Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN ASAM URAT

1. Ageing process
Lanjut usia atau lansia merupakan individu yang berada dalam tahapan
usia late adulthood atau yang dimaksud dengan tahapan usia dewasa akhir,
dengan kisaran usia 60 tahun keatas (Santrock, 2006). Proses menjadi tua (menua)
adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Padila, 2013). Setiap individu
mengalami proses penuaan (aging) yang terbagi menjadi dua yaitu penuaan
primer dan sekunder. Penuaan primer adalah proses oleh seluruh tubuh yang
sifatnya bertahap, tidak terhindarkan, dan umum dialami manusia. Penuaan
sekunder mengarah pada proses yang mempengaruhi tingkat penuaan primer,
sebagai akibat dari suatu kondisi penyakit diantaranya pemaparan lingkungan fisik
yang tidak sehat, dan penyalahgunaan yang termasuk di dalam kontrol manusia
seperti stres ditempat kerja, paparan racun dari lingkungan, dan lain sebagainya
(Widjianto, 2014).
2. Definisi
Asam uarat (uric-acid dalam bahasa inggris) adalah hasil akhir dari
katobolisme (pemecahan) purin. Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia
pembentuk DNA. Termasuk kelompok purin adalah adenosin dan Guanosin. Saat
DNA dihancurkan, purin pun akan dikatobolisme (Ode, 2012).
Asam urat adalah asam yang terbentuk kistal-kristal yang merupakan dari
hasil akhir metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat pada inti-inti sel tubuh. Secara alamiah,
purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai padda semua makanan dari sel
hidup, yakni makanan dari tananaman (sayur, buah, dan kacang-kacangan)
ataupun hewan daging, jeroan, ikan sarden, dsb). (Indriawan, 2009).
Gout (asam urat) adalah senyawa sukar larut dalam air yang merupakan
hasil akhir metabolisme purin (Damayanti, 2012).
3. Etiologi
Menurut Damayanti (2012), faktor penyebab gout (asam urat) dapat dibagi
menjadi tiga yaitu
a. Faktor umum
Penyakit ini beragam penyebabnya, diantaranya adalah kurang tidur yang
menyebabkan terjadinya penumpukan asam laknat. Selain itu penggundaan sendi
yag berlebihan dapat menyebabkan terjadinya peradangan. Perandangan sendi
juga bisa terjadi karena terlalu banyak berjalan, naik turun tangga, sering jongkok
berdiri juga bisa menyebabkan kelebihan asam urat pada jaringan atau persendian.
b. Faktor khusus
1) Faktor dari dalam
Faktor dari dalam lebih banyak terjadinya akibat proses penyimpangan
metabolisme yang umumnya berkaitan dengan factor usia, dimana usia dia atas 40
tahun beresiko besar terkena asam urat.
2) Faktor dari luar
Faktor dari luar dapat berupa konsumsi makanan dan minuman yang dapat
merangsang pembentukan asam urat seperti makanan yang mempunyai kadar
karbohidrat dan protein tinggi. Makanan dan minuman yang memiliki kadar
karbohidrat dan protein tinggi diantaranya adalah kacang-kacangan, emping,
melinjo, daging ( terurama jero-jeroan) ikan, coklat, kopi, teh, dan minuman cola.
3) Faktor lainnya
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan) penyakit kulit(psoriasis),
kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik biasanya terdapat kadar benda keton(hasil buangan metabolism
lemak)yang meninggi.
4. Klasifikasi
a. Penyakit gout primer
Sebanyak 99% penyebabnya belum diketahui. Diduga berkaitan dengan
kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau
bisa jugga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
b. Penyakit gout sekunder
Penyakit ini disebabkan antara lain karena meningkatknya produkssi asam
urat karena nutrisi yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang
menyebabkan kadar purin yang tinggi. Kadar asam urat meningkat juga bisa
karena sakit.
5. Patofisologi
Pada penyakit gout, terjadi sekresi asam urat yang berlebihan atau defek rnal
yang menyebabkan penurunan ekresi asam urat, atau kombinasi keduanya.
Hiperuresemia primer mungkin disebabkan oleh diet hebat atau kelaparan, asupan
makanan tinggi purin(kerang, dagung organ) secara berlebihan. Pada kasus
hiperuresemia sekunder, gout merupakan manefestasi klinis sekunder dari
berbagai proses genetikatau proses dapatan, termasuk kondisi yang disertai
dengan peningkatan peremajaan sel (leukemia, mieloma multipel, psoriasis,
beberapa anemia) dan peningkatan penghancuran sel (Brunner&Suddart, 2013).

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat antara lain
sebagi berikut:
a. Kesemutan dan linu.
b. Nyeri hebat terutama malam hari, sehingga penderita sering terbangun
saat tidur .
c. Serangan akut dapat dipicu oleh trauma,konsumsi alkohol, diet, stress,
pembedahan.
d. Serangan dini cenderung reda secara spontan dalam 3 sampai 10 hari
tanpa terapi.
e. Serangan selanjutya mungkin tidak terjadi selama berbulan-bulanatau
bertahun-tahun,pada waktunya serangan cenderung terjadi
sering,mengenai lebih banyak sendi dan berlangsung lebih lama
(Brunner&Suddarth, 2013).
7. Komplikasi
a. Merusak organ tubuh terutama ginjal.
b. Faktor risiko terjadinya jantung koroner
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal. kadar
normalnya adalah 2.4 hingga 6 untuk wanita dan 3.0 hingga 7 untuk
pria.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksaan nyeri merupakan maslah yang kompleks. Sebelum dilakukan
penanganan terhadap nyeri terlebih dahulu mengkaji sumber, letak dan faktor
yang mempengaruhi nyeri seperti kegelisahan dan keletihan
(Smeltzer&Bare,2001). Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan cara :
1. Pendekatan secara farmakologis
Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologis
dilakukan dalam kolaborasi dokter dan pasien. Analgesik merupakan obat yang
paling umum untuk menghilangkan nyeri. Metode yang paling umum digunakan
untuk mengatasi nyeri (Smeltzer&Bare,2001). Obat- obatnya antara lain : obat
anti inflamasi (OAINS), yang berfungsi untuk mengatas nyeri sendi akibat proses
peradangan, obat kartikosteroid yang berfungsi sebagai obat anti radang dan
menekan reaksi imun. Obat ini dapat berfungsi dalam bentuk tablet atau suntikan
dibagian sendi yang sakit. Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan
interprestasi nyeri dengan cara mendepresi sistem saraf pusat pada talamus dan
korteks cerebal. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan
nyeri yang lebih berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri (Imam,2007). Pada
nyeri kronik, klien cenderung mengaratasi depresi, antidepresan juga mengandung
efek analgesik(Branner& feist,2007).
2. Pendekatan secra nonfarmakologis
a. Distraksi
Distraksi adalah teknik mengalihkan perhatian ke hal lain terutama hal
yang mneyenangkan dengan tujuan unutk menuurnkan kewaspadaan terhdap nyeri
bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Salah satu teknik distraksi adalah
dengan mendengarkan musik (Potter & Perry, 2006).
b. Relaksasi
Relaksisai otot skelektal dipercaya dapat meurunkan nyeri dengan
merilekskan keteganagan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi yang
sederhana terdiri atas nafas abdomen denga frekuensi lambat dan berirama.
Pasien dapat memenjamkann matanya dan bernafas dengan berlahan dan nyaman.
Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan
lambat bersama setiap inhalasi dan ekhalasi (Smeltzer & Bare, 2015).
c. Plasebo
Plasebo merupakan suatu bentuk tindakan, misalnya pengobatan atau
tindakan perawatan yang mempunyai efek pada pasien akibat sugesti dari pada
kandungan fisik atau kimianya. Suatu obat yang tidak berisi analgesik tetapi
berisi gula dan air. Untuk memberikan plsebo pada pasien perawatan harus
meminta izin dari dokter baik dan mudah, tetapi bila sebalinya makan akan timbul
konsep diri yang kurang baik (Monks & Knoers, 2005).
d. Terapi es dan panas
Terapi es dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeriyang efektif pada
beberapa keadaan. Diduga bahwa es dan panas bekerja dengan menstimulasi
reseptor tidak nyeri (non reseptor) dalam bidang reseptor yang sama seperti
cidera. Tetapi es dapat meurunkan prostaglandia, yang mmperkuat sensitivitas
resptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cidera dengan menghambat proses
inflamasi. Agar efektif, es diletakkan segera setelah terjadi cidera
(Smeltzer&Bare,2001).
e. Terapi komplementer
Terapi komplementer juga termasuk pennangan secara non farmakologis,
tetapi komplemteter ini bersifat terapi pengobatan alamiah menurut Perry &
Potter (2006) terapi pengobatan alamiah alah terapi dengan herbal, terapi nutrisi,
relaksasi progresif, meditasi, akupuntur, akupresur, homeopati, aromaterapi, terapi
bach flower remedi dan terapi feleksiologi.

Asuhan Keperawatan Gerontik

A. Pengkajian
Hari/ tanggal/jam
1. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku,
status perkawinan.
2. Derajat kesehatan
a. Keluhan sakit saat ini
b. Riwayat penyakit terdahulu
c. Pola kebiasaan
Makan dan minum
Eliminasi : Frekuensi BAB/ BAK
3. Toileting : mandi, gosok gigi, mencuci rambut, memotong kuku,
berpakian, berhias.
4. Istirahat tidur.
5. Aktivitas : kegiatan fisik, mobilitas di tempat tidur, kemampuan
berpindah, kemampuan ambulasi dan ROM,
6. Psikososial : Hubungan sosial.
7. Konsep diri : gambaran diri, identitas diri, peran diri, ideal diri, harga
diri.
8. Nilai keyakinan spritual : nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah
9. Psikoseksual
10. Masalah psikososial : dukungan keluarga dan kelompok, hubungan
dengan lingkungkan, kesadran pekerjaan, perumahan, ekonomi,
pelayanan kesehatan dan harapan, mekanisme koping dan adaptasi
stress ; koping adaptif, koping maladaptif.
B. Pemeriksaan fisik
a. Status mental : penampilan, pembicaraan, motorik tremor, afek, tingkat
kesadaran, memori jangka panjang dan pendek.
b. TTV : TD, S, RR, HR.
c. Status gizi.
d. Pemeriksaan head to-toe
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni,(2016). Pengaruh Aromaterapi Jasmine Terhapap Nyeri Pada Pasien


Asam Urat Di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang.

Keliat. (2012). NANDA International Inc. Nursing diagnoses. Jakarta : EGC


Mosby. (2013). Nursing outcomes Classification (NOC). Indonesia : ELSEIVER
Mosby.(2013). Nursing Intervantions Classification (NOC). Indonesia:
ELSEIVER
Ode. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila. (2013). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Widyanto. (2014). Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai