Anda di halaman 1dari 4

BAB I

DIAGNOSIS PADA ANAK

1. Pendahuluan
Pemeriksaan gigi dan mulut pada anak yang dilakukan secara teliti dan cermat akan
dapat menentukan diagnosis secara tepat, sehingga dapat menentukan rencana
perawatannya. Meskipun dalam pelaksanaannya makasiswa hanya menghadapi model
gigi dan rahang, dan tidak menghadapi atau merawat pasien anak yang sesungguhnya.
Akan tetapi mahasiswa dituntut untuk mengetahui alur pemeriksaan secara benar, sesuai
dengan kopetensi atau Tujuan lntruksional Khusus (TIK) dan pokok bahasan ini yaitu
setelah menyelesaikan praktikum ini mahaslswa akan dapat mengerjakan diagnosis gigi
dan mulut anak. Dalam upaya menegakkan diagnosis yang tepat, beberapa hal yang
perlu dilakukan pada anak adalah sebagai berikut :
a. Data Riwayat Penyakit (Anamnesis)
Anak yang untuk pertama kalinya datang ke klinik harus dikelola dengan
suatu fllosofi yang sederhana tetapi mendasari riwayat pasiennya bukan giginya,
disamping itu harus mempertimbangkan perasaan anak, untuk membentuk rasa
percaya diri dan kerja sama yang baik untuk melakukan perawatan dengan cara yang
simpatik serta tidak hanya memberikan perawatan sekarang tetapi juga memikirkan
dan mengusahakan masa depan kesehatan gigi dan mulut anak tersebut dengan
membentuk sikap dan tingkah laku yang positif terhadap perawatan gigi. Kunjungan
pertama ini harus dilangsungkan sedemikian rupa sehingga merupakan pengalaman
yang menyenangkan bagi anak.
Pendekatan pada pasien anak dapat dilakukan dengan jalan menanyakan
identitas anak baik dilakukan pada anak yang baru pertama kali memeriksakan gigi
geliginya maupun yang sudah pernah dilakukan perawatan. Identitas anak sangat
penting diketahui untuk memperlancar perawatan. Selain identitas, pada anamnesis
tahapan selanjutnya adalah :
1) Motivasi
Pentingnya mengetahui alasan kedatangan pasien.
2) Keluhan Utama (CC.)
Apa yang dikeluhkan saat datang, sehingga mendorong anak untuk
memeriksakan giginya.
3) Keadaan Sakit Sekarang (P1)
Jika keluhannya sakit, cari keterangan mengenai lokasi dan sifat sakit yang
dirasakan.

Universitas Gadjah Mada 1


4) Riwayat Gigi (PDH)
Yang perlu ditanyakan adalah mengenai sejak kapan keluhan sakit tersebut
dirasakan, serta hal-hal yang menyebabkan munculnya rasa sakit tersebut.
Apakah pernah dilakukan perawatan sebelumnya?
5) Riwayat Kesehatan Umum (PMH)
Penyakit-penyakit yang berhubungan Iangsung dengan kondisi gigi, perlu
ditanyakan riwayat penyakiit serta riwayat alergi terhadap obatobatan yang
pernah diberikan.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga (FH)
Perlu ditanyakan ada tidaknya riwayat penyakit serius dalam keluarga yang
langsung berhubungan dengan kondisi gigi. Apakah kedua orang tua anak
mempunyai masalah dengan kesehatan giginya? Apakah susunan gigi geligi
kedua orang tuannya teratur atau berjejal?

2. Pemeriksaan Klinis
Pada pemeriksaan rongga mulut anak, mahasiswa mengerjakan pada model gigi dan
rahang. Tentu saja pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan anamnesis atau
wawancara. Akan tetapi dalam pemeriksaan ini mahasiswa dituntut untuk dapat
membedakan antara gigi desidui dengan gigi permanen pada kasus yang dihadapi,
sesuai dengan model gigi dan rahang yang diterima (Gbr. 1-1). Oleh sebab itu dalam
melakukan pemeriksaan mahasiswa diminta untuk mencermati model yang dihadapi dan
membuat/ menuliskan kode sesuai dengan keadaan yang ada pada model tersebut pada
tempat yang semestinya (Gbr. 1-2).

Gambar 1-1
Model gigi dan rahang. A Model gigi dan rahang dilihat dari permukaan oklusal,
B Model dilihat dari samping.

Universitas Gadjah Mada 2


Gambar 1-2
Contoh pemeriksaan gigi geligi dan penempatan kodeyang sesuai dengan keadaan gigi

Tahap selanjutnya dalam melakukan pemeriksaan gigi-geligi adalah menuliskan


elemen atau gigi yang mengalami kelainan posisi atau penyakit jaringan keras gigi
(karies) secara benar pada kolom yang semestinya, menuliskan kalainan/ penyakit yang
ditemukan dari hasil pemeriksaan tersebut pada kolom yang semestinya. Pada
pemeriksaan kelainan/ penyakit jaringan keras gigi yaitu meliputi diagnosis karies gigi
berdasarkan kedalamannya, dan diagnosis kelainan/ posisi gigi (malposisi) serta
perawatannya.
Gigi yang terlihat karies ditentukan kedalamannya, apakah kedalaman email atau
kedalaman dentin atau kedalaman dentin dengan pulpa terbuka. Diagnosis dari gigi
karies tersebut diambil deferensial diagnosanya dan perawatan dipilihkan yang mungkin
dilakukan pada DD tersebut. Menentukan posisi gigi dilihat hubungannya dengan gigi lain
atau terhadap lengkung idealnya. Posisi gigi dituliskan arah erupsinya, misalnya gigi
erupsi ke arah palatinal, diagnosisnya adalah palatoversi dan treatmennya adalah
orthodonsi.

Universitas Gadjah Mada 3


3. Pemeriksaan Radiografis
Pemeriksaan radiografis juga merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk
mendapatkan diagnosis yang pasti dan kasus yang dihadapi, paling tidak mendekati
kebenaran, karena rongen sendiri merupakan suatu alat bantu untuk menegakkan
diagnosis. Dalam hal ini rongen ogarm panoramik (QPG) yang diterima berasal dan
pasien yang sama dengan model gigi dan rahang seperti tersebut diatas (Gbr. 1-3).
Sehingga apabila pada pemeriksaan model gigi dan rahang dalam menentukan
diagnosisi karies, penentuan gigi desidui maupun permanen atau kasus yang lain
menghadapi keragu-raguan atau sesuatu yang tidak pasti. Maka dalam analisis
radiografis ini hal-hal tersebut dapat diketahui kepastiannya.

Pada analisis radiografi dilaksanakan dengan memperhatikan rongen ogam terutama


untuk gigi yang karies. Perhatikan kedalaman karies, gambaran pada ujung akar atau
disekitar akar, apakah jaringan periodontalnya Ionggar atau tidak kelihatan batasnya
dengan jelas. Dari sini dapat disimpulkan bagaimana kondisi gigi tersebut, apakah sudah
perforasi ruang pulpanya, atau ada peradangan pada jaringan periodonrtal, granuloma
atau ada abses pada apikal gigi. Selain itu dapat memberikan gambaran bagaimana
letak benih gigi permanen terhadap gigi desidui yang akan digantikannya.
Kesimpulan yang dibuat/ didapat dari hasil pemeriksaan dan analisis radiografis,
maka dapat ditentukan rencana perawatannya. Dalam recana perawatan tidak hanya
menuliskan rencana perawatan terhadap kasus yang dihadapi pada saat itu, melainkan
harus mempertimbangkan kedepan setelah perawatan yang tertulis tersebut dilakukan.
Misalnya kasus gigi molar kedua desidui yang sudah mengalami kerusakan sehingga
tidak memungkinkan untuk dipertahankan pada hal gigi pengganti masih terlalu dalam
atau anak berumur 7 tahun, sehingga harus dilakukan pencabutan untuk menghindari
adanya fokal infeksi. Maka yang harus dipertimbangkan adalah perawatan yang perlu
diberikan pada anak setelah pencabutan selesai untuk mencegah timbulnya kelainan
baru akibat dan pencabutan gigi desidul yang terlalu dini. Dalam hal ini perlu juga
diperhitungkan kapan anak tersebut kontrol untuk dilakukan pemeriksaan ulang.

Universitas Gadjah Mada 4

Anda mungkin juga menyukai