Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) adalah kegiatan pendidikan, pelatihan


dan pembelajaran yang dilaksanakan di Dunia Usaha Atau Dunia Industri dalam
upaya pendekatan ataupun untuk meningkatkan mutu siswa siswi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dengan kompetensi (kemampuan) siswa sesuai
bidangnya dan juga menambah bekal untuk masa masa mendatang guna
memasuki dunia kerja yang semakin banyak serta ketat dalam persaingannya
seperti di masa sekarang ini.
Setiap Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) baik teknik maupun non teknik
diwajibkan untuk memberangkatkan siswa dan siswi mereka untuk melaksanakan
(PRAKERIN), kegiatan ini dilakukan perusahaan atau instansi perusahaan untuk
melatih keterampilan dan mental seseorang di dunia kerja.
Pendidikan kejuruan di Indonesia telah beberapa kali berganti nama yang
kemudian saat ini disebut Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK merupakan
salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan SDM yang
memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian.Lulusan SMK diharapkan dapat
mengembangkan diri apabila terjun dalam dunia kerja.
Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Praktek kerja industri (PRAKERIN) adalah suatu bentuk penyelenggaraan
dari sekolah yang memadukan serta mensinkronkan antara program pendidikan
disekolah dengan program perusahaan yang diperoleh dari kegiatan bekerja
langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu keahlian profesional dan juga
menambah bekal pengtahuan baru untuk masa masa mendatang guna memasuki
dunia kerja yang bergitu sulit dimasa sekarang ini.

1
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyanyang.
Puji syukur atas segala nikmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan tugas saya
semaksimal dan sebaik-baiknya dalam melaksanakan salah satu kriteria untuk
mengikuti syarat ujian nasional yaitu adalah praktek kerja industri ( PRAKERIN ).
Yang betempat di Instansi Pemerintah Kejaksaan Negeri Kota Tangerang pada
tanggal 1 Agustus sampai dengan 30 September telah terlaksana dengan baik dan
lancar. Ada banyak pengalaman yang saya dapatkan duka dan cita saya rasakan
dengan penuh syukur saya ucapkan terimakasih atas semua pihak yang membantu
dan mendukung saya selama praktek kerja industri (PRAERIN) yang saya jalani
selama 2 bulan berturut-turut.
Banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan di luar materi
sekolah. Saya mendapatkan bayak ilmu bisa mengitu dan melaksanakan praktek
kerja industri (PRAKERIN) di Kejaksaan Negeri Kota Tangerang dengan
semaksimal dan sebaik-baiknya, ternyata dunia pekerjaan jauh berbeda dengan
dunia sekolah. Di sana saya bertemu dengan pegawai yang berpendidikan tinggi
dan bermoral baik . Materi yang sudah di pelajari saya praktikan di tempat saya
melaksanakan prakerin.
Rasa syukur kehadirat Allah SWT,saya dapat mengikuti prakerin sesuai
dengan harapan yang saya inginkan. Dan tercapainya tujuan selama mengikuti
kegiatan (PRAKERIN) di Kejaksaan Negeri KotaTangerang banyak hal yang saya
dapatkan diantaranya saya belajar bagaimana pentingnya komunikasi antar sesama
pegawai, kerja sama yang harus di jalin sesama pegawai, belajar memahami
karakteristik sifat setiap orang, eksplorasi bentuk dan hal yang di lakukan saat
bekerja dan yang saya banggakan saya mendapat dua ruangan yang berbeda bulan
pertama di ruangan Khusus Pembayaran denda tilang dan bulan berikutnya bagian
di ruang jaksa fungsional yang menangani tugas mengenai eksekusi tahanan untuk
orang-orang yang melanggar aturan hukum indonesia. Dengan di adakannya suatu
bentuk penyelenggaraan dari sekolah yang memadukan serta mensinkronkan antara
program pendidikan disekolah dengan program perusahaan yang diperoleh dari
kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu keahlian
profesional. Setelah ini saya menjadi berpengalaman dan bisa mengetahui tentang
dunia kerja dan manfaat ilmu dan materi yang saya pelajari selama ini. Dan di
tempat prakerin saya di ajarkan materi baru yang belum di ajarkan di sekolah.

2
1.2 DASAR PENULISAN
Dengan di adakannya praktek kerja industri (PRAKERIN) maka sekolah
mewajibkan setiap siswa kelas XI dengan jurusan masing-masing yang sudah
melaksanakan prakerin untuk membuat laporan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Setiap siswa/siswi yang sudah melaksanakan prakerin di dunia usaha wajib
membuat laporan yang sudah di tentukan dari sekolah dengan sebaik-
baiknya.
2. Menggunakan bahasa indonesia yang sesuai dengan EYD.
3. Mengumpulkan laporan tepat waktu sesuai dengan yangdi tentukan.
Kepentingan yang dapat kita ambil dari membuat laporan untuk kegiatan
lain adalah sebagai guna dan bekal untuk memotivasi kedepannya dalam
berorganisasi di luar jam materi sekolah.

1.3 Maksud dan Tujuan


1.3.1. Maksud berisi tentang :
1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yaitu tenaga
kerja yang memiliki tingkat pengetahuan,keterampilan dan etos kerja yang
sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
2. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas.
3. Memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan antara sekolah dengan dunia
kerja.
4. Bisa mengenal lebih jauh tentang wawasan lingkungan usaha yang ada di
dunia usaha.
5. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.
6. Meningkatkan mutu dan pendidikan kejuruan melalui peran dunia kerja.
7. Meningkatkan pengetahuan siswa pada aspek-aspek usaha yang
professional dalam lapangan kerja antara lain jenjang karir dan teknik.
8. Untuk mencapai visi dan misi sekolah menengah kejuruan.
Penulisan laporan ini di buat sebagai tanda bukti telah selesai melaksanakan
prakerin,perincian suatu kegiatan di dunia usaha dan memperlancar pembelajaran
aplikasi komputer yang di gunakan saat membuat laporan.

3
Fungsi laporan
1. Sebagai bahan untuk mempertanggungjawaban.
2. Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.
3. Sebagai alat pengawasan.
4. Sebagai bahan penilaian.
5. Sebagai bahan pengambilan keputusan.
Manfaat laporan
1. Sebagai dasar penentuan kebijakan.
2. Sebagai bahan untuk penyusunan rencana kegiatan berikutnya.
3. Dapat mengetahui perkembangan proses dari peningkatan kegiatan.
4. Menjadi sumber informasi.
1.3.2. Tujuan berisi tentang :
Tujuan khusus dari penulisan laporan bagi saya adalah melaksanakan tugas
dan kewajiban sebagai seorang siswa yang mengikuti kegiatan prakerin dan untuk
mendapatkan nilai tambahan dari tugas yang di berikan. Manfaat dan fungsi khusus
dari penulisan laporan untuk saya adalah dapat mempraktekkan teori yang di
dapatkan di sekolah dalam dunia kerja,meningkatkan kedewasaan dan pola pikir
yang lebih baik dan betambahnya wawasan lmu pengetahuan serta saya bisa
mengetahui tentang hukum indonesia.

