BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, dakwah berarti seruan, ajakan atau jeritan. Perkataan seperti
daautu fulaan bermakna berteriak atau memanggil fulan. Secara terminologis, para
ulama berbeda pendapat dalam merumuskannya. Menurut Syaikhul Islam Ibn
Taimiyyah pengertian dakwah adalah mengajak seseorang agar beriman kepada Allah
dan kepada apa yang dibawa oleh para Rasul-Nya dengan cara membenarkan apa
yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang mereka perintah.
Menurut Syeikh Ali Mahfud pengertian dakwah adalah memotivasi manusia
untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk dan menyuruh mereka berbuat
ma;ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar, agar mereka dapat mencapai
kebahagian dunia hidup di dunia dan akhirat. Menurut Fathi Yakan pengertian dakwah
adalah penghancuran dan pembinaan. Penghancuran di sini maksudnya adalah
menghancurkan jahiliyah dengan segala bentuknya, baik jahiliyah pola fikir, moral,
maupun jahiliyah perundang-undangan dan hukum. Adapaun maksud pembinaan
adalah membina masyarakat Islam dengan landasan keislaman, baik dalam wujud dan
kandungannya, dalam bentuk dan isinya, dalam perundangan-undangan dan cara cara
hidup, maupun dalam segi persepsi keyakinan terhadap alam, manusia dan kehidupan.
Dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah adalah mengajak orang lain untuk
mengikuti perintah Allah dan Rasul-nya seraya menjauhi segala larangan-larangan
yang telah digariskan, dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dengan ungkapan yang singkat hakekat dakwah adalah melakukan amar maruf dan
nahi mungkar berdasarkan titah Allah dan Rasul-Nya dengan tujuan untuk mencapai
kebahagian hidup dunia dan akhirat.
2. Metode Dakwah
Untuk mengajak orang lain agar dia tertarik melakukan amar maruf nahi
mungkar sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, diperlukan metode dakwah.
Dalam kaitan ini Allah Swt berfirman dalam surat an-Nahal ayat 125 sebagai berikut :
Artinya; Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Berdasarkan ketentuan ayat di atas, maka metode dakwah menurut konsep
Alquran ada tiga; dengan hikmah, mauizatil hasanah dan mujadalah yang baik.
Berkaitan dengan hal ini, Syeikh Zamahsyari dalam tafsirnya menegaskan bahwa
pengertian serulah kepada jalan Tuhanmu adalah ajaklah umat manusia untuk
memeluk agama Islam. Dengan hikmah maksudnya adalah dengan mengemukakan
dalil-dalil atau argumentasi yang jelas dan benar sehingga dapat menghilangkan
keragu-raguan. Selanjutnya pengertian dengan pengajaran yang baik adalah dengan
cara memberikan nasehat-nasehat dan memberikan penjelasan tentang berbagai
manfaat kepada seseorang tentang syariat Islam. Adapun pengertian berdebat dengan
cara yang baik adalah berdiskusi dengan cara yang lemah lembut, penuh kasih sayang,
tidak kasar dan tidak pula dengan cara mencela.
Berdasarkan metode dakwah yang digariskan oleh Alquran, maka Rasulullah
Saw dalam menyampaikan dakwahnya tetap berpedoman kepada konsep Alquran
dimaksud. Penyampaian dakwah dengan hikmah atau dengan argumentasi rasional
selalu diaplikasikan oleh Rasulullah Saw. Misalnya, di waktu Rasulullah Saw sedang
dikelilingi oleh para sahabatnya, datanglah seorang pemuda untuk meminta supaya
dirinya diberi izin berzina. Pada waktu itu, sahabat lain hampir mengusirnya karena
dipandang tidak berlaku sopan kepada Rasulullah Saw. Rasulullah Saw justeru
memanggil pemuda tersebut lalu bertanya; apakah kamu suka jika ibumu dizinai
orang ?. Dia menjawab dengan spontan tidak, demi Allah saya tidak suka dan semua
orang juga tidak suka kalau ibunya dizinai orang. Lalu Rasulullah Saw bertanya lagi,
apakah kamu suka jika kamu memunyai anak gadis lalu dia dizinai orang ? Dia
menjawab tidak, demi Allah saya tidak suka dan semua orang pasti tidak suka jika anak
gadisnya dizinai orang. Kemudian, Rasulullah Saw bertanya lagi bagaimana jika adik
wanitanya atau bibinya dizinai orang ? Dia menjawab tidak, dan pasti orang lain tidak
suka jika adik kandung perempuannya dan juga bibinya dizinai orang. Pemuda tersebut
lalu didoakan oleh Rasulullah Saw agar diampuni dosa-dosanya, disucikan hatinya dan
dijaga kehormatannya. Akhirnya pemuda yang datang tadi tidak pernah berfikir untuk
berbuat zina sama sekali.
