Safety Leadership is "The process of defining the desired state, setting up the team to
succeed, and engaging inthe discretionary efforts that drive the safety value," which
broadly boils down to "engaging in and maintaining behaviorsthat help others achieve our
safety goals"
Telah diketahui bahwa kepemimpinan sangatlah penting dalam menciptakan suatu budaya
yang mendukung dan memajukan kinerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang kuat di
dalam suatu organisasi. Tidak mudah untuk membangun sebuah budaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja sehingga diperlukan usaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang
bebas dari insiden dengan pelaksanaan keselamatan yang terstruktur, sistematis dan secara
terus menerus melakukan peninjauan kembali terhadap apa yang telah dilakukan untuk
pengendalian operasi yang lebih baik. Komitmen terhadap Kesehatan dan Keselamatan
Kerjaakan berkontribusi terhadap peningkatan operasi, penurunan biaya dan peningkatan
produktifitas. Komitmen dari Top Level Management merupakan katalisator utama dalam
keterlibatan manajemen dan pertisipasi pekerja untuk mendukung pencapaian target
objektif dari pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di suatu organisasi.
Seorang pemimpin dapat mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan atau
target objektif yang diinginkan, transformational leader dapat membuat dampak positif
pada sikap, perilaku dan kinerja organisasi. Perubahan suatu budaya perilaku yang aman
dalam sebuah organisasi tidak akan dapat dilakukan secara efektif tanpa adanya perubahan
terhadap kepemimpinan yang orientasinya berpihak pada penerapan kegiatan kesehatan
dan keselamatan kerja. Banyak sekali konsep-konsep serta metode mengenai
Kepemimpinan yang telah dikembangkan berdasarkan pendekatan keilmuan yang
berkembang dan digunakan sebagai pedoman dan acuan didalam menyusun sebuah
program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang terukur untuk memperkecil angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Namun tidak semua dari program yang diaplikasikan
mencapai target objektif yang telah ditentukan dikarenakan kesalahan didalam mengadopsi
sebuah konsep dan metode mengenai kepemimpinan dalam kesehatan dan keselamatan
kerja.
Kompleksitas aplikasi konsep prilaku sehat dan selamat seharusnya bukan merupakan
hambatan didalam mengembangkan sebuah program budaya kesehatan dan keselamatan
kerja sehingga melalui komitmen terhadap implementasi budaya kepemimpinan akan
memiliki dampak yang signifikan terhadap pandangan pekerja tentang komitmen
manajemen terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.