Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN PANCASILA


UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
HUKUM TATA NEGARA
Yang dibina oleh Prof. Dr. Suko Wiyono, M.H

Disusun oleh
PEMBANDING KELOMPOK 3 :
Ayu Jelita Ningrum (160711614313)
Ifatul Lailiah (160711614
Nila Fitri Kusuma Dewi (160711601785)
Yoga Irfan Khamdhani (160711614260)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
Mei 2017
BAB I
PENDAHULUAN

Pada Bab I disajikan tentang : 1)latar belakang 2)rumusan masalah 3)tujuan.


1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Negara Yang diproklamirkan oleh Bung Karno dsn Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus
tahun 1945 adalah negara besar yang didukung oleh sejumlah keunggulan mulaindari
keunggulan geografis (sumber daya alam), keunggulan demografis (sumber daya manusia),
keunggulan sosial budaya sampai dengan keunggulan ideologis. Selain keunggulan tersebut,
kemajemukan sosial dan budaya yang dikristalisasikan dalam bentuk nilai filsafat hidup bangsa
(filsafat pancasila) merupakan jati diri nasional, jiwa bangsa, asas kerokhanian negara dan
sumber cita nasional sekaligus identitas dan integritas nasional, serta diikat dalam satu ikatan
Bhineka Tunggal Ika dan rasa cinta tanah air bangsa dan negara. Dan keunggulan lainnya yaitu
keunggulan historis.
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki sistem kenegaraan pancasila, yang
memancarkan identitas sebagai sistem filsafat theisme-religious, sebagai sistem nilai kenegaraan
yang unggul untuk menghadapi tantangan zaman. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, bangsa indonesia dilandasi oleh nilai ideologis pancasila, yang juga memiliki
nilai keunggulan. (Noor Syam, 2008:3)
Pada saat runtuhnya Uni sovyet yang berideologi komunis, banyak orang meragukan
manfaat ideologi bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mereka beranggapan
bahwa ideologi tidak mampu memberikan jaminan kesejahteraan bagi rskyat yang menjadi
penganut ideologi itu. Dan ideologi hanya sekedar dipandang sebagai pembenaran terhadap
kebijakan yang diperjuangkan oleh para elit politik.
Setelah berlangsungnya reformasi yang dilanda oleh berbagai paham atau ideologi seperti
demokrasi yang bersendi pada paham kebebasan yang individualistik, dan hak asasi manusia
universal, justru menghantarkan rakyat indonesia kepada disintegrasi bangsa dan dekadensi
moral. Bangsa indonesia telah mengevaluasi lagi bahwa jatuhnya orde-orde baru terdahulu bukan
karena orde tersebut menetapkan pancasila sebagai dasar bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsan dan bernegara, tetapi diduga karena orde-orde terdahulu justru menyalagunakan
pancasila sekedar sebagai alat untuk mempertahankan higemoninya, sehingga pancasila tidak
dilaksanakan secara konsisten (Soeprapto, 2005:38)
Bangsa indonesia wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sampai sekarang
ini tetap dapat menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
ber-Bhinneka Tungga ika berdasarkan pancasila. Dan bangsa indonesia harus memiliki visi yang
jelas dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara, dan filosofi yang telah melekat pada bangsa
Indonesia harus dipertahankan dalam rangka meneguhkan NKRI.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan rumusan masalah
dalam makalah
1. Bagaimana konsep dasar negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila ?
2. Apa saja tantangan yang mempengaruhi Integrasi Nasional ?
3. Bagaimana menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan tujuan dalam
makalah
1. Memaparkan konsep dasar negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
2. Menjelaskan tantangan yang mempengaruhi Integrasi Naional
3. Mendeskripsikan cara menjaga keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada Bab I, pada bagian ini disajikan tentang
1)konsep dasar negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila, 2)tantangan yang
mempengaruhi Integrasi Naional, 3)cara menjaga keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.1 Konsep dasar Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila.
Pancasila merupakan salah satu dasar fundamental Negara Republik Indonesia. Dalam hal
ini, setiap hal yang berkaitan dengan negara Republik Indonesia seharusnya ditetapkan dan
diputuskan dengan memperhatikan nilai nilai yang ada dalam Pancasila.
Nilai-nilai yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat, pandangan hidup bangsa dan
pandangan hidup negara yang disebut dengan pancasila tidak bersifat statis, artinya dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, ketiga bentuk pandangan hidup itu terus-
menerus berinteraksi secara timbal-balik. Selalu ada benang merah yang tidak boleh putus atau
diputuskan diantara ketiganya. Rangkaian proyeksi dari pandangan hidup masyarakat ke
