya curah hujan yang masuk dalam batas kelas (Oi)
Menghitung jumlah nilai teoritis dengan membagi banyaknya data dengan
jumlah kelas yang ada.
10
EI =
4
= 2,50
Sehingga dapat ditabelkan sebagai berikut :
Tabel Pengujian Chi-Kuadrat metode Gumbel
No Kelas EJ OJ (EJ-OJ)

60
37,63 -
1 3 2,5 0,125
56,211
56,21 -
2 3 2,5 0,125
74,80
74,80 -
3 2 2,5 0,125
93,38
93,38 -
4 2 2,5 0,125
111,97

Jumlah 10 10 0,5

Maka :

QJ EJ
2

X 2
= 0,25
EJ
Banyak data (n) = 10
Taraf signifikan () = 5%
Derajat bebas :
K m 1
=421
=1
Untuk = 1dan = 5 % maka harga X2 standart = 3,841
Sehingga ;
X2 yang dihitung < X2 standart
0,25< 3,841
Dapat ditrik kesimpulan bahwa hipotesa.............Diterima
Tabel Perbandingan Uji Smirnov-Kolmogorov dan Chi Kuadrad Pada Metode E.J.
Gumbel dan Log Pearson III
EJ Gumbel Log Person III
Perbandingan Uji Smirnov- Uji Chi Uji Smirnov- Uji Chi
Kolmogorov Kuadrat Kolmogorov Kuadrat
N 10 10 10 10
Maks 0,114 0,125 0,010 0,125
5% 5% 5% 5%
Cr 41% 41% 41% 41%
Hipotesa Diterima Diterima Diterima Diterima

61
Dari hasil uji Smirnov-Kolmogorov dan Chi-Kuadrat pada dua distribusi yaitu metode
Log Person Type III dan metode E.J. Gumbel, dipilih distribusi yang persimpangannya
paling kecil. Jadi metode Log Person Type III yang dipakai.

4.3 Debit Aliran Rencana


4.3.1 Menghitung intensitas curah hujan rencana :
A) Untuk kala ulang 5th
Dalam analisa waktu konsentrasi diJl. Jaksa agung suprpto II kel. Samaan
adalah sebagai berikut :
BLOK A4 ( saluran primer )
Panjang saluran ( L ) = 120 m
Dari peta garis
- Elevasi awal saluran = 455.3 m
- Elevasi akhir saluran = 454.3 m
Beda elevasi ( H ) = elevasi awal elevasi akhir
= 455.3 454.3
=1m
Kemiringan dasar rata-rata saluran ( s )

=

1
=
120
= 0.0083
Waktu konsentrasi ( Tc)
0.01949 0.77
= ( )
60
0.01949 120 0.77
= ( )
60 0.0083
= 0.082
Intensitas curah hujan ( I )
R 5th =102,753mm
24 24 2/3
= ( )
24

62
102,753 24 2/3
= (0.082)
24

= 186,431
0,001
= 186,431 x = 0,000052 m/dt
3600

Untuk perhitungan intensitas curah hujan rencana selanjutnya dapat dilihat dalam tabel
:
Tabel 4.1.5 Hasil Perhitungan intensitas curah hujan rencana 5th dan 10th
Panjang Elevasi (m) S TC Intensitas hujan/ I 5th Intensitas hujan/ I 10th
Blok
saluran/L (m) Awal Akhir Beda elevasi/H (m) (Jam) (mm/jam) (m/dt) (mm/jam) (m/dt)
A1 70 455,3 454,3 1,0 0,0143 0,044 286,127 0,000079 305,429 0,000085
A2 120 455,0 454,3 0,7 0,0058 0,094 172,407 0,000048 184,039 0,000051
A3 70 455,8 455,1 0,7 0,0100 0,050 261,096 0,000073 278,710 0,000077
A4 120 455,3 454,3 1,0 0,0083 0,082 188,936 0,000052 201,682 0,000056
B1 70 456,1 455,7 0,4 0,0057 0,063 226,162 0,000063 241,420 0,000067
B2 77 455,8 455,6 0,2 0,0026 0,091 175,907 0,000049 187,774 0,000052
B3 60 455,8 454,9 0,9 0,0150 0,038 313,590 0,000087 334,746 0,000093
B4 86 455,7 455,4 0,3 0,0035 0,089 179,273 0,000050 191,367 0,000053
C1 60 454,9 453,4 1,5 0,0250 0,031 357,523 0,000099 381,642 0,000106
C2 200 455,7 455,3 0,4 0,0020 0,210 100,775 0,000028 107,574 0,000030
C3 95 455,6 454,4 1,2 0,0126 0,058 237,006 0,000066 252,995 0,000070
C4 240 454,3 453,4 0,9 0,0038 0,190 107,839 0,000030 115,114 0,000032
D1 150 456,0 455,5 0,5 0,0033 0,138 133,177 0,000037 142,161 0,000039
D2 220 455,9 454,3 1,6 0,0073 0,138 133,662 0,000037 142,680 0,000040
D3 155 456,0 454,3 1,7 0,0110 0,090 177,778 0,000049 189,771 0,000053
E1 190 454,5 453,4 1,1 0,0058 0,134 135,915 0,000038 145,084 0,000040
E2 65 454,4 453,4 1,0 0,0154 0,040 302,929 0,000084 323,365 0,000090
E3 200 454,1 453,4 0,7 0,0035 0,169 116,341 0,000032 124,190 0,000034
E4 75 454,6 453,4 1,2 0,0160 0,044 284,322 0,000079 303,503 0,000084
F1 110 455,9 455,5 0,4 0,0036 0,105 159,688 0,000044 170,461 0,000047
F2 140 456,2 455,5 0,7 0,0050 0,112 153,111 0,000043 163,440 0,000045
F3 150 456,5 456,2 0,3 0,0020 0,168 116,812 0,000032 124,693 0,000035
G1 130 456,2 455,5 0,7 0,0054 0,103 162,102 0,000045 173,038 0,000048
G2 70 455,9 455,5 0,4 0,0057 0,063 226,162 0,000063 241,420 0,000067
G3 130 456,3 455,7 0,6 0,0046 0,109 155,814 0,000043 166,326 0,000046
G4 60 456,4 454,1 2,3 0,0383 0,027 398,980 0,000111 425,896 0,000118
H1 150 456,2 455,5 0,7 0,0047 0,122 145,190 0,000040 154,984 0,000043
H2 140 456,4 456,1 0,3 0,0021 0,156 123,185 0,000034 131,496 0,000037
H3 60 455,8 455,2 0,6 0,0100 0,045 282,596 0,000078 301,661 0,000084
H4 250 450,0 449,6 0,4 0,0016 0,272 84,866 0,000024 90,591 0,000025
I1 120 460,0 456,5 3,5 0,0292 0,051 260,590 0,000072 278,170 0,000077
I2 200 463,7 461,4 2,3 0,0115 0,107 157,883 0,000044 168,534 0,000047
I3 75 463,4 463,2 0,2 0,0027 0,088 179,508 0,000050 191,618 0,000053
I4 200 465,0 460,0 5,0 0,0250 0,079 192,705 0,000054 205,705 0,000057
J1 75 465,0 463,6 1,4 0,0187 0,042 295,796 0,000082 315,752 0,000088
J2 110 463,7 462,5 1,2 0,0109 0,069 211,707 0,000059 225,989 0,000063
J3 140 460,3 459,5 0,8 0,0057 0,107 158,450 0,000044 169,139 0,000047

4.3.2 ket
Debit
: BiruAliran rencana:
= saluran primer, Merah = Saluran sekunder
Intensitas curah hujan rencana ( I ) 5th

Ungu = Saluran Tersier

63
BLOK A4 ( saluran primer )
Luas daerah pengaliran (A)
Blok A4= 3200m2

Koefisien Pengaliran ( C )
Jalan aspal ( J.a ) = 15% x 0,9 = 0,135
Perumahan( P ) = 70% x 0,7 = 0,490
Lahan Kosong ( L.k ) = 15%x 0,2 = 0,030
+
C = 0,655
Debit Aliran rencana ( Q ) = 0,278 . I5th . A . C
c
= 0,278 x 0,000052 x 3200 x 0,655 o
= 0,0281 m3/dt
Penyerapan oleh biopori = 30% x Q
= 30% x 0,0282m3/dt
= 0,0084 m3/dt

Debit Akhir Aliran rencana ( Q.akhir )


= Q - Jumlah penyerapan biopori
= 0,0281 - 0,0084
= 0,0197 m3/dt

Untuk perhitungan debit aliran rencana selanjutnya dapat dilihat dalam tabel :
Tabel 4.1.6 Hasil Perhitungan debit aliran rencana 5th dan 10th pada masing-masing blok

64
Luas Area / A Tipe daerah aliran Harga C Koefisien aliran / C Debit Aliran / Q = 0,278.C.I.A Penyerapan oleh biopori=30% Q.akhir = Q - penyerapan biopori
Blok
(m2) J.a (%) P (%) L..k (%) J.a x 0,9 P x 0,7 L..k x 0,2 J.a + P.e + L.k Q.5th (m3/dt) Q.10th (m3/dt) 30% x Q.5th 30% x Q.10th Q.akhir 5th Q.akhir 10th
A1 1950 5 60 35 0,045 0,420 0,070 0,535 0,0231 0,0246 0,0069 0,0074 0,0161 0,0172
A2 3400 10 70 15 0,090 0,490 0,030 0,610 0,0276 0,0295 0,0083 0,0088 0,0193 0,0206
A3 1944 5 85 10 0,045 0,595 0,020 0,660 0,0259 0,0276 0,0078 0,0083 0,0181 0,0193
A4 3200 15 70 15 0,135 0,490 0,030 0,655 0,0306 0,0326 0,0092 0,0098 0,0214 0,0229
B1 1300 5 60 35 0,045 0,420 0,070 0,535 0,0121 0,0130 0,0036 0,0039 0,0085 0,0091
B2 1320 10 60 30 0,090 0,420 0,060 0,570 0,0102 0,0109 0,0031 0,0033 0,0072 0,0076
B3 2220 5 90 5 0,045 0,630 0,010 0,685 0,0368 0,0393 0,0110 0,0118 0,0258 0,0275
B4 1600 5 90 5 0,045 0,630 0,010 0,685 0,0152 0,0162 0,0046 0,0049 0,0106 0,0113
C1 2975 5 75 20 0,045 0,525 0,040 0,610 0,0501 0,0535 0,0150 0,0160 0,0351 0,0374
C2 4050 5 80 15 0,045 0,560 0,030 0,635 0,0200 0,0214 0,0060 0,0064 0,0140 0,0150
C3 4500 10 80 10 0,090 0,560 0,020 0,670 0,0552 0,0589 0,0166 0,0177 0,0386 0,0412
C4 8125 10 80 10 0,090 0,560 0,020 0,670 0,0453 0,0484 0,0136 0,0145 0,0317 0,0339
D1 5500 10 75 15 0,090 0,525 0,030 0,645 0,0365 0,0389 0,0109 0,0117 0,0255 0,0273
D2 6000 5 85 5 0,045 0,595 0,010 0,650 0,0403 0,0430 0,0121 0,0129 0,0282 0,0301
D3 6887 10 80 10 0,090 0,560 0,020 0,670 0,0633 0,0676 0,0190 0,0203 0,0443 0,0473
E1 2400 5 90 5 0,045 0,630 0,010 0,685 0,0173 0,0184 0,0052 0,0055 0,0121 0,0129
E2 2375 5 55 40 0,045 0,385 0,080 0,510 0,0283 0,0302 0,0085 0,0091 0,0198 0,0212
E3 5850 10 65 25 0,090 0,455 0,050 0,595 0,0313 0,0334 0,0094 0,0100 0,0219 0,0234
E4 2250 5 70 25 0,045 0,490 0,050 0,585 0,0289 0,0308 0,0087 0,0093 0,0202 0,0216
F1 2250 10 80 10 0,090 0,560 0,020 0,670 0,0186 0,0198 0,0056 0,0060 0,0130 0,0139
F2 1625 10 75 15 0,090 0,525 0,030 0,645 0,0124 0,0132 0,0037 0,0040 0,0087 0,0093
F3 2450 10 75 15 0,090 0,525 0,030 0,645 0,0143 0,0152 0,0043 0,0046 0,0100 0,0107
G1 3000 10 70 20 0,090 0,490 0,040 0,620 0,0233 0,0249 0,0070 0,0075 0,0163 0,0174
G2 2600 5 80 15 0,045 0,560 0,030 0,635 0,0288 0,0308 0,0087 0,0092 0,0202 0,0215
G3 1700 10 55 35 0,090 0,385 0,070 0,545 0,0111 0,0119 0,0033 0,0036 0,0078 0,0083
G4 1925 5 50 45 0,045 0,350 0,090 0,485 0,0288 0,0307 0,0086 0,0092 0,0201 0,0215
H1 2750 10 75 15 0,090 0,525 0,030 0,645 0,0199 0,0212 0,0060 0,0064 0,0139 0,0149
H2 3500 10 70 20 0,090 0,490 0,040 0,620 0,0206 0,0220 0,0062 0,0066 0,0144 0,0154
H3 2400 10 80 10 0,090 0,560 0,020 0,670 0,0351 0,0375 0,0105 0,0112 0,0246 0,0262
H4 6300 10 85 5 0,090 0,595 0,010 0,695 0,0287 0,0306 0,0086 0,0092 0,0201 0,0214
I1 4200 15 70 15 0,135 0,490 0,030 0,655 0,0554 0,0591 0,0166 0,0177 0,0388 0,0414
I2 6800 10 75 15 0,090 0,525 0,030 0,645 0,0535 0,0571 0,0160 0,0171 0,0374 0,0400
I3 2250 10 80 10 0,090 0,560 0,020 0,670 0,0209 0,0223 0,0063 0,0067 0,0146 0,0156
I4 6500 15 75 10 0,135 0,525 0,020 0,680 0,0658 0,0702 0,0197 0,0211 0,0460 0,0491
J1 1500 10 85 5 0,090 0,595 0,010 0,695 0,0238 0,0254 0,0071 0,0076 0,0167 0,0178
J2 1200 10 75 15 0,090 0,525 0,030 0,645 0,0127 0,0135 0,0038 0,0041 0,0089 0,0095
J3 1625 15 75 10 0,135 0,525 0,020 0,680 0,0135 0,0144 0,0041 0,0043 0,0095 0,0101

