Anda di halaman 1dari 8

Analisis dan Pembahasan :

Praktikum konstanta kesetimbangan bertujuan untuk mengetahui konstanta


kesetimbangan suatu reaksi dan memperhatikan bahwa konstanta kesetimbangan tidak
bergantung pada konsentrasi awal reaksi. Teknik penentuan konstanta kesetimbangan
dalam percobaan ini adalah dengan titrasi. Teknik tersebut digunakan untuk melihat apakah
larutan yang disimpan selama seminggu dalam suhu kamar telah mencapai kesetimbangan
yang benar-benar sempurna ataukah hanya sempurna. Pada praktikum ini ada empat
macam percobaan. Sebelum dilakukan empat percobaan tersebut, dilakukan pembuatan
larutan blanko.
Percobaan pembuatan larutan blanko yaitu disiapkan 1 buah erlenmeyer yang diisi
dengan 5 mL larutan HCl 2 N tidak berwarna. Lalu ditambah dengan 2 tetes indikator
phenolphtalein tak berwarna. Fungsi penambahan indikator PP ini adalah untuk memberi
indikator warna ketika usai dititrasi, selain itu indikator PP ini berfungsi sebagai indikator
asam basa. Indikator PP yang bersifat basa akan mempermudah menentukan titik ekivalen
dan titik akhir akhir titrasi. Titik ekivalen titrasi telah tercapai jika mol ekivalen H+= mol
ekivalen OH- dan titik akhir yang ditandai dengan adanya perubahan warna larutan yang
semula tidak berwarna menjadi merah muda.
Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 2N, setelah mencapai titik
ekivalen larutan akan berubah warna menjadi merah muda. Titrasi dilakukan sebanyak 3
kali dengan volume NaOH sebanyak 3,9 mL pada Erlenmeyer yang pertama, 3,3 mL pada
Erlenmeyer yang kedua dan 3,3 mL pada Erlenmeyer yang ketiga. Warna dari larutan
blanko ini yang digunakan sebagai pembanding percobaan berikutnya.
Dari data diatas yang telah dilakukan perhitungan, pertama adalah menghitung
Molaritas NaOH dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
+ = +
Dari data diatas dapat langsung mencari mol dari larutan blanko menggunakan persamaan
sebagai berikut :
=
Untuk membuktikan bahwa konstanta kesetimbangan tidak bergantung pada
konsentrasi awal reaksi, maka dibuat empat macam larutan yang sama dengan
perbandingan konsentrasi awal reaktan yang berbeda. Reaktan terdiri atas asam asetat
(CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) yang akan bereaksi membentuk etil asetat
(CH3COOC2H5) dengan reaksi esterifikasi.
Berikut adalah reaksi yang terjadi:
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) CH3COOCH2CH3(aq) + H2O(l)
Percobaan selanjutnya dalam 4 erlenmeyer dilakukan penambahan dengan data
sebagai berikut :
Erlenmeyer V HCl 2N C2H5OH CH3COOH
ke. (mL) (mL) (mL)
1 5 1 4
2 5 2 3
3 5 3 2
4 5 4 1

