3.1. PENDAHULUAN
3.2. KONVERTER
Alat bantu digital yang paling penting untuk teknologi kontrol proses adalah
yang menerjemahkan informasi digital ke bentuk analog dan juga sebaliknya. Sebagian
besar pengukuran variabel-variabel dinamik dilakukan oleh piranti ini yang
menerjemahkan informasi mengenai vaiabel ke bentuk sinyal listrik analog. Untuk
menghubungkan sinyal ini dengan sebuahkomputer atau rangkaian logika digital, sangat
perlu untuk terlebih dahulu melakukan konversi analog ke digital (A/D). Hal-hal
mengenai konversi ini haris diketahui sehingga ada keunikan, hubungan khusus antara
sinyal analog dan digital. Seringkali, situasi yang sebaliknya terjadi dimana sinyal
digital diperlukan untuk menggerakkan sebuah piranti analog. Dalam hal ini, diperlukan
sebuah konverter digital ke analog (D/A).
3.3.1 Komparator
Bentuk komunikasi yang paling mendasar antara wujud digital dan analog
adalah piranti (biasanya berupa IC) disebut komparator. Piranti ini, yang diperlihatkan
secara skematik dalam Gambar 3.4, secara sederhana membandingkan dua tegangan
pada kedua terminal inputnya. Bergantung pada tegangan man yang lebih besar,
outputnya akan berupa sinyal digital 1 (high) atau 0 (low). Komparator ini digunakan
secara luas untuk sinyal alarm ke komputer atau sistem pemroses digital. Elemen ini
juga merupakan satu bagian dengan konverter analog ke digital dan digital ke analog
yang akan didiskusikan nanti.
a + 1 Va > Vb
b - 0 Va < V b
Sebuah komparator dapat tersusun dari sebuah opamp yang memberikan output
terpotong untuk menghasilkan level yang diinginkan untuk kondisi logika (+5 dan 0
untuk TTL 1 dan 0). Komparator komersil didesain untuk memiliki level logika yang
dperlukan pada bagian outputnya.
CONTOH 3.7
Sebuah sistem kontrol proses memiliki spesifikasi dimana temperatur tidak boleh melebihi
160C jika tekanan juga melebihi 10N/m2 (Pa). Deasin sebuah sistem utuk mendeteksi
kondisi ini, menggunakan transduser tekanan dan temperatur masing-masing dengan
fungsi alih 2.2 mV/C dan 0.2 V/N/m2.
SOLUSI
Kondisi alarm akan terjadi pada saat sinyal temperatur (2.2 mV/C)(160C) = 3.52 V bersamaan
2
dengan sinyal tekanan (0.2 V/N/m2)(10 N/m ) = 2 volt. Rangkaian dari Gambar 3.5
memperlihatkan bagaimana alarm ini dapat diimplementasikan dengan komparator dan
satu gerbang AND.
Komparator
Temperatur
Alarm posisi
3.52 V high
Tekanan
Komparator
2.0 V
Perlu diketahui bahwa minimum dari Vx adalah nol, dan harga maksimum
ditentukan oleh ukuran dari word biner, karena dengan semua bit yang diset berharga
satu, ekivalen desimal mendekati harga VR sesuai dengan peningkatan jumah bit.
Sehingga sebuah word 4-bit memiliki harga maksimum
RESOLUSI KONVERSI
Resolusi konversi juga merupakan sebuah fungsi jumlah dari bit-bit yang ada
dalam word. Lebih banyak bit, lebih kecil perubahan di dalam output analog untuk
perubahan 1-bit di dalam word biner sehingga resolusi semakin besar. Perubahan
terkecil yang mungkin terjadi secara sederhana dinyatakan oleh
Vx = VR 2 n (3-4)
Dimana
Vx = perubahan output terkecil
VR = tegangan referensi
n = jumlah bit-bit di dalam word
sehingga, sebuah konverter D/A word 5-bit dengan tegangan revferensi 10 volt
akan menghasilkan perubahan sebesar Vx = (10) (2 5) = 0.3125 volt per volt.
CONTOH 3.8
Tentukan berapa banyak bit yang harus dimiliki sebuah konverter D/A untuk memberikan
peningkatan output sebesar kurang dari 0.04 volt. Tegangan referensi adalah 10 volt.