pandangan hidup bangsa, lalu kepandangan hidup negara itu, terutama dibangun melalui jalur
system hokum.
Pancasila dapat menjadi basis ideal revitalisasi supremasi hukum, oleh karena dalam
Pancasila terkandung cita dan nilai-nilai yang berfungsi sebagai guiding principle untuk
memandu bangsa Indonesia, baik dalam urusan kebangsaan, kenegaraan, kemasyarakatan,
keagamaan, hokum serta bidang kemanusiaan.
Lima guiding principle Pancasila, secara lebih operasional ditemukan dalam empat pokok
pikiran UUD NRI 1945. Empat pokok pikiran tersebut menguasai konstitusi Negara, yakni (i)
Negara melindungisegenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasarkan atas persatuan, (ii) Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat,
(iii) Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan, (iv) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradap.
Empat prinsip tersebut merupakan gagasan kerokhanian dan cultural bangsa Indonesia
tentang hukum. Karena merupakan asas kerokhanian bangsa, maka ide-ide pokok tentang cita
hukum tersebut dapat dipararelkan dengan apa yang oleh Von Savigny disebut sebagai
volksgeist, yakni general conscious ness of the people atau spirit of the people.
Jika direfleksikan secara cermat, maka pada akhirnya dalam empat pokok pikiran tersebut
dapat ditemukan intisari hukum. Pokok pikiran pertama merupakan cita hokum berbangsa yang
berbasis jaminan keamanan demi terjaganya integrasi bangsa. Pointernya disini adalah keamanan
dan keutuhan integrasi semua unsure bangsa. Semua perangkat hukum yang mengatur hal-hal
yang terkait dengan peri kehidupan berbangsa, harus menjadi perekatan unsur bangsa dalam
semangat senasib-sepenanggungan dan hidup berdampingan damai. Disini berlaku prinsip
keadilan kumulatif. Oleh karena itu fungsi hukum yang utama disini adalah member pengidupan,
mendorong persamaan dan memelihara keamanan bagi semua orang.
Pokok pikiran kedua merupakan cita hokum bermasyarakat yang berbasis keadilan sosial.
Hukum di Indonesia harus bertugas mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat. Hukum
tidak boleh membiarkan hubungan antara rakyat berlangsung dalam aruskuat-lemah. Di sini,
berlaku asas keadilan sosial yang mengutamakan adanya perlindungan terhadap pihak yang
lemah.
Pokok pikiran ketiga merupakan cita hokum dalam kehidupan bernegara, yakni cita
tentang kemanfaatan/kegunaan hokum dalam bernegara. Prinsip dasar dari cita hukum yang
demikian adalah (1) Hukum haruslah terutama merupakan wujud kepentingan rakyat sebagai
pemilik kedaulatan. (2) Hukum harus memihak pada rakyat dalam wujud menjamin
kesejahteraan dan mengikis penderitaan. Hukum Indonesia harus merupakan hukum yang
mendatangkan kemaslahatan sebesar-besarnya bagirakyat. (3) Hukum harus dibuat oleh rakyat
lewat wakil-wakilnya di parlemen. (4) Hukum harus berfungsi mengontrol kekuasaan Negara
atas dasar supremasi hukum.
Pokok pikiran keempat adalah cita hokum dalam ranah kehidupan beragama dalam
prinsip-prinsip keadilan dan keberadaban dari kemanusiaan universal. Dalam kehidupan
beragama, maka keadilan yang berlaku adalah keadilan umum yang mengatasi perlakuan
diskriminasi keyakinan. Hukum harus menyelengarakan bimbingan dan edukasi yang
memungkinkan manusia mencapai kemuliaan abadi.
Pancasila dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu haruslah
berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan Negara Indonesa
yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai
perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, social dan budaya.
Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD NRI 1945, Undang-Undang Dasar
yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang
menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji
sepanjang masa.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD NRI 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi
peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar Negara sebagaimana jelas tercantum dalam
alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan
lainnya) yang dikeluarkan oleh Negara dan pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa
dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan
dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber
dari segala sumber hukum (sumber hukum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat,
jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan hukum).
Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas fundamen yang
kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu model yang
didatangkan dari luar negeri. Dasar Negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup
bangsa Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di
tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang. Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang
tidak hanya memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh
bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal dan akan mempengaruhi
hidup dan kehidupan bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia secara kekal dan abadi.
Menurut Moh. Mahfud MD (Konggres Pancasila I, 2009) dalam pembentukan negara
hukum, maka Pancasila harus melahirkan kaidah-kaidah penuntun dalam pembuatan politik
hokum atau kebijakan negara lainnya yaitu : 1) kebijakan umum dan politik hukum harus tetap
menjaga integrasi atau keutuhan bangsa baik secara ideology maupun secara teritori, 2)
kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya membangun demokrasi
(kedaulatan rakyat) dan nokorasi (negara hukum) sekaligus, 3) kebijakan umum dan politik
hukum haruslah didasarkan pada upaya membangun keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia, 4) kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada prinsip toleransi
beragama yang berkeadaban.
Sejak Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bangsa indonesia mengidealkan bentuk
negara kesatuan (eenheidstaats-vorm), bentuk pemerintahan republik (republijk regerings-vorm),
dan sistem pemerintahan presidensial (presidential system). Hal ini dapat di telusuri dari sejarah
pergerakan sebelum merdeka. Pada masa itu salah satu tokoh yang pernah menginginkan bentuk
negara federal apabila Indonesia merdeka dikemudian hari, adalah Bung Hatta. Beliau
berpendapat, bahwa untuk bangsa Indonesia yang dikenal sangat majemuk, lebih tepat apabila
bentuk negaranya federal dan bukan negara kesatuan (unitary state). Pandangan ini dikemukakan
terus sejak masa mudanya sampai Bung Hatta menempuh pendidikan tinggi di Rotterdam
Belanda pada tahun 1945 Bung Hatta masih berpendirian, bahwa bentuk negara federal yang
tepat untuk Negara Republik Indonesia. Pendirian itu akhirnya berubah setelah beliau banyak
berdiskusi tentang pilihan sistem kenegaraan dengan para tokoh-tokoh pergerakan. Rupanya
argumen-argumen yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh pergerakan dapat meyakinkan Bung
Hatta, bahwa untuk Republik indonesia yang akan merdeka di kelak kemudian hari bentuk
negaranya yang paling tepat adalah negara kesatuan (Assiddiqi,2006:261).
Adapun ciri-ciri Negara kesatuan antara lain adalah: Pertama, mewujudkan kebulatan
tunggal, mewujudkan kesatuan unity, negara tunggal yang monosentris (berpusat satu)
kedaulatan kedalam maupun kedaulatan keluar sepenuhnya terletak pada pemerintah pusat.
Dalam Negara kesatuan tidak ada negara dalam negara, dan tidak terdiri dari daerah-daerah yang
berstatus negara bagian; Kedua, hanya mempunyai satu negara serta hanya mempunyai satu
pemerintahan, satu kepala negara, satu badan legislatur bagi seluruh daerah negara. Wewenang
legislatif tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif nasional/pusat; Ketiga, hanya ada satu
pusat kekuasaan yang memutar seluruh mesin pemerintahan dari pusat sampai ke pelosok-
pelosok, hingga segala sesuatunya dapat diatur secara sentral, seragam dan senyawa dalam
keseluruhannya. Daerah tidak mempunyai hak untuk mengurus sendiri daerahnya. Apabila segala
sesuatu diatur oleh pemerintah pusat, maka negara kesatua seperti ini disebut negara kesatuan
dengan sistem sentralisai; Keempat, pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk
menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah berdasarkan hak otonomi. Pengaturan oleh
pusat kepada seluruh daerah tersebut lebih bersifat koordinasi saja namun tidak dalam pengertian
bahwa segala-galanya diatur dan diperintahkan oleh pusat. Daerah diberi kesempatan dan
kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Negara kesatuan yang seperti ini disebut
negara kesatuan dengan sistem desentralisasi.
Sejak sejak tanggal 17 Agustus 1950 bentuk Negara Republik Indonesia Serikat bergantyi
menjadi bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang Undang Dasar
Sementara 1950 (UUDS 1950). Dalam UUDS 1950 ini walau bentuk negara kesatuan, ternyata
juga menganjut sisitem kabinet parlementer. Seperti halnya konstitusi RIS.
UUDS 1950 ini telah tidak berlaku lagi setelah Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 juli 1959 yang memuat tiga hokum yaitu, pertama pembubaran konstituante, kedua
penetapan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950, ketiga
pembentukan MPRS dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
Pada saat proses pembahasan perubahan UUD 1945, panitia Ad Hoc I menyusun
kesepakatan dasar berkaitan dengan perubahan UUD 1945. Kesepakatan dasar tersebut terdiri
dari lima butir yaitu:
1. Tidak mengubah UUD 1945
2. Tetap mempertahankan NKRI
3. Mempertegas system pemerintahan Presidensial
4. Penjelasan UUD 1945 ditiadakan serta hal hal normative dalam penjelasan dimasukan
kedalam pasal pasal
5. Perubahan dilakukan dengan cara addendum
(Sekertariat Jendral MPR RI 2003:25)

Dengan demikian jelas bahwa negara kesatuan tetap dipertahankan dengan memeberikan
otonomi yang seluas luasnya kepada daerah. Memang didalam masyarakat memang sangat tinggi
tingkat fragmentasinya, ditambah lagi dengan pembilahan social yang bersifat kumulatif-
konsolidatif, pilihan negara kesatuan dinilai sanbgat tepat daripada federalisme.
Khusus berkaitan dengan bentuk NKRI sebagaimana sudah ditentukan dalam pasal 1 ayat
(1) UUD NRI 1945. Sete;ah perubahan UUD 1945, dikategorikan sebagai bukan objek
perubahan yang diatur dalam mekanisme perubahan social pada pasal 37 UUD NRI 1945. Dalam
pasal 37 ayat (5) UUD NRI 1945 dinyatakan : khusus mengenaai bentuk NKRI tidak dapat
dilakukan perubahan. Dengan demikian jelas bahwa pasal ini mengandung komitmen dan yekad
bahwa Negara Republik Indonesia berdasarkan UUD NRI 1945, akan berbentuk Negara
Kesatuan untuk selamanhya. Artnya apabila bangsa Indonesia taat pada hokum kontitusi maka
tidak akan tyerjadi perubahan bentuk Negara Kesatuan.
Bhinneka tunggal ika sangat tepat di indonesia karena indonesia sangat beragam. Menurut
Ahmad Syafii Maarif (Wiyono, 2014:12) yang dikenal dengan sebutan Buya Ayafii menyatakan
...menjaga kebhinekaan adalah cita-cita luhur Pancasila, hal ini merupakan kewajiban/tugas
bersama seluruh elemen anak bangsa. Bangsa ini, masih mengalami krisis kebhinekaan, yang
ditandai dengan meningkatnya intensitas toleransi, sektarianisme dan konflik komunal....
menurut fransnMagnis Suseno (Wiyono, 2014:12) yang dikenal dengan sebutan Romo Magnis
...ada dua point yang penting. Yang pertama bahwa toleransi bukan berarti mengatakan semua
keyakinan sama dan sebagainya. Dan yang kedua, belajar menerima bahwa orang dengan
keyakinan yang berbeda. Dua hal itu harus diajarkan pada anak sejak kecil. Menanamkan nilai
menghargai setiap orng dengan keberagaman dan perbedaan sejak dini kepada anak akan
membuat mereka tidak terpengaruh terhadap hasutan menyesatkan yang cenderung fanatis dan
sempit...
Jadi prinsip indonesia sebagai negara Bhinneka Tunggal Ika mencerminkan bahwa
meskipun bangsa indonesia dalam realitanya memiliki sifat yang sangat hiterogen, baik dalam
aspek suku bangsa, etnik, kebudayaan, adat istiadat, bahasa serta agama yang dipeluk oleh
masyarakat dan hidup dalam negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau, tetapi tetap berintegrasi
dalam kemanunggalan, kesatuan. Kesatuan tetap merupakan realitas yang tidak berubah.
Indonesia merupakan negara kesatuan pada tanggal 28 Oktober 1928 jauh sebelum indonesia
meredeka, pemudanya telah bersumpah menyatakan satu nusa, satu bangsa dan menjunjung satu
bahasa persatuan, Indonesia.