Pada erlenmeyer 1 dimasukkan 5 mL HCl 2N larutan tidak berwarna. Pemberian


HCl ini berfungsi sebagai katalis karena HCl akan terion dalam air menghasilkan ion H +
yang dapat mempercepat laju reaksi esterifikasi. Kemudian ditambah dengan 1 mL etanol
larutan tak berwarna dan ditambah 4 mL CH3COOH larutan tidak berwarna maka warna
larutan tidak berubah atau tetap tidak berwarna. Seletah itu Erlenmeyer tersebut ditutup
dengan aluminium foil dengan rapat agar campuran larutan didalam erlenmeyer tidak
menguap dan disimpan pada suhu kamar selama 1 minggu atau minimal 3 hari.
Penyimpanan pada suhu kamar bertujuan untuk mempertahankan suhu dalam tabung agar
tidak berubah secara drastis karena dapat menyebabkan reaksi kesetimbangan akan
terganggu karena reaksi reversible dapat berjalan sempurna jika suhunya konstan. Setelah
disimpan selama seminggu maka ester akan terbentuk, larutan tersebut kemudian dititrasi
dengan NaOH 2N. Sebelum dititrasi larutan tersebut ditetesi 2 tetes indikator
phenolpthalein larutan tetap tidak berwarna.
Penambahan indikator PP karena semua indikator memberi indikator warna
masing-masing ketika usai dititrasi, Indikator PP memberikan indikator warna merah
muda. Selain itu indikator PP ini berfungsi sebagai indikator asam basa yang memiliki
trayek pH antara 8,0 9,6 yang bersifat basa akan mempermudah menentukan titik
ekivalen dan titik akhir akhir titrasi. Titik ekivalen tercapai ketika mol ekivalen H+ = mol
ekivalen OH- dan titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna larutan yang
semula tidak berwarna menjadi merah muda. Rentang trayek indicator PP sesuai dengan
titrasi etanol dan asam asetat yang memiliki titik ekivalen pada rentang trayek tersebut.
Kemudian larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N hingga mencapai titik ekivalen yaitu
tepat pada penambahan NaOH sebanyak 33 mL (V1). Titik ekivalen tercapai saat larutan
tidak berwarna akan berubah warna menjadi berwarna merah muda (soft pink).
Reaksi ester saat dititrasi dengan NaOH sebagai berikut :
CH3COOC2H5 (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + CH3CH2OH (aq)
Dengan perlakuan yang sama, dimasukkan 5 mL HCl 2N larutan tidak berwarna ke
dalam erlenmeyer 2. Pemberian HCl ini berfungsi sebagai katalis karena HCl akan terion
dalam air menghasilkan ion H+ yang dapat mempercepat laju reaksi esterifikasi. Kemudian
ditambah dengan 2 mL etanol larutan tidak berwarna dan ditambah 3 mL CH3COOH
larutan tidak berwarna maka warna larutan tidak berubah atau tetap tidak berwarna. Seletah
itu Erlenmeyer tersebut ditutup dengan aluminium foil dengan rapat agar campuran larutan
didalam erlenmeyer tidak menguap dan disimpan pada suhu kamar selama 1 minggu
atau minimal 3 hari. Penyimpanan pada suhu kamar bertujuan untuk mempertahankan suhu
dalam tabung agar tidak berubah secara drastis karena dapat menyebabkan reaksi
kesetimbangan akan terganggu karena reaksi reversible dapat berjalan sempurna jika
suhunya konstan. Setelah disimpan selama seminggu maka ester akan terbentuk, larutan
tersebut kemudian dititrasi dengan NaOH 2N. Sebelum dititrasi larutan tersebut ditetesi 2
tetes indikator phenolpthalein larutan tetap tidak berwarna.
Penambahan indikator PP karena semua indikator memberi indikator warna
masing-masing ketika usai dititrasi, Indikator PP memberikan indikator warna merah
muda. Selain itu indikator PP ini berfungsi sebagai indikator asam basa yang memiliki
trayek pH antara 8,0 9,6 yang bersifat basa akan mempermudah menentukan titik
ekivalen dan titik akhir akhir titrasi. Titik ekivalen tercapai ketika mol ekivalen H+ = mol
ekivalen OH- dan titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna larutan yang
semula tidak berwarna menjadi merah muda. Rentang trayek indikator PP sesuai dengan
titrasi etanol dan asam asetat yang memiliki titik ekivalen pada rentang trayek tersebut.
Kemudian larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N hingga mencapai titik ekivalen yaitu
tepat pada penambahan NaOH sebanyak 19 mL (V2). Titik ekivalen tercapai saat larutan
tidak berwarna akan berubah warna menjadi berwarna merah muda (soft pink)
Kemudian dengan perlakuan yang masih sama dengan langkah sebelumnya, yaitu
