Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KULIT MANGGIS
MARATUS SHOLIHAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Maratus Sholihah
F152130101
RINGKASAN
Mangosteen is one of exotic fruit from Indonesia that consists of rind 70-
75%, pulp 10-15% and seed 15-20%. Mangosteen rind contains polyphenol
compounds, one of which is anthocyanin. Anthocyanin has a potency as strong
antioxidant. Maceration is one of the common extraction methods used to obtain
antioxidant of mangosteen rind. However, this method spends more time and
produces low extraction yield. Therefore, one of potential methods to improve
extraction process is ultrasonic-assisted extraction (UAE). Ultrasonic wave is
sound wave transmitted above the human-detectable frequency range ( 20 kHz).
UAE can be classified into two types: UAE indirect sonication and UAE direct
sonication. UAE direct sonication didnt used yet on extraction of mangosteen rind.
The aim of the research was to observe the effect of amplitude of ultrasonic
wave and excitation time of UAE direct sonication on extraction process from
mangosteen rind. UAE device used was Sonicator Q700 with power 700 watt and
frequency 20 kHz. It was arranged from generator, transducer and probe.
Excitation of ultrasonic wave in a long time can increase the temperature that led
to accelerate oxidation of antioxidant. Therefore, temperature control was used to
maintain extraction temperature using heat exchanger system. Experimental
design chosen was completely randomized design 2 factors. The factors were
amplitude of ultrasonic wave (35, 50, 65%) and excitation time (15, 30, 45
minutes). Parameters tested are moisture content, extraction yield, total
anthocyanin content and antioxidant activity. As the control was maceration
method at 35 oC for 7 hours.
The temperature was increasing during UAE process particularly on the
amplitude of 50% and 65%. Application of temperature control can mantain
temperature between 34 36.2 oC. Moisture content of mangosteen rind powder
was 10.17%. This result had qualified drying moisture content in the range 9-11%.
The result showed that the extraction yield, total anthocyanin content (TAC) and
antioxidant activity (IC50) of all ultrasonic treatments were significantly different
from that of control. The formation of cavitation in UAE method can increase
solubility and mass transfer of extracted component in shorter time. There is no
interaction between amplitude of ultrasonic and excitation time toward quality
parameters obtained. Any increment in the amplitude of 15% and excitaion 15
minutes did not show significantly different while any increment in the amplitude
of 30% and excitaion 30 minutes showed significantly different for all parameters
tested.
The optimal condition of UAE was obtained from amplitude of 65% and
excitation time 45 minutes resulting 6.71% of extraction yield, TAC 558.76 ppm
and IC50 4.93 ppm. UAE can increase 1.02-2.66 % of yield, 23-88% of TAC and
17-40% of IC50 from mangosteen rind.UAE can enhance the effectiveness of
antioxidant extraction and reduce extraction time from mangosteen rind.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ULTRASONIC-ASSISTED EXTRACTION ANTIOKSIDAN DARI
KULIT MANGGIS
MARATUS SHOLIHAH
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Pascapanen
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Nanik Purwanti, STP MSc
PRAKATA
Puji dan syukur penulis aturkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala nikmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2016 ini ialah
ekstraksi antioksidan, dengan judul Ultrasonic-assisted Extraction Antioksidan
dari Kulit Manggis.
Penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya
kepada :
1. Kedua orang tua yang saya hormati Bapak MH Purwoko dan umi Siti
Rohmatun, suami tercinta Ali Akbar dan keluarga besar yang senantiasa
memberikan doa dan kasih sayang sehingga studi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Dr Ir Usman Ahmad, MAgr dan Bapak Dr Ir I Wayan Budiastra,
MAgr selaku pembimbing yang sudah memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis selama penelitian dan penulisan tesis.
3. Ibu Dr Nanik Purwanti, STP MSc selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan saran dan koreksi untuk perbaikan tesis.
4. Ketua PS Teknologi Pascapanen IPB Bapak Prof Dr Ir Sutrisno, MAgr yang
telah memberikan saran dan koreksi untuk perbaikan tesis.
5. Ibu Rusmawati dan Bapak Ahmad Muyatullah atas segala dukungan dan
layanan selama penulis menjalani perkuliahan dan penelitian.
6. Rekan-rekan seperjuangan S2 TPP IPB 2013 dan 2014 selaku rekan diskusi
dalam penelitian.
7. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa selama
perkulihan dan penelitian melalui beasiswa BPPDN.