SOLUSI
Salah satu cara untuk mendapatkan solusi ini adalah dengan secara kontinyu mencoba ukuran
word hingga diperoleh resolusi yang jatuh kurang dari 0.04 volt per bit. Sebuah prosedur yang
lebih analitik adalah membentuk persamaan
V = 0.04 = (10) (2 y)
sembarang n yang lebih besar dari bagian integer dari eksponen 2 dalam persamaan ini
akan memenuhi keperluan. Dengan mengambil logaritma
log (0.04) = log (10) (2 y )
log (0.04) = log (10) y log 2
log (10) - log (0.04)
y=
log 2
y = 7.966
sehingga, sebuah n = 8 akan memenuhi kriteria yang diinginkan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan Persamaan (3-4).
Vx = (10) (2 8)
Vx = 0.0390625 volt
VR
a0
a1
a2
a3
a4 Konverter
Tegangan output
Digital ke Vx
analog
Analog
an-1
an
Logika untuk
memulai konversi
+V GND -V
KARAKTERISTIK DAC
Untuk aplikasi modern hampir semua DAC berupa rangkaian terintegrasi (IC), yang
diperlihatkan sebagai kotak hitam memiliki karakteristik input dan output tertentu.
Dalam Gambar 3.6, kita lihat elemen penting dari DAC dengan input dan output yang
diinginkan. Karakteristik yang berkaitan dapat diringkas oleh referensi dari gambar ini.
1. Input Digital. Secara khusus, jumlah bit dalam sebuah word biner paralel
disebutkan di dalam lembar spesifikasi. Biasanya, level logika TTL
dipergunakan kecuali dikatakan lain.
2. Catu Daya. Merupakan bipolar pada level 12 V hingga 18 V seperti yang
dibutuhkan oleh amplifier internal.
3. Suplai Referensi. Diperlukan untuk menentukan jangkauan tegangan output dan
resolusi dari konverter. Suplai ini harus stabil, memiliki riple yang kecl. Dalam
beberapa unit, diberikan referensi internal.
4. Output. Sebuah tegangan yang merepresentasikan input digital. Tegangan ini
berubah dengan step sama dengan perubahan bit input digital dengan step yang
ditentukan oleh Persamaan (3-4). Output aktual dapat berupa bpolar jika
konverter didesain untuk menginterpretasikan input digital negatif.
5. Offset. Karena DAC biasanya diimplementasikan dengan op-amp, maka
mungkin adanya tegangan output offset dengan sebuah input nol. Secara khusus,
koneksi akan diberikan untuk mendukung pengesetan ke harga nol dari output
DAC dengan input word nol.
6. Mulai konversi. Sejunlah rangkaian DAC memberikan sebuah logika input yang
mempertahankan konversi dari saat terjadinya hingga diterimanya sebuah
perintah logika tertentu (1 atau 0). Dalam ini, word input digital diabaikan
hingga diterimanya input logka tertentu.
Dalam sejumlah hal, sebuah buffer input diberikan untuk memegang (hold)
word digital selama dilakukannya konversi hingga selesai, bahkan word ini sendiri
dapat muncuk pada jalur input hanya dalam waktu singkat. Buffer-buffer ini biasanya
berupa flip-flop (FF) yang yang dimasukkan di antara terminal-terminal input dari
konverter dan jalur digital.
STRUKTUR DAC
Jelasnya, sebuah DAC dipergunakan sebagai kotak hitam (black box), dan tidak ada
pengetahuan mengenai cara kerja internal diperlukan. Ada beberapa hal penting ntuk
menunjukkan bagaimana konversi dapat diimplementasikan. Konversi yang paling
sederhana mempergunakan sebuah suatu deretan op-amp ntuk input dengan tujuan
dipilih penguatan yang memberikan suatu output sesuai dengan Persamaan (3-3).
Macam yang paling umum adalah mempergunakan sebuah jaringan ladder resistif untuk
menghasilkan fungsi transfer. Jaringan ini diperlihatkan dalam Gambar 3.7 dalam hal
konverter 4-bit. Dengan pilihan resistor R-2R, dapat diperlihatkan malaui analisis
jaringan dimana teganganoutput diberikan oleh Persamaan (3-4). Saklar merupakan
saklar analog elektronik.