dimasukkan 5 mL HCl 2N larutan tidak berwarna ke dalam erlenmeyer 3. Pemberian HCl
ini berfungsi sebagai katalis karena HCl akan terion dalam air menghasilkan ion H+ yang
dapat mempercepat laju reaksi esterifikasi. Kemudian ditambah dengan 3 mL etanol larutan
tidak berwarna dan ditambah 2 mL CH3COOH larutan tidak berwarna maka warna larutan
tidak berubah atau tetap tidak berwarna. Seletah itu Erlenmeyer tersebut ditutup dengan
aluminium foil dengan rapat agar campuran larutan didalam erlenmeyer tidak menguap dan
disimpan pada suhu kamar selama 1 minggu atau minimal 3 hari. Penyimpanan pada
suhu kamar bertujuan untuk mempertahankan suhu dalam tabung agar tidak berubah secara
drastis karena dapat menyebabkan reaksi kesetimbangan akan terganggu karena reaksi
reversible dapat berjalan sempurna jika suhunya konstan. Setelah disimpan selama 3 hari
maka ester akan terbentuk, larutan tersebut kemudian dititrasi dengan NaOH 2N. Sebelum
dititrasi larutan tersebut ditetesi 2 tetes indikator phenolpthalein larutan tetap tidak
berwarna.
Penambahan indikator PP karena semua indikator memberi indikator warna
masing-masing ketika usai dititrasi, Indikator PP memberikan indikator warna merah
muda. Selain itu indikator PP ini berfungsi sebagai indikator asam basa yang memiliki
trayek pH antara 8,0 9,6 yang bersifat basa akan mempermudah menentukan titik
ekivalen dan titik akhir akhir titrasi. Titik ekivalen tercapai ketika mol ekivalen H+ = mol
ekivalen OH- dan titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna larutan yang
semula tidak berwarna menjadi merah muda. Rentang trayek indikator PP sesuai dengan
titrasi etanol dan asam asetat yang memiliki titik ekivalen pada rentang trayek tersebut.
Kemudian larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N hingga mencapai titik ekivalen yaitu
tepat pada penambahan NaOH sebanyak 12 mL (V3). Titik ekivalen tercapai saat larutan
tidak berwarna akan berubah warna menjadi berwarna merah muda (soft pink).
Perlakuan yang terakhir yaitu pada erlenmeyer 4 dimasukkan 5 mL HCl 2N larutan
tak berwarna. Pemberian HCl ini berfungsi sebagai katalis karena HCl akan terion dalam
air menghasilkan ion H+ yang dapat mempercepat laju reaksi esterifikasi. Ion H+ akan bebas
dan mempercepat reaksi pembentukan etil asetat dan mempercepat mencapai keadaan
setimbang dengan cara menurunkan energi aktivasi. Kemudian ditambah dengan 4 mL
etanol larutan tak berwarna dan ditambah 1 mL CH3COOH larutan tak berwarna maka
warna larutan tidak berubah atau tetap tidak berwarna. Seletah itu Erlenmeyer tersebut
ditutup dengan plastik roll dengan rapat agar campuran larutan didalam erlenmeyer tidak
menguap dan disimpan pada suhu kamar selama 1 minggu atau minimal 3 hari.
Penyimpanan pada suhu kamar bertujuan untuk mempertahankan suhu dalam tabung agar
tidak berubah secara drastis karena dapat menyebabkan reaksi kesetimbangan akan
terganggu karena reaksi reversible dapat berjalan sempurna jika suhunya konstan. Setelah
disimpan selama 3 hari maka ester akan terbentuk, larutan tersebut kemudian dititrasi
dengan NaOH 2N. Sebelum dititrasi larutan tersebut ditetesi 2 tetes indikator
phenolpthalein larutan tetap tidak berwarna.
Penambahan indikator PP karena semua indikator memberi indikator warna
masing-masing ketika usai dititrasi, Indikator PP memberikan indikator warna merah
muda. Selain itu indikator PP ini berfungsi sebagai indikator asam basa yang memiliki
trayek pH antara 8,0 9,6 yang bersifat basa akan mempermudah menentukan titik
ekivalen dan titik akhir akhir titrasi. Titik ekivalen tercapai ketika mol ekivalen H+ = mol
ekivalen OH- dan titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna larutan yang
semula tidak berwarna menjadi merah muda. Rentang trayek indikator PP sesuai dengan
titrasi etanol dan asam asetat yang memiliki titik ekivalen pada rentang trayek tersebut.
Kemudian larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N hingga mencapai titik ekivalen yaitu
tepat pada penambahan NaOH sebanyak 10,2 mL (V4). Titik ekivalen tercapai saat larutan
tidak berwarna akan berubah warna menjadi berwarna merah muda (soft pink).
Persamaan reaksi yang terjadi pada saat titrasi dilakukan pada keempat Erlenmeyer
tersebut adalah sebagai berikut:

CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + CH3CH2OH(aq)

Harga Kc dilakukan dengan menggunakan data volume NaOH yang digunakan


dalam titrasi dan data pendukung lainnya.
Langkah penghitungan Kc sebagai berikut:
1. Mencatat data masa jenis asam asetat dan etanol yang digunakan, volume HCl, asam
asetat, dan etanol yang digunakan dalam reaksi, normalitas NaOH yang digunakan
dalam titrasi, dan massa molar asam asetat dan etanol.
2. Menentukan H+ blanko yang berdasarkan hasil titrasi blanko.
3. Menentukan mol etanol dan asam asetat dengan menggunakan data masa jenis, volume
dan massa molarnya.
4. Menentukan mol H+ keseluruhan dikeadaan setimbang berdasarkan volume titran dari
titrasi menggunakan NaOH.
5. Menentukan mol H+ dari CH3COOH sisa yang berasal dari reaksi dengan cara mmol
H+ keseluruhan dikurangi mmol H+ blanko.
6. Menuliskan reaksi dan menentukan jumlah masing-masing zat pada saat
kesetimbangan.
7. Menghitung Kc

Untuk lebih jelasnya Harga Kc dapat diperoleh dengan melakukan perhitungan sebagai
berikut :

=


=

Dimana massa jenis etanol 0,79 g/mL dan massa molarnya 46,0682 g/mol, sedangkan
untuk asam asetat massa jenisnya 1,042 g/mL dan massa molarnya 60,0518 g/mol.
Perhitungan dilanjutkan dengan menghitung mol titrasi dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
[ + ] = [ ]
Untuk menghitung mol CH3COOH sisa menggunakan persamaan sebagai berikut :
+ = +
Setelah diketahui molalitas sisa dari seluruh zat, maka dapat dihitung konstanta
kesetimbangannya dengan persamaan sebagai berikut :
[ ]
=
[ ][ ]
Setelah dilakukan langkah praktikum dan perhitungan sesuai dengan aturan
perhitungan diatas diperoleh nilai Kc untuk erlenmeyer 1, 2, 3, dan 4 berturut-turut adalah
KC1 = 0,7732 ; KC2 = 0,88179 ; KC3 = 0,4916861 ; KC4 = 0,1108851 dan didapatkan Kc
rata-rata sebesar 5,64 x 10-2 dengan aturan perhitungan dibawah ini :
+ + +
=

Diskusi :
Setelah dilakukan langkah praktikum dan perhitungan sesuai dengan yang diatas
didapat nilai Kc untuk erlenmeyer 1, 2, 3, dan 4 berturut-turut adalah KC1 = 0,7732 ; KC2 =
0,88179 ; KC3 = 0,4916861 ; KC4 = 0,1108851 dan didapatkan Kc rata-rata sebesar 5,64 x
10-2
Hasil dari perhitungan Kc tidak sesuai dengan nilai Kc secara teoritis yaitu 4,2 x 10-2
atau 0,042. Meskipun penyimpangannya tidak terlalu jauh namun ketidaksesuain nilai Kc
hasil praktikum dan secara teoritis dapat disebabkan oleh beberapa hal:
1. Pertama, karena pada saat titrasi, saat tetes terakhir warna berubah terlalu merah atau
terlalu jauh dari titik ekivalen. Hal ini dikarenakan titrasi yang dilakukan tidak sesuai
dengan standar titrasi. Titrasi pada percobaan ini dilakukan dengan konsentrasi 2N
dan volume yang terlalu kecil. Hal ini menyebabkan kesalahan yang terjadi pada
titrasi terlalu besar sehingga hasil perhitungan Kc yang diperoleh juga tidak terlalu
akurat. Titrasi yang baik seharusnya dilakukan dengan konsentrasi 0.1 M dan volume
50 mL.
2. Kedua, penyimpanan larutan yang kurang sempurna. Suhu tempat penyimpanan
dianggap sama seperti suhu kamar pada saat awal menyimpan. Akan tetapi pada saat
dikeluarkan setelah disimpan selama 1 minggu, suhu ruang penyimpanan dan
erlenmeyer jauh lebih dingin ataupun lebih panas daripada suhu ruang. Namun tidak
diketahui suhu ruangnya karena tidak dilakukan pengukuran suhu ruang akibat
keterbatasan termometer pengukur suhu ruang.
3. Ketiga, karena kurang rapatnya penutupan dengan aluminium foil yang hanya ditutup
seakan-akan rapat dalam menutup erlenmeyer.
Beberapa faktor tersebut dapat mempengaruhi ketidaksesuaian nilai Kc hasil percobaan
dengan nilai Kc secara teoritis.
Kesimpulan :
Dari praktikum konstanta kesetimbangan yang telah dilakukan diperoleh :
Kc untuk erlenmeyer 1, 2, 3, dan 4 berturut-turut adalah KC1 = 0,7732 ; KC2 = 0,88179
; KC3 = 0,4916861 ; KC4 = 0,1108851
Kc rata-rata yang didapatkan sebesar 5,64 x 10-2 artinya terjadi kesetimbangan pada titik
ini, meskipun Harga Kc rata-rata berbeda dengan Kc teoritis yaitu sebesar 0,42 x 10-2
atau 0,042 namun nilai Kc dari keempat erlenmeyer memiliki range yang tidak terlalu
jauh, maka terbukti jika nilai Kc tidak dipengaruhi oleh konsentrasi awal reaksi,
melainkan bergantung pada konsentrasi setelah reaksi.
Dari keempat Erlenmeyer dapat disimpulkan bahwa jika penambahan volume
CH3COOH lebih banyak maka titrasi berlangsung lebih lambat. Sedangkan jika
penambahan volume etanol lebih banyak maka titrasi lebih cepat.

Anda mungkin juga menyukai