Maratus Sholihah
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
Manggis (Garcinia mangostana. L) 3
Antioksidan pada kulit manggis 3
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH 4
Gelombang ultrasonik 5
Jenis-jenis pemanfaatan gelombang ultrasonik 5
Transduser Ultrasonik 7
Mekanisme UAE 8
Parameter pada proses sonokimia 10
3 METODE 12
Waktu dan Tempat Penelitian 12
Bahan 12
Alat 12
Prosedur Penelitian 12
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 17
Pengontrol suhu ekstraksi 17
Kadar air serbuk kulit manggis 17
Rendemen ekstrak kulit manggis 18
Kadar antosianin total 20
Aktivitas antioksidan 22
5 SIMPULAN DAN SARAN 25
Simpulan 25
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah salah satu buah eksotis yang
berasal dari hutan tropis Asia Tenggara khususnya Malaysia dan Indonesia.
Terdapat sekitar 100 jenis tanaman manggis yang tumbuh di Indonesia dari sekitar
400 jenis yang dijumpai di dunia. Menurut Rencana Strategis Kementan tahun
2015-2019, manggis merupakan salah satu buah yang memiliki peluang ekspor
cukup menjanjikan. Berdasarkan penelitian Iswari dan Sudaryono (2007),
komponen manggis yang paling besar adalah kulitnya yakni 70-75% sedangkan
daging buahnya hanya 10-15% dan bijinya 15-20%. Kulit manggis diketahui
mengandung antioksidan yang tinggi karena tersusun atas senyawa polifenol yang
cukup banyak diantaranya adalah antosianin, tanin, xanthone dan senyawa asam
fenolat.
Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan
sebagai antioksidan kuat. Kemampuan antioksidatif antosianin timbul dari
reaktivitasnya yang tinggi sebagai pendonor hidrogen atau elektron, kemampuan
radikal turunan polifenol untuk menstabilkan dan mendelokalisasi elektron tidak
berpasangan serta kemampuannya mengikat ion logam (terminasi reaksi Fenton)
(Rice-Evans et al. 1997). Antosianin dalam kulit manggis dapat diperoleh dengan
metode ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat
maupun cair dengan bantuan pelarut. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan
pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Miryanti
2011).
Untuk mendapatkan antioksidan dari tumbuh-tumbuhan dilakukan ekstraksi
dengan pelarut berdasarkan tingkat kelarutan senyawa tersebut. Senyawa
alkoholik seperti etanol, metanol dan propanol merupakan pelarut untuk
mengekstraksi semua golongan flavonoid. Metode ekstraksi yang paling umum
digunakan adalah maserasi yaitu merendam sampel menggunakan pelarut dengan
atau tanpa pengadukan. Perendaman bahan yang dilakukan pada proses maserasi
akan dapat menaikkan permeabilitas dinding sel melalui tiga tahapan: (1)
masuknya pelarut ke dalam dinding sel dan membengkakannya, (2) senyawa yang
terdapat pada dinding sel akan lepas dan masuk ke dalam pelarut, (3) difusi
senyawa yang terekstraksi oleh pelarut keluar dari dinding sel. Maserasi umumnya
berjalan lambat, membutuhkan banyak pelarut dan menghasilkan rendemen yang
rendah. Suhu yang cukup tinggi digunakan untuk meningkatkan kelarutan
senyawa yang diekstrak sehingga dapat mempercepat proses oksidasi antioksidan.
Ultrasonic-assisted extraction (UAE) adalah salah satu metode ekstraksi
berbantu ultrasonik. Gelombang ultrasonik adalah gelombang suara yang
memiliki frekuensi di atas pendengaran manusia ( 20 kHz). Proses ekstraksi
senyawa organik pada tanaman dan biji-bijian menggunakan pelarut organik dapat
berlangsung lebih cepat dengan bantuan ultrasonik. Dinding sel dari bahan
dipecah dengan getaran ultrasonik sehingga kandungan yang ada didalamnya
dapat keluar dengan mudah (Mason 1990). Keuntungan utama dari ekstraksi
dengan bantuan gelombang ultrasonik dibandingkan dengan ekstraksi
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah menjadi solusi untuk proses ekstraksi kulit
manggis yang membutuhkan waktu lama dan membantu meningkatkan rendemen,
kadar antosianin total dan aktivitas antioksidan yang terekstrak sehingga hasil
ekstraksi menjadi lebih menguntungkan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Manggis adalah buah yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan
Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Indonesia atau Malaysia. Manggis dikenal
sebagai Queen of Fruits karena memiliki warna kulit, daging buah dan rasa yang
unik yaitu manis dan asam. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan
ketinggian diantara 500-600 m dpl. Derajat keasaman tanah yang dikehendaki
adalah 5-7 (agak masam sampai netral). Curah hujan 1270-2500 mm/tahun
dengan 10 bulan basah dalam satu tahun dan kelembaban udara sekitar 80% dan
intensitas cahaya matahari yang optimum. Buah manggis dalam perdagangan
dikenal sebagai ratu buah dengan klasifikasi botani pohon manggis pada Tabel 1.