4
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTANSI
KEJAKSAAN NEGERI TANGERANG

2.1 SEJARAH INSTANSI

Sebelum Reformasi
Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia. Pada zaman
kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit, istilah dhyaksa,
adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan jabatan tertentu di kerajaan.
Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari kata-kata yang sama dalam Bahasa
Sansekerta.

Seorang peneliti Belanda, W.F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa adalah


pejabat negara di zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu Hayam Wuruk tengah
berkuasa (1350-1389 M). Dhyaksa adalah hakim yang diberi tugas untuk menangani
masalah peradilan dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini dipimpin oleh seorang
adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi.

Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll, yang mengatakan
bahwa adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau hakim tertinggi (oppenrrechter). Krom
dan Van Vollenhoven, juga seorang peneliti Belanda, bahkan menyebut bahwa patih
terkenal dari Majapahit yakni Gajah Mada, juga adalah seorang adhyaksa.

Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya dengan jaksa dan
Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie. Lembaga ini yang menitahkan pegawai-
pegawainya berperan sebagai Magistraat dan Officier van Justitie di dalam sidang
Landraad (Pengadilan Negeri), Jurisdictie Geschillen ( Pengadilan Justisi ) dan
Hooggerechtshof ( Mahkamah Agung ) dibawah perintah langsung dari Residen / Asisten
Residen.

5
Hanya saja, pada prakteknya, fungsi tersebut lebih cenderung sebagai perpanjangan
tangan Belanda belaka. Dengan kata lain, jaksa dan Kejaksaan pada masa penjajahan
belanda mengemban misi terselubung yakni antara lain:

a. Mempertahankan segala peraturan Negara


b. Melakukan penuntutan segala tindak pidana
c. Melaksanakan putusan pengadilan pidana yang berwenang

Fungsi sebagai alat penguasa itu akan sangat kentara, khususnya dalam menerapkan
delik-delik yang berkaitan dengan hatzaai artikelen yang terdapat dalam Wetboek van
Strafrecht (WvS). Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi
difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan tentara
Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942, No.2/1944 dan
No.49/1944. Eksistensi kejaksaan itu berada pada semua jenjang pengadilan, yakni sejak
Saikoo Hoooin (pengadilan agung), Koootooo Hooin (pengadilan tinggi) dan Tihooo
Hooin (pengadilan negeri). Pada masa itu, secara resmi digariskan bahwa Kejaksaan
memiliki kekuasaan untuk:

1. Mencari (menyidik) kejahatan dan pelanggaran


2. Menuntut Perkara
3. Menjalankan putusan pengadilan dalam perkara kriminal.
4. Mengurus pekerjaan lain yang wajib dilakukan menurut hukum.

Begitu Indonesia merdeka, fungsi seperti itu tetap dipertahankan dalam Negara
Republik Indonesia. Hal itu ditegaskan dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang
diperjelas oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 1945. Isinya mengamanatkan
bahwa sebelum Negara R.I. membentuk badan-badan dan peraturan negaranya sendiri
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar, maka segala badan dan peraturan yang
ada masih langsung berlaku.

Karena itulah, secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak kemerdekaan
Indonesia diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari setelahnya, yakni
tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam struktur Negara Republik Indonesia, yakni dalam
lingkungan Departemen Kehakiman.

6
Kejaksaan terus mengalami berbagai perkembangan dan dinamika secara terus
menerus sesuai dengan kurun waktu dan perubahan sistem pemerintahan. Sejak awal
eksistensinya, hingga kini Kejaksaan Republik Indonesia telah mengalami 22 periode
kepemimpinan Jaksa Agung. Seiring dengan perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia,
kedudukan pimpinan, organisasi, serta tata cara kerja Kejaksaan RI, juga juga mengalami
berbagai perubahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta bentuk
negara dan sistem pemerintahan.

Menyangkut Undang-Undang tentang Kejaksaan, perubahan mendasar pertama


berawal tanggal 30 Juni 1961, saat pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 15
tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan RI. Undang-Undang ini
menegaskan Kejaksaan sebagai alat negara penegak hukum yang bertugas sebagai
penuntut umum (pasal 1), penyelenggaraan tugas departemen Kejaksaan dilakukan Menteri
/ Jaksa Agung (Pasal 5) dan susunan organisasi yang diatur oleh Keputusan Presiden.
Terkait kedudukan, tugas dan wewenang Kejaksaan dalam rangka sebagai alat revolusi dan
penempatan kejaksaan dalam struktur organisasi departemen, disahkan Undang-Undang
Nomor 16 tahun 1961 tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi.

Pada masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut Kejaksaan RI sesuai
dengan perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 kepada Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1991, tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Perkembangan itu juga
mencakup perubahan mendasar pada susunan organisasi serta tata cara institusi Kejaksaan
yang didasarkan pada adanya Keputusan Presiden No. 55 tahun 1991 tertanggal 20
November 1991.

Masa Reformasi

Masa Reformasi hadir ditengah gencarnya berbagai sorotan terhadap pemerintah


Indonesia serta lembaga penegak hukum yang ada, khususnya dalam penanganan Tindak
Pidana Korupsi. Karena itulah, memasuki masa reformasi Undang-undang tentang
Kejaksaan juga mengalami perubahan, yakni dengan diundangkannya Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991.
Kehadiran undang-undang ini disambut gembira banyak pihak lantaran dianggap sebagai
peneguhan eksistensi Kejaksaan yang merdeka dan bebas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah, maupun pihak lainnya.

7
Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2 ayat (1)
ditegaskan bahwa Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-
undang. Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), mempunyai
kedudukan sentral dalam penegakan hukum, karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat
menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat
bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai penyandang Dominus
Litis, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive
ambtenaar). Karena itulah, Undang-Undang Kejaksaan yang baru ini dipandang lebih kuat
dalam menetapkan kedudukan dan peran Kejaksaan RI sebagai lembaga negara pemerintah
yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan.

Mengacu pada UU tersebut, maka pelaksanaan kekuasaan negara yang diemban oleh
Kejaksaan, harus dilaksanakan secara merdeka. Penegasan ini tertuang dalam Pasal 2 ayat
(2) UU No. 16 Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan secara merdeka. Artinya, bahwa
dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. Ketentuan ini bertujuan melindungi profesi
jaksa dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I. juga telah mengatur tugas dan
wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :

(1) Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

a. Melakukan penuntutan;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;
d. Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.

8
(2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah

(3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan
kegiatan:

a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;


b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c. Pengamanan peredaran barang cetakan;
d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
f. Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.