Dalam menerapkan metode dakwah al-Mauizatil hasanah Rasulullah Saw selalu
memberikan nasihat kepada para Sahabat dengan sangat hati-hati dan secara berkala.
Hal ini dilakukan karena jika nasehat sering diulang-ulang akan dapat memberi
kebosanan orang lain. Akan tetapi jika nasehat-nasehat tersebut diberikan sesuai
dengan kondisi objektifnya, ia akan dapat memberikan kesadaran yang mendalam.
Namun demikian, kadang-kadang Rasulullah Saw marah dalam memberikan nasehat
jika dipandang perlu. Dalam kaitan ini Rasulullah Saw pernah marah kepada Muaz bin
Jabal karena dia terlalu lama salat berjamaah mengimami sahabat lainnya dan juga
pernah marah kepada Usamah bin Zaid karena dia membunuh salah seorang musuh
yang sudah masuk Islam.
Di kala umat orang belum memahami agama Islam, cara penyampaian
dakwahnya harus dilakukan dengan secara berangsur-angsur. Dalam kaitan ini
Rasulullah Saw pernah berpesan kepada Muaz bin Jabal bahwa aspek yang paling
utama disampaikan adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika mereka telah
mengimani keduanya, beritahukanlah bahwa mereka wajib mengerjakan salat lima
waktu sehari semalam. Setelah mereka melaksanakannya, beritahulah bahwa mereka
wajib membayar zakat yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-
orang miskin.
Dengan cara bertahap dalam menyampaikan berbagai kewajiban hal itu dapat
diterima oleh masyarakat karena mereka menerima ketentuan-ketentuan tersebut tidak
sekaligus.
Sebagai contoh dari penerapan metode dakwah dengan mujadalah billati hiya
ahsan Rasulullah Saw pernah berdiskusi dengan para sahabat tentang orang yang
bangkrut atau muflis. Rasulullah Saw bertanya kepada para sahabat tahukah kamu
siapakah orang yang bangkrut itu ?, lalu para sahabat menjawab bahwa orang yang
bangkrut adalah orang yang tidak punya harta benda. Kemudian, Rasulullah Saw
menjawab orang yang bangkrut di antara kamu adalah orang yang datang pada hari
kiamat nanti dengan membawa amal-amal salatnya, puasa dan zakat. Akan tetapi ia
pernah mencaci orang ini, menuduh berzina orang itumerampas orang ini, membunuh
orang itu dan memukul orang ini. Fahala kebajikan orang tersebut akan diberikan
kepada orang yang pernah dizaliminya. Jika fahala kebajikannya sudah habis ,
sementara kesalahan-kesalahannya belum tertebus semua, maka dosa-dosa orang
yang teraniaya tadi ditimpakan kepadanya, lalu dia dilemparkan ke dalam api neraka.
Dalam kaitan cara Rasulullah Saw melakukan dakwah dengan cara lemah
lembut dan penuh keabraban adalah peristiwa seorang Arab Badui yang turut
berjamaah bersama Rasulullah Saw. Pada waktu itu ada di antara sahabat yang bersin
lalu Arab Badui tadi mengucapkan yarhamukallah. Sahabat tadi kemudian melihat
kearah Arab Badui tersebut dengan maksud supaya ia diam. Akan tetapi Arab Badui
tadi berteriak dan mengatakan celaka kau, mengapa kau memandangku sedemikian
rupa. Selesai salat Rasulullah Saw tersenyum kepadanya dan memanggilnya serta
mengajarinya. Setelah itu Arab Badui tadi berdoa Allahumma irhamni wa Muhammad
wala tarham maana ahadan . Mendengar hal itu Rasulullah Saw tersenyum
mendengarnya, lalu berkata kamu telah mempersempit sesuatu yang luas. Artinya
kamu telah mempersempit rahmat Allah yang begitu luas meliputi semua orang
mukmin. Kemudian Arab Badui tadi berkata; ayah dan ibuku jadi tebusannya aku tidak
pernah melihat orang yang penuh dengan kasih sayang selain daripanya. Demi Allah
dia (Rasulullah Saw) tidak pernah memukul dan mencaci aku, tidak pula memaksaku.
Dia hanya mengatakan kepadaku bahwa salat itu tidak layak dicampuri dengan
perkataan manusia sedikitpun.
b. Aspek Akhlaq
Rasulullah Saw selama periode Makkiyah selain membina umat dengan Aqidah
Islam juga membina aspek akhlak atau moral. Bahkan dalam hadis yang cukup populer
diriwayatkan oleh Imam Baihaqiy Rasulullah Saw mengatakan yang artinya
sesungguhnya saya diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak mulia.
Pada waktu Aisyah Ra ditanayakan oleh para sahabat tentang bagaimana akhlak
Rasulullah, dia menjawab akhlaknya adalah Alquran. Dengan demikian, akhlak dalam
Islam tetap bersumber kepada Alquran dan as-Sunnah. Akhlak menurut Islam tidak
saja mengatur bagaimana prilaku yang humanis kepada sesama umat manusia, akan
tetapi juga mengatur prilaku yang humanis kepada alam sekitar dan bahkan kepada
Allah sendiri.
Di era globalisasi dewasa ini akhlak umat Islam sudah banyak yang
terkontaminasi dengan budaya barat skular. Memakai pakaian yang menutup aurat
seperti memakai jilbab bagi wanita muslim sudah dianggap tidak relevan dengan era
globalisasi. Menghindari minuman keras dan sejenisnya dipandang kolot dan tidak
sesuai dengan tuntutan kondisi saat ini. Para artis yang memamerkan auratnya dan
gaya ngebor tidak lagi dipandang sebagai suatu hal yang tahu, tetapi justeru dipandang
sebagai kreatifitas seni budaya. Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan sudah
dipandang sebagai tren baru bagi masyarakat yang berbudaya. Jika terjadi kehamilan
sebelum nikah dianggap sebagai hal yang wajar. Terlebih-lebih lagi pada saat ini sudah
ada selaput dara buatan buatan Cina yang harganya terjangkau karena sekitar Rp
700.000. Dapat dipasang sendiri oleh perempuan yang sudah hilang virginitasnya, baik
dengan sebab hubungan kelamin di luar nikah maupun dengan sebab lainnya. Menurut
hasil survey yang dilakukan sebuah lembaga pada tahun 2008 yang lalu, diperoleh data
sekitar 63% remaja Indonesia mengaku sudah melakukan hubungan seks bebas
(berzina) sebelum nikah. Ini berarti bila ada 10 orang gadis maka 6 orang di antaranya
sudah tidak perawan lagi. Data-data tersebut merupakan bukti nyata bahwa masyarakat
kita sudah terpengaruh dengan kehidupan gaya barat yang bebas, sebab bagi mereka
prilaku atau moral yang perlu dipertahankan adalah moral yang rasional berkembang
sesuai dengan tuntutan zamannya. Hubungan seksual secara bebas adalah prilaku
yang dapat diterima di era globalisasi, sebab hal itu sudah diterima oleh masyarakat
modern menurut barat skular.
c. Ibadah
Menurut Islam, umat manusia harus senantiasa melakukan hubungan vertikal
dengan Allah sebagai Prima Causa (hablum minallah) , dan juga harus menjalin
hubungan sesamanya dengan baik (hablum minannas). Kedua-duanya merupakan
sesuatu yang penting dan strategis dalam mewujudkan harmonisasi kehidupan di dunia
dan akhirat. Ibadah menurut Islam dibagi dua yaitu ibadah mahdah (ibadah yang ada
tuntunannya secara rinci dijelakan oleh as-sunnah seperti salat, puasa, zakat, dan haji)
dan ghairu mahdah (ibadah yang tuntunannya tidak dijelaskan secara detail oleh as-
sunnah atau segala aktivitas dengan disertai dengan niat karena Allah). Tampaknya,
pelaksaan ibadah mahdah di kalangan umat Islam masih banyak perlu pembenahan
yang sesuai dengan sunnah Rasul, akan tetapi suatu hal yang tidak kalah pentingnya
adalah bagaimana umat Islam secara keseluruhan dapat melaksanakan ibadah
mahdah tersebut. Diyakini pelaksanaan ibadah puasa ramadan dalam setiap tahunnya
mayoritas umat Islam mengerjakannya. Faktor pendorongnya paling tidak ada dua
yaitu; ibadah tahunan dan penghapusan dosa-dosa yang telah lalu. Dalam pelaksanaan
ibadah salat, tampaknya masih banyak umat Islam tidak melaksanakannya. Hal ini
dapat diamati sewaktu dalam musafir dengan bus jarak jauh yang pada waktu salat
subuh di antara 40 penompang yang melaksanakan salat subuh hanya sekitar sepuluh
orang. Pelaksanaan zakat, tampaknya juga masih banyak umat Islam yang sudah
mampu tetapi tidak mengeluarkan zakatnya dengan sempurna kalaupun saat ini sudah
ada undang-undang tentang zakat dan sudah cukup banyak lembaga pengumpul zakat.
d. Muamalah dunyawiyah
Muamalah dunyawiyah mempunyai cakupan yang begitu luas, karena meliputi
hubungan antar sesama manusia dan lainnya. Dalam aspek pengelolaan ekonomi yang
merupakan salah satu aspek muamalah dunyawiyah tampaknya umat Islam Indonesia
masih terkontaminasi dengan paradigma ekonomi sekular. Mereka masih berpegang
teguh pada prinsip ekonomi Adham Smitt yang menyatakan dengan modal sekecil-
kecilnya harus mendapat untung yang sebesar-besarnya. Transaksi barang yang jelas-
jelas diharamkan oleh Islam tetap dilakukan oleh umat Islam sendiri. Kasus narkoba,
miras, perjudian dengan segala bentuknya, ekstasi,trafiking ,dan lainnya masih banyak
melibatkan umat Islam. Terlepas dari persoalan pengangguran dan kemiskinan umat
Islam, tampaknya prilaku muamalah dunyawiyah umat Islam masih tetap menjadi
agenda besar khususnya bagi Muhammadiyah sesuai dengan tujuan untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Perkawinan yang juga merupakan salah satu aspek muamalah dunyawiyah perlu
dilakukan pembenahan sedemikian rupa, sehingga diharapkan kelak dapat
mewujudkan tatanan rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Salah satu
yang harus dicegah dalam kaitan ini adalah kawin beda agama atau yang populer
dengan istilah kawin cacatan sipil. Dalam Kompilasi Hukum Islam sudah dutegaskan
dalam pasal 40 dan 44 bahwa laki-laki dan perempuan muslim tidak boleh kawin
dengan non muslim. Persoalan kualitas pendidikan yang juga merupakan salah satu
faktor penting dalam mewujudkan tatanan kehidupan islami masih menjadi kerja besar
terutama di kalangan umat Islam. Pendidikan seharusnya dapat menghasilkan lulusan
yang berkualitas baik terkait dengan kecerdasan intelektual maupun kecerdasan
emosional. Dari hasil penelitian para pakar psikologi sesungguhnya kecerdasan
emosional menempati 80 % dari keberhasil hidup dibanding dengan kecerdasan
intelektual.Orang yang inteletualnya cerdas tetapi emosionalnya tidak cerdas hanya
akan membuat malapetaka dalam segala aspek kehidupan. Dalam rangka tercapainya
kecerdasan emosional ajaran Islam jelas memiliki andil yang sangat besar. Dengan
demikian, pendidikan agama mutlak diberikan dan tentunya harus dengan metode yang
aktual sehingga dapat difahami dan diaplikasikan oleh semua peserta didik dalam
semua tingkatan pendidikan.
Sebagaimana ditegaskan dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah (MKCH), Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar
maruf nahi munkar. Sebagai gerakan dakwah, maka yang utama bagi Muhammadiyah
adalah bagaimana pesan-pesan dakwah dapat sampai dan diterima oleh masyarakat.
Cerita mengenai almarhum Pak AR menemui Mendagri Amir Mahmud di awal Orde
Baru, menunjukkan bahwa bagi Muhammadiyah, menyampaikan pesan dakwah adalah
hal utama.
Di awal Order Baru dulu ada kebijakan dari Mendagri Amir Mahmud yang
melarang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Muhammadiyah menjadi pengurus
Muhammadiyah. Pak AR melakukan silaturrahim ke Mendagri Amir Mahmud untuk
menegoisasikan kemungkinan pemberian kelonggaran. Paling tidak, dalam wilayah
tertentu yang kehadiran PNS untuk mengurus Muhammadiyah, amat diperlukan.
Mendagri ternyata tetap pada pendiriannya; melarang PNS menjadi pimpinan
Muhammadiyah. Pak AR kemudian meminta Mendagri untuk mengijinkan PNS dari
warga Muhammadiyah membuat pengajian di kantor. Mendagri mengijinkan permintaan
Pak AR tersebut. Sejak itu, tumbuh subur pengajian di kantor-kantor hingga sekarang.
Sepenggal kisah tersebut menunjukkan bahwa komitmen Muhammadiyah
terhadap aktitivitas dakwah cukup tinggi. Bagi Muhammadiyah, yang penting adalah
bagaimana pesan dakwah itu bisa sampai kepada ummat Islam. Betapapun ada
kesulitan dan kekurangan di sana sini.
BAB III
PENUTUP
Dalam menjalankan gerakan dakwah Muhammadiyah masih mempunyai tugas
yang cukup berat terutama dalam melakukan purifikasi dalam masalah aqidah dan
ibadah. Namun demikian, mujahid dakwah Muhammadiyah diharapkan tetap
mempunyai optimisme dan harus senantiasa melakukan revitalisasi gerakan dengan
maksimal. Moralitas profetik atau kenabian merupakan sesuatu yang wajib
dipertahankan dengan segala upaya ang ada, agar dapat mewujudkan tatanan
kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Aktualisasi ritual religius (ibadah
mahdah) dan sosial religius (ghairu mahdah) harus dilakukan dengan pendekatan
dakwah yang penuh dengan kasih sayang tidak dengan cara mendikriditkan dan
bersikap kasar seperti yang telah dicontohkan oleh K.H Ahmad Dahlan sebagai sosok
Muhammadiyah yang utuh dan komprehensif. Dinamisasi dalam aspek sosial religius
harus senantiasa dilakukan dengan tetap berorientasi kepada nilai-nilai religius yang
ada dalam Alquran dan as-Sunnah. Metode dakwah yang harus dilakukan di tengah-
tengah masyarakat saat ini, harus tetap mengacu kepada ketentuan Allah salam surat
an-Nahal ayat 125 dan mempergunakan sain dan teknologi komunikasi demi
tercapainya keberhasilan dakwah Muhammadiyah.
DAFTAR PUSTAKA
http://tarjihbms.wordpress.com/2007/08/23/strategi-dakwah-muhammadiyah/
http://nbasis.wordpress.com/2010/12/22/strategi-dakwah-muhammadiyah-masa-lalu-kini-
dan-masa-depan-dalam-prespektif-kebudayaan/