Secara umum, kandungan kimia yang terdapat dalam kulit manggis adalah
xanthone, mangostin, garsinon, flavonoid, dan tanin (Heyne 1987). Kandungan
antosianin sebesar 5.7 6.2 mg/g sedangkan xanton dan turunannya sebesar 0.7-
4
34.9 mg/g (Permana 2010). Secara kimiawi antosianin bisa dikelompokkan dalam
golongan flavonoid (Harborne 1996) dan fenolik (Steed dan Truong 2008).
Antosianin adalah pigmen yang bisa larut dalam air. Sifat antosianin termasuk
perubahan warna dan aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh pH dan struktur dari
antosianin (Marco et al. 2011). Antosianin dapat berfungsi sebagai antioksidan
karena flavonoid merupakan salah satu antioksidan sekunder atau antioksidan non
enzimatis (Jordheim 2007).
Antioksidan adalah zat yang dapat menangkal atau mencegah reaksi
oksidasi dari radikal bebas (Chang, et al., 2002). Oksidasi adalah jenis reaksi
kimia berkenaan dengan pengikatan oksigen, pelepasan hidrogen, atau pelepasan
elektron. Reaksi oksidasi dapat menghasilkan radikal bebas dan memicu reaksi
berantai sehingga menyebabkan kerusakan sel dalam tubuh. Radikal bebas adalah
atom atau gugus apa saja yang memiliki satu atau lebih elektron tidak
berpasangan. Suatu radikal bebas dapat bermuatan positif atau negatif, maka
spesies semacam ini sangat reaktif karena adanya elektron tidak berpasangan.
Antioksidan dapat mencegah terjadinya peroksidasi lipid baik pada tahap
inisiasi, propagasi maupun pada tahap terminasi seperti berikut:
Lipid (LH) penyusun membran sel biasanya berupa asam lemak tak jenuh
ganda. Peroksidasi dimulai (inisiasi) dari abstraksi atom hidrogen pada gugus
metilen oleh ROS membentuk radikal karbon (L). Apabila radikal karbon
bereaksi dengan oksigen maka akan terbentuk radikal peroksil (LOO). Reaksi
berikutnya adalah abstraksi atom hidrogen lipid lain oleh radikal peroksil
membentuk lipid hidroperoksida yang bersifat sitotoksik (LOOH), sehingga
terjadi reaksi berantai. Reaksi akan berakhir (terminasi) jika radikal karbon yang
terbentuk pada tahap inisiasi ataupun radikal lain yang terbentuk pada reaksi
propagasi bereaksi dengan radikal lain menjadi produk non radikal (Setiawan dan
Suhartono 2007). Pada tahap inisiasi, peroksidasi lipid dapat dicegah oleh
peredam radikal bebas. Sementara pada tahap propagasi diputus oleh peredam
radikal peroksi seperti antioksidan flavonoid (LH adalah flavonoid) sedangkan
pada tahap terminasi radikal lipid (L) dan radikal lipid peroksi (LOO) dan
radikal alkosil (LOdiredam oleh antioksidan fenol (seperti -tocopherol,
flavonoid) (LOO/L/LO+ A-OH LOOH/LH/LOH + AO, A-OH adalah
senyawa fenol seperti -tocopherol, flavonoid, dan AOadalah radikal fenoksil)
(Middleton et al. 2000).
Gelombang Ultrasonik
tangki
stainless steel
transduser
Indirect cleaning bath ultrasonic digunakan untuk bahan yang mudah menguap
sehingga wadah (Erlenmeyer atau gelas beker) perlu dilengkapi dengan
penutup. Model ultrasonik ini sesuai untuk pembersihan bagian yang kecil atau
sempit. Metode indirect sangat ideal luntuk digunakan sebagai persiapan
sampel. Jenis ultrasonik yang lainnya adalah Direct cleaning bath yang
ditunjukkan pada Gambar 2.