Selain itu, Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa Kejaksaan dapat
meminta kepada hakim untuk menetapkan seorang terdakwa di rumah sakit atau tempat
perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena bersangkutan tidak mampu berdiri
sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahyakan orang lain, lingkungan atau
dirinya sendiri. Pasal 32 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tersebut menetapkan bahwa
di samping tugas dan wewenang tersebut dalam undang-undang ini, Kejaksaan dapat
diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang. Selanjutnya Pasal 33
mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan membina
hubungan kerjasama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau
instansi lainnya. Kemudian Pasal 34 menetapkan bahwa Kejaksaan dapat memberikan
pertimbangan dalam bidang hukum kepada instalasi pemerintah lainnya.

Pada masa reformasi pula Kejaksaan mendapat bantuan dengan hadirnya berbagai
lembaga baru untuk berbagi peran dan tanggungjawab. Kehadiran lembaga-lembaga baru
dengan tanggungjawab yang spesifik ini mestinya dipandang positif sebagai mitra
Kejaksaan dalam memerangi korupsi. Sebelumnya, upaya penegakan hukum yang
dilakukan terhadap tindak pidana korupsi, sering mengalami kendala. Hal itu tidak saja
dialami oleh Kejaksaan, namun juga oleh Kepolisian RI serta badan-badan lainnya.
Kendala tersebut antara lain:

1. Modus operandi yang tergolong canggih


2. Pelaku mendapat perlindungan dari korps, atasan, atau teman-temannya

9
3. Objeknya rumit (compilicated), misalnya karena berkaitan dengan berbagai
peraturan
4. Sulitnya menghimpun berbagai bukti permulaan
5. Manajemen sumber daya manusia
6. Perbedaan persepsi dan interprestasi (di kalangan lembaga penegak hukum yang
ada)
7. Sarana dan prasarana yang belum memadai
8. Teror psikis dan fisik, ancaman, pemberitaan negatif, bahkan penculikan serta
pembakaran rumah penegak hukum

Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak dulu dengan pembentukan


berbagai lembaga. Kendati begitu, pemerintah tetap mendapat sorotan dari waktu ke waktu
sejak rezim Orde Lama. Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi yang lama yaitu UU No.
31 Tahun 1971, dianggap kurang bergigi sehingga diganti dengan UU No. 31 Tahun 1999.
Dalam UU ini diatur pembuktian terbalik bagi pelaku korupsi dan juga pemberlakuan
sanksi yang lebih berat, bahkan hukuman mati bagi koruptor. Belakangan UU ini juga
dipandang lemah dan menyebabkan lolosnya para koruptor karena tidak adanya Aturan
Peralihan dalam UU tersebut. Polemik tentang kewenangan jaksa dan polisi dalam
melakukan penyidikan kasus korupsi juga tidak bisa diselesaikan oleh UU ini.

Akhirnya, UU No. 30 Tahun 2002 dalam penjelasannya secara tegas menyatakan


bahwa penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang dilakukan secara konvensional
selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu, diperlukan metode
penegakan hukum luar biasa melalui pembentukan sebuah badan negara yang mempunyai
kewenangan luas, independen, serta bebas dari kekuasaan manapun dalam melakukan
pemberantasan korupsi, mengingat korupsi sudah dikategorikan sebagai extraordinary
crime.

Karena itu, UU No. 30 Tahun 2002 mengamanatkan pembentukan pengadilan Tindak


Pidana Korupsi yang bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus tindak pidana
korupsi. Sementara untuk penuntutannya, diajukan oleh Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (KPK) yang terdiri dari Ketua dan 4 Wakil Ketua yang masing-masing
membawahi empat bidang, yakni Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data,
Pengawasan internal dan Pengaduan masyarakat.

10
Dari ke empat bidang itu, bidang penindakan bertugas melakukan penyidikan dan
penuntutan. Tenaga penyidiknya diambil dari Kepolisian dan Kejaksaan RI. Sementara
khusus untuk penuntutan, tenaga yang diambil adalah pejabat fungsional Kejaksaan.
Hadirnya KPK menandai perubahan fundamental dalam hukum acara pidana, antara lain di
bidang penyidikan. Kejaksaan adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan
negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan yang berwenang dalam penegakan
hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang dipilih oleh dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan
Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya dibidang penuntutan, dimana semuanya
merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.

Mengacu pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 yang menggantikan UU No. 5


Tahun 1991 tentang Kejaksaan R.I., Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum
dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan
kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme (KKN). Di dalam UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI sebagai
lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus
melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya (Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004).

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung
yang membawahi enam Jaksa Agung Muda serta 31 Kepala Kejaksaan Tinggi pada tiap
provinsi. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia juga
mengisyaratkan bahwa lembaga Kejaksaan berada pada posisi sentral dengan peran
strategis dalam pemantapan ketahanan bangsa. Karena Kejaksaan berada di poros dan
menjadi filter antara proses penyidikan dan proses pemeriksaan di persidangan serta juga
sebagai pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan. Sehingga, Lembaga Kejaksaan
sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), karena hanya institusi Kejaksaan yang
dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan
alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana.

Perlu ditambahkan, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan


pidana (executive ambtenaar). Selain berperan dalam perkara pidana, Kejaksaan juga
memiliki peran lain dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara, yaitu dapat mewakili

11
Pemerintah dalam Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara sebagai Jaksa Pengacara
Negara. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut
Umum serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan Undang-
Undang.

2.2 Visi dan Misi perusahaan

Visi Kejaksaan Negeri Kota Tangerang

Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang bersih, efektif, efisien,


transparan, akuntabel, untuk dapat memberikan pelayanan prima dalam mewujudkan
supremasi hukum secara profesional, proporsional dan bermartabat yang berlandaskan
keadilan, kebenaran, serta nilai nilai kepautan.

Misi Kejaksaan Negeri Kota Tangerang

1. Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi Kejaksaan dalam pelaksanaa tugas dan wewenang,


baik dalam segi kualitas maupun kuantitas penanganan perkara seluruh tindak pidana,
penanganan perkara Perdata dan Tata Usaha Negara, serta pengoptimalan kegiatan
Intelijen Kejaksaan, secara profesional, proposional dan bermartabat melalui penerapan
Standard Operating Procedure (SOP) yang tepat, cermat, terarah, efektif, dan efisien.

2. Mengoptimalkan peranan bidang Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka mendukung


pelaksanaan tugas bidang-bidang lainnya, terutama terkait dengan upaya penegakan
hukum.

3. Mengoptimalkan tugas pelayanan publik di bidang hukum dengan penuh tanggung


jawab, taat azas, efektif dan efisien, serta penghargaan terhadap hak-hak publik;

4. Melaksanakan pembenahan dan penataan kembali struktur organisasi Kejaksaan,


pembenahan sistem informasi manajemen terutama pengimplementasian program
quickwins agar dapat segera diakses oleh masyarakat, penyusunan cetak biru (blue print)
pembangunan sumber daya manusia Kejaksaan jangka menengah dan jangka panjangtahun
2025, menerbitkan dan menata kembali manajemen administrasi keuangan, peningkatan
sarana dan prasarana, serta peningkatan kesejahteraan pegawai melalui tunjangan kinerja

12
atau remunerasi, agar kinerja Kejaksaan dapat berjalan lebih efektif, efisien, transparan,
akuntabel dan optimal.

5. Membentuk aparat Kejaksaan yang handal, tangguh, profesional, bermoral dan beretika
guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan wewenang, terutama
dalam upaya penegakan hukum yang berkeadilan serta tugas-tugas lainnya yang terkait.

2.3 Stuktur organisasi Kejaksaan Negeri Kota Tangerang

Struktur organisasi Instansi Pemerintahan Kejaksaan Negeri Kota Tangerang adalah


pimpinan tertinggi dipegang oleh Kepala Kejaksaan Negeri Kota Tangerang membawahi
lima bidang yang terdiri dari Kasubagbin Pembinaan, Kasi Intelijen, Kasi Pidum, Kasi
Pidsus dan Kasi Datun. Dari bidang Kasubagbin Pembinaan membawahi lima bidang
tersendiri yaitu Kaur tata usaha, Kaur keuangan, Kaur perlengkapan, Kaur kepegawaian,
Kaur perpustakaan. Struktur organisasi Instansi Pemerintahan Kejaksaan Negeri Kota
Tangerang. Tanggungjawab dan Wewenang masing-masing bagian bagian dalam struktur
organisasi Instansi Pemerintahan Kejaksaan Negeri Kota Tangerang adalah sebagai
berikut:

1) Kejaksaan Negeri Agung (KEJAGUNG)


Kejaksaan Agung ini berkedudukan di ibukota negara indonesia dan
daerah hukumnya meliputi seluruh kekuasaan negara indonesia. Kejaksaan
Agung ini di Pimpin langsung oleh Jaksa gung yang merupakan pejabat
negara, pimpinan dan penanggung jawab tertinggi kejaksaan,
mengendalikan tugas dan wewenang kejaksaan. Jaksa Agung di agkat dan
di berhentikan oleh presiden.
2) Kejaksaan Tinggi (KEJATI)
Kejaksaan Tinggi berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah
hukumnya meliputi seluru wilayah provinsi kejaksaan tinggi di pimpin oleh
Kepala Kejaksaan Tinggi yang merupakan pimpinan dan penanggung jawab
kejaksaan yang di pimpin, mengendalikan pelaksaan tugas dan wewenang
kejaksaan daerah hukumnya.
3) Kejaksaan Negeri (KEJARI)
Kejaksaan Negeri berkedudukan di kabupaten atau kota dengan
daerah hukum seluruh wilayah kabupaten atau kota. Kejaksaan negeri di

13
pimpin oleh Kepala Kejaksaan Negeri (KEJARI) yang merupakan pimpinan
dan penanggung jawab kejaksaan yang di pimpin, mengendalikan tugas dan
wewenang kejaksaan di daerah hukumnya. Kejaksaan negeri tertentu
memiliki cabang kejaksaan negeri yang di pimpin oleh kepala kejaksaan
negeri.

4) Kaur Sub Bagian Pembinaan (KASUBAGBIN)


Bagian ini dipimpin oleh Jaksa Madya yang mempunyai tugas
melakukan pembinaan atas manajemen dan pembangunan prasaranadan
sarana,pengelolaan ketausahaan, kepegawaian,kesejahteraan pegawai,
keuangan, perlengkapan organisasi dan tata laksana pengelolaan teknis atas
milik negara yag mejadi tanggung jawabnya serta pemberian dukungan
pelayanan teknis dan administrasi bagi seluruh satuan kerja di lingkungan
Kejaksaan Negeri Kota Tangerang dalam rangga memeprlancar pelaksaan
tugas. Dalam melaksanakan tugas, sub bagian pembinaan melaksanakan
fungsi :
1. Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta membina
kerjasama seluruh satuan kerja di lingkungan Kejaksaan Negeri di
bidang Administrasi.
2. Melakukan pembinaan organisasidan tata laksana urusan
ketatausahaan dan mengelola keuangan, kepegawaian, perlengkapan
dan milik negara yag menjadi tanggung jawabnya.
3. Melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan, keterampilan
dan integritas dan kepribadian aparat kejaksaan di daerah hukumnya.

Sub bagian Pembinaan terdiri atas :

a. Urusan kepegawaian yang mempunyai tugas melakukanurusan


kepegawaian, peningkatan intgritas dan kepribadian dan
kesejahteraan pegwai.
b. Urusan keuangan yang mepunyai tugas melakukan urusan keuangan.
c. Urusan prengkapan yang mempunyai tugas melakukan urusan
perlengkapan dan kerumahtanggaan.
d. Urusan taa usaha dan perpustakaan yang memepunyai tugas
melakukan urusan ketatausahaan dan perpustakaan.

14
5) Kaur Seksi Intelijen (KASI INTELIJEN)
Bagian ini dipimpin oleh Jaksa Muda yang mempunyai tugas
melakukan Seksi Intelijen mempunyai tugas melakukan kegiatan intelijen
yustisial di bidang ideologi, politik, ekonomi, keuangan, sosial budaya dan
pertahanan keamanan untuk mendukung kebijaksanaan penegakan hkum
dan keadilan baik preventif maupun represif melaksanakan dan atau turut
serta menyelenggarakan ketertiban dan ketenteraman umum serta
pengamanan pembangunan nasional dan hasilnya di daerah hukum
Kejaksaan Negeri yang bersangkutan

Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Intelijen menyelenggarakan fungsi :

1. penyipan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang intelijen berupa


bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis.
2. Penyiapan rencana, pelaksanaan dan penyiapan bahan pengendalian kegiatan
intelijen peyelidikan, pengamanan penggalangan dalam rangka kebijaksanaan
penegakan hukum baik preventif maupun represif. untuk menangulangi hambatan,
tantangan, politik, ekonomi, keuangan , sosial budaya.
3. pelaksanaan kegiatan produksi dan sarana intelijen, membina dan
meningkatkan kemampuan, keterampilan dan integritas kepribadian aparat
intelijen yustisial membina aparat dan mengendalikan kekaryaan di
lingkungan kejaksaan Negeri yang bersangkutan.
4. pengamanan teknis terhadap pelaksanaan tugas satuan kerja bidang personil,
kegiatan materiil, pemberitaan dan dokumen dengan memperhatikan koordinasi
kerjasama dengan instansi pemerintah dan organisasi lain di daerah terutama
dengan aparat intelijen.