ket :Biru = saluran primer, Merah = Saluran sekunder


Tipe daerah aliran : J.a = Jalan raya
P = Perumahan
L.k = Lahan kosong

4.4Debit buangan (domestik) rumah tangga/ QRT

Berdasarkan kondisi lapangan besar debit rumah tangga :


QRT = ( kebutuhan air x luasan x kepadatan penduduk ) x 70%

65
Diasumsikan jumlah penduduk 5 orang/rumah, maka jumlah penduduk dalam
1 km2 adalah :
Pada daerah Blok A1 terdapat 12 rumah dengan luas blok =0,00195 km2,
dengan perkalian silang didapat :
5x12 = 0.00195 km2 60 = P x 0,00195
P = 1 km2 P = 30769 jiwa/km2

BLOK A4 ( saluran primer )

Luas area (A)= 0,00320km2


Kebutuhan air bersih rata-rata perorang (K.a)= 200 lt/hari/orang
Kepadatan penduduk ( K.p ) =30769 jiwakm2 xA
= 30769 x 0,00320
= 98 jiwa

Debit buangan domestik ( QRT) =(200 x 0,00320 x 98) x 70%


= 43,904 lt/hari
0,001
= 43,904 86400 m3 /dt

= 0,000000511 m3 /dt
Maka :
Q.total = Q.aliran akhir + Q.rumah tangga
= 0,0197 + 0,000000511
= 0,0197 m3/dt

Untuk perhitungan debit rumah tangga selanjutnya dapat dilihat dalam tabel :
Tabel 4.1.7 Hasil Perhitungan debit rumah tangga 5th dan 10th pada masing-masing blok

66
Luas Area / A Kebutuhan air / Ka Kepadatan penduduk / KP QRT = (Ka x A x Kp) x 70%
Blok
(m2) (km2) lt/hari 30769 jiwa/km2 x A (jiwa) lt/hari m3/dt
A1 1950 0,00195 200 60 16,3799 0,00000019
A2 3400 0,00340 200 105 49,7965 0,00000058
A3 1944 0,00194 200 60 16,2792 0,00000019
A4 3200 0,00320 200 98 44,1104 0,00000051
B1 1300 0,00130 200 40 7,2799 0,00000008
B2 1320 0,00132 200 41 7,5057 0,00000009
B3 2220 0,00222 200 68 21,2299 0,00000025
B4 1600 0,00160 200 49 11,0276 0,00000013
C1 2975 0,00298 200 92 38,1255 0,00000044
C2 4050 0,00405 200 125 70,6564 0,00000082
C3 4500 0,00450 200 138 87,2301 0,00000101
C4 8125 0,00813 200 250 284,3729 0,00000329
D1 5500 0,00550 200 169 130,3067 0,00000151
D2 6000 0,00600 200 185 155,0758 0,00000179
D3 6887 0,00689 200 212 204,3156 0,00000236
E1 2400 0,00240 200 74 24,8121 0,00000029
E2 2375 0,00238 200 73 24,2979 0,00000028
E3 5850 0,00585 200 180 147,4189 0,00000171
E4 2250 0,00225 200 69 21,8075 0,00000025
F1 2250 0,00225 200 69 21,8075 0,00000025
F2 1625 0,00163 200 50 11,3749 0,00000013
F3 2450 0,00245 200 75 25,8567 0,00000030
G1 3000 0,00300 200 92 38,7689 0,00000045
G2 2600 0,00260 200 80 29,1198 0,00000034
G3 1700 0,00170 200 52 12,4491 0,00000014
G4 1925 0,00193 200 59 15,9626 0,00000018
H1 2750 0,00275 200 85 32,5767 0,00000038
H2 3500 0,00350 200 108 52,7688 0,00000061
H3 2400 0,00240 200 74 24,8121 0,00000029
H4 6300 0,00630 200 194 170,9710 0,00000198
I1 4200 0,00420 200 129 75,9871 0,00000088
I2 6800 0,00680 200 209 199,1862 0,00000231
I3 2250 0,00225 200 69 21,8075 0,00000025
I4 6500 0,00650 200 200 181,9986 0,00000211
J1 1500 0,00150 200 46 9,6922 0,00000011
J2 1200 0,00120 200 37 6,2030 0,00000007
J3 1625 0,00163 200 50 11,3749 0,00000013

ket : Biru = saluran primer, Merah = Saluran sekunder

Ungu = Saluran
Tabel TersierPerhitungan debit total 5 dan 10 pada masing-masing blok
4.1.8 Hasil th th

67
Debit aliran akhir / Q. aliran akhir QRT Q.Total = Q.aliran akhir + QRT
Blok
5th (m3/dt) 10th (m3/dt) m3/dt Q.Tot 5th (m3/dt) Q.Tot 10th (m3/dt)
A1 0,0161 0,0172 0,00000019 0,0161 0,0172
A2 0,0193 0,0206 0,00000058 0,0193 0,0206
A3 0,0181 0,0193 0,00000019 0,0181 0,0193
A4 0,0214 0,0229 0,00000051 0,0214 0,0229
B1 0,0085 0,0091 0,00000008 0,0085 0,0091
B2 0,0072 0,0076 0,00000009 0,0072 0,0076
B3 0,0258 0,0275 0,00000025 0,0258 0,0275
B4 0,0106 0,0113 0,00000013 0,0106 0,0113
C1 0,0351 0,0374 0,00000044 0,0351 0,0374
C2 0,0140 0,0150 0,00000082 0,0140 0,0150
C3 0,0386 0,0412 0,00000101 0,0386 0,0412
C4 0,0317 0,0339 0,00000329 0,0317 0,0339
D1 0,0255 0,0273 0,00000151 0,0255 0,0273
D2 0,0282 0,0301 0,00000179 0,0282 0,0301
D3 0,0443 0,0473 0,00000236 0,0443 0,0473
E1 0,0121 0,0129 0,00000029 0,0121 0,0129
E2 0,0198 0,0212 0,00000028 0,0198 0,0212
E3 0,0219 0,0234 0,00000171 0,0219 0,0234
E4 0,0202 0,0216 0,00000025 0,0202 0,0216
F1 0,0130 0,0139 0,00000025 0,0130 0,0139
F2 0,0087 0,0093 0,00000013 0,0087 0,0093
F3 0,0100 0,0107 0,00000030 0,0100 0,0107
G1 0,0163 0,0174 0,00000045 0,0163 0,0174
G2 0,0202 0,0215 0,00000034 0,0202 0,0215
G3 0,0078 0,0083 0,00000014 0,0078 0,0083
G4 0,0201 0,0215 0,00000018 0,0201 0,0215
H1 0,0139 0,0149 0,00000038 0,0139 0,0149
H2 0,0144 0,0154 0,00000061 0,0145 0,0154
H3 0,0246 0,0262 0,00000029 0,0246 0,0262
H4 0,0201 0,0214 0,00000198 0,0201 0,0214
I1 0,0388 0,0414 0,00000088 0,0388 0,0414
I2 0,0374 0,0400 0,00000231 0,0374 0,0400
I3 0,0146 0,0156 0,00000025 0,0146 0,0156
I4 0,0460 0,0491 0,00000211 0,0460 0,0492
J1 0,0167 0,0178 0,00000011 0,0167 0,0178
J2 0,0089 0,0095 0,00000007 0,0089 0,0095
J3 0,0095 0,0101 0,00000013 0,0095 0,0101

ket : Biru = saluran primer, Merah = Saluran sekunder

B) Analisa Hidrolika
Ungu = Saluran Tersier

68
4.5 Kapasitas saluran
Berdasarkansurvey lokasi di kel. Samaan, diperoleh data eksisting saluran
sebagai berikut :
Saluran A ( primer )

- L.sisi miring ( m ) = 0,15 m


- Lebar bawah ( b ) = 0,3 m
- Tinggi ( h ) = 0,6 m

Saluran B ( sekunder )

- Lebar ( b ) = 0,45 m
- Tinggi ( h ) = 0,4 m

Berdasarkan data diatas, dihitung debit salurannya diketahui :


Blok E1 ( saluran primer )
Kemiringan dasarsaluran (s) = 0,0058 m
Koefisien kekasaran manning pas.batukali diplester(n)= 0,018

1. Luasan Penampang ( A )

69
A = ( b + m x h ) .h
= ( 0,3 + 0,15 x 0,6 ) .0,6
= 0,234 m2

2. Keliling basah (P)


P = b + ( 2x h) x m2 + 1

= 0,3 + ( 2 x 0,6) x 0,152 + 1


= 1,513 m

3. Jari-jari hidrolis (R)


h
R =2
0,6
= 2

= 0,3 m

4. Kecepatan aliran (V)


1
V = n x R2/3 x S1/2
1
= 0,01 x 0,32/3 x 0,00581/2

= 3,410 mdetik

5. Kapasitas saluran / Debit eksisting


Qs = AxV
= 0,234 x 3,410
= 0,798 m3 detik

Blok A3 ( saluran sekunder )


Kemiringan dasarsaluran (s) = 0,01m
Koefisien kekasaran manning pas.batu kali diplester (n) = 0,018