pengaduk mekanik
massa ekstraksi
tangki
stainless steel
transduser
Direct cleaning bath ultrasonic sesuai digunakan pada proses kimia dengan
bahan yang bersifat tidak volatile atau tidak mudah menguap dan volumenya
relative besar karena gelombang suara secara langsung dapat menembus
partikel dan menimbulkan efek kavitasi. Bath dapat digunakan sebagai tempat
reaksi. Kelebihan penggunaan cleaning bath ultrasonic adalah mudah didapat,
tidak mahal, daerah akustik terdistribusi merata dan dapat digunakan untuk
gelas reaksi biasa. Kekurangan cleaning bath ultrasonic adalah daya kurang
besar (maksimum 5 W/cm2); energi masuk harus dikaji pada setiap sistem
karena tenaga yang diperlukan bergantung pada ukuran bath, jenis wadah,
posisi wadah dalam bath; frekuensi ultrasonik tidak sama secara universal; sulit
7
transduser tercelup
pengaduk mekanik
massa ekstraksi
pendingin/pemanas
Transduser Ultrasonik
Transduser adalah suatu alat yang mengubah suatu energi ke dalam bentuk
energi lainnya. Transduser ultrasonik mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik dalam bentuk suara dan sebaliknya transduser ultrasonik juga dapat
mengubah energi mekanik seperti suara menjadi energi listrik. Transduser akan
mengeluarkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi di atas 20 kHz. Besarnya
gelombang ultrasonik yang dapat dibangkitkan tergantung pada jenis
transdusernya. Transduser ultrasonik terbuat dari material piezoelektrik yaitu
terbuat dari bahan quartz (SiO3) dan barium titanat (BaTiO3) yang akan
8
menghasilkan medan listrik pada saat material berubah bentuk atau dimensinya
sebagai akibat dari gaya mekanik. Hal tersebut sering disebut efek piezoelektrik.
Bahan piezoelektik yang digunakan pada transduser ultrasonik mengubah
sinyal listrik menjadi getaran mekanik dan mengubah kembali getaran mekanik
menjadi energi listrik. Komponen utama pada transduser ultrasonik adalah elemen
aktif, backing, dan wear plate. Elemen aktif terbuat dari bahan piezo atau
ferroelectric yang mengubah energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit pulsa
menjadi energi ultrasonik. Backing mempunyai penguatan yang tinggi. Wear plate
berfungsi untuk melindungi bagian elemen aktif serta sebagai medium yang
kontak langsung dengan material yang akan diuji.
Pemilihan jenis transduser yang tepat sangat penting untuk mendapatkan
kinerja UAE yang optimal. Diameter tip (ujung probe) dari probe berperan
terhadap keefektivitasan proses pada cairan. Diameter tip yang lebih kecil
(microtip probes) menghantarkan intensitas sonikasi yang tinggi dan energi fokus
pada area yang kecil. Diameter tip yang lebih besar dapat memproses volume
yang lebih besar tetapi dengan intensitas yang lebih rendah. Booster dan high gain
horn dapat digunakan untuk meningkatkan output dari diameter probe yang besar.
Tip dari probe tersedia dalam bentuk yang dapat diganti (replaceable) maupun
yang tetap (solid). Jenis dan ukuran probe ditunjukkan pada Gambar 5.
Mekanisme UAE
Tenaga ultrasonik pada proses kimia tidak secara langsung kontak dengan
medan yang bersangkutan akan tetapi melalui media perantara berupa cairan.
Gelombang bunyi yang dihasilkan oleh tenaga listrik (lewat transduser) diteruskan
oleh media cair ke medan yang dituju melalui fenomena kavitasi (cavitation).
Perambatan gelombang ultrasonik pada ekstraksi menimbulkan dua proses utama
9
Aplikasi UAE
3 METODE
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai April 2016, yang
bertempat di Laboratorium Lapangan Siswadi Soepardjo Departemen Teknik dan
Biosistem IPB dan Laboratorium Nano Teknologi Balai Besar Pascapanen
Cimanggu Bogor.
Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah kulit manggis yang berasal dari kebun
petani manggis di daerah Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Bahan lain yg digunakan
adalah kertas saring dan ethanol 96%. Selain itu juga digunakan air dan ice gel
sebagai media pendingin.
Alat
Alat yang digunakan adalah pisau, timbangan mettle PM-, cabinet dryer,
termokopel, hammer mill, grinder, ayakan mesh 60, gelas beker 1 L, pengaduk,
botol vial 300 ml dan 30ml, corong, heater dan rotary vacuum evaporator.
Sonikator yang digunakan adalah merek QSonica model Q700 buatan USA
dengan probe berdiameter 1 tipe replaceable tip part 4210. Spesifikasi sonikator
terdapat pada lampiran 1. Perangkat yang digunakan sebagai pengontrol suhu
ekstraksi adalah termostat, water bath, selang akuarium, pipa tembaga diameter
, ice box, pompa akuarium dan kabel.