Subseksi Intelijen terdiri dari:

a. Subseksi Sosial dan Politik

b. Subseksi Ekonomi dan Moneter

c. Subseksi Produksi dan Sarana Intelijen

15
A. SUBSEKSI SOSIAL DAN POLITIK

Subseksi Sosial dan Politik mempunyai tugas melakukan kegiatan intelijen yustisial
penyelidikan, pengamanan dan penggalangan untuk menanggulangi hambatan, tantangan,
ancaman dan gangguan serta mendukung operasi yustisi mengenai masalah ideologi dan
soial politik, media massa, barang cetakan, orang asing, cegah tangkal, sumber daya
manusia, pertahanan dan keamanan, tindak pidana perbatasan dan pelanggaran wilayah
perairan, aliran kepercayaan, penyalahgunaan dan atau penodaan agama, persatuan dan
kesatuan bangsa, lingkungan hidup, penyuluhan hukum serta penaggulangan tindak pidana
Umum dan NARKOBA.

B. SUB SEKSI EKONOMI DAN MONETER

Subseksi Ekonomi dan Moneter mempunyai tugas melakukan kegiatan intelijen


yustisial penyelidikan pengamanan dan penggalangan untuk menanggulangi hambatan,
tantangan, ancaman dan gangguan serta mendukung operasi yustisi mengenai masalah
investasi, produksi, distribusi, keuangan, perbankan, sumber daya alam dan pertanahan,
penanggulangan tindak pidana ekonomi, korupsi serta pelanggaran zone eksklusif.

C. SUB SEKSI PRODUKSI DAN SARANA INTELIJEN

Subseksi Produksi-dan Sarana Intelijen mempunyai tugas melakukan kegiatan di


bidang produksi berupa laporan berkala, insidentil dan perkiraan keadaan pembinaan
aparat intelijen terhadap kemampuan dan integritas aparat intelijen di lingkungan
Kejaksaan Negeri dan meyelenggarakan administrasi intelijen. penyiapan dan pemberian
penerangan serta publikasi mengenai berbagai masalah yang menyangkut kegiatan
Kejaksaan.

1. Kegiatan operasi intelijen Yustisial.

Bahwa dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan Intelijen Kejari Jakarta Selatan telah
melakukan kegiatan LID, PAM dan GAL terhadap semua kegiatan yang mencakup semua
bidang baik Intel sendiri, Pidum , Pidsus, Pembinaan dan Datun serta tugas yang
diamanatkan oleh UU. N0.16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dengan
mamakai pola kerja teknis Intelijen sesuai termaktub dalam Kepja No-552/A/JA/10/2002
tanggal 23 Oktober 2002 tentang Administrasi Intelijen Yustisial Kejaksaan.

16
2. Penyuluhan dan Penerangan Hukum

Kejaksaaan Negeri Jakarta Selatan telah melaksanakan kegiatan Penyuluhan


Hukum yang dilaksanakan secara rutin dengan sasaran masyarakat, murid-murid sekolah,
organisasi dan lain-lain.

6) Kaur Seksi Pidana Umum (KASI PIDUM)


Seksi Tindak Pidana Umum mempunyai tugas melaksanakan,
pengendalian dan/atau melaksanakan tugas prapenuntutan, pemeriksaan
tambahan, penuntutan, melaksanakan penetapan hakim dan putusan
pengadilan, pengawasan terhadap keputusan lepas bersyarat dan tindakan
hukum lainnya dalam perkara Tindak Pidana Umum. Dalam rangka
optimalisasi kinerja Kejaksaan Negeri khususnya pada Seksi Tindak Pidana
Umum Kejaksaan Negeri Medan diperlukan Standar Operasional Prosedur
yang bertujuan bertujuan melakukan percepatan pelayanan hukum bagi
masyarakat dan demi terwujudnya kepastian hukum bagi pencari keadilan.
Standar Operasional Prosedur dibagi menjadi 4 bagian yaitu:

a. SOP Pra Penuntutan


b. SOP Penuntutan
c. SOP Pengawalan Tahanan
d. SOP Barang Bukti

Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Tindak Pidana Umum menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang tindak pidana umum


berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis.
2. Penyiapan rencana, pelaksanaan dan penyiapan bahan pengendalian kegiatan
prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan dalam perkara tindak pidana
terhadap keamanan negara dan ketertiban umum, tindak pidana terhadap orang
dan harta benda serta tindak pidana umum lain yang diatur di luar Kitab
Undang-undang pidana.
3. Penyiapkan bahan pengendalian dan atau pelaksanaan penetapan hakim dan
putusan pengadilan, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan

17
lepas bersyarat dan tindakan hukum lain dalam perkara tindak pidana umum
serta pengadministrasiannya.
4. Pembinaan kerjasama dan melakukan koordinasi dengan instansi serta
pemberian bimbingan serta petunjuk teknis dalam penanganan perkara tindak
pidana umum kepada penyidik.
5. Penyiapan bahan saran, konsepsi tentang pendapat dan atau pertimbangan
hukum Jaksa Agung mengenai perkara tindak pidana umum dan masalah
hukum lainnya dalam kebijaksanaan penegakan hukum.
6. Peningkatan kemampuan, ketrampilan dan integritas kepribadian aparat tindak
pidana umum daerah hukum Kejaksaan Negeri yang bersangkutan.
7. Pengadministrasian dan pembuatan laporan di daerah hukum Kejaksaan Negeri
bersangkutan.

7) Kaur Seksi Pidana Khusus (KASI PIDSUS)


Seksi Tindak Pidana Khusus mempunyai tugas melakukan
pengendalian kegiatan penyelidikan, penyidikan, prapenuntutan,
pemeriksaan tambahan, penuntutan, melaksanakan penetapan dan putusan
pengadilan, pengawasan terhadap pelaksanaan lepas bersyarat dan tindakan
hukum lainnya dalam perkara tindak pidana khusus di daerah hukum
Kejaksaan Negeri.
Dalam melaksanakan tugas, Seksi Tindak Pidana Khusus menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang tindak pidana khusus berupa


pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis.
2. Penyiapan rencana, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan penyelidikan,
penyidikan, prapenuntutan, pemeriksaan, tambahan, penuntutan dan
pengadministrasiannya.
3. Pelaksanaan penetapan hakim dan putusan pengadilan, pengawasan terhadap
pelaksanaan keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lain dalam perkara
tindak pidana khusus serta pengadministrasiannya.
4. Pembinaan kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait dan memberi
bimbingan serta petunjuk teknis kepada penyidik dalam penanganan perkara tindak
pidana korupsi, ekonomi dan tindak pidana khusus yang lain serta
pengadminintrasiannya.

18
5. Penyiapan bahan sarana konsepsi tentang pendapat dan atau pertimbangan hukum
Jaksa Agung mengenai perkara tindak pidana khusus dan masalah hukum lain
dalam kebijaksanaan hukum.
6. Peningkatan kemampuan, keterampilan dan integritas kepribadian aparat tindak
pidana khusus.

Seksi Tindak Pidana Khusus terdiri dari :

A. Subseksi Penyidikan;
B. Subseksi Penuntutan

A. SUB SEKSI PENYIDIKAN

Subseksi Penyidikan mempunyai tugas melakukan segala sesuatu yang


berhubungan dengan kegiatan penyidikan dan penuntutan tindak pidana khusus
menyiapkan bahan, membuat telaahan dan memmberikan bimbingan teknis terhadap
kegiatan penyidikan dan penuntutan tindak pidana khusus serta menyelenggarakan
administrasi dan dokumentasi.

B. SUB SEKSI PENUNTUTAN

Subsensi Penuntutan mempunyai tugas melakukan urusan penuntutan melakukan


upaya hukum, eksekusi dan eksaminasi terhadap perkara tindak pidana khusus serta
pengadministrasian dan pendokumentasian.
8) Kaur Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara (KASI DATUN)
Bidang Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Negeri
dipimpin oleh seorang Kasi Datun, yang tugas pokoknya adalah melakukan dan
atau pengendalian kegiatan penegakan, bantuan, pertimbangan dan pelayanan
hukum serta tindakan hukum lain kepada Negara, pemerintah dan masyarakat
dibidang perdata dan tata usaha negara di daerah hukum Kejaksaan Negeri dalam
rangka melancarkan pelaksanaan tugas.
Dalam melaksakan tugas pokok tersebut Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara
menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijaksanaan tehnis dibidang Perdata dan Tata Usaha Negara
berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan tehnis.

19
2. Pengendalian kegiatan penegakan hukum, bantuan hukum, pertimbangan hukum dan
mewakili kepentingan negara dan pemerintah.
3. Pelaksanaan gugatan uang pengganti atas putusan Pengadilan, gugatan ganti rugi dan
tindakan hukum lain terhadap perbuatan melawan hukum yang merugikan keuangan
negara.
4. Pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat yang menyangkut pemulihan dan
perlindungan hak dengan memperhatikan kepentingan umum sepanjang negara atau
pemerintah tidak menjadi tergugat.
5. Pelaksanaan tindakan hukum di dalam maupun di luar pengadilan mewakili
kepentingan keperdataan dari negara pemerintah dan masyarakat baik berdasarkan
jabatan maupun kuasa khusus.
6. Pembinaan kerja sama dan koordinasi dengan instansi terkait serta memberikan
bimbingan dan petunjuk tehnis dalam penanganan masalah perdata dan tata usaha
negara didaerah hukum Kejaksaan Negeri.
7. Pemberian sarana konsepsi tentang pendapat dan pertimbangan hukum Jaksa Agung
mengenai perkara perdata dan tata usaha negara dan masalah hukum lainnya dalam
kebijaksanaan penegakan hukum.
8. Peningkatan kemampuan, ketrampilan dan integritas kepribadian aparat perdata dan
tata usaha negara didaerah hukum Kejaksaan Negeri.
9. Menyiapkan bahan dan pengendalian kegiatan penegakan, bantuan, pertimbangan,
pelayanan hukum dan tindakan hukum lain yang diberikan kepada negara, pemerintah,
BUMN, BUMD dan masyarakat dalam bidang perdata dan tata usaha negara.

2.4 Tata tertib atau peraturan perusahaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 53 TAHUN 2010

TENTANG

20
DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB II

KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Bagian Kesatu

Kewajiban

Pasal 3

Setiap PNS wajib :

1. Mengucapkan sumpah/janji PNS;


2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945,Negara Kesatuan Republik Indonesia,dan
Pemerintahan;
4. Menaati segala ketentuan peraturan Perundang-Undangan;
5. Melaksanakan tugas kedinasan yang di percayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian,kesadaran,dan tanggung jawab;
6. Menjungjung tinggi kehormatan negara,pemerintahan,dan martabat PNS;
7. Mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan sendiri,seorang dan /
atau golongan;
8. Memegang jabatan rahasia yang menurut sifatnya atau menurut perintah
dirahasiakan;
9. Bekerja dengan jujur,tertib,cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara;
10. Melaporkan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah di bidang
keamanan,keuangan,dan materil;
11. Masuk kerjadan menaati jam kerja;
12. Mencapai sasaran kerja pegwai yang di tetapkan;
13. Menggunakan danm memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-
baiknya;
14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;

21
15. Membimbing bawahan dalam melaksananakan tugas;
16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier dan
17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat berwenang.

Bagian Kedua

Larangan

Pasal 4

Setia PNS dilarang :

1. Menyalah gunakan wewenang;


2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/orang dengan
menggunakan kewenangan orang lain;
3. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dari/atau
lembaga lain atau organisasi internasional;
4. Bekerja pada perusahaan asing,konsultan asing,atau lembaga swadaya masyarakat
asing;
5. Memiliki,menjual,membeli,menggandakan,menyewakan,atau meminjamkan
barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak,dokumen atau surat milik negara
secara tidak sah;
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan,teman sejawat,bawahan,atau orang lain
di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya untuk kepentingan pribadi ,golongan
atau pihak lain,yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara
langsung atau tidak langsung dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit adalah satu pihak yang di layani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi yang di layani;
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

22
12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden,Dewan Perwakilan
Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah ,atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
cara :

a) Ikut serta sebagai pelaksana kampanya;


b) Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;
c) Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain;dan/atau
d) Sebagai peserta kampanye dengan mengggunakan fasilitas negara;

13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil calon Presiden dengan cara:

a) Membuat keputusan dan/atau tindakan yang meguntungkan atau merugikan salah


satu pasangan calon selama masa kampanye;dan/atau
b) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye
meliputi pertemuan, ajakan, himbuan, seruan , atau pemberian barang kepada PNS
dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga dan masyarakat;

14. Memberikan dukungan kepada kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah
atau calon Kepala Daerah /Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat
dukungan disertai kartu Tanda penduduk atau surat keterangan Tanda penduduk
sesuai praturan perundangan-undangan;dan

15. Memberkan dukungankepada calon Kepala Daerah/Wakil kepala Daerah dengan


cara:

a) Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala


Daerah/Wakil Kepala Daerah;
b) Menggunakan faslitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;
c) Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
d) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepala keberpiakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian
barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat.
23
Bagian Kedua

Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin

Pasal 7

1. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

a. Hukuman disiplin ringan;


b. Hukuman disiplin sedang; dan
c. Hukuman disiplin berat.

2. Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
dari :

a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis; dan
c. Pernyataantidak puas secara tertulis.

3. Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
dari :

a. Penundaan penaikan gaji berkala selam 1(satu) tahun;


b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1(satu) tahun; dan
c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1(satu) tahun.

4. Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
dari :

a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama (tiga) tahun;


b. Pemindahan dalamrangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
c. Pembebasan dari jabatan;
d. Pemberhentian dengan hormat tidak ada permintaan sendiri sebagai PNS;
dan
e. Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai PNS.

24
2.5 Denah Instansi Pemerintah Kejaksaan Negeri Kota Tangerang

Denah dengan gambar berikut :

25
BAB III

LAPORAN KEGIATAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan

Waktu pelaksanaan kegiatan prakerin di Kejaksaan Negeri Kota Tangerang dimulai


dari tanggal 01 Agustus 2017 s/d 29 September 2017 dengan pelaksanaan praktek kerja
disesuaikan dengan hari kerja pegawai Kejaksaaan Negeri Kota Tagerang yaitu mulai
hari Senin sampai dengan hari Jumat, dimulai dari Jam 08.00 s/d 15.00 WIB. dan
mendapat 2 Ruangan Pekerjaan pertama untuk bulan Agustus 2017 di Ruangan Tilang
Kendaraan dan untuk bulan September 2017 di Ruangan PIDSUS Jaksa Fungsional.

Di kejaksaan Negeri Kota Tangerang di Ruangan Pidana Khusus Jaksa Fungsional


di sana saya belajar mengenai hukum-hukum pidana dan perdata untuk para tahanan,
menulis jurnal kegiatan para pegawai PIDSUS Jaksa fungsional dan menulis Register
kelengkapan Riwayat para Tahanan. Dan di Ruangan Tilang Kendaraan saya belajar
mengenai pasal-pasal mengendarai kendaraan, menulis kuitansi tilang dan menghitung
berkas tilang.

3.2 Hasil Kegiatan

No Kegiatan Uraian Kerja


1. Membuat kuitansi Membuat kuitansi yaitu berisi dengan
kegiatan mengisi kuitansi para pelanggar
tilang yang di sesuaikan dengan kertas tilang
lalu di tulis nama,alamat dan jumlah denda
tilang kemudian di urutkan sesuai no.kuitansi.
2. Menulis no. Kuitansi Menulis no. Kuitansi adalah mencatat angka
di samping kuitansi sesuai dengan urutan
angka yang telah di tentukan.
3. Menghitung jumlah kuitansi Menghitung jumlah kuitansi adalah
menghitung 1 set kuitansi yang berisi tiga

26
warna: putih,merah dan kuning jika sudah
tiga warna maka di hitung 1 kuitansi dan
terus selanjutnya hingga selesai.
4. Stempel kuitansi Stempel kuitansi adalah mengecap 1 set
kuitansi tersebut dengan dua stempel yaitu
yang pertama stempel bulat (nama kejaksaan
negeri kota tangerang dan logo kejaksaan)
dan yang kedua stempel nama (nama
pemimpin kejaksaan negeri kota tangerang).
5. Mencatat Buku Register RP 5 dan Mencatat Buku Register RP 5 dan RP 14
RP 14 adalah menulis kegiatan sidang para pegawai
PIDSUS Jaksa Fungsional.
6. 1. Menulis buku jurnal bidang 1. Menulis buku jurnal adalah menulis
kegiatan pegawai pidsus jaksa pekerjaan dan kegiatan setiap harinya
fungsional para pagawai.
2. Mengantar berkas sidang 2. Mengantar berkas sidang pegawai ke
ruangan penututan.

7. 1. Menulis buku jurnal bidang 1. Menulis buku jurnal adalah menulis


kegiatan pegawai pidsus jaksa pekerjaan dan kegiatan setiap harinya
fungsional para pegawai.
2. Mengantar berkas sidang 2. Mengantar berkas sidang pegawai ke
3. Menulis buku register rp 14 dan ruangan pidsus.
4. Menempelkan tanda tangan 3. RP 14 adalah menulis kegiatan sidang
jaksa dan kajari para pegawai PIDSUS Jaksa
Fungsional.
4. Menempelkan tanda tangan jaksa dan
kajari di lembar buku jurnal bidang
kegiatan.

8. 1. Menulis buku jurnal bidang 5. Menulis buku jurnal adalah menulis


kegiatan pegawai pidsus jaksa pekerjaan dan kegiatan setiap harinya
fungsional para pegawai.
2. Mengantar berkas untuk di 6. Mengantar berkas yang sudah

27
aripkan lengkap untuk di arsipkan ke ruangan
3. Mengetik berkas pidana korupsi bidang kebendaharaan.
4. Mengirim file ms.word melalui 7. Mengetik berkas pidana korupsi di
gmail ms.word berisi kelengkapan riwayat
hidup tidak pidana korupsi dan para
saksi.
8. File yang di kirim adalah berupa
berkas yang berisi daftar riwayat
hidup dan asal muasal tentang
penangkapan seorang pengedar
narkoba di tangerang kota.

9. 1. Fotocopy berkas pidsus p-48,B- 1. Memfotocopy sebanyak empat bab


17,B-17lanjutan,D-1, dan D-2. setiap satu berkas.
2. Mengantar berkas sidang 2. Mengantar berkas ke ruangan staf
3. Mengarsipkan berkas panggilan pidsus.
saksi 3. Mengarsipkannya ke dalam map
ordner.

10. 1. Memisahkan berkas 1. Memisahkan berkas sesuai dengan


2. Menulis berkas pidsus pidana nomor sidang pidsus yang telah di
korupsi tentukan.
3. Fotocopy berkas pidsus p-48,B- 2. Menulis kelengkapan riwayat hidup
17,B-17 lanjutan,D-1, dan D-2. pidana korupsi tersebut.
3. Memfotocopy sebanyak empat bab
setiap satu berkas.

11. 1. Mngantar berkas 1. Mengantar berkas yang sudah di


2. Melenyapkan berkas eksekusi ke ruang penuntutan.
3. Fotocopy berkas pidsus p-48,B- 2. Melenyapkan berkas yang sudah lama
17,B-17 lanjutan,D-1, dan D-2. dan tidak terpakai.
3. Memfotocopy setiap satu berkas.

12. Mengetik berkas tindak pidana Mengetik berkas tentang penyelidikan dan

28
Narkotika penyidikan pidana Narkotika
13. 1. Mengetik berkas panggilan 1. Mengetik berkas panggilan saksi
saksi Narkotika Narkotika Di Ms.Word
2. Mengirim file lewat gmail 2. Mengirim file Ms.Word berita acara
eksekusi Narkotika.

14. 1. Mengantar berkas yang sudah 1. Mengantar berkas yang sudah lengkap
lengkap ke ruangan pratut.
2. Fotocopy berkas perkara 2. Fotocopy berkas perkara p-48,B-17,
pencurian B-17 Lanjutan, D-1, D-2, petikan
putusan masing 4 rangkap.

15. 1. Mengetik perkara 1. Mengetik perkara penganiyaan di


2. Mengantar berkas microsoft word dalam bentuk file.
2. Mengantar berkas perkara keruangan
pratut untuk di buat pelimpahannya.

16. 1. Mengetik perkara Narkoba 1. Mengetik perkara narkoba di


2. Mengantar berkas microsoft word dalam bentuk file.
2. Mengantar berkas perkara keruangan
pratut untuk di buat pelimpahannya.

17. 1. Mengantar berkas 1. Mengantar berkas perkara pencurian


2. Mengantar berkas perkara ke keruangan Kasi Pidum
ruangan Kasi Pidsus 2. Mengantar berkas perkara ke ruangan
3. Membuat P-37 Kasi Pidsus
3. Belajar membuat ketrangan isi sidang
penuntut p-37

18. Mengetik wawancara perkara Menyalin berkas laporan kedalam ms. Word
19. Mengantar berkas Mengantar berkas perkara pencurian
keruangan Kasi Pidum

20. Mengetik berkas Mngetik berkas perkara penggelapan barang


ke dalam Ms.Word

29
Kesimpulan dari hasil kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di Kejaksaan
Negeri Kota Tangerang adalah saya menjadi tahu apa itu kejaksaan, isi di dalamnya dan
saya belajar mengenai hukum-hukum dan proses hukum itu terjadi, mengetahui transaksi
pengabilan tilang, belajar membuat laporan sidang para jaksa, manfaat untuk masyarakat
luas adalah saya menjadi lebih sopan dan santun dalam berbicara (ber komunikasi) dengan
orang yang lebih tua ataupun lebih muda serta saya berkeinginan untuk bisa menjadi
seperti pembimbing dan atasan saya selama saya prakerin disana.

30
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan hasil laporan dari bab I s/d III adalah berisi tentang pembuatan laporan
seperti hal biasa ada pembukaan, inti, dan penutup dengan itu isi semua laporan ini saya
buat sesuai dengan kriteria seorang pelajar dan kegiatan saya selama melaksanakan
prakerin di Kejaksaan Negeri Kota Tangerang. Dari Hasil Praktik Kerja Industri yang
telah saya lakukan di Kejaksaan Negeri Kota Tangerang, saya dapat memperoleh lebih
banyak pengalaman, menambah wawasan, kemandirian, meningkatkan motivasi untuk
kerja, dan berinteraksi dengan rekan kerja serta dapat mengembangkan kemampuan
dengan mempraktekkan ilmu yang telah diberikan disekolah secara langsung.

BAB I
BAB I ini akan menajabarkan tentang latar belakang penulisan, pengertian
prakerin, tujuan dan manfaat prakerin, waktu pelaksanaan prakerin, serta sistematika
penulisan laporan.
BAB II
BAB II ini akan menajabarkan tentang gambaran umum perusahaan mengenai
sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, susunan organisasi, visi dan misi perusahaan.
BAB III
BAB III ini akan menajabarkan tentang uraian kegiatan yang dilakukan di
instansi/perusahaan baik secara ringkas maupun secara rinci.
BAB IV
BAB IV ini akan menajabarkan tentang kesimpulan dan saran-saran yang
membangun, baik untuk diri sendiri, industri, maupun sekolah.

4.2 Saran
Saran adalah sebuah solusi yang di tujukan untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi.Dengan ini saya sebagai penulis ingin memberikan saran untuk
perusahaan, peserta, sekolah, pembimbing dan semua siswa SMK Negeri 10 Kab.
Tangerang.Semoga saran yang penulis berikan dapat membangun dan tidak pernah
ada niatan penulis untuk menjatuhkan.

31
Saran Untuk Peserta
a. Dapat langsung berkomunikasi dengan pembimbing disaat Praktik Kerja
Industri tidak sesuai dengan jurusan dan berkomunikasi dengan guru
pembimbing jika ada kesulitan saat membuat sebuah laporan.
b. Sebelum praktik kerja industri para siswa sudah mempunyai bekal yang
cukup agar dapat menjaga nama baik sekolah.
Saran Untuk Sekolah
a. Pihak sekolah harus lebih mengontrol lagi tugas dari pembimbing
Prakerin agar pembimbing dari sekolah lebih bertanggung jawab terhadap
tugasnya.
b. Agar guru/pembimbing lebih meningkatkan mutu pendidikan siswa-siswi
sebelum melaksanakan Praktik Kerja Industri.
c. Pihak sekolah harus lebih adil dalam melaksanakan prakerin di tahun yang
akan datang terhadap siswa/siswinya dan tidak membedakan setiap
siswa/siswinya.
Saran Untuk Pembimbing
a. Pertahankan kualitas bimbingan dan semoga tidak pernah lupa memberi
motivasi dan jenuh untuk melatih anak didiknya untuk menjadi
siswa/siswi yang profesional dan handal dalam bidang Administrasi
Perkantoran.
b. Dapat berkomunikasi dengan baik agar siswa/siswi yang di bimbing dapat
menyalurkan kesulitan-kesulitan yang siswa/siswi alami.
Saran Untuk Perusahaan
a. Agar dapat lebih memperhatikan dokumen agar terawat dengan baik dan
tidak merugikan instansi.
b. Agar lebih tertata dalam menyimpan dokumen
c. Agar lebih memperhatikan ATK dan benda kantor lainnya di rapikan
kembali setelah selesai di pakai dan memisahkan mana yang masih bisa di
gunakan dan tidak di gunakan.

32
4.3 DAFTAR PUSTAKA
1. Sebagai referensi dalam pembahasan BAB 1 (Pendahuluan)
http://flash-share.blogspot.co.id/2013/12/bab-1-pendahuluan-laporan-akhir.html
www.spengetahuan.com>2016/09www.hanipleonetwork.blogspot.com>2013/01
Maksud prakerin secara umum bersumber dari: www.blog-
anes.blogspot.com>pendidikan
Dikutip pada tanggal : 2 September 2017
2. Sebagai data umum perusahaan, sejarah, alamat, dan stuktur organisasi perusahaan
www.kejaritng.com, www.kejaksaannegerikotatangerang.co.id,
www.kejaksaannegeriRI.go.id.
Dikutip pada tanggal : 9 september 2017
3. Panitia Prakerin 2017 panduan pelaksanaan prakerin SMKN 10 Kabupaten
Tangerang.
Di kutip pada Tanggal : 9 September 2017
4. Referensi Stuktur Organisasi dan Pengertian bidang stuktur BAB II
www.kejaksaannegeritinggi.co.id
Di kutip pada tanggal : 10 Oktober 2017

33

Anda mungkin juga menyukai