2.2 Tantangan yang mempengaruhi intergrasi nasional


Integrasi nasional pada hakikatnya adalah bersatunya suatu bangsa yang menempati
wilayah tertentu dalam sebuah negara yang berdaulat. Secara umum integrase nasional
mencerminkan proses persatuan orang orang dari berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki
berbagai perbedaan baik etnisitas, social budaya, atau latar belakang ekonomi , menjadi satu
bangsa terutama karena pengalaman sejarah dan politik yang relative sama.

Bangsa Indonesia yang meliputi kebhinekaan suku bangsa, adat, Bahasa, ras dan lain
sebagainya. Kebhinekaan di Indonesia merupakan sebuah potensi sekaligus tantangan. Dikatakan
sebagai potensi karena bangsa Indonesia menjadi beragam dan juga besar akan kekayaannya,
sedangkan di katakan tantangan karena akan memiliki banyak kesulitan di dalamnya untuk
mempersatukan tersebut secara keseluruhan. Tantangan tersebut menjadi ancama bagi integrasi
bangsa Indonesia.
Dalam buku Wiyono (2017:50) mengatakan faktor-faktor yang dapat mengintegrasikan
bangsa Indonesia antara lain : (1) Nilai-nilai luhur bangsa Indonesia (fundamental, instrumental,
praksis); (2) Hukum yang ditegakkan secara konsisten dan adil; (3) Kepemimpinan yang afektif;
(4) pembangunan yang bermuatan harmoni; (5) Kekuatan (force). Selain integrasi ada juga factor
disintegrasi menurut Wiyono (2017:50) factor disintegrasinya antara lain: (1) Kekuatan
neoliberalisme yang mngubah negara kesejahteraan yang menjadi negara korporasi (dari walfare
state menjadi corporate state). Fundamentalisme pasar; (2) Fundamentalisme theokrasi dan
sektarianisme; (3) Kesenjangan structural; (4) Separatisme; (5) Kekerasan politik; (6) Dampak
globalisme; (7) Sentralisasi dan desentralisasi yang tidak berorientasi pada kepentingan publik.
Mengutip dari Hamengkubuwono dalam buku merajut kembali keindonesiaan kita
(2007:67) di tengah arus reformasi dewasa ini, idiom yang harus diingat dan dijadikan basis
strategi integrasi nasional mestinya adalah Bhineka tunggal ika. Artinya sekalipun satu, tidak
boleh dilupakan bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam suatu kemajemukan.
Masalah integrasi yang ada di Indonesia sangat kompleks, sedangkan disintegrasi terjadi
karena faktor horizontal dan juga vertical. Untuk menguatkan tersebut seharusnya mengutakan
integrase dan melemahkan disintegrasi. Beberapa yang perlu dilakukan untuk menguatkan
tersebut berupa pancasila dan UUD 1945 digemakan dan dihayati dalam diri pribadi serta
memahami makna dan dapat mengamalkannya.

2.3 Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia


Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan latar belakang budaya yang
berbeda-beda. Keanekaragaman itu seharusnya dapat menjadi sebuah kekuatan untuk menangkal
gangguan atau ancaman yang dapat memecah belah persatuan bangsa. Namun perbedaan suku
bangsa tersebut juga bisa menjadi penyebab konflik perpecahan di tubuh NKRI. Hal yang harus
kita tanggulangi dalam mempertahankan keutuhan NKRI adalah ancaman baik dalam negeri
maupun dari luar negeri. Berikut beberapa sikap dan perilaku untuk mempertahankan NKRI :
a. Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya.
b. Menciptakan ketahanan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga keutuhan,
kedaulatan Negara dan mempererat persatuan bangsa.
c. Menghormati perbedaan suku, budaya, agama dan warna kulit. Perbedaan yang ada akan
menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan karena
merupakan salah satu kekayaan bangsa.
d. Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa, bahasa
persatuan, dan tanah air Indonesia, serta memiliki pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
dan Sang saka merah putih. Kebersamaan dapat diwujudkan dalam bentuk mengamalkan
nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
e. Memiliki semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu semangat mewujudkan
persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik alamiah maupun aspek
sosial yang menyangkut kehidupan bermasyarakat. Wawasan nusantara meliputi
kepentingan yang sama, tujuan yang sama, keadilan, solidaritas, kerja sama, kesetiakawanan
terhadap ikrar bersama. Memiliki wawasan nusantara berarti memiliki ketentuan-ketentuan
dasar yang harus dipatuhu, ditaati dan dipelihara oleh semua komponen masyarakat.
Ketentuan-ketentuan itu antara lain antara lain pancasila sebagai landasan idiil, dan UUD
1945 sebagai landasan konstitusional. Ketentuan lainnya dapat berupa peraturan-peraturan
yang berlaku di daerah yang mengatur kehidupan bermasyarakat.
f. Mentaati peraturan agar kehidupan berbangsa dan bernegara berjalan dengan tertib dan
aman. Jika peraturan saling dilanggar, akan terjadi kekacauan yang dapat menimbulkan
perpecahan.
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan paparan bahasan pada Bab II, berikut ini disajikan beberapa simpulan dan
saran yang linier mengenai Negara Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

3.1 Kesimpulan
NKRI adalah negara kesatuan berbentuk republik dengan sistem desentralisasi berdasarkan
otonomi daerah seluas-luasnya di luar urusan pusat. Negara ada untuk membantu manusia
mewujudkan tujuan dan cita-citanya. Negara harus melindungi hak-hak warganya dan
menetapkan kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara. Sebagai penerus bangsa hendaknya
kita juga menjaga dan mencintai negara kesatuan Republik Indonesia, misalnya dengan
meningkatkan kebanggaan dan rasa memiliki bangsa Indonesia dalam diri setiap warga negara,
membangun saling pengertian antar sesama warga yang memiliki latar belakang kepentingan
yang berbeda. Sikap dan perilaku dapat mencerminkan bahwa kita sedang mempertahankan
keutuhan NKRI ini. Salah satunya dengan cara mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila, bukan hanya sekedar memahami saja.

3.2 Saran
Dalam meneguhkan NKRI berdasarkan pancasila adalah menegakan supremasi hukum
berdasarkan pancasila dengan tanpa pandang bulu dan kontekstualisasi serta
mengimplementasikan nilai-nilai luhur pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan di
Indonesia, serta dalam dunia pendidikan, karena dalam negara hukum perundang-undangan akan
menjadi landasan, dasar hukum semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan
pendidikan tidak hanya mencetak manusia-manusia yang cerdas, terampil namun juga
mempertahankan, mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai filosofi bangsa yang
merupakan ciri-ciri khas dan identitas bangsa.
Daftar Pustaka

Wiyono, suko. 2017. Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Malang : Wisnu Wardhana Press Malang.

Anda mungkin juga menyukai