Prosedur Penelitian
Rancangan percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dua
faktor. Kedua faktor tersebut adalah waktu eksitasi (15, 30, 45 menit) dan
amplitudo ultrasonik (35, 50, 65%). Amplitudo adalah jarak yang dilalui ujung
probe yang outputnya dapat diatur dari 1-100%. Amplitudo yang diukur pada
output 100% dari probe yang digunakan adalah 30 m. Setiap kombinasi
perlakuan diulang sebanyak 2 kali sehingga terdapat 18 unit percobaan. Ekstraksi
dengan metode maserasi pada suhu 35 oC selama 7 jam digunakan sebagai kontrol
(Miryanti 2011). Analisis varian rancangan percobaan dilakukan untuk
mengetahui perbedaan perlakuan ultrasonik terhadap kontrol, pengaruh 2 faktor
terhadap parameter uji dan interaksi diantara kedua faktor. Untuk uji lanjut
dilakukan dengan uji Duncans Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata
95% atau pada p-value 0.05.
Penelitian ini terdiri dari persiapan bahan dan alat, ekstraksi dan pengujian
parameter mutu. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.
13
mulai
Penelitian pendahuluan
Ekstraksi metode maserasi
(35 oC) selama 7 jam tanpa
pengadukan sebagai kontrol Ekstraksi kulit manggis dengan
perlakuan ultrasonik dengan faktor
amplitudo gelombang (20, 35,
50%), lama eksitasi (15, 30, 45
menit) dan suhu 35 2 oC
Penyaringan
selesai
Preparasi bahan
Kulit manggis yang digunakan berasal dari buah manggis yang telah matang.
Kematangan buah manggis disortasi berdasarkan warna kulit manggis dari
kemerahan hingga keungu-unguan sebagai karakteristik keberadaan antosianin.
Kulit manggis yang telah bersih selanjutnya mengalami proses pemisahan antara
bagian kulit yang keras, bagian kulit yang lunak dan daging buah. Bagian kulit
manggis yang lunak dijadikan sebagai bahan baku utama. Kulit manggis dicuci
dan dipotong kecil-kecil kemudian dilakukan pengeringan dengan cabinet dryer
pada suhu 50-60 oC sampai kadar air mencapai 9-11% (Farida dan Nisa 2015).
Alasan digunakan temperatur pengeringan yang tidak terlalu tinggi adalah untuk
mencegah kemungkinan rusaknya senyawa antioksidan hilangnya warna
antosianin pada suhu 60-70 oC (Isnaini 2010). Kulit manggis yang telah
mengering kemudian digiling hingga menjadi serbuk kulit manggis dengan
ukuran mesh 60. Serbuk kulit manggis kemudian disimpan dalam kemasan plastik
sebelum digunakan.
14
Preparasi alat
Perangkat sonikator terdiri dari generator, transduser dan probe. Generator
digunakan untuk mentransmisi arus AC menjadi energi listrik yang memiliki
frekuensi 20 kHz dan daya 700 watt. Jenis sonikator ini memiliki frekuensi yang
tetap sedangkan amplitudo dan waktu eksitasi dapat diatur. Jenis ini digunakan
untuk sonokimia karena gelembung kavitasi sukar dihasilkan dari frekuensi
ultrasonik yang tinggi (Mason dan Lorimer 2002). Frekuensi ultrasonik yang
digunakan untuk ekstraksi berkisar antara 20-40 kHz. Transduser mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik (vibrasi) oleh pengaruh kristal piezoelektrik.
Vibrasi diperkuat dan ditransmisikan ke permukaan larutan oleh probe yang dapat
dicelupkan pada larutan dan tidak menyebabkan korosi.
Eksitasi gelombang utrasonik pada waktu yang lama dapat meningkatkan
suhu larutan sehingga mempercepat oksidasi antioksidan. Oleh karena itu,
digunakan pengontrol suhu untuk menurunkan suhu ekstraksi dengan prinsip heat
exchanger. Thermostat diatur pada suhu 35 oC sebagai suhu optimum untuk
ekstraksi antosianin (Golmohamadi et al. 2013). Suhu larutan yang semakin
tinggi akan membuat air dalam water bath juga menjadi panas. Pada suhu larutan
di atas 35 oC termostat akan menyala sehingga menggerakkan pompa air sebagai
sirkulator. Air disirkulasikan melalui selang yang disambung dengan pipa
tembaga berkelok dan dibenamkan pada ice gel. Pipa tembaga berfungsi sebagai
media pindah panas sehingga dapat mendinginkan air yang akan dikembalikan ke
water bath untuk menurunkan suhu larutan. Percobaan pendahuluan dilakukan
untuk melihat keakuratan suhu yang dicapai dengan toleransi 2 oC.
Gambar 8 menunjukkan susunan perangkat ultrasonik yang digunakan
dalam penelitian ini.
3
2
7
4
5 8
6 9
10
Keterangan:
1 = generator 6 = water bath
2 = sensor suhu 7 = pipa tembaga
3 = transduser 8 = ice box
4 = probe 9 = ice gel
5 = gelas beker 10 = pompa air submersible
( ) ( )
Keterangan:
MS = massa serbuk kulit manggis (g)
ME = massa hasil ekstraksi (g)
( ) ( ) ( )
( )
Keterangan:
TAC = Total Anthocyanin Content (ppm)
A = Absorbansi akhir larutan
= Absortivitas molar sianidin-3-glukosida (26900 L(mol.cm)1)
l = panjang sel kuvet (1 cm)
MW = (Molecular weight) berat molekul sianidin-3-glukosida (449.2 g/mol)
DF = (Dilution factor) faktor pengenceran
V = Volume akhir (L)
Wt = berat ekstrak (g)
17
Aktivitas antioksidan
Uji aktivitas antioksidan penangkap radikal pada ekstrak kulit manggis
dilakukan dengan metode DPPH menggunakan spektrofotometri berdasarkan Leu
et al. (2006). Ekstrak kulit manggis diencerkan kembali pada ethanol (1 mg mL-1)
pada berbagai konsentrasi yang berbeda (0.3125, 0.625, 1.25, 2.5, 5, 10 dan 20
ppm) untuk setiap sampel yang digunakan. Setiap 1 mL larutan akhir terdiri dari
500 l ekstrak dan 500 l larutan DPPH (125 M dalam ethanol). Larutan
kemudian divorteks dan didiamkan selama 30 menit pada ruangan gelap.
Penyerapan sinar oleh larutan diukur pada panjang gelombang 517 nm
menggunakan spektrofotometri. Larutan DPPH tanpa sampel dan tanpa standar
digunakan sebagai kontrol. Asam askorbat digunakan untuk membuat kurva
standar. Aktivitas penangkapan radikal DPPH dinyatakan sebagai %
penghambatan terhadap radikal DPPH. Persentase penghambatan dihitung
dengan Persamaan 5.
( )
( ) ( )
Keterangan:
A = absorbans tanpa penambahan sampel/standar (DPPH dan ethanol)
B = absorbans dengan penambahan sampel/standar (DPPH, ethanol dan
sampel/standar)
Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC50. Nilai IC50
merupakan konsentrasi suatu larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat
DPPH sebesar 50% (Molyneux, 2004). IC50 dihitung dari kurva regresi linear
antara ekstrak kulit buah manggis dan pembanding vitamin C pada berbagai
konsentrasi uji versus aktivitas antioksidan (%).
Salah satu masalah penanganan kulit buah manggis adalah singkatnya umur
simpan karena tingginya kadar air yang terdapat pada kulit buah manggis. Oleh
18
karena itu kulit manggis yang digunakan terlebih dahulu diolah menjadi serbuk.
Produk dalam bentuk serbuk memiliki beberapa kelebihan diantaranya terbebas
dari pengotor, umur simpan panjang, mudah dalam penyimpanan, dan transportasi.
Pengukuran kadar air tidak berkaitan langsung dengan proses ekstraksi namun
tetap diukur untuk dibandingkan dengan kadar air pengeringan yang dianjurkan.
Kadar air mempengaruhi kualitas serbuk kulit manggis. Pengukuran kadar air
ditunjukkan pada Tabel 3.
Semakin tinggi amplitudo dan semakin lama waktu eksitasi yang digunakan
menghasilkan rendemen yang semakin besar. Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan waktu eksitasi tidak berpengaruh nyata terhadap
19
7,00
6,00 35
5,00 50
Rendemen (%)
65
4,00
3,00
2,00
65
1,00
50
0,00
15 35
30
45
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi yang
terjadi antara amplitudo dan waktu eksitasi terhadap rendemen. Dari grafik di atas
dapat dikatakan bahwa amplitudo lebih berpengaruh terhadap rendemen yang
dihasilkan dibandingkan dengan waktu ekstraksi. Rendemen cenderung tinggi
pada amplitudo yang tinggi walaupun dengan waktu eksitasi yang lebih singkat.
Sebaliknya, rendemen cenderung rendah pada amplitudo yang kecil walaupun
dieksitasi pada waktu yang lama.Vinatoru (2001) menyatakan semakin tinggi
amplitudo ultrasonik yang melewati suatu medium maka pemecahan gelembung
kavitasi dapat terjadi disekitar atau dipermukaan membran sampel sehingga
menyebabkan mikrofraktur yang lebih besar. Terdapat hubungan antara amplitudo
dengan energi (Joule) yang digunakan. Energi berbanding lurus dengan kuadrat
amplitudo sehingga dapat dikatakan semakin tinggi amplitudo yang digunakan
maka semakin besar enegi yang terpakai. Energi ultrasonik yang digunakan
terdapat pada Lampiran 2.
Amplitudo tinggi yang melewati medium dapat menyebabkan tekanan dan
gaya geser oleh molekul pelarut. Kondisi ini dapat menghasilkan perubahan
densitas dan modulus elastisitas secara lokal serta perpindahan massa antar fase
meningkat sehingga rendemen meningkat pada waktu yang singkat (Price et al.
1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi meliputi tipe persiapan
sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut. Semakin
20
Salah satu senyawa flavonoid dalam kulit buah manggis adalah antosianin.
Antosianin merupakan pigmen yang menyebabkan warna merah sampai warna
biru pada kulit buah-buahan maupun sayuran. Antosianin berada di dalam vakuola
yang terletak di bagian intra seluler. Dibutuhkan energi yang besar seperti energi
pada gelembung kavitasi untuk dapat memecah dinding sel, memudahkan
penetrasi pelarut dan difusi antosianin.
Maserasi dapat digunakan untuk mendapatkan kondisi tersebut namun
dengan waktu yang lebih lama karena menggunakan prinsip kesetimbangan
konsentrasi antara pelarut (ethanol) dan senyawa yang berada di dalam intra sel.
Dari hasil penelitian, semua kombinasi perlakuan ekstraksi berbantu ultrasonik
berbeda nyata terhadap kontrol. Semakin tinggi amplitudo dan semakin lama
waktu eksitasi menghasilkan kadar antosianin total yang semakin besar. Kadar
antosianin total ditunjukkan pada Tabel 5.
600,00
kadar antosianin total (ppm)
500,00
35
400,00 50
300,00 65
200,00
100,00 65
50
0,00
15 35
30
45
Tidak ada interaksi antara amplitudo dan waktu eksitasi terhadap kadar
antosianin total. Dari grafik dapat diketahui bahwa amplitudo lebih berpengaruh
terhadap kadar antosianin total dibandingkan dengan waktu eksitasi. Kadar
antosianin total cenderung sedikit pada amplitudo yang kecil meskipun dieksitasi
pada waktu yang lebih lama. Kandungan antosianin yang didapatkan juga
dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan. Ethanol merupakan pelarut
organik yang bersifat polar dengan indeks polaritas yang cukup tinggi yakni
sebesar 5.2. Golongan ini lebih baik dibanding pelarut organik lainnya seperti
aseton karena mempunyai kepolaran lebih tinggi sehingga mudah untuk
melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak, karbohidrat, dan senyawa
organik lainnya seperti flavonoid (antosianin). Pelarut lain yang sering digunakan
untuk melarutkan antosianin adalah methanol namun alkohol jenis ini termasuk
fuel grade dan bila digunakan untuk bahan pangan residunya tidak boleh lebih
dari 50 ppm. Indeks polaritas berbagai pelarut lainnya terdapat pada Lampiran 3.
Aktivitas Antioksidan
( )
100
80
y = 27,277ln(x) + 36,473
60 R = 0,9605
Inhibisi (%)
40 y = 28,729ln(x) + 31,227
R = 0,9509 U1
20 U2
0
0 2 4 6 8 10 12
-20 Konsentrasi (ppm)
Gambar 12 Kurva penentuan nilai IC50 dari vitamin C
Pascapanen Pertanian 2012 dengan nilai IC50 maksimal 44.49 ppm. Menurut
Kurniawati et al. (2010), kualitas buah manggis juga mempengaruhi aktivitas
antioksidan pada kulitnya. Buah dengan kulit burik akibat serangan hama atau
kerusakan fisik membutuhkan peran antioksidan yang lebih besar sehingga
aktivitas antioksidannya berkurang. Hubungan antara amplitudo dan waktu
eksitasi terhadap aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Gambar 13.