1. Luasan Penampang ( A )
A =bxh

70
= 0,45 x 0,4
= 0,180 m2
2. Keliling basah (P)
P =b+ (2xh)
= 0,45 + ( 2 x 0,4 )
= 1,250 m
3. Jari-jari hidrolis (R)
A
R =P
0,180
= 1,250

= 0,144 m
4. Kecepatan aliran (V)
1
V = n x R2/3 x S1/2
1
= 0,01 x 0,1442/3 x 0,011/2

= 2,747 mdetik

5. Kapasitas saluran / Debit eksisting ( Qs )


Qs = AxV
= 0,180 x 2,747
= 0,494 m3 detik

Untuk perhitungan kapasitas saluran selanjutnya dapat dilihat dalam tabel :


Tabel 4.1.9 Hasil perhitungan kapasitas saluran pada masing-masing blok

71
ket : Hitam = saluran primer, Merah = Saluran sekunder

Ungu = Saluran Tersier

Debit yang digunakan untuk perbandingan kapasitas saluran (Qs) dengan debit total
rancangan (Qr) menggunakan data :
Saluran Primer : Menggunakan debit total rancangan kala ulang 10th.

72
Saluran Sekunder : Menggunakan debit total rancangan kala ulang 5th.
Jika nilai hitungan Qr > Qs maka saluran tersebut tidak mampu menerima air limpasan
dari debit total sehingga saluran perlu direnovasi untuk didesain ulang, sebaliknya jika
Qr < Qs maka saluran memenuhi / mampu menerima aliran debit total rancangan..

Tabel 4.1.10 Hasil perhitungan perbandingan debit total rancangan (Qr) dengan
kapasitas debit saluran ekisting (Qs) pada masing-masing blok.

4.6 Perhitungan dimensi gorong-gorong


Direncanakan kriteria gorong-gorong sebagai berikut :

73
Penampang bentuk segi empat dengan dimensi sama seperti saluran sekunder ,
yaitu : lebar ( b ) : 0,45 m dan tinggi ( h ) = 0,4 m.
Kontruksi terbuat dari beton
Koefisien manning (n) = 0,025
Kemiringan saluran (s) = 0,0285

Perhitungan gorong-gorong
Gorong-gorong antara blok I1 dengan G4
Debit total rancangan (Qr) yang akan melintasi gorong-gorong :
Qr total = Dari blok I4 + J3 + I1
= 0,0502 + 0,0093 + 0,0382
= 0,0977 m3/dt
1. Luasan Penampang ( A )
A =bxh
= 0,45 x 0,4
= 0,180 m2
2. Keliling basah (P)
P =b+ (2xh)
= 0,45 + ( 2 x 0,4 )
= 1,250 m
3. Jari-jari hidrolis (R)
A
R =P
0,180
= 1,250

= 0,144 m
4. Kecepatan aliran (V)
1
V = n x R2/3 x S1/2
1
= 0,025 x 0,1442/3 x 0,02851/2

= 1,855 mdetik

5. Kapasitas saluran gorong-gorong / Debit eksisting ( Qg )

74
Qg = AxV
= 0,180 x 1,855
= 0,334 m3 detik
karena kapasitas debit eksisting gorong-gorong lebih besar dari debit total aliran
rencana ( Qg > Qr ) maka dimensi gorong-gorong yang direncankan sudah memenuhi
persyaratan sebabmampu menerima limpahan debit total aliran dari blok sebelumnya.

C) Analisa Alternative Wawasan Lingkungan


4.7 Alternatif Biopori
Untuk alternatif wawasan lingkungan yang digunakan adalah mengunakan teknik
lubang biopori.Lubang resapan biopori(LRB)adalah metode resapan air yang
ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada
tanah.
Pada bab II juga dijelaskan bahwa Biopori merupakan salah satu cara agar air yang
turun di atap rumah, tidak langsung mengalir ke saluran dan berakhir ke sungai. Dengan
adanya biopori, maka sebagian air yang jatuh ke tanah akan meresap ke dalam tanah
dan dapat meningkatkan lapisan air bawah tanah. Jumlah air yang dapat masuk ke
biopori adalah sekitar 20-30% dari debit air hujan yang jatuh di sekitar halaman rumah,
namun jumlah air yang dapat meresap ke biopori juga dipengaruhi dari banyaknya
lubang biopori, semakin banyak lubang maka semakin banyak juga air yang dapat

75
meresap ke dalam tanah. Untuk banyaknya lubang biopori tidak bisa asal dibuat banyak
mengingat perlunya penyesuaian luas lahan yang ada disekitar rumah.
Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil
hujan, laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus :
Jumlah LRB = Intensitas hujan(mm/jam) x Luas bidang kedap(m2)
Laju peresapan air perlubang (liter/jam)
Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat),
dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2 bidang
kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100 ) / 180 = 28 lubang. Bila lubang yang dibuat
berdiameter 10 cm dengan kedalaman 100 cm, maka setiap lubang dapat menampung
7,8 liter air hujan.
Alternatif Biopori ini sangat baik digunakan karena selain mudah dalam pelaksanaanya
namun biaya pembuatanya juga relatif murah.

D) Pembahasan Hasil Analisa


4.8 Pembahasan Hasil Dari Analisa Hidrologi,Hidrolika, dan Alternatif
Setelah dilakukanperhitungan analisa hidrologi, hidrolika, dan alternatif wawasan
lingkungan diperoleh data bahwa kapasitas saluran yang ada pada masing-masing blok
mampu menerima debit total aliran dari air hujan maupun rumah tangga. kemiringan
dasar saluran yang menjadi faktor utama mengapa kapasitas saluran masih memenuhi
selain ditunjang dengan dimensi saluran yang cukup lebar. Dari hasil survey dilapangan
diketahui bahwa pada saluran primer maupun sekunder banyak terjadi penumpukan
sampah dan endapan lumpur yang cukup tebal.
Maka dapat disimpulkan dari hasil analisa bahwa banjir yang biasa terjadi di
daerah kelurahan samaan bukan karna kapasitas saluran yang tidak memenuhi tapi
karna buruknya saluran drainase akibat pola hidup masyarakat sekitar yang tidak ramah
lingkungan yaitu membuang sampah sembarangan dan kurangnya kegiatan masyarakat
untuk melakukan pengerukan endapan lumpur pada saluran drainaseyang
menyebabkan terjadinya pendangkalan kedalaman saluran.

76
BABV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil analisa hidrologi di ketahui besar debit banjir rencana 5th untuk saluran
sekunder dan kala ulang 10th untuk saluran primer adalah sebagai berikut :

77
ket : Hitam = saluran primer, Merah = Saluran sekunder
2. Dimensi saluran eksisting yang ada saat ini adalah sebagai berikut :
Saluran A ( primer
Ungu ) Tersier
= Saluran

- L.sisi miring ( m ) = 0,15 m


- Lebar bawah ( b ) = 0,3 m
- Tinggi ( h ) = 0,6 m

Saluran B ( sekunder )

- Lebar ( b ) = 0,45 m
- Tinggi ( h ) = 0,4 m

3. Alternatif yang paling efisien adalah dengan membuat lubang resapan biopori karena
selain dapat membantu mempercepat resapan air ke dalam tanah namun bisa juga
digunakan untuk pengelolaan pupuk organik dengan cara lubang diisi dengan sampah
seperti daun, sampah dapur, ranting pohon, dsb. Selanjutnya sampah dalam lubang
akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim kemarau dapat dikuras
sebagai pupuk kompos alami.

5.2 Saran
Menghimbau masyarakan sekitar Kel. Samaan agar dapat memelihara saluran terutama
pengerukan sedimentasi yang membuat dangkal kedalaman saluran.
Tidak membuang sampah pada saluran yang dapat membuat aliran tersumbat.

78
Untuk pemerintah kota malang semoga bisa menjadikan biopori sebagai alternatif
drainase berwawasan lingkungan.

79

Anda mungkin juga menyukai