R
R R R
- Tegangan
Output
2R + Analog
2R Op Amp
2R
b4 2R
2R
b3
b2
b1
CONTOH 3.9
Sebuah katup kontrol memiliki variasi linier untuk bukaan sesuai dengan variasi tegangan input
dari 0 10 volt. Sebuah mikrokomputer menghasilkan output 8-bit untuk mengendalikan
pembukaan katup kontrol dengan mempergunakan sebuah DAC 8-bit ntuk menghasilkan
tegangan katup. (a) Cari tegangan referensi yang diperlukan untuk mendapatkan suatu
pembukaan katup penuh (10 volt); (b) Cari persentase pembukaan katup untuk perubahan 1-bit
dalam word input.
SOLUSI
(a) Kondisi bukaan katup penuh terjadi dengan inpt tegangan 10 volt. Jika sebuah referensi
10 volt dipergunakan, sebuah word digital penuh 11111111 tidak akan memberikan
tepat 10 volt, sehingga kita akan mempergunakan sebuah referensi tegangan yang lebih
besar. Sehingga kita dapatkan
(b) Persentase perubahan katup tiap step ditentukan pertama kali dari
Vx = VR 2 8
1
Vx = (10.0039)
256
Vx = 0.0392 V
sehingga,
(0.0392)(1 00)
%= = 0.392 %
10
DAC SERIAL
Dalam sejumlah kasus, word digital merupakan tipe serial pada jalur input selain bit
paralel. Dalam hal ini, diperlukan baik konverter serial maupun konverter serial ke
paralel, dengan output bufer.
Meskipun ada beberapa transduser yang memberikan output sinyal digital secara
langsung dan sdang dikembangkan, sebagian besar transduser tetap hanya
mengkonversi variabel dinamik ke dalamsebuah sinyal lsitrik analog. Dengan
peningkatan penggunaan logika digital dan komputer di dalam kontrol proses, sangat
[erlu untuk mempergunakan sebuah DAC untukmenhasilkan sebuah output yang
dikodekan secara digital. Fungsi transfer dari ADC dapat diekspresikan dengan cara
yang sama denga Persamaan (3-3) dalam sejumlah tegangan analog yang diberikan
sebagai nput, dan konverter mendapatkan sebuah bilangan biner yang jika
disubstitusikan ke dalam Persamaan (3-3) memberikan input analog. Sehingga
V = VR 2 n (3-4)
Hal ini berarti bahwa ada ketidakpastian dari V di dalam melakukan konversi dari
tegangan analog ke snyal digital. Ketidakpastian ini harus diambil ke dalam
perhitungan di dalam aplikasi desain. Jika permasalahan sesuai dengan pertimbangan
menentukan suatu resolusi tertentu terhadap tegangan analog, maka ukuran word dan
referensi harus dipilih ntuk mendapatkan resolusi ini dalam bilangan yang
dikonversikan ke bilangan digital.
CONTOH 3.10
Temperatur akan diukur oleh sebuah transduser dengan output 0.02 volt/C. Tentukan referensi
ADC yang diperlukan dan ukuran waord untuk mengukur 0 100C dengan resolusi 0.1C.
SOLUSI
0.002 V = (2) (2 y )
y = 9.996 10
sehingga, sebuah word 10 bit diperlukan untuk resolusi ini. Sebuah word 10-bit
memiliki resolusi
V = (2) (2 10)
Vx = 0.00195 volt
yang lebih kecil dari resolusi minimum yang diperlukan yaitu 2 mV.
CONTOH 3.11
Cari word digital yang diperoleh dari input 3.217 volt untuk sebuah ADC 5-bit dengan referensi
5 volt.
SOLUSI
Sehingga, kita akan mengkodekan sebuah bilangan pedahan yaitu Vx/VR atau
3.127
a121 + a22 2 + . . . + a52 5 = = 0.6254
5
Menggunakan metoda perkalian succesive yang dinyatakan dalam SubBab 3.2.2, kita
peroleh
0.6254 (2) = 1.2508 a1 = 1
0.2508 (2) = 0.5016 a2 = 0
0.5016 (2) = 1.0032 a3 = 1
0.0032 (2) = 0.0064 a4 = 0
0.0064 (2) = 0.0128 a5 = 0
Sehingga outputnya adalah 101002.
STRUKTUR A/D
Hampir semua ADC yang tersedia dalam bentuk rakitan rangkaian terintegrasi
(IC) yang dapat dianggap sebagai kotak hitam (black box). Untuk dapat benar-benar
mengenal karakteristik dari piranti ii, sangatlah penting untuk memeriksa teknik standar
yang dipergunakan untuk melakukan konversi. Ada dua metoda yang dipergunakan
untuk melakukan konversi yang merepresentasikan pendekatan yang sangat berbeda
untuk permasalahan konversi.
bn
Output
Digital
VF b2
b1
Konverter
D/A
VR
Supply
Jika Vx lebih besar, maka b1 adalah satu; b2 diset ke 1 dan dilakukan test bagi Vx
terhadap VV = VR(2 1 + 2 2 ), dan seterusnya.
Jika Vx lebih kecil dari VR21, maka b1 direset ke nol; b2 diset ke 1 dan
dilakukan test bagi Vx terhadap VR 2 2. Proses ini diulang hingga bit terendah (least
significant bit) dari word. Operasi yang terjadi paling baik diilustrasikan melalui
contoh.
CONTOH 3.12
Cari pendekatan successive output ADC untuk konverter 4-bit terhadap input 3.217 volt
jika referensi adalah 5 volt.
SOLUSI
Mengikuti prosedur secara garis besar, kita mendapatkan operasi berikut. Dengan V x = 3.217.
Melalui prosedur ini, kita dapatkan output merupakan sebuah word biner 10102.
Selain input analog, output digital, catu daya, dan referensi input, sebagian besar
konverter A/D memiliki sebuah input logika untuk memulai konversi (start
conversion) dan sebuah output logika konversi selesai (finished conversion) seperti
diperlihatkan pada Gambar 3.8.
A/D RAMP
Konverter A/D tipe ramp pada intinya membandingkan tegangan input
terhadap tegangan ramp yang naik secara linier. Sebuah pencacah (counter) biner
diaktifkan untuk mencacah step ramp sampai tegangan ramp sama dengan input. Ramp
ini sendiri dihasilkan oleh sebuah rangkaian integrator op-amp, yang didiskusikan
dalam SubBab 2.5.6.
b1
C b2
- Vx
R Komparator
bn
-
Pencacah
+
+ VR Digital
Op amp
Jaringan logika
Mulai konversi
Konversi selesai
1
RC
V1 Vx dt (3-6)
1
V1 T1Vx (3-7)
RC
Setelah waktu T1, input integrator secara elektronis tersaklar pada suplai referensi yang
bernilai negatif. Kemudian komparator melihat sebuah tegangan input yang berkurang
dari V1 sebagai
1
RC
V2 V1 VR dt (3-8)
1 1
V2 T1Vx t VR (3-9)
RC RC
tx
Vx VR (3-10)
T1
Sehingga, waktu pencacah tx adalah linier terhadap Vx dan juga tidak bergantung pada
karakteristik integrator, yaitu R dan C. Prosedur ini diperlihatkan dalam diagram waktu
pada Gambar 3.10 konversi dimulai sinyal digital konversi mulai (start) dan selesai
(complete) jugadipergunakan dalam piranti ini, dan (dalam beberapa kasus) referensi
internal atau eksternal dapat dipergunakan.
V
Output integrator
Waktu
T1 tx
Berhenti mencacah
Mulai mencacah
Gambar 3.10 Konverter A/D slope ganda mencacah waktu yang diperlukan
untuk zero crossing output integrator dari sebuah input yang diketahui.
CONTOH 3.13
Sebuah ADC slope ganda seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.9 memiliki R = 1 k dan C =
0.01 F. referensi adalah 10 volt, dan waktu integrasi adalah 10 s. Cari waktu konversi
untuk input 6.8 volt.
SOLUSI
1
V1 T1Vx
RC
(10 s)(6.8 V)
V1 (3-7)
(1k)(0.01 F)
V1 = 6.8 volt
Kemudian kita dapatkan waktu yang diperlukan untuk mengintegrasikan ke harga nol
V2 = 0 dalam
T1Vx t
V2 x VR (3-9)
RC RC
sehingga,
T1Vx
tx
VR
(10 s)(6.8 V)
tx
10 V
tx = 6.8 s
kemudian waktu konversi total adalah 10 s + 6.8 s = 16.8 s.
KARAKTERISTIK UMUM
Sejumlah besar fitur umum yang mungkin dimiliki oleh konverter A/D, yang penting
dalam aplikasi:
1. Input. Biasanya berupa level tegangan analog. Level yang paling umum adalah
0 10 volt atau 10 hingga +10 jika dimungkinkan konversi bipolar. Dalam
beberapa kasus, level ditentukan oleh sebuah referensi suplai eksternal.
2. Output. Sebuah word biner paralel atau serial yang merupakan hasil pengkodean
input analog.
3. Referensi. Stabil, sumber dengan ripple kecil terhadap konversi.
4. Suplai Daya. Biasanya, sebuah suplai bipolar 12 hingga 18 V diperlukan
untuk amplifier analog dan komparator dan sebuah suplai +5 V untuk rangkaian
digital.
5. Input Sample and Hold. Error timbul jika tegangan inputberubah selama proses
konversi. Untuk alasan ini, sebuah amplifier sample and hold selalu
dipergunakan pada input untuk memberikan sebuah tegangan input tetap ntuk
proses konversi.
6. Sinyal digital. Sebagian besar ADC memerlukan sebuah logika input tinggi
pada jalur yang diberikan untukmenginisialisasi proses konversi. Ketika
konversi selesai, ADC biasanya memberikan sebuah level tegangan tinggi pada
jalur lainnya sebagai indikator untuk mengikuti perlengkapan status.
7. Waktu konversi. ADC harus berurutan melalui sebuah set operasi sebelum dapat
menemukan output digital yang diinginkan. Untuk alasan ini, sebuah bagian
penting dari spesifikasi adalah waktu yang diperlukan untuk konversi. Waktu
adalah 10 100 s bergantung pada jumlah bit dan desain dari konverter.
CONTOH 3.14
Suatu pengukuran temperatur mempergunakan sebuah transduser dengan output 6.5 mV/C
digunakan untuk mengukur 100C. Digunakan sebuah ADC 6-bit dengan referensi 10 volt. (a)
buat sebuah rangkaian untuk menghubungkan transduser dan ADC; (b) Cari resolusi
temperatur.
SOLUSI
Untuk mengukur 100C ini berarti output transduser pada 100C adalah
(6.5 mV/C)(100C) = 0.65 volt
(a) Rangkaian interface harus memberikan sebuah penguatan (gain) sehingga pada
100C output ADC adalah 111111. Tegangan input yang akan menghasilkan output ini
diperoleh dari
Vx = VR [a121 + a22 2 + + a62 6 ]
1 1 1
Vx = 10 . . . (3-5)
2 4 64
Vx = 9.84375 V
Sehingga, penguatan yang dibutuhkan harus memenuhi tegangan ini ketika temperatur
100C.
9.84375
Penguatan =
0.65
= 15.14
Rangkaian op-amp dari Gambar 3.11 eken memberikan penguatan sebesar ini.
(b) Resolusi temperatur dapat dicari melaui arah mundur dari perubahan tegangan
LSB dari ADC.
V = VR 2 n
V = (10) (2 6) = 0.16525 V (3-4)
dengan arah mundur melalui penguatan ini berkaitan dengan perubahan transduser
0.15625
VT = = 0.01032 V
15.14
atau pada temperatur
0.01032 V
T = = 1.59 C
0.0065 V/ C
14.14 k
6 mV/oC -
ADC Output
+ 6 bit
1 k
8V
Referensi
Ada banyak tipe yang berbeda dari sistem akuisisi data, namun sangatlah
mungkin untuk generalisasi elemen paling pentingnya seperti diperlihaktan pada
Gambar 3.12. Paragraf di bawah menyajikan deskripsi umum dari masing-masing blok
dari DAS. Perlu diketahui bahwa hampir semua sistem akuisisi data tersedia dalam
bentuk modul kecil yang berisi rangkaian-rangkaian yang diperlihatkan dalam Gambar
3.12. Pada umumnya, modul menerima sejumlah input analog, yang disebut kanal
(channel), baik sebagai sinyal tegangan differensial (dua kawat two wire) maupun
sinyal tegangan tunggal (terhadap ground). Secara khusus, sebuah sistem dapat
memiliki delapan kanal input differensial atau enam belas kanal input tunggal.
Kemudian komputer dapat memilih salah satu dari kanal-kanal tersebut dibawah
kontrol program untuk input data di dalam kanal.
Kanal input analog
Jalur
kontrol Amplifier
Jalur
Pengunci
data ADC Vref
output
komputer
DEKODER ALAMAT
Bagian dari DAS ini menerima sebuah input dari komputer melalui jalur alamat
(16 bit untuk mikroprosesor 8-bit) yang berfungsi memilih sebuah kanal analog tertentu
yang akan diambil sampelnya. Modul iniseringkali didesain sedemikian rupa sehingga
gabungan dari kanal tertentu dan sebuah word alamat komputer dapat dipilih oleh
pemakai (user). Dalam beberapa hal, hal ini dilakukan dengan membuat alamat kanal
modul muncul pada komputer sesuai dengan alamat lokasi memori, hal ini terkadang
dipilih sejmlah kanal input analog. Dengan kata lain, pemilihan kanal input adalah
ekivalen dengan pembacaan isi dari sebuah lokasi memori. Dalam sistem yang lain,
sebuah kode biner dikirim dari komputer melalui piranti khusus input/ output untuk
memilih sebuah kanal analog dan memasukkan data melalui kanal tersebut. Dalam hal
ini, pemilihan kanal dilakukan oleh sesuatu yang disebut piranti pemilih kode (device
select code).
MULTIPLEKSER ANALOG
Elemen DAS ini pada dasarnya sebuah saklar yang mengambil sinyal alamat yang
dikodekan dan memilih data pada kanal yang terpilih dengan penutupan sebuah saklar
yang terhubung pada jalur input analog.
Seperti diperlihatkan pada Gambar 3.13 untuk sebuah sistem akhiran tunggal,
multiplekser menerima sebuah input dari dekoder alamat dan mempergunakannya
untuk menutup saklar yang sesuai memasukkan sinyal kanal yang akan dilewatkan pada
tahap berikutnya dari DAS. Gambar 3.13 memperlihatkan kanal 2 yang telah dipilih,
yang mungkin telah dipilih oleh sebuah 10 pada jalur input. Dengan cara yang sama, 00
akan memilih kanal 0, 01 kanal 1, 10 kanal 2, dan 11 kanal 3. sehingga, dekoder alamat
harus mengkonversi jalur alamat komputer pada salah satu dari empat kemungkinan
tersebut ketika DAS telah dialamatkan oleh komputer. Elemen saklar aktual biasanya
berupa Transisto Efek Medan (FETs) yang berada pada posisi resistansi onbeberapa
ratus ohm dan sebuah resistansi off ratusan hingga ribuan megaohm.
Kanal analog
0 1 2 3
Dari
Pemilih
dekoder
saklar
alamat
Output analog
ADC
Tentu saja, sebuah bagian penting dari DAS adalah konverter analog ke dgital.
Konverter ini akan menerima tegangan dengan rentang jangkauan tertenu seperti yang
diberikan oleh pengkondisian sinyal yang mendahuluinya. Konverter biasanya dapat
dikonfigurasi untuk menerima input unipolar atau bipolar. Hal-hal seperti penyetelan
offset dan penyetelan skala penuh harus dilakukan.
Jalur
kontrol
Jalur
Pengunci
data DAC Vref
input
komputer
Catatan Aplikasi
Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan ketika sebah DAS atau DOM
dipergunakan. Paragraf berikut mendiskusikan beberapa faktor ini.
PEMROGRAMAN SOFTWARE
Aspek lainya yang penting dalam antarmuka input/output adalah rutin software
yang akan mempergunakan modul data.rutin-rutin tersebut harus kompatibel dengan
pemrograman hardware dan karakteristik lain dari modul. Sebagai contoh, program
mungkin melibatkan delay yang menunggu ADC menyelesaikan konversi. Aspek ini
didiskusikan lebih lanjut dalam Bab 10.
RINGKASAN
Bab ini menjelaskan latar belakang elektronika digital untuk membuat pembaca
mempunyai pengetahuan terhadap elemen-elemen dari pemrosesan sinyal digital dan
dapat mempraktekkan analisis sederhana dan mendesain seperti halnya pada kontrol
proses.
1. penggunaan word digital memungkinkan pengkodean informasi analog ke
dalam sebuah format digital.
2. sangatlah mungkin untuk mengkodekan bilangan desimal pecahan ke dalam
bentuk biner dan begitu sebaliknya dengan mempergunakan
Vx = VR 2 n (3-4)