6 35
5 50
IC50 (ppm)
4 65
3
2
65
1
50
0
15 35
30
45
Tidak ada interaksi antara amplitudo dan waktu eksitasi terhadap aktivitas
antioksidan. Dari grafik dapat dilihat bahwa amplitudo yang lebih berpengaruh
terhadap aktivitas antioksidan. Nilai aktivitas antioksidan cenderung lebih tinggi
pada amplitudo yang lebih besar walaupun dieksitasi pada waktu yang lebih
singkat. Semakin tinggi amplitudo dan semakin lama waktu eksitasi maka
menghasilkan IC50 yang semakin kecil. Menurut Molyneux (2004) suatu senyawa
dikatakan sebagai antioksidan yang sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 50
ppm sehingga antioksidan pada kulit manggis tergolong antioksidan yang kuat.
Nilai IC50 rata-rata kulit manggis yang mendekati IC50 Vitamin C (1.78 ppm) juga
dapat menunjukkan bahwa kulit manggis memiliki antioksidan yang kuat karena
vitamin C merupakan salah satu antioksidan kuat yang terkandung dalam buah-
buahan. Aktivitas antioksidan terkuat didapatkan dari kombinasi perlakuan
amplitudo 65% selama 45 menit yaitu sebesar 4.93 ppm.
Antosianin sebagai antioksidan di dalam tubuh dapat berfungsi untuk
mencegah terjadinya aterosklerosis, penyakit penyumbatan pembuluh darah.
Antosianin bekerja menghambat proses aterogenesis dengan mengoksidasi lemak
jahat dalam tubuh, yaitu lipoprotein densitas rendah. Kemudian antosianin juga
melindungi integritas sel endotel yang melapisi dinding pembuluh darah sehingga
tidak terjadi kerusakan (Ginting 2011). Kerusakan sel endotel merupakan awal
mula pembentukan aterosklerosis sehingga harus dihindari. Selain itu, antosianin
juga merelaksasi pembuluh darah untuk mencegah aterosklerosis dan penyakit
kardiovaskuler lainnya.
25
Fenomena kavitasi selain memiliki efek secara fisik juga memiliki efek
kimiawi pada proses ekstraksi. Kavitasi dapat menghasilkan radikal yang sangat
reaktif seperti H dan OH ketika sonikasi menggunakan medium air (Henglein
1993). Efek kimia tersebut dapat memberikan dampak yang positif atau negatif
tergantung pada proses. Pembentukan radikal OH selama kavitasi dapat
mempengaruhi kualitas beberapa makanan. Ashokkumar et al. (2008)
mengobservasi penurunan 20% aktivitas antioksidan cyanidin-3-glucoside dari
nilai awalnya pada proses sonikasi selama 4 jam sebaliknya radikal tersebut juga
dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi bahan makanan. Studi yang
dilakukan Ashokkumar dan Grieser (1999) menunjukkan bahwa proses sonikasi
pada senyawa fenol menyebabkan perubahan posisi hydroksilasi menjadi ortho-,
meta- dan para- sehingga dapat dikatakan pembentukan OH akibat proses
sonikasi dapat meningkatkan sifat antioksidan dari senyawa tumbuhan seperti
flavonoid. Hubungan antar parameter uji dapat diketahui dengan uji Korelasi
pearson yang ditunjukkan pada Tabel 10.
Simpulan
aktivitas antioksidan dari UAE berbeda nyata terhadap kontrol. Tidak ada
interaksi antara amplitudo dan waku eksitasi terhadap parameter mutu yang diuji.
Setiap kenaikan amplitudo 15% dan waktu eksitasi 15 menit tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata sedangkan setiap kenaikan amplitudo 30% dan waktu
eksitasi 30 menit menunjukkan perbedaan yang nyata untuk setiap parameter uji.
Kombinasi perlakuan UAE terbaik adalah pada amplitudo 65% dengan waktu
eksitasi 45 menit yang menghasilkan rendemen 6.71%, kadar antosianin total
558.76 ppm dan aktivitas antioksidan IC50 4.93 ppm. Penggunaan metode UAE
mampu meningkatkan rendemen 1.02-2.66 %, kadar antosianin total 23-88% dan
aktivitas antioksidan 17-40% dari kulit manggis.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor amplitudo yang lebih
tinggi dari 65% untuk melihat perbedaan hasil dengan kontrol. Selain itu faktor
lain dalam ekstraksi seperti ukuran partikel bahan, jenis pelarut dan perbandingan
antara pelarut dan bahan dapat divariasi untuk menemukan hasil yang terbaik.
27
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP