PENDAHULUAN
1
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyanyang.
Puji syukur atas segala nikmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan tugas saya
semaksimal dan sebaik-baiknya dalam melaksanakan salah satu kriteria untuk
mengikuti syarat ujian nasional yaitu adalah praktek kerja industri ( PRAKERIN ).
Yang betempat di Instansi Pemerintah Kejaksaan Negeri Kota Tangerang pada
tanggal 1 Agustus sampai dengan 30 September telah terlaksana dengan baik dan
lancar. Ada banyak pengalaman yang saya dapatkan duka dan cita saya rasakan
dengan penuh syukur saya ucapkan terimakasih atas semua pihak yang membantu
dan mendukung saya selama praktek kerja industri (PRAERIN) yang saya jalani
selama 2 bulan berturut-turut.
Banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan di luar materi
sekolah. Saya mendapatkan bayak ilmu bisa mengitu dan melaksanakan praktek
kerja industri (PRAKERIN) di Kejaksaan Negeri Kota Tangerang dengan
semaksimal dan sebaik-baiknya, ternyata dunia pekerjaan jauh berbeda dengan
dunia sekolah. Di sana saya bertemu dengan pegawai yang berpendidikan tinggi
dan bermoral baik . Materi yang sudah di pelajari saya praktikan di tempat saya
melaksanakan prakerin.
Rasa syukur kehadirat Allah SWT,saya dapat mengikuti prakerin sesuai
dengan harapan yang saya inginkan. Dan tercapainya tujuan selama mengikuti
kegiatan (PRAKERIN) di Kejaksaan Negeri KotaTangerang banyak hal yang saya
dapatkan diantaranya saya belajar bagaimana pentingnya komunikasi antar sesama
pegawai, kerja sama yang harus di jalin sesama pegawai, belajar memahami
karakteristik sifat setiap orang, eksplorasi bentuk dan hal yang di lakukan saat
bekerja dan yang saya banggakan saya mendapat dua ruangan yang berbeda bulan
pertama di ruangan Khusus Pembayaran denda tilang dan bulan berikutnya bagian
di ruang jaksa fungsional yang menangani tugas mengenai eksekusi tahanan untuk
orang-orang yang melanggar aturan hukum indonesia. Dengan di adakannya suatu
bentuk penyelenggaraan dari sekolah yang memadukan serta mensinkronkan antara
program pendidikan disekolah dengan program perusahaan yang diperoleh dari
kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu keahlian
profesional. Setelah ini saya menjadi berpengalaman dan bisa mengetahui tentang
dunia kerja dan manfaat ilmu dan materi yang saya pelajari selama ini. Dan di
tempat prakerin saya di ajarkan materi baru yang belum di ajarkan di sekolah.
2
1.2 DASAR PENULISAN
Dengan di adakannya praktek kerja industri (PRAKERIN) maka sekolah
mewajibkan setiap siswa kelas XI dengan jurusan masing-masing yang sudah
melaksanakan prakerin untuk membuat laporan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Setiap siswa/siswi yang sudah melaksanakan prakerin di dunia usaha wajib
membuat laporan yang sudah di tentukan dari sekolah dengan sebaik-
baiknya.
2. Menggunakan bahasa indonesia yang sesuai dengan EYD.
3. Mengumpulkan laporan tepat waktu sesuai dengan yangdi tentukan.
Kepentingan yang dapat kita ambil dari membuat laporan untuk kegiatan
lain adalah sebagai guna dan bekal untuk memotivasi kedepannya dalam
berorganisasi di luar jam materi sekolah.
3
Fungsi laporan
1. Sebagai bahan untuk mempertanggungjawaban.
2. Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.
3. Sebagai alat pengawasan.
4. Sebagai bahan penilaian.
5. Sebagai bahan pengambilan keputusan.
Manfaat laporan
1. Sebagai dasar penentuan kebijakan.
2. Sebagai bahan untuk penyusunan rencana kegiatan berikutnya.
3. Dapat mengetahui perkembangan proses dari peningkatan kegiatan.
4. Menjadi sumber informasi.
1.3.2. Tujuan berisi tentang :
Tujuan khusus dari penulisan laporan bagi saya adalah melaksanakan tugas
dan kewajiban sebagai seorang siswa yang mengikuti kegiatan prakerin dan untuk
mendapatkan nilai tambahan dari tugas yang di berikan. Manfaat dan fungsi khusus
dari penulisan laporan untuk saya adalah dapat mempraktekkan teori yang di
dapatkan di sekolah dalam dunia kerja,meningkatkan kedewasaan dan pola pikir
yang lebih baik dan betambahnya wawasan lmu pengetahuan serta saya bisa
mengetahui tentang hukum indonesia.
4
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTANSI
KEJAKSAAN NEGERI TANGERANG
Sebelum Reformasi
Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia. Pada zaman
kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit, istilah dhyaksa,
adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan jabatan tertentu di kerajaan.
Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari kata-kata yang sama dalam Bahasa
Sansekerta.
Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll, yang mengatakan
bahwa adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau hakim tertinggi (oppenrrechter). Krom
dan Van Vollenhoven, juga seorang peneliti Belanda, bahkan menyebut bahwa patih
terkenal dari Majapahit yakni Gajah Mada, juga adalah seorang adhyaksa.
Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya dengan jaksa dan
Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie. Lembaga ini yang menitahkan pegawai-
pegawainya berperan sebagai Magistraat dan Officier van Justitie di dalam sidang
Landraad (Pengadilan Negeri), Jurisdictie Geschillen ( Pengadilan Justisi ) dan
Hooggerechtshof ( Mahkamah Agung ) dibawah perintah langsung dari Residen / Asisten
Residen.
5
Hanya saja, pada prakteknya, fungsi tersebut lebih cenderung sebagai perpanjangan
tangan Belanda belaka. Dengan kata lain, jaksa dan Kejaksaan pada masa penjajahan
belanda mengemban misi terselubung yakni antara lain:
Fungsi sebagai alat penguasa itu akan sangat kentara, khususnya dalam menerapkan
delik-delik yang berkaitan dengan hatzaai artikelen yang terdapat dalam Wetboek van
Strafrecht (WvS). Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi
difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan tentara
Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942, No.2/1944 dan
No.49/1944. Eksistensi kejaksaan itu berada pada semua jenjang pengadilan, yakni sejak
Saikoo Hoooin (pengadilan agung), Koootooo Hooin (pengadilan tinggi) dan Tihooo
Hooin (pengadilan negeri). Pada masa itu, secara resmi digariskan bahwa Kejaksaan
memiliki kekuasaan untuk:
Begitu Indonesia merdeka, fungsi seperti itu tetap dipertahankan dalam Negara
Republik Indonesia. Hal itu ditegaskan dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang
diperjelas oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 1945. Isinya mengamanatkan
bahwa sebelum Negara R.I. membentuk badan-badan dan peraturan negaranya sendiri
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar, maka segala badan dan peraturan yang
ada masih langsung berlaku.
Karena itulah, secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak kemerdekaan
Indonesia diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari setelahnya, yakni
tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam struktur Negara Republik Indonesia, yakni dalam
lingkungan Departemen Kehakiman.
6
Kejaksaan terus mengalami berbagai perkembangan dan dinamika secara terus
menerus sesuai dengan kurun waktu dan perubahan sistem pemerintahan. Sejak awal
eksistensinya, hingga kini Kejaksaan Republik Indonesia telah mengalami 22 periode
kepemimpinan Jaksa Agung. Seiring dengan perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia,
kedudukan pimpinan, organisasi, serta tata cara kerja Kejaksaan RI, juga juga mengalami
berbagai perubahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta bentuk
negara dan sistem pemerintahan.
Pada masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut Kejaksaan RI sesuai
dengan perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 kepada Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1991, tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Perkembangan itu juga
mencakup perubahan mendasar pada susunan organisasi serta tata cara institusi Kejaksaan
yang didasarkan pada adanya Keputusan Presiden No. 55 tahun 1991 tertanggal 20
November 1991.
Masa Reformasi
7
Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2 ayat (1)
ditegaskan bahwa Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-
undang. Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), mempunyai
kedudukan sentral dalam penegakan hukum, karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat
menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat
bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai penyandang Dominus
Litis, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive
ambtenaar). Karena itulah, Undang-Undang Kejaksaan yang baru ini dipandang lebih kuat
dalam menetapkan kedudukan dan peran Kejaksaan RI sebagai lembaga negara pemerintah
yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan.
Mengacu pada UU tersebut, maka pelaksanaan kekuasaan negara yang diemban oleh
Kejaksaan, harus dilaksanakan secara merdeka. Penegasan ini tertuang dalam Pasal 2 ayat
(2) UU No. 16 Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan secara merdeka. Artinya, bahwa
dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. Ketentuan ini bertujuan melindungi profesi
jaksa dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I. juga telah mengatur tugas dan
wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :
a. Melakukan penuntutan;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;
d. Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
8
(2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah
(3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan
kegiatan:
Selain itu, Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa Kejaksaan dapat
meminta kepada hakim untuk menetapkan seorang terdakwa di rumah sakit atau tempat
perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena bersangkutan tidak mampu berdiri
sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahyakan orang lain, lingkungan atau
dirinya sendiri. Pasal 32 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tersebut menetapkan bahwa
di samping tugas dan wewenang tersebut dalam undang-undang ini, Kejaksaan dapat
diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang. Selanjutnya Pasal 33
mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan membina
hubungan kerjasama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau
instansi lainnya. Kemudian Pasal 34 menetapkan bahwa Kejaksaan dapat memberikan
pertimbangan dalam bidang hukum kepada instalasi pemerintah lainnya.
Pada masa reformasi pula Kejaksaan mendapat bantuan dengan hadirnya berbagai
lembaga baru untuk berbagi peran dan tanggungjawab. Kehadiran lembaga-lembaga baru
dengan tanggungjawab yang spesifik ini mestinya dipandang positif sebagai mitra
Kejaksaan dalam memerangi korupsi. Sebelumnya, upaya penegakan hukum yang
dilakukan terhadap tindak pidana korupsi, sering mengalami kendala. Hal itu tidak saja
dialami oleh Kejaksaan, namun juga oleh Kepolisian RI serta badan-badan lainnya.
Kendala tersebut antara lain:
9
3. Objeknya rumit (compilicated), misalnya karena berkaitan dengan berbagai
peraturan
4. Sulitnya menghimpun berbagai bukti permulaan
5. Manajemen sumber daya manusia
6. Perbedaan persepsi dan interprestasi (di kalangan lembaga penegak hukum yang
ada)
7. Sarana dan prasarana yang belum memadai
8. Teror psikis dan fisik, ancaman, pemberitaan negatif, bahkan penculikan serta
pembakaran rumah penegak hukum
10
Dari ke empat bidang itu, bidang penindakan bertugas melakukan penyidikan dan
penuntutan. Tenaga penyidiknya diambil dari Kepolisian dan Kejaksaan RI. Sementara
khusus untuk penuntutan, tenaga yang diambil adalah pejabat fungsional Kejaksaan.
Hadirnya KPK menandai perubahan fundamental dalam hukum acara pidana, antara lain di
bidang penyidikan. Kejaksaan adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan
negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan yang berwenang dalam penegakan
hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang dipilih oleh dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan
Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya dibidang penuntutan, dimana semuanya
merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung
yang membawahi enam Jaksa Agung Muda serta 31 Kepala Kejaksaan Tinggi pada tiap
provinsi. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia juga
mengisyaratkan bahwa lembaga Kejaksaan berada pada posisi sentral dengan peran
strategis dalam pemantapan ketahanan bangsa. Karena Kejaksaan berada di poros dan
menjadi filter antara proses penyidikan dan proses pemeriksaan di persidangan serta juga
sebagai pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan. Sehingga, Lembaga Kejaksaan
sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), karena hanya institusi Kejaksaan yang
dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan
alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana.
11
Pemerintah dalam Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara sebagai Jaksa Pengacara
Negara. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut
Umum serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan Undang-
Undang.
12
atau remunerasi, agar kinerja Kejaksaan dapat berjalan lebih efektif, efisien, transparan,
akuntabel dan optimal.
5. Membentuk aparat Kejaksaan yang handal, tangguh, profesional, bermoral dan beretika
guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan wewenang, terutama
dalam upaya penegakan hukum yang berkeadilan serta tugas-tugas lainnya yang terkait.
13
pimpin oleh Kepala Kejaksaan Negeri (KEJARI) yang merupakan pimpinan
dan penanggung jawab kejaksaan yang di pimpin, mengendalikan tugas dan
wewenang kejaksaan di daerah hukumnya. Kejaksaan negeri tertentu
memiliki cabang kejaksaan negeri yang di pimpin oleh kepala kejaksaan
negeri.
14
5) Kaur Seksi Intelijen (KASI INTELIJEN)
Bagian ini dipimpin oleh Jaksa Muda yang mempunyai tugas
melakukan Seksi Intelijen mempunyai tugas melakukan kegiatan intelijen
yustisial di bidang ideologi, politik, ekonomi, keuangan, sosial budaya dan
pertahanan keamanan untuk mendukung kebijaksanaan penegakan hkum
dan keadilan baik preventif maupun represif melaksanakan dan atau turut
serta menyelenggarakan ketertiban dan ketenteraman umum serta
pengamanan pembangunan nasional dan hasilnya di daerah hukum
Kejaksaan Negeri yang bersangkutan
15
A. SUBSEKSI SOSIAL DAN POLITIK
Subseksi Sosial dan Politik mempunyai tugas melakukan kegiatan intelijen yustisial
penyelidikan, pengamanan dan penggalangan untuk menanggulangi hambatan, tantangan,
ancaman dan gangguan serta mendukung operasi yustisi mengenai masalah ideologi dan
soial politik, media massa, barang cetakan, orang asing, cegah tangkal, sumber daya
manusia, pertahanan dan keamanan, tindak pidana perbatasan dan pelanggaran wilayah
perairan, aliran kepercayaan, penyalahgunaan dan atau penodaan agama, persatuan dan
kesatuan bangsa, lingkungan hidup, penyuluhan hukum serta penaggulangan tindak pidana
Umum dan NARKOBA.
Bahwa dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan Intelijen Kejari Jakarta Selatan telah
melakukan kegiatan LID, PAM dan GAL terhadap semua kegiatan yang mencakup semua
bidang baik Intel sendiri, Pidum , Pidsus, Pembinaan dan Datun serta tugas yang
diamanatkan oleh UU. N0.16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dengan
mamakai pola kerja teknis Intelijen sesuai termaktub dalam Kepja No-552/A/JA/10/2002
tanggal 23 Oktober 2002 tentang Administrasi Intelijen Yustisial Kejaksaan.
16
2. Penyuluhan dan Penerangan Hukum
17
lepas bersyarat dan tindakan hukum lain dalam perkara tindak pidana umum
serta pengadministrasiannya.
4. Pembinaan kerjasama dan melakukan koordinasi dengan instansi serta
pemberian bimbingan serta petunjuk teknis dalam penanganan perkara tindak
pidana umum kepada penyidik.
5. Penyiapan bahan saran, konsepsi tentang pendapat dan atau pertimbangan
hukum Jaksa Agung mengenai perkara tindak pidana umum dan masalah
hukum lainnya dalam kebijaksanaan penegakan hukum.
6. Peningkatan kemampuan, ketrampilan dan integritas kepribadian aparat tindak
pidana umum daerah hukum Kejaksaan Negeri yang bersangkutan.
7. Pengadministrasian dan pembuatan laporan di daerah hukum Kejaksaan Negeri
bersangkutan.
18
5. Penyiapan bahan sarana konsepsi tentang pendapat dan atau pertimbangan hukum
Jaksa Agung mengenai perkara tindak pidana khusus dan masalah hukum lain
dalam kebijaksanaan hukum.
6. Peningkatan kemampuan, keterampilan dan integritas kepribadian aparat tindak
pidana khusus.
A. Subseksi Penyidikan;
B. Subseksi Penuntutan
1. Penyiapan perumusan kebijaksanaan tehnis dibidang Perdata dan Tata Usaha Negara
berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan tehnis.
19
2. Pengendalian kegiatan penegakan hukum, bantuan hukum, pertimbangan hukum dan
mewakili kepentingan negara dan pemerintah.
3. Pelaksanaan gugatan uang pengganti atas putusan Pengadilan, gugatan ganti rugi dan
tindakan hukum lain terhadap perbuatan melawan hukum yang merugikan keuangan
negara.
4. Pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat yang menyangkut pemulihan dan
perlindungan hak dengan memperhatikan kepentingan umum sepanjang negara atau
pemerintah tidak menjadi tergugat.
5. Pelaksanaan tindakan hukum di dalam maupun di luar pengadilan mewakili
kepentingan keperdataan dari negara pemerintah dan masyarakat baik berdasarkan
jabatan maupun kuasa khusus.
6. Pembinaan kerja sama dan koordinasi dengan instansi terkait serta memberikan
bimbingan dan petunjuk tehnis dalam penanganan masalah perdata dan tata usaha
negara didaerah hukum Kejaksaan Negeri.
7. Pemberian sarana konsepsi tentang pendapat dan pertimbangan hukum Jaksa Agung
mengenai perkara perdata dan tata usaha negara dan masalah hukum lainnya dalam
kebijaksanaan penegakan hukum.
8. Peningkatan kemampuan, ketrampilan dan integritas kepribadian aparat perdata dan
tata usaha negara didaerah hukum Kejaksaan Negeri.
9. Menyiapkan bahan dan pengendalian kegiatan penegakan, bantuan, pertimbangan,
pelayanan hukum dan tindakan hukum lain yang diberikan kepada negara, pemerintah,
BUMN, BUMD dan masyarakat dalam bidang perdata dan tata usaha negara.
TENTANG
20
DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL
BAB II
Bagian Kesatu
Kewajiban
Pasal 3
21
15. Membimbing bawahan dalam melaksananakan tugas;
16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier dan
17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat berwenang.
Bagian Kedua
Larangan
Pasal 4
22
12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden,Dewan Perwakilan
Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah ,atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
cara :
13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil calon Presiden dengan cara:
14. Memberikan dukungan kepada kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah
atau calon Kepala Daerah /Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat
dukungan disertai kartu Tanda penduduk atau surat keterangan Tanda penduduk
sesuai praturan perundangan-undangan;dan
Pasal 7
2. Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
dari :
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis; dan
c. Pernyataantidak puas secara tertulis.
3. Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
dari :
4. Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
dari :
24
2.5 Denah Instansi Pemerintah Kejaksaan Negeri Kota Tangerang
25
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
26
warna: putih,merah dan kuning jika sudah
tiga warna maka di hitung 1 kuitansi dan
terus selanjutnya hingga selesai.
4. Stempel kuitansi Stempel kuitansi adalah mengecap 1 set
kuitansi tersebut dengan dua stempel yaitu
yang pertama stempel bulat (nama kejaksaan
negeri kota tangerang dan logo kejaksaan)
dan yang kedua stempel nama (nama
pemimpin kejaksaan negeri kota tangerang).
5. Mencatat Buku Register RP 5 dan Mencatat Buku Register RP 5 dan RP 14
RP 14 adalah menulis kegiatan sidang para pegawai
PIDSUS Jaksa Fungsional.
6. 1. Menulis buku jurnal bidang 1. Menulis buku jurnal adalah menulis
kegiatan pegawai pidsus jaksa pekerjaan dan kegiatan setiap harinya
fungsional para pagawai.
2. Mengantar berkas sidang 2. Mengantar berkas sidang pegawai ke
ruangan penututan.
27
aripkan lengkap untuk di arsipkan ke ruangan
3. Mengetik berkas pidana korupsi bidang kebendaharaan.
4. Mengirim file ms.word melalui 7. Mengetik berkas pidana korupsi di
gmail ms.word berisi kelengkapan riwayat
hidup tidak pidana korupsi dan para
saksi.
8. File yang di kirim adalah berupa
berkas yang berisi daftar riwayat
hidup dan asal muasal tentang
penangkapan seorang pengedar
narkoba di tangerang kota.
12. Mengetik berkas tindak pidana Mengetik berkas tentang penyelidikan dan
28
Narkotika penyidikan pidana Narkotika
13. 1. Mengetik berkas panggilan 1. Mengetik berkas panggilan saksi
saksi Narkotika Narkotika Di Ms.Word
2. Mengirim file lewat gmail 2. Mengirim file Ms.Word berita acara
eksekusi Narkotika.
14. 1. Mengantar berkas yang sudah 1. Mengantar berkas yang sudah lengkap
lengkap ke ruangan pratut.
2. Fotocopy berkas perkara 2. Fotocopy berkas perkara p-48,B-17,
pencurian B-17 Lanjutan, D-1, D-2, petikan
putusan masing 4 rangkap.
18. Mengetik wawancara perkara Menyalin berkas laporan kedalam ms. Word
19. Mengantar berkas Mengantar berkas perkara pencurian
keruangan Kasi Pidum
29
Kesimpulan dari hasil kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di Kejaksaan
Negeri Kota Tangerang adalah saya menjadi tahu apa itu kejaksaan, isi di dalamnya dan
saya belajar mengenai hukum-hukum dan proses hukum itu terjadi, mengetahui transaksi
pengabilan tilang, belajar membuat laporan sidang para jaksa, manfaat untuk masyarakat
luas adalah saya menjadi lebih sopan dan santun dalam berbicara (ber komunikasi) dengan
orang yang lebih tua ataupun lebih muda serta saya berkeinginan untuk bisa menjadi
seperti pembimbing dan atasan saya selama saya prakerin disana.
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan hasil laporan dari bab I s/d III adalah berisi tentang pembuatan laporan
seperti hal biasa ada pembukaan, inti, dan penutup dengan itu isi semua laporan ini saya
buat sesuai dengan kriteria seorang pelajar dan kegiatan saya selama melaksanakan
prakerin di Kejaksaan Negeri Kota Tangerang. Dari Hasil Praktik Kerja Industri yang
telah saya lakukan di Kejaksaan Negeri Kota Tangerang, saya dapat memperoleh lebih
banyak pengalaman, menambah wawasan, kemandirian, meningkatkan motivasi untuk
kerja, dan berinteraksi dengan rekan kerja serta dapat mengembangkan kemampuan
dengan mempraktekkan ilmu yang telah diberikan disekolah secara langsung.
BAB I
BAB I ini akan menajabarkan tentang latar belakang penulisan, pengertian
prakerin, tujuan dan manfaat prakerin, waktu pelaksanaan prakerin, serta sistematika
penulisan laporan.
BAB II
BAB II ini akan menajabarkan tentang gambaran umum perusahaan mengenai
sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, susunan organisasi, visi dan misi perusahaan.
BAB III
BAB III ini akan menajabarkan tentang uraian kegiatan yang dilakukan di
instansi/perusahaan baik secara ringkas maupun secara rinci.
BAB IV
BAB IV ini akan menajabarkan tentang kesimpulan dan saran-saran yang
membangun, baik untuk diri sendiri, industri, maupun sekolah.
4.2 Saran
Saran adalah sebuah solusi yang di tujukan untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi.Dengan ini saya sebagai penulis ingin memberikan saran untuk
perusahaan, peserta, sekolah, pembimbing dan semua siswa SMK Negeri 10 Kab.
Tangerang.Semoga saran yang penulis berikan dapat membangun dan tidak pernah
ada niatan penulis untuk menjatuhkan.
31
Saran Untuk Peserta
a. Dapat langsung berkomunikasi dengan pembimbing disaat Praktik Kerja
Industri tidak sesuai dengan jurusan dan berkomunikasi dengan guru
pembimbing jika ada kesulitan saat membuat sebuah laporan.
b. Sebelum praktik kerja industri para siswa sudah mempunyai bekal yang
cukup agar dapat menjaga nama baik sekolah.
Saran Untuk Sekolah
a. Pihak sekolah harus lebih mengontrol lagi tugas dari pembimbing
Prakerin agar pembimbing dari sekolah lebih bertanggung jawab terhadap
tugasnya.
b. Agar guru/pembimbing lebih meningkatkan mutu pendidikan siswa-siswi
sebelum melaksanakan Praktik Kerja Industri.
c. Pihak sekolah harus lebih adil dalam melaksanakan prakerin di tahun yang
akan datang terhadap siswa/siswinya dan tidak membedakan setiap
siswa/siswinya.
Saran Untuk Pembimbing
a. Pertahankan kualitas bimbingan dan semoga tidak pernah lupa memberi
motivasi dan jenuh untuk melatih anak didiknya untuk menjadi
siswa/siswi yang profesional dan handal dalam bidang Administrasi
Perkantoran.
b. Dapat berkomunikasi dengan baik agar siswa/siswi yang di bimbing dapat
menyalurkan kesulitan-kesulitan yang siswa/siswi alami.
Saran Untuk Perusahaan
a. Agar dapat lebih memperhatikan dokumen agar terawat dengan baik dan
tidak merugikan instansi.
b. Agar lebih tertata dalam menyimpan dokumen
c. Agar lebih memperhatikan ATK dan benda kantor lainnya di rapikan
kembali setelah selesai di pakai dan memisahkan mana yang masih bisa di
gunakan dan tidak di gunakan.
32
4.3 DAFTAR PUSTAKA
1. Sebagai referensi dalam pembahasan BAB 1 (Pendahuluan)
http://flash-share.blogspot.co.id/2013/12/bab-1-pendahuluan-laporan-akhir.html
www.spengetahuan.com>2016/09www.hanipleonetwork.blogspot.com>2013/01
Maksud prakerin secara umum bersumber dari: www.blog-
anes.blogspot.com>pendidikan
Dikutip pada tanggal : 2 September 2017
2. Sebagai data umum perusahaan, sejarah, alamat, dan stuktur organisasi perusahaan
www.kejaritng.com, www.kejaksaannegerikotatangerang.co.id,
www.kejaksaannegeriRI.go.id.
Dikutip pada tanggal : 9 september 2017
3. Panitia Prakerin 2017 panduan pelaksanaan prakerin SMKN 10 Kabupaten
Tangerang.
Di kutip pada Tanggal : 9 September 2017
4. Referensi Stuktur Organisasi dan Pengertian bidang stuktur BAB II
www.kejaksaannegeritinggi.co.id
Di kutip pada tanggal : 10 Oktober 2017
33