Anda di halaman 1dari 23

ILMU DAN FILSAFAT

A. Pengertian Ilmu
Menurut bahasa, arti kata ilmu berasal dari bahasa Arab (ilm), bahasa Latin (science), dan bahasa yunani (logos) yang
berarti tahu atau mengetahui atau memahami. Sedangkan menurut istilah, ilmu adalah pengetahuan yang sistematis atau
ilmiah. Perbedaan ilmu dan pengetahuan yaitu: Secara umum, Pengertian Ilmu merupakan kumpulan proses kegiatan
terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai cara, alat, prosedur dan metode ilmiah lainnya guna
menghasilkan pengetahuan ilmiah yang analisis, objektif, empiris, sistematis dan verifikatif. Sedangkan pengetahuan
(knowledge) merupakan kumpulan fakta yang meliputi bahan dasar dari suatu ilmu, sehingga pengetahuan belum bisa
disebut sebagai ilmu, tetapi ilmu pasti merupakan pengetahuan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara sistematis menurut metode ilmiah tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kondisi tertentu
dalam bidang pengetahuan. Sedangkan dalam Wikipedia Indonesia, Pengertian Ilmu/ilmu pengetahuan adalah seluruh
usaha sadar untuk menemukan, menyelidiki dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai bentuk kenyataan
dalam alam manusia
Ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial
(kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan
pengetahun tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
Definisi ilmu bergantung pada cara kerja indra masing-masing individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara
berfikir setiap individu dalam memproses pengetahuan yang di perolehnya. Selain itu juga, dalam definisi ilmu bisa
berlandaskan aktifitas yang dilakukan ilmu itu sendiri. Kita dapat melihat hal itu melalai metode yang digunakan.
Dalam pengertian ilmu, ada lima sifat ilmiah sebagai syarat-syarat ilmu yaitu:
1. Sistemis, ilmu harus memiliki keterikatan dan terumuskan dalam hubungan yang logis dan teratur sehingga suatu
system akan membentuk secara utuh, terpadu, menyeluruh dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat yang
menyangkut objeknya.
2. Objektif, ilmu harus memiliki objek kajian yang meliputi golongan masalah yang sama dengan sifat hakikatnya,
tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Kajian objeknya bersifat ada atau mungkin ada karena masih harus
diuji keberadaannya (bukan hasil prasangka/dugaan).
3. Analis/metodis. Artinya adanya metode tertentu yang digunakan dan merujuk pada metode ilmiah atau upaya
yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan yang bertujuan mencari kebenaran
ilmiah.
4. Universal, ilmu bersifat umum atau kebenaran yang hendak dicapai.
5. Empiris, ilmu hasil percobaan atau panca indra.

B. Cabang-cabang Ilmu
Adapun cabang-cabang ilmu pengetahuan antara lain adalah Ilmu, dibagi menjadi dua, Ilmu sosial dan ilmu eksakta,
yaitu:
a. Ilmu Eksakta meliputi antara lain berbagai ilmu teknik (seperti teknik permesinan kapal, nuklir, perminyakan,
metalurgi, gas petrokimia, informatika, komputer, planalogi, kelautan, manajemen industri, pertambangan, kimia, sipil,
mesin, elektro, arsitektur, pertanian, geodesi, geologi, geofisika, dan meteorology), berbagai ilmu kedokteran (seperti
Kedokteran gigi, anak, penyakit dalam, penyakit khusus, bedah dan lainnya), berbagai ilmu alam seperti biologi,
astronomi, ekologi, fisika, geologi, kimia, dan berbagai ilmu matematika seperti ilmu ukur ruang, ilmu ukur sudut dan
aljabar.
b. Ilmu-ilmu sosial meliputi antara lain antropologi, sosiologi, hukum, linguistik, pendidikan, sejarah, geografi, politik,
psikologi dan ilmu administrasi seperti administrasi pembangunan, niaga, negara, fiscal, kepegawaian, dan perkantoran
serta berbagai ilmu ekonomi seperti ekonomi pertanian, mikro, makro, social, keuangan.
c. Ilmu terapan meliputi ilmu rekayasa, komputer dan informatika.
Ilmu-ilmu eksakta kesemuanya mempunyai objek fakta-fakta dan benda-benda alam serta hukum-hukumnya pasti dan
tidak dapat dipengaruhi oleh manusia sedangkan ilmu-ilmu sosial, hukum-hukumnya relatif tidak sama pada berbagai
ruang dan waktu, dibandingkan ilmu-ilmu eksakta dalam arti selalu ada perubahan tergantung situasi dan kondisi
lingkungan, bahkan bisa dipengaruhi dan diatur oleh manusia.
2. Filsafat
A. Munculnya Filsafat
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira- kira abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang-
orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak
menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang
bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia,
Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta
pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi
filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato

1
sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah
komentar- komentar karya Plato belaka. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
B. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia, yang terdiri dari dua kata, yaitu philos, yang berarti cinta,
senang, suka, dan sophia yang berarti hikmat (wisdom), hikmah atau kebijaksanaan. Sehingga berdasarkan asal katanya
itu filsafat dapat diartikan cinta akan kebijaksanaan/hikmat.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, orang Arab memindahkan kata Yunani tersebut, philosophia, ke dalam bahasa
mereka dengan menyesuaikannya dengan tabiat bahasa Arab, yaitu falsafa dengan pola falala, falalah, dan filal.
Dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya menjadi falsafah atau filsaf.
Masih menurut Prof. Dr. Harun Nasution, kata filsafat dalam bahasa Indonesia bukan berasal dari kata Arab falsafah
dan bukan pula dari bahasa Barat (Inggris) philosophy. Di sini ia masih mempertanyakan apakah fil diambil dari bahasa
Inggris dan safah dari bahasa Arab, sehingga menjadi kata filsafat?
Sedangkan pengertian istilah filsafat secara terminologis ada bermacam-macam. Setiap filsuf memiliki pengertian dan
definisi yang berbeda-beda tentang filsafat. Hal ini antara lain disebabkan karena :
1. Para filsuf berbeda pendapat dalam menentukan prioritas objek kajian filsafatnya. Ada filsuf yang menekankan
pada alam, ada yang menekankan pada menusia, ada yang menekankan pada ilmu pengetahuan, dll.
2. Masing-masing definisi dari para filsuf tersebut baru menggambarkan sebagian saja dari sistem filsafat, tidak
menggambarkan system filsafat secara keseluruhan.
3. Sejak berkembangnya ilmu pengetahuan empiris, filsafat mengalami redefinisi dalam hal peran dan kontribusinya
untuk pengetahuan manusia. Filsafat dewasa ini tidak sama dengan filsafat zaman Yunani kuno. Dan tidak sama pula
dengan filsafat barat di zaman modern. Dewasa ini para filsuf mempersempit kajiannya hanya pada aspek-aspek
tertentu di alam semesta.
4. Para filsuf dewasa ini lebih tertarik untuk menganalisi kehidupan manusia secara nyata. Baik kehidupan manusia
sebagai individu, maupun social dan cultural. Mereka tertarik pada masalah-masalah eksistensial, seperti pengalaman
manusia, makna aku, makna penderitaan dan kebahagiaan, makna kebebasan dan keterkungkungan. Ini dimulai
terutama sejak Kierkegaard (1813-1855), Husserl (1859-1938), dan para eksistensialis lainnya seperti Martin Heidegger
(1889-1976) dan Paul Sartre (1905-1980).

Di antara sekian banyaknya pengertian istilah filsafat yang dikemukakan oleh para filsuf, ada beberapa yang sering
dikemukakan, yaitu :
Plato mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
Aristoteles berpendapat bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan
demikian filsafat merupakan ilmu yang umum sekali.
Imanuel Kant mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan.
Fichte menyebut filsafat sebagai wissenschaftslehre atau ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu yang umum, yang
menjadi dasar segala ilmu.
Alfarabi mengatakan bahwa filsafat ialah mengetahui semua yang ujud karena ia ujud (al ilmu bi almaujudat
bima hiya maujudah).
E.S. Ames sebagaimana diuraikan oleh Drs. H. Ali Saifullah, merumuskan filsafat sebagai a comprehensive
view of life and its meaning, upon the basis of results of the various sciences (cara pandang terhadap hidup dan
hakikat kehidupan secara menyeluruh, atas dasar hasil dari berbagai ilmu).

Dalam pengertian yang lebih luas Harol Titus, mengemukakan pengertian filsafat antara lain:
a. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara
kritis
b. Filsafat iaalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
c. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
d. Filsafat ialah analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang arti konsep.
e. Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan
jawabannya oleh ahli filsafat.

Sedikitnya ada tiga hal yang mendorong atau memberi motivasi kepada manusia untuk berfilsafat, yaitu keheranan, rasa
ingin tahu yang sedalam-dalamnya, dan kekaguman. Dari rasa heran orang akan terdorong untuk mencari jawab atas
pertanyaan mengapa demikian. Adalah suatu naluri manusia untuk mempunyai rasa ingin tahu.
Sebagian dari rasa ingin itu dapat dijawab melalui pengamatan panca-inderanya. Namun sebagian besar yang lain tidak
terjawab. Untuk menjawab pertanyaan itu semua manusia harus berpikir sedalam-dalamnya melampaui batas panca-
inderanya. Pendorong munculnya filsafat yang ketiga adalah kagum. Orang yang merasa kagum selalu merasa dirinya
kecil, lemah, sedangkan yang dikaguminya adalah besar dan bagus. Hal-hal semacam itulah yang mendorong orang
berpikir tentang betapa besar dan hebatnya yang dikagumi itu. Kemudian mereka juga berpikir tentang dirinya yang
merupakan bagian yang sangat kecil dan mungkin tidak berarti terhadap apa yang mereka kagumi itu. Jadi pada
hakikatnya Filsafat adalah merupakan hasil olah pikir manusia yang sedalam-dalamnya tentang sesuatu hal. Dengan

2
kata lain, Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran dari segala sesuatu yang
dilami manusia di semesta ini.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang amat luas (komprehensif)
yang berusaha untuk memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman
manusia. Dengan demikian diharapkan manusia dapat mengerti dan memiliki pandangan yang menyeluruh dan
sistematis mengenai alam semesta dan tempat manusia di dalamnya.

C. Subjek dan Objek Filsafat


Subjek filsafat adalah seseroang yang berfikir/ memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Seperti halnya pengetahuan, Maka filsafatpun (sudut pandangannya) ada beberapa objek yang dikaji oleh filsafat, yaitu:
a. Obyek material yaitu segala sesuatu yang realitas
1. Ada yang harus ada, disebut dengan absoluth/ mutlak yaitu Tuhan Pencipta
2. Ada yang tidak harus ada, disebut dengan yang tidak mutlak, ada yang relatif (nisby), bersifat tidak kekal yaitu ada
yang diciptakan oleh ada yang mutlak (Tuhan Pencipta alam semesta)
b. Obyek Formal/ Sudut pandangan
Filsafat itu dapat dikatakan bersifat non-pragmentaris, karena filsafat mencari pengertian realitas secara luas dan
mendalam. Sebagai konsekuensi pemikiran ini, maka seluruh pengalaman-pengalaman manusia dalam semua instansi
yaitu etika, estetika, teknik, ekonomi, sosial, budaya, religius dan lain-lain haruslah dibawa kepada filsafat dalam
pengertian realita.

D. Cabang-Cabang Filsafat
Jika kita mengamati karya-karya besar filsuf, seperti aristoteles (384-322 SM) dan Imanuel Kant (1724-1804), ada tiga
tema besar yang menjadi fokus kajian dalam karya-karya mereka, yakni kenyataan, nilai, dan pengetahuan. Ketiga tema
besar tersebut masing-masing dikaji dalam tiga cabang besar filsafat. Kenyataan merupakan bidang kajian metafisika,
nilai adalah bidang kajian aksiologi, dan pengetahuan merupakan bidang kajian epistimologi.
Namun ada juga yang membagi cabang filsafat berdasarkan karakteristik objeknya. Berdasarkan karakteristik objeknya
filsafat dibagi dua, yaitu :
1. Filsafat umum/murni:
a. Metafisika, objeknya adalah hakikat tentang segala sesuatu yang ada.
Koestenbaum (1968) mendefinisikan metafisika sebagai studi mengenai karakteristik-karakteristik yang sangat umum
dan paling dasar dari kenyataan yang sebenarnya (ultimate reality). Metafisika menguji aspek-aspek kenyataan seperti
ruang dan waktu, kesadaran, jiwa dan materi, ada (being), eksistensi, perubahan, substansi dan sifat, aktual dan
potensial, dan lain sebagainya.
Metafisika pada asasnya meneliti perbedaan antara penampakan (appearance) dan kenyataan (reality). Ada sejumlah
aliran yang mencoba mengungkap hakikat kenyataan di balik penampakan tersebut. Misalnya aliran naturalism dan
materialism percaya bahwa kenyataan paling dasar pada prinsipnya sama dengan peristiwa material dan natural.
Sejak zaman Yunani kuno sebagian besar filsafat diwarnai oleh pemikiran-pemikiran metafisik, kendati cukup banyak
juga filsuf yang meragukan dan menolak metafisika. Para filsuf yang menolak metafisika beralasan bahwa metafisika
tidak mungkin karena melampaui batas-batas kemampuan indera untuk membuktikan kebenaran-kebenarannya.
Kebenaran-kebenaran yang dikemukakan oleh metafisika terlalu luas dan spekulatif, sehingga tidak dapat dibuktikan
dan diukur kebenarannya. Dalam perkembangannya, metafisika kemudian dibagi lagi menjadi tiga sub cabang, yaitu :
1. Ontology, mengkaji persoalan-persoalan tentang ada dan tiada.
2. Kosmologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang alam semesta, asal-usul, dan unsur-unsur yang membentuk
alam semesta.
3. Humanologi , mengkaji persoalan-persoalan tentang hakikat manusia, hubungan antara jiwa dan tubuh, kebebasan
dan keterbatasan manusia.
4. Teologi (filsafat agama), mengkaji persoalan-persoalan tentang Tuhan/agama.
b. Epistemologi (filsafat pengetahuan). Objeknya adalah pengetahuan/ kenyataan.
Istilah epistemology berasal dari bahasa Yunani, yakni episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori.
Dengan demikian epistemology adalah suatu kajian atau teori filsafat mengenai esensi pengetahuan.
Menurut Koestenbaum (1968), secara umum epistemology berusaha untuk mencari jawaban atas pertanyaan apakah
pengetahuan?. Tetapi secara spesifik epistemology berusaha menguji masalah-masalah yang kompleks, seperti
hubungan antara pengetahuan dan kepercayaan pribadi, status pengetahuan yang melampaui panca indera, status
ontology dari teori-teori ilmiah, hubungan antara konsep-konsep atau kata-kata yang bersifat umum dengan objek-
objek yang ditunjuk oleh konsep-konsep atau kata-kata tersebut, dan analisis atas tindakan mengetahui itu sendiri.

c. Aksiologi. Objek kajiannya adalah hakikat menilai kenyataan.


Aksiologi merupakan kajian filsafat mengenai nilai. Nilai sendiri adalah suatu kualitas yang kita berikan kepada
sesuatu objek sehingga sesuatu itu dianggap bernilai atau tidak bernilai. Pada masa kini objeknya lebih banyak berupa
sains dan teknologi. Peradaban manusia masa kini sangat bergantung pada ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi.
Berkat kemajuan pada kedua bidang ini pemenuhan kebutuhan manusia dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.

3
Banyak sekali penemuan-penemuan baru yang amat membantu kehidupan manusia, seperti misalnya penemuan dalam
bidang kedokteran dan kesehatan.
Namun di pihak lain, perkembangan-perkembangan tersebut mengesampingkan faktor manusia. Di mana bukan lagi
teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia, namun sering kali kini yang terjadi
adalah sebaliknya. Manusialah yang akhirnya harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Teknologi tidak lagi
berfungsi sebagai sarana yang memberikan kemudahan bagi manusia, melainkan dia ada bertujuan untuk eksistensinya
sendiri. Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan
manusia itu sendiri.
Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang ada. Masalah nilai moral
tidak bisa terlepas dari tekat manusia untuk menemukan kebenaran. Sebab untuk menemukan kebenaran dan kemudian
terutama untuk mempertahankannya, diperlukan keberanian moral.
Nilai yang menjadi kajian aksiologi ada dua, itu sebabnya aksiologi dibagi menjadi dua sub cabang yaitu :
1. Etika. Kajian filsafat mengenai baik dan buruk, lebih kepada bagaimana seharusnya manusia bersikap dan
bertingkah laku, apa makna etika atau moralitas dalam kehidupan manusia.
2. Estetika. Nilai yang berhubungan dengan keindahan (indah dan buruk). Mengkaji mengenai keindahan, kesenian,
kesenangan yang disebabkan oleh keindahan.
2. Filsafat Khusus/Terapan, yang lebih mengkaji pada salah satu aspek kehidupan. Seperti misalnya filsafat hukum,
filsafat pendidikan, filsafat bahasa, dan lain sebagainya.
a) Interdisipliner adalah interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun
yang tidak, melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode,
dan analisis.
b) Filsafat Ilmu fisika. Fisika (Bahasa Yunani: (physikos), "alamiah", dan (physis), "Alam") adalah
sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi
dalam lingkup ruang dan waktu.
c) Filsafat matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan.
d) Filsafat Biologi adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan. Istilah "biologi" dipinjam dari bahasa
Belanda, biologie, yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani, , bios ("hidup") dan ,logos
("lambang", "ilmu").
e) Filsafat Ilmu Sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan
dengan manusia dan lingkungan sosialnya.
f) Filsafat Linguistik adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat. Ilmu ini menyelidiki kodrat dan
kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat bahasa dibagi
menjadi filsafat bahasa ideal dan filsafat bahasa sehari-hari.
g) Filsafat Psikologi adalah Psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "" (Psych yang berarti jiwa) dan "-
" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari
tentang jiwa.
Pembagian cabang-cabang filsafat di atas tidak kaku. Seorang filsuf yang mengklaim bahwa pemikiran filsafatnya
berupa kajian ontologis sering kali pula membahas masalah-masalah eksistensi manusia, kebudayaan, kondisi
masyarakat, bahkan etika. Ini misalnya tampak dari filsafat Heidegger.
Dalam bukunya yang terkenal, Being and Time (1979), dia menulis bahwa filsafatnya dimaksudkan untuk mencari dan
memahami ada. Akan tetapi dia mengakui bahwa ada hanya dapat ditemukan pada eksistensi manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, dalam bukunya itu dia membahas mengenai keotentikan, kecemasan, dan
pengalaman-pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari.

3. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut epistemologi. Istilah ini pertama kali
dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on =
being, wujud, apa + logos = teori), ontology (teori tentang apa). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu
adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa
terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah.
Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi
pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara
prosedural, metologis, teknis dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi
kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah
yang masih tergolong prailmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh,
baik yang telah lama maupun baru didapat. Di samping itu termasuk yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran
seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).
Fungsi filsafat ilmu tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni:
Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan

4
Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti
ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu
seperti:
Pertama, dari segi ontologis, yaitu tentang apa dan sampai di mana yang hendak dicapai ilmu. Ini berarti sejak awal kita
sudah ada pegangan dan gejala sosial. Dalam hal ini menyangkut yang mempunyai eksistensi dalam dimensi ruang dan
waktu, dan terjangkau oleh pengalaman inderawi. Dengan demikian, meliputi fenomena yang dapat diobservasi, dapat
diukur, sehingga datanya dapat diolah, diinterpretasi, diverifikasi, dan ditarik kesimpulan. Dengan lain perkataan, tidak
menggarap hal-hal yang gaib seperti soal surga atau neraka yang menjadi garapan ilmu keagamaan. Telaahan kedua
adalah dari segi epistemologi, yaitu meliputi aspek normatif mencapai kesahihan perolehan pengetahuan secara ilmiah,
di samping aspek prosedural, metode dan teknik memperoleh data empiris. Kesemuanya itu lazim disebut metode
ilmiah, meliputi langkah-langkah pokok dan urutannya, termasuk proses logika berpikir yang berlangsung di dalamnya
dan sarana berpikir ilmiah yang digunakannya. Telaahan ketiga ialah dari segi aksiologi, yang sebagaimana telah
disinggung di atas terkait dengan kaidah moral pengembangan penggunaan ilmu yang diperoleh.
Epistimologi, Ontologi, dan Aksiologi
Tahapan
Cakupan
Ontologi (Hakikat Ilmu)

Obyek apa yang telah ditelaah ilmu?


Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera)
yang membuahkan pengetahuan?
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya?
Epistimologi (Cara Mendapatkan Pengetahuan)

Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?


Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan dengan benar?
Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri?
Apa kriterianya?
Sarana/cara/teknik apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
Aksiologi (Guna Pengetahuan)
Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral/profesional?
Teori pengetahuan yang bersifat subjektif akan memberikan jawaban TIDAK, kita tidak akan mungkin mengetahui,
menemukan hal-hal yang ada di balik pengalaman dan ide kita. Sedangkan teori pengetahuan yang bersifat obyektif
akan memberikan jawaban YA. Hal ini memungkinkan kita mengenali berbagai ilmu pengetahuan yang ada, tanpa
mengenal ciri-ciri tiap pengetahuan dengan benar, maka bukan saja kita dapat memanfaatkannya secara maksimal
namun kadang bisa salah dalam menggunakannya.
Filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan
kehidupan manusia, jawaban tersebut merupakan hasil pemikiran yang sistemis, integral, menyeluruh dan mendasar.
Jawaban seperti ini juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang menyangkut berbagai bidang
kehidupan manusia, termasuk dalam hal keilmuan.
4. TUJUAN FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu sebagai suatu cabang khusus filsafat yang membicarakan tentang sejarah perkembangan ilmu. Metode -
metode ilmiah, sikap etis yang harus dikembangkan oleh para ilmuan secara umum memiliki tujuan-tujuan sebagai
berikut :
- Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan
ilmiahnya. Sehingga terhindar dari sikap tak ada pendapat yang paling benar
- Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, penguji mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sikap yang
diperlukan disini yakni menerapkan metode sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan karena metode merupakan sarana
berfikir bukan merupakan pengikat ilmu pengetahuan.
- Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan secara logis atau rasional. Pengembangan
metode dapat dipertanggungjawabkan agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum, falidnya suatu metode
ditentukan dengan dierimanya suatu metode tersebut secara umum.
Ada beberapa pentingnya filsafat bagi manusia yaitu :

5
1. Dengan belajar filsafat diharapkan akan dapat menambah ilmu pengetahuan, karena dengan bertambahnya ilmu akan
bertambah pula cakrawala pemikiran dan pangangan yang semakin luas
2. Dasar semua tindakan. Sesungguhnya filsafat di dalamnya memuat ide-ide itulah yang akan membawa mansuia ke
arah suatu kemampuan utnuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya sehingga manusia akan dapat lebih
hidup, lebih tanggap terhadap diri dan lingkungan, lebih sadar terhadap diri dan lingkungan
3. Dengan adanya perkembangan ilmu pengethauan dan teknologi kita semakin ditentang dengan kemajuan teknologi
beserta dampak negatifnya, perubahan demikian cepatnya, pergeseran tata nilai, dan akhirnya kita akan semakin jauh
dari tata nilai dan moral
5. IMPLIKASI MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu diperlukan pengetahaun dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial supaya
para ilmuan dapat memiliki landasan berpijak yang kuat. Ilmu alam secara garis besar mesti dikuasai dengan demikian
pula halnya dengan ilmu sosial. Sehingga antara ilmu yang satu dengan yang lain saling menyapa, bahkan menciptakan
suatu harmoni yang dapat memecahkan persoalan - persoalan kemanusiaan. Kesadaran seorang ilmuan tidak semata
berfikir pada bidangnya saja, tanpa mengaitkan dengan kenyataan diluar dirinya ini, akan terlihat seperti menara
gading, setiap aktifitas keilmuannya tidak terlepas dari konteks kehidupan sosial kemasyarakatan

6
DASAR-DASAR PENGETAHUAN

A. PENGERTIAN
Sebelum membahas lebih jauh apa yang menjadi dasar pengetahuan, terlebih awal yang perlu dipahami apa pengertian
dari pengetahuan itu sendiri. (Salahudin, 2011: 14) menyebutkan bahwa pada permulaan pengetahuan adalah cerita dari
orang lain untuk yang belum perhah mengalami sebagai wacana pengalaman.
Pengetahuan sendiri mengacu pada dua realitas: pertama kenyataan yang disepakati dan atau kenyataan yang
didasarkan pada pengalaman. Berdasarkan hal tersebut maka pengetahuan ada yang diperoleh melalui persetujuan dan
melalui pengalaman langsung atau observasi.
Pengetahuan yang merupakan bagian dari filsafat ilmu, mempunyai kajian utama antara lain: dasar-dasar pengetahuan
dalam bentuk penalaran, logika, sumber pengetahuan, dan kriteria kenenaran
B. DASAR-DASAR PENGETAHUAN
2.1 Penalaran
Menurut Andi Hakim Nasoetion , dalam sebuah ceramahnya didepan layar televise, sekiranya binatang mempunyai
kemampuan menalar, maka bukan harimau Jawa yang sekarang ini akan dilestarikan supaya jangan punah,melainkan
manusia Jawa. Kemampuan menalar ini menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan
rahasia kekuasaan-kekuasaannya.Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mengembangkan pengetahuan
secara sungguh-sungguh.Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan
hidupnya.
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai
bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi tertentu.Kedua,
yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap , adalah kemampuan
berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Dua
kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuan yakni bahasa bersifat komunikatif dan
pikiran yang mampu menalar.Tentu saja tidak semua pengetahuan berasal dari proses penalaran ; sebab berpikir pun
tidak semuanya berdasarkan penalaran.

2.1.1 Hakikat Penalaran


Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan .Penalaran
menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, meskipun seperti
dikatakan Pascal , hatipun mempunyai logika tersendiri.Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
2.1.2 Ciri-ciri Penalaran
Ciri pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini maka dapat kita
katakana bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri, atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan
penalaran merupakan suatu proses berpikir logis .
ciri kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikirnya.Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang
menyadarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka bepikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika
penalaran yang bersangkutan.
Berdasarkan Kriteria penalaran tersebut diatas maka dapat kita katakan bahwa tidak semua kegiatan berpikir bersifat
logis dan analisis,kita dapat membedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan berpikir yang
bukan berdasarkan penalaran.Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan
penalaran.Kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran, misalnya instuisi. Instuisi merupakan suatu
kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu.
2.2 Logika
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.Agar pengetahuan yang dihasilkan
penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara penarikan kesimpulan
tertentu,atau disebut dengan logika,dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai Pengkajian untuk berpikir
secara sahih (William S.Sahakin dan Mabel Lewis Sahakin ).Logika berasal dari kata Yunani kuno yaitu logos yang
artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.Secara singkat, logika
berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus.Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Eptime ( latin : logika
scientia )yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan ) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus. Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir,
logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan
yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam
mengambil keputusan. Menurut Louis O.Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan
dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
penarikan kesimpulan.
Ada dua jenis penarikan kesimpulan, yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya
dengan penarikan kesimpulan yang bersifat umum, sedangkan logika deduktif yang membantu kita dalam menarik
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Induksi merupakan cara

7
berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran
secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan
terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Kesimpulan yang bersifat
umum memiliki dua keuntungan , keuntungan pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat
ekonomis, keuntungan kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses penalaran selanjutnya
baik secara induktif maupun secara deduktif. Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari
penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan
silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan . Pernyataan yang mendukung
silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor.
2.3 Sumber Pengetahuan
De omnibus dubitandum ! Segala sesuatu harus diragukan desak Rene Descartes. Namun segala yang ada dalam hidup
ini dimulai dengan meragukan sesuatu, Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu ,pada dasarnya terdapat dua cara yang
pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio
dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman .
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek
tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang
menjadi dasar manusia dalam bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus Bahasa Indonesia (2001)
pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar. Pendapat tersebut
didukung oleh Daring, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang menyebutkan bahwa pengetahuan berarti
segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).
Dari sudut pandang filsafat ilmu, maka batasan tentang terminologi Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. (van Peursen,
2008).
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu; kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu; dan filsafat dimulai dengan
kedua-duanya. (Suriasumantri, 2008: 19). Karena itulah kita dapat menegaskan bahwa ilmu merupakan pengetahuan
yang sudah dan akan terus menerus kita gumuli sejak di bangku sekolah dasar hingga pendidikan tinggi. Berfilsafat
tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri: apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu?
Apakah ciri-ciri hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
Bagaimanakah saya mengetahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang kita pakai dalam
menentukan kebenaran ilmiah? Mengapa kita mesti mempelajari ilmu? Semua pertanyaan ini tentunya mengantar kita,
selaku intelektual, untuk bermuara ke suatu tujuan yang sama ibarat ilmu padi, makin berisi makin merunduk, yakni
menjadi pribadi yang rendah hati, sama seperti Sokrates sang Perintis filsafat, yakni kekuatan batin untuk melihat diri
sesuai dengan kenyataannya. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya, melainkan justru juga
kekuatannya. (Magnis-Suseno, 2005:148).
2.3.1 Ciri Ciri Ilmu Pengetahuan
Ada pun ciri-ciri yang bisa dikenali dari sebuah ilmu pengetahuan, di antaranya:
2.3.1.1 Ilmu Pengetahuan Bersifat Empiris
Ilmu pengetahuan bersifat empiris berarti pengetahuan diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan. Untuk
mengetahui apakah pengetahuan yang kita peroleh itu merupakan pengetahuan ilmiah maka kita harus
membuktikannya melaui pengamatan dan percobaan serta rangkaian pengalaman yang empirik.
2.3.1.2 Ilmu Pengetahuan Bersifat Sistematis
Ilmu pengetahuan harus memiliki sifat sistematis yang artinya data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu
mempunyai hubungan yang teratur, memiliki korelasi. Singkatnya, antara data yang satu dengan yang lain haruslah
satu runutan pemahaman yang terurut dan saling berkaitan.
2.3.1.3 Ilmu Pengetahuan Bersifat Objektif
Ilmu pengetahuan harus bersifat objektif artinya bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi (vested
interests). Prasangka subjektif yang lahir dari persaan individual peneliti menjadikan ilmu itu tidak valid dan karena itu
tidak pantas diterima sebagai pengetahuan ilmiah.
2.3.1.4 Ilmu Pengetahuan Bersifat Analitis
Ilmu pengetahuan bersifat analitis artinya berusaha membeda-bedakan pokok soalnya dan peranan dari bagian-bagian
itu. Artinya corak ilmiah dari pengetahuan itu tampak dalam batas-batasnya yang bercorak distingtif satu bagian
dengan bagian-bagian lainnya.
2.3.1.5. Ilmu Pengetahuan Bersifat Verifikatif
Ilmu pengetahuan bersifat verifikatif artinya dapat diperiksa dan diuji kebenarannya oleh siapa pun. Dapat diuji dan
dibuktikan bahwa pasti benar atau dapat dipastikan kebenarannya.

2.3.1.6 Ilmu Pengetahuan Bersifat Universal

8
Ilmu pengetahuan bersifat universal artinya bahwa di belahan dunia mana pun ilmu pengetahuan itu diterapkan, maka
hasilnya akan selalu sama. Misal di Indonesia 1 ditambah 1 sama dengan 2, maka di Arab pun 1 ditambah 1 juga sama
dengan 2. Tentunya corak universal dari ilmu pengetahuan itu juga masuk akal dan tidak berubah-ubah oleh kondisi
atau kultur manusia di berbagai tempat.
2.3.2 Pengelompokan Ilmu Pengetahuan
Dengan makin kompleksnya dan beragamnya objek penelitian dan kajian ilmu-ilmu modern, maka bidang-bidang ilmu
pun makin berkembang. Berikut ini adalah pengelompokan ilm pengetahuan secara umum:
2.3.2.1 Ilmu Alamiah (Natural Science)
Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala
dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip.
Ilmu alamiah terbagi atas:
Fisika: ilmu yang mempelajari benda tak hidup dari aspek wujud dengan perubahan yang bersifat sementara.
Contoh: bunyi, cahaya, gelombang magnet, teknik kelistrikan, teknik nuklir.
Kimia: ilmu yang memperlajari benda hidup dan tak hidup dari aspek susunan materi dan perubahan yang bersifat
tetap. Kimia secara garis besar terbagi menjadi kimia organic (protein, lemak) dan kimia anorganik (Nac1), hasil ilmu
ini dapat diciptakan seperti plastic, bahan peledak.
Biologi: ilmu yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya.
Botani: ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan.
Zoology: ilmu yang mempelajari tantang hewan.
Morfologi: ilmu yang mempelajari tentang stuktur luar makhluk hidup.
Anatomi: suatau studi tentang struktur dalam atau bentuk dalam makhluk hidup.
Fisiologi: studi tentang fungsi atau organ bagian tubuh makhluk hidup.
Sitologi: ilmu yang mempelajari sel secara mendalam.
Histologi: studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup yang merupakan serentetan sel sejenis.
Palaentologi: studi tentang makhluk hidup masa lalu.

2.3.2.2 Ilmu Sosial (Social Science)


Ilmu sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia
dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah
dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif.
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural,
sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu
sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam
penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat
banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif
dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan
konsekuensinya.
Ilmu sosial terbagi atas:
Antropologi: ilmu yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatau etnis baru.
Ekonomi: ilmu yang mempelajari tentang produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat.
Geografi: ilmu yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas pemukaan
bumi.
Hukum: ilmu yang mempelajari system aturan yang telah dilembagakan.
Linguistic: ilmu yang mempelajari aspek kognitif dan social dari bahasa.
Pendidikan: ilmu yang mempelajari masalah yang berkaitan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan
moral.
Politik: ilmu yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk Negara)
Psikologi: ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Sejarah: ilmu yang mempelajari tentang masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia.
Sosiologi: ilmu yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya.
2.3.2.3 Ilmu Budaya
Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk
mengkaji hal itu digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan pernyataan-pernyataan yang bersifat unik,
kemudian diberi arti. Peristiwa-peristiwa dan pernyatan-pernyataan itu pada umumnya terdapat dalam tulisan-tulisan.,
Metode ini tidak ada sangkut pautnya dengan metode ilmiah, hanya mungkin ada pengaruh dari metode ilmiah.
Pengetahuan budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan
filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang kcahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni
musik, dll. Sedang Ilmu Budaya Dasat (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah

9
manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain Ilmu Budaya dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasal
dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Inggris disebut dengan Basic
Humanities. Pengetahuan budaya dalam bahasa inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya
mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk betbudaya (homo humanus), sedangkan Ilmu budaya dasar bukan
ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
Unsur-unsur kebudayaan:
System religi/kepercayaan
System organisasi kemasyarakatan
Ilmu pengetahuan
Bahasa dan kesenian
Mata pencaharian hidup
Peralatan dan teknologi
Sifat-sifat kebudayaan:
Etnosentis
Universal
Alkuturasi
Adaftif
Dinamis (flexibel)
Integratif (integrasi)
Demikian perspektif gamblang dan global pembagian wilayah kajian ilmu pengetahuan modern yang bisa diuraikan.
Kemungkinan bahwa cabang-cabang dan perkembangan-perkembangan baru akan semakin luas dan kompleks
bukanlah hal yang mustahil kini dan di masa mendatang.

2.4 Kriteria Kebenaran


Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran.Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain
dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Struktur pengetahuan manusia
menunjukkan tingkatan tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Metode ilmiah yang dipakai dalam suatu ilmu
tergantung dari objek ilmu yang besangkutan. Macam-macam objek ilmu antara lain fisika-kimia, makhluk hidup,
psikis , sosio politis, humanistis dan religious. Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontology, epistemology
dan aksiologi.
2.4.1 Teori kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu
Dalam menguji suatu kebenaran diperlukan teori-teori ataupun metode-mtode yang akan berfungsi sebagai penunjuk
jalan bagi jalannya pengujian tersebut. Berikut ini beberapa teori tentang kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu :
a. Teori Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika
berkorespondensi ( berhubungan ) terhadap fakta yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi ( ungkapan atau keputusan )
adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan
dengan teori-teori empiris pengetahuan. Ujian kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi paling diterima
secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif , kebenaran
adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan dan situasi yang
dijadikan pertimbangan itu, serta berusaha untuk melukiskannya, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan
pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu ( Titus,1987:237 ).
Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korspondensi suatu pernyataan adalah benar jika
materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi ( berhubungan ) dan sesuai dengan objek yang
dituju oleh pernyataan tersebut ( Suriasumantri,1990:57), Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan matahari
terbit dari timur maka pernyataan tersebut bersifat factual atau sesuai dengan fakta yang ada matahari terbit dari timur
dan tenggelam dari barat.Menurut korespondensi ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai hubungan langsung
terhadap kebenaran atau kekeliruan . Jika sesuatu pertimbangan sesuai dengan fakta , maka pertimbangan ini benar, jika
tidak maka pertimbangan itu salah (Jujun, 1990:237)

b. Teori Koherensi atau konsistensi


Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepadaa kriiteria koheren atau konsistensi .
Pernyataan pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain. Berdasarkan teori ini suatu
pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar ( Jujun, 1990:55), artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat
konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya yaitu yang koheren menurut logika.

10
Suatu kebenaran tidak hanya terbentuk karena adanya koherensi atau konsistensi dengan pernyataan sebelumnya.
Dengan kata lain suatu proposisi dilahirkan untuk menyikapi dan menanggapi proposisi sebelumnya secara konsisten
serta adanya interkoneksi dan tidak adanya kontradiksi antara keduanya.
Misalnya bila kita mengangap bahwa maksiat adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah adalah suatu pernyataan
yang benar maka mencuri dilarang oleh Allah adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan
pernyataan yang pertama. Kelompok idealis , seperti Plato juga filosof modern seperti Hegel , Bradley memperluas
prinsip koherensi sehingga meliputi dunia, dengan begitu maka tiap-tipa pertimbangan yang benar dan tiap-tiap system
kebenaran yang parsial bersifat terus-menerus dengan keseluruhan realitas dan memperoleh arti dari keseluruhan
tersebut (Titus 1987 :239).

11
ONTOLOGI, METAFISIKA, ASUMSI, PELUANG, DAN BATAS-BATAS PENJELAJAHAN ILMU

A. Ontologi

1. Pengertian ontologi
Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang filsafat yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu.
Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri menurut lingkup cabang-cabang keilmuan tersendiri.
Pengertian ontologi ini menjadi sangat beragam dan berubah sesuai dengan berjalannya waktu. Gruber (1991)
memberikan definisi yang sering digunakan oleh beberapa orang, definisi tersebut adalah Ontologi merupakan sebuah
spesifikasi eksplisit dari konseptualisme. Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah struktur hirarki dari istilah
untuk menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk sebuah knowledge base.
a. Menurut bahasa, Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos ada,dan Logos ilmu. Jadi, ontologi adalah
ilmu tentang yang ada.
b. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality
baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak (Bakhtiar , 2004)
c. Menurut Suriasumantri (1985), Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita
ingintahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Telaah ontologis akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan. a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah, b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut
dan bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera)
yang membuahkan pengetahuan.
d. Menurut Pandangan The Liang Gie (2000)Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna
dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan Apakah artinya ada, hal ada.
e. Menurut Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari Konsepsi Aristoteles Ontologi Yaitu teori atau studi
tentang being/wujud seperti karakteristik dasar dariseluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi
filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukanarti, struktur dan
prinsip benda tersebut. (Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM).
Dengan demikian dapat disimpulkan Ontologi merupakan adalah suatu teori tentang makna dari suatu objek, property
dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu domain pengetahuan. Ringkasnya, pada
tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada dan bagian dari bidang filsafat yang mencoba mencari
hakikat dari sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri menurut lingkup cabang-cabang
keilmuan tersendiri.
2. Aliran-Aliran Dalam Ontologi
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara
kritis. Di dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut :
1) Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua.
Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Tidak mungkin
ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan Block
Universe. Paham ini kemudian terebagi ke dalam dua aliran:
a. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan
naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang
lainnya jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa dan ruh merupakan akibat saja dari
proses gerakan kebenaran dengan dengan salah satu cara tertentu. Alasan mengapa aliran ini berkembang sehingga
memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah:
Pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir.
Pikiran sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang yang abstrak.
Penemuan-penemuan menunjukan betapa bergantungnya jiwa pada badan.
Oleh sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol dalam peristiwa ini.
Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda seperti pada padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul dari situ.
Kesemuanya itu memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakekat adalah benda.
b. Idealisme
Aliran idealisme dinamakan juga spiritualisme. Idealisme bderarti serba cita sedang spiritualisme berarti serba ruh.
Idealisme diambil dari kata Idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat
kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak
berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani. Alasan aliran ini
yang menyatakan bahwa hakikat benda adalah ruhani, spirit atau sebangsanya adalah:
Nilai ruh lebih tinggi daripada badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Ruh itu dianggap
sebagai hakikat yang sebenarnya. Sehingga materi hanyalah badannya bayangan atau penjelmaan.
Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya.
Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada, yang ada energi itu saja.

12
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui pada ajaran plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya,
tiap-tiap yang ada di alam mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati
ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi idealah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar
wujud sesuatu.
2) Dualisme
Dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan
idealisme. Menurut aliran dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat. Materi muncul bukan karena
adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya aliran ini masih
memiliki masalah dalam menghubungkan dan menyelaraskan kedua aliran tersebut di atas. Sebuah analogi dapat kita
ambil misalnya tentang jika jiwa sedang sehat, maka badan pun akan sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa
seseorang sedang penuh dengan duka dan kesedihan biasanya badanpun ikut sedih, terlihat dari murungnya wajah
orang tersebut.
Aliran dualisme berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi
dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Sama-sama hakikat. Kedua macam hakikat itu masing-masing
bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini.
Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini dalam diri manusia. Tokoh paham ini adalah
Descrates (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah
dunia kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan).
3) Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan
dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictonary of Philosophy and
Religion dikataka sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari
satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan
bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern aliran ini
adalah William James (1842-1910 M). Kelahiran New York dan terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof
Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth James mengemukakan, tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku
umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal.
B. Metafisika
Ontologi menurut A.R. Lacey, ontologi berarti a central part of metaphisics (bagian sentral dari metafisika)
sedangkan metafisika diartikan sebagai that which comes after physics, the study of nature in general (hal yang hadir
setelah fisika, studi umum mengenai alam).
Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika. Mengapa ontologi terkait dengan metafisika?
Ontologi membahas hakikat yang ada, metafisika menjawab pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini sebenar-
benarnya? Pada suatu pembahasan, metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain, ontologi
merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling
terkait.
Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk
pemikiran ilmiah. Diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur ke bintang-bintang, menembus galaksi dan awan
gemawan, maka Metafisika adalah landasan peluncurannya. Dunia yang sepintas lalu kelihatan sangat nyata ini,
ternyata menimbulkan berbagai spekulasi filsafati tentang hakikatnya. Beberapa tafsiran tentang metafisika
diantaranya, sebagai berikut
1. Supernaturalisme
Di alam terdapat wujud-wujud gaib (supernatural) dan ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih berkuasa dibandingkan
dengan alam yang nyata. Animisme merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme ini, dimana
manusia percaya bahwa terdapat roh yang sifatnya gaib terdapat dalam benda-benda.
2. Naturalisme
Paham ini menolak wujud-wujud yang bersifat supernatural. Materialisme merupakan paham yang berdasarkan pada
aliran naturalisme ini. Kaum materialisme menyatakan bahwa gejala-gejala alam disebabkan oleh kekuatan yang
terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.
Democritos (460-370 S.M.) adalah salah satu tokoh awal paham materialisme. Ia mengembangkan paham materialisme
dan mengemukakan bahwa unsur dasar dari alam adalah atom. Hanya berdasar kebiasaan saja maka manis itu manis,
panas itu panas, dan sebagainya. Obyek dari penginderaan sering dianggap nyata, padahal tidak demikian, hanya atom
dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. Jadi, panas, dingin, warna merupakan terminologi yang manusia berikan arti
dari setiap gejala yang ditangkap oleh pancaindra. Indentik paham naturalisme adalah paham:
a. Mekanistik : gejala alam dapat didekati dari segi proses kimia fisika.
b. Vitalistik : hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara subtantif dengan proses tersebut.
c. Monistik : tidak ada perbedaan antara pikiran dengan zat , mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan yang
berlainan namun mempunyai subtansi yang sama.
d. Demokritos adalah seorang filsuf yang termasuk di dalam Mazhab Atomisme. Ia adalah murid dari leukippos,
pendiri mazhab tersebut Demokritos mengembangkan pemikiran tentang atom sehingga justru pemikiran Demokritos
yang lebih dikenal di dalam sejarah filsafat.

13
Dengan demikian, gejala alam dapat didekati dari proses kimia fisika. Pendapat ini merupakan pendapat kaum
mekanistik, bahwa gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia fisika semata. Hal ini
ditentang oleh kaum vitalistik, yang merupakan kelompok naturalisme juga. Paham vitalistik sepakat bahwa proses
kimia fisika sebagai gejala alam dapat diterapkan, tetapi hanya meliputi unsur dan zat yang mati saja, tidak untuk
makhluk hidup.
Dalam kajian metafisika, ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya.
Manusia tidak dapat melepaskan diri dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Makin dalam penjelajahan ilmiah
dilakukan, akan semakin banyak pertanyaan yang muncul, termasuk pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal tersebut
di atas. Karena beragam tinjauan filsafat diberikan oleh setiap ilmuwan, maka pada dasarnya setiap ilmuwan bisa
memiliki filsafat individual yang berbeda-beda. Titik pertemuan kaum ilmuwan dari semua itu adalah sifat pragmatis
dari ilmu.
C. Asumsi
Asumsi adalah praduga anggapan sementara (yang kebenarannya masih dibuktikan) . timbulnya asumsi karena adanya
permasalahan yang belum jelas, seperti belum jelasnya hakekat alam ini, yakni apakah gejala alam ini tunduk kepada
determinisme , yakni hukum alam yang bersifat universal ataukah hukum semacam itu tidak terdapat sebab setiap
gejala merupakan akibat pilihan bebas ataukah keumuman memang ada namun berupa peluang , sekedar tangkapan
probalistik (kemungkinan sesuatu hal untuk terjadi).
Tidak muthlak atau pasti sebagaimana ilmu yang tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan yang bersifat muthlak. Jadi asumsi bukanlah suatu keputusan muthlak.
1. Kedudukan ilmu dalam asumsi
Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan , karena keputusan harus didasarkan pada
penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.
2. Resiko asumsi
Apa yang diasumsikan akan mengandung resiko secara menyeluruh. Seseorang yang mengasumsikan usahanya akan
berhasil maka direncanakan akan diadakan pesta keberhasilannya. Secara tiba- tiba usahanya dinyatakan tidak berhasil.
Resikonya menggagalkan pelaksanaan pestanya.
3. Beberapa asumsi dalam ilmu
Akan terjadi perbedaan pandang suatu masalah bila ditinjau dari berbagai kacamata ilmu begitu juga asumsi. Ilmu
sekedar merupakan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang dapat membantu kehidupan manusia secara
pragmtis.Pragmatis : sesuatu yang mengandung manfaat.
Asumsi-asumsi dalam ilmu contohnya ilmu fisika yakni ilmu yang paling maju bila di bandingkan dengan ilmu-ilmu
lain.
Fisika merupakan ilmu teoritis yang di bangun atas system penalaran deduktif yang meyak/.inkan serta pembutktian
induktif yang sangat mengesankan. Fisika terdapat celah-celah perbedaan yang terletak di dalam pondasi dimana
dibangun teori ilmiah diatas yakni dalam asumsi tentang dunia fisiknya.(zat,gerak,ruang dan waktu).
4. Jenis-jenis asumsi
Terdapat beberapa jenis asumsi yang dikenal, antara lain; Aksioma. Pernyataan yang disetujui umum tanpa
memerlukan pembuktian karena kebenaran sudah membuktikan sendiri (Postulat). Pernyataan yang dimintakan
persetujuan umum tanpa pembuktian, atau suatu fakta yang hendaknya diterima saja sebagaimana adanya Premise.
Pangkal pendapat dalam suatu entimen . Pertanyaan penting yang terkait dengan asumsi adalah bagaimana penggunaan
asumsi secara tepat? Untuk menjawab permasalahan ini, perlu tinjauan dari awal bahwa gejala alam tunduk pada tiga
karakteristik :
a. Deterministik
Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Thomas Hobbes (1588-1679)
yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak universal. Aliran
filsafat ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang
telah ditetapkan lebih dahulu.
b. Pilihan Bebas
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat pada hukum alam yang tidak memberikan
alternatif. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial. Sebagai misal, tidak ada tolak ukur yang tepat
dalam melambangkan arti kebahagiaan. Masyarakat materialistik menunjukkan semakin banyak harta semakin bahagia,
tetapi di belahan dunia lain, kebahagiaan suatu suku primitif bisa jadi diartikan jika mampu melestarikan budaya
animismenya. Sebagai mana pula masyarakat brahmana di India mengartikan bahagia jika mampu membendung hasrat
keduniawiannya. Tidak ada ukuran yang pasti dalam pilihan bebas, semua tergantung ruang dan waktu.
c. Probabilistik
Pada sifat probabilstik, kecenderungan keumuman dikenal memang ada namun sifatnya berupa peluang. Sesuatu akan
berlaku deterministik dengan peluang tertentu. Probabilistik menunjukkan sesuatu memiliki kesempatan untuk
memiliki sifat deterministik dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu pengetahuan modern, karakteristik
probabilitas ini lebih banyak dipergunakan. Dalam ilmu ekonomi misalnya, kebenaran suatu hubungan variabel diukur
dengan metode statistik dengan derajat kesalahan ukur sebesar 5%. Pernyataan ini berarti suatu variabel dicoba diukur
kondisi deterministiknya hanya sebesar 95%, sisanya adalah kesalahan yang bisa ditoleransi. Jika kebenaran

14
statistiknya kurang dari 95% berarti hubungan variabel tesebut tidak mencapai sifat-sifat deterministik menurut kriteria
ilmu ekonomi.
Dalam menentukan suatu asumsi dalam perspektif filsafat, permasalahan utamanya adalah mempertanyakan pada diri
sendiri (peneliti) apakah sebenarnya yang ingin dipelajari dari ilmu. Terdapat kecenderungan, sekiranya menyangkut
hukum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak pada paham deterministik. Sekiranya
yang dipilih adalah hukum kejadian yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan digunakan asumsi pilihan
bebas. Di antara kutub deterministik dan pilihan bebas, penafsiran probabilistik merupakan jalan tengahnya.
Ilmuwan melakukan kompromi sebagai landasan ilmu. Sebab ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu
manusia dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang
berfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal hakiki dalam kehidupan. Karena it u; Harus disadari bahwa ilmu
tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak.
Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan, dimana keputusan itu harus didasarkan pada
penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relative. Jadi, berdasarkan teori-teori keilmuan, tidak akan pernah
didapatkan hal pasti mengenai suatu kejadian. Yang didapatkan adalah kesimpulan yang probabilistik, atau bersifat
peluang
D. Peluang
Peluang secara sederhana diartikan sebagai probabilitas. Peluang 0.8 secara sederhana dapat diartikan bahwa
probabilitas untuk suatu kejadian tertentu adalah 8 dari 10 (yang merupakan kepastian). Dari sudut keilmuan hal
tersebut memberikan suatu penjelasan bahwa ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan
pengetahuan yang bersifat mutlak. Tetapi ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar bagi manusia untuk mengambil
keputusan, dimana keputusan itu harus didasarkan kepada kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif. Dengan demikan
maka kata akhir dari suatu keputusan terletak ditangan manusia pengambil keputusan itu dan bukan pada teori-teori
keilmuan.
E. Asumsi Dalam Ilmu
Waktu kecil segalanya kelihatan besar, pohon terasa begitu tinggi, orang-orang tampak seperti raksasa Pandangan itu
berubah setelah kita berangkat dewasa, dunia ternyata tidak sebesar yang kita kira, wujud yang penuh dengan misteri
ternyata hanya begitu saja. Kesemestaan pun menciut, bahkan dunia bisa sebesar daun kelor, bagi orang yang putus asa.
Katakanlah kita sekarang sedang mempelajari ilmu ukur bidang datar (planimetri). Dengan ilmu itu kita membuat
kontruksi kayu bagi atap rumah kita. Sekarang dalam bidang datar yang sama bayangkan para amuba mau bikin rumah
juga. Bagi amuba bidang datar itu tidak rata dan mulus melainkan bergelombang, penuh dengan lekukan yang kurang
mempesona. Permukaan yang rata berubah menjadi kumpulan berjuta kurva.
Mengapa terdapat perbedaan pandangan yang nyata terhadap obyek yang begitu kongkret sperti sebuah bidang? Ahli
fisika Swiss Charles-Eugene Guye menyimpulkan gejala itu diciptakan oleh skala observasi. Bagi skala observasi anak
kecil pohon-pohon natal itu begitu gigantik, sedangkan bagi skala observasi amuba, bidang datar ini merupakan daerah
pemukiman yang berbukit-bukit.
Jadi secara mutlak sebenarnya tak ada yang tahu seperti apa sebenarnya bidang datar itu. hanya Tuhan yang tahu!
Secara filsafati mungkin ini merupakan masalah besar namun bagi ilmu masalah ini didekati secara praktis. Seperti
disebutkan terdahulu ilmu sekadar merupakan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang dapat membantu
kehidupan manusia secara pragmatis. Dengan demikian maka untuk tujuan membangun atap rumah, sekiranya kita
asumsikan bahwa permukaan papan itu adalah bidang datar, maka secara pragmatis hal ini dapat
dipertanggungjawabkan.
Pada awalnya kausalitas dalam ilmu-ilmu alam menggunakan asumsi determinisme. Namun asumsi ini goyang ketika
MaxPlanck pada tahun 1900 menemukan teori Quantum. Teori ini menyatakan bahwa radiasi yang dikeluarkan materi
tidak berlangsung secara konstan namun terpisah-pisah yang dinamakan kuanta. Fisika quantum menunjukkan adanya
partikel-partikel yang melanggar logika hukum fisika dan bergerak secara tak terduga.
Selanjutnya Indeterministik dalam gejala fisik ini muncul dengan pemenuhan Niels Bohr dalam Prinsip Komplementer
(Principle of Complementary) yang dipublikasikan pada tahun 1913. Prinsip komplementer ini menyatakan bahwa
elektron bisa berupa gelombang cahaya dan bisa juga berupa partikel tergantung dari konteksnya. Masalah ini yang
menggoyahkan sensi-sendi fisika ditambah lagi dengan penemuan Prinsip Indeterministik (Principle of
Indeterminancy) oleh Werner Heisenberg pada tahun 1927. Heisenberg menyatakan bahwa untuk pasangan besaran
tertentu yang disebut conjugate magnitude pada prinsipnya tidak mungkin mengukur kedua besaran tersebut pada
waktu yang sama dengan ketelitian yang tinggi. Prinsip Indeterministik ini, kata William Barret, menunjukkan bahwa
terdapat limit dalam kemampuan manusia untuk mengetahui dan meramalkan gejala-gejala fisik.
Ilmu-ilmu ini bersifat otonom dalam bidang pengkajiannya masing-masing dan berfederasi dalam suatu pendekatan
multidisipliner. (jadi buka fusi dengan penggabungan asumsi yang kacau balau). Hal hal yang harus diperhatikan
dalam pengembangan asumsi,
1. Asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disipin keilmuan. Asumsi ini harus operasional
dan merupakan dasar bagi pengkajian teoretis.. Asumsi manusia dalam administrasi yang bersifat operasional adalah
makhluk ekonomis, makhluk sosial, makhluk aktualisasi diri atau makhluk yang kompleks. Berdasarkan asumsi-asumsi
ini maka dapat dikembangkan berbagai model, strategi, dan praktek administrasi.
2. Kedua, asumsi ini harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya bukan bagaimana keadaan yang
seharusnya. Sekiranya dalam kegiatan ekonomis maka manusia yang berperan adalah manusia yang mencari

15
keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya maka itu sajalah yang kita jadikan sebagai
pegangan tidak usah ditambah dengan sebaiknya begini, atau seharusnya begitu. Sekiranya asumsi semacam ini dipakai
dalam penyusunan kebijaksanaan (policy), atau strategi, serta penjabaran peraturan alinnya, maka hal ini bisa saja
dilakukan, asalkan semua itu membantu kita dalam menganalisis permasalahan. Namun penetapan asumsi yang
berdasarkan keadaan yang seharusnya ini seyogyanya tidak dilakukan dalam analisis teori keilmuan sebab metafisika
keilmuan berdasarkan kenyataan sesungguhnya sebagaimana adanya.
Seseorang ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya, sebab
mempergunakan asumsi yang berbeda, maka berarti berbeda pula konsep pemikiran yang dipergunakan. Sesuatu yang
belum tersurat (atau terucap) dianggap belum diketahui atau belum mendapat kesamaan pendapat.
F. Batas-Batas Penjelajahan Ilmu
ilmu memulai penjelajahannnya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Apakah ilmu
mempelajari hal ihwal surga dan neraka? Jawabnya adalah tidak; sebab surga dan neraka berada di luar jangkauan
pengalaman manusia. Baik hal-hal yang terjadi sebelum hidup kita, maupun apa-apa yang terjadi sesudah kematian
kita, semua itu berada di luar penjelajahan ilmu.
Mengapa ilmu hanya membatasi daripada hal-hal yang berbeda dalam batas pengalaman kita? jawabnya terletak pada
fungsi ilmu itu sendiri dalam kehidupan manusia: yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah-
masalah yang dihadapinya sehari-hari. Persoalan mengenai hari kemudian tidak akan kita nyatakan kepada ilmu,
melainkan kepada agama, sebab agamalah pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah seperti itu.
Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan
dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Sekiranya ilmu memasukkan daerah di luar batas
pengalaman empirisnya, bagaimana kita melakukan pembuktian secara metodologis? bukankah hal ini merupakan
suatu kontradiksi yang menghilangkan keahlian metode ilmiah?
Kalau begitu maka sempit sekali batas jelajahan ilmu, kata seorang, Cuma sepotong dari sekian permasalahan
kehidupan. Memang demikian, jawab filsuf ilmu, bahkan dalam batas pengalaman manusia pun, ilmu hanya berwenang
dalam menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Tentang baik dan buruk, semua (termasuk ilmu) berpaling
kepada sumber-sumber moral; tentang indah dan jelek, semua (termasuk ilmu) berpaling kepada pengkajian estetik.
Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta, demikian kata Einstein.
Dengan makin sempitnya daerah penjelajahan suatu bidang keilmuan maka sering sekali diperlukan pandangan dari
disiplin-disiplin lain. Saling pandang-memandang ini, atau dalam bahasa protokolnya pendekatan multi-disipliner,
membutuhkan pengetahuan tentang tetangga-tetangga yang berdekatan. Artinya harus jelas bagi semua: di mana
disiplin seseorang berhenti dan di mana disiplin orang lain mulai. Tanpa kejelasan batas-batas ini maka pendekatan
multidisipliner tidak akan bersifat konstruktif melainkan berubah menjadi sengketa kapling (yang sering terjadi akhir-
akhir ini).

Filsafat 4
CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

A. Jarum Sejarah Pengetahuan


Sebelum Charles Darwin menyusun teori evolusinya kita menganggap semua makhluk adalah serupa yang diciptakan
dalam waktu yang sama. Jadi adalah wajar saja kalau dalam kurun waktu itu tidak terdapat perbedaan antara berbagai
pengetahuan. Pokoknya segala apa yang kita ketahui adalah pengetahuan. Misalnya apakah itu cara memburu gajah,
cara mengobati sakit gigi, cara bercocok tanam, dan sebagainya.
Konsep dasar pengetahuan waktu dulu adalah kriteria kesamaan bukan perbedaan. Tetapi setelah berkembangnya abad
penalaran pada pertengahan abad ke 17 konsep dasarnya berubah dari kesamaan kepada perbedaan berbagai
pengetahuan yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur
kemasyarakatan. Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan berdasarkan apa yang diketahuai, bagaimana cara
mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan.
B. Pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk ke
dalamnya adalah ilmu. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana
(epistimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya
dan terbatas pada lingkup pengalaman kita. Usaha untuk mengetahui gejala ualam sudah dimulai sejak dulu kala
melalui mitos.
Tahap selanjutnya yaitu dengan mengembangkan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis dan berakar pada
pengalaman berdasarkan akal sehat yang didukung oleh metode mencoba-coba. Perkembangan ini menyebabkan
tumbuhnya pengetahan yang disebut seni terapan. Akal sehat dan coba-coba mempunyai peranan penting dalam usaha
manusia untuk menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam. Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya
rasionalisme yang secara kritis mempertanyakan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos. Lalu berkembang lagi kearah
empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar itu didasarkan kepada kenyataan pengalaman.image
1. Terjadinya Pengetahuan
Beberapa alat yang digunakan untuk mengetahui terjadinya suatu pengetahuan:

16
Indera digunakan untuk berhubungan dengan dunia fisik atau lingkungan di sekitar kita. Indera ada bermacam-macam;
yang paling pokok ada lima (panca indera), yakni indera penglihatan (mata) yang memungkinkan kita mengetahui
warna, bentuk, dan ukuran suatu benda; indera pendengaran (telinga) yang membuat kita membedakan macam-macam
suara; indera penciuman (hidung) untuk membedakan bermacam bau-bauan; indera perasa (lidah) yang membuat kita
bisa membedakan makanan enak dan tidak enak; dan indera peraba (kulit) yang memungkinkan kita mengetahui suhu
lingkungan dan kontur suatu benda.
Akal atau rasio merupakan fungsi dari organ yang secara fisik bertempat di dalam kepala, yakni otak. Akal mampu
menambal kekurangan yang ada pada indera. Akallah yang bisa memastikan bahwa pensil dalam air itu tetap lurus, dan
bentuk bulan tetap bulat walaupun tampaknya sabit. Keunggulan akal yang paling utama adalah kemampuannya
menangkap esensi atau hakikat dari sesuatu, tanpa terikat pada fakta-fakta khusus. Akal bisa mengetahui hakekat umum
dari kucing, tanpa harus mengaitkannya dengan kucing tertentu yang ada di rumah tetangganya, kucing hitam, kucing
garong, atau kucing-kucingan. Kelemahan akal ialah terpagari oleh kategori-kategori sehingga hal ini, menurut
Immanuel Kant (1724-1804), membuat akal tidak pernah bisa sampai pada pengetahuan langsung tentang sesuatu
sebagaimana adanya (das ding an sich) atau noumena. Akal hanya bisa menangkap yang tampak dari benda itu
(fenoumena), sementara hati bisa mengalami sesuatu secara langsung tanpa terhalang oleh apapun, tanpa ada jarak
antara subjek dan objek.
Hati atau Intuisi. Organ fisik yang berkaitan dengan fungsi hati atau intuisi tidak diketahui dengan pasti; ada yang
menyebut jantung, ada juga yang menyebut otak bagian kanan. Pada praktiknya, intuisi muncul berupa pengetahuan
yang tiba-tiba saja hadir dalam kesadaran, tanpa melalui proses penalaran yang jelas, non-analitis, dan tidak selalu
logis. Intuisi bisa muncul kapan saja tanpa kita rencanakan, baik saat santai maupun tegang, ketika diam maupun
bergerak. Kadang ia datang saat kita tengah jalan-jalan di trotoar, saat kita sedang mandi, bangun tidur, saat main catur,
atau saat kita menikmati pemandangan alam. Hati bekerja pada wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh akal, yakni
pengalaman emosional dan spiritual.
Sebagai manusia yang beragama pasti meyakini bahwa wahyu merupakan sumber ilmu, Karena diyakini bahwa wakyu
itu bukanlah buatan manusia tetapi buatan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Jenis-jenis Pengetahuan
Pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya :
a. Pengetahuan langsung (immediate) adalah pengetahuan langsung yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses
penafsiran dan pikiran.
b. Pengetahuan tak langsung (mediated) adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta
pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang kita ketahui dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan
penafsiran dan pencerapan pikiran kita.
c. Pengetahuan indrawi (perceptual) adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui indra-indra lahiriah. Sebagai
contoh, kita menyaksikan satu pohon, batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran melalui indra
penglihatan akan membentuk pengetahuan kita. Tanpa diragukan bahwa hubungan kita dengan alam eksternal melalui
media indra-indra lahiriah ini, akan tetapi pikiran kita tidak seperti klise foto dimana gambar-gambar dari apa yang
diketahui lewat indra-indra tersimpan didalamnya.
d. Pengetahuan konseptual (conceptual); juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara
langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa
berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di
antara keduanya merupakan aktivitas pikiran.
e. Pengetahuan partikular (particular) berkaitan dengan satu individu, objek-objek tertentu, atau realitas-realitas
khusus. Misalnya ketika kita membicarakan satu kitab atau individu tertentu, maka hal ini berhubungan dengan
pengetahuan partikular itu sendiri.
f. Pengetahuan universal (universal) mencakup individu-individu yang berbeda. Sebagai contoh, ketika kita
membincangkan tentang manusia dimana meliputi seluruh individu (seperti Muhammad, Ali, hasan, husain, dan ),
ilmuwan yang mencakup segala individunya (seperti ilmuwan fisika, kimia, atom, dan lain sebagainya), atau hewan
yang meliputi semua indvidunya (seperti gajah, semut, kerbau, kambing, dan yang lainnya).

C. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Metodologi merupakan suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Alur berpikir yang tercakup
dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut yaitu:
1. Perumusan Masalah
2. Penyusunan kerangka berpikir
3. Perumusan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
5. Penarikan kesimpulan.

D. Struktur Pengetahuan Ilmiah


Struktur Pengetahuan Ilmiah Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang
memenuhi syarat-syarat keilmuan dan dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Pada hakikatnya pengetahuan

17
ilmiah mempunyai tiga fungsi yakni menjelaskan, merencanakan dan mengontrol. Sebuah teori pada umumnya terdiri
dari hukum-hukum.
Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu
kaitan sebab akibat. Makin tinggi keumuman konsep maka makin tinggi teoritis konsep tersebut. Pengetahuan ilmiah
dalam bentuk teori dan hukum harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi atau secara idealnya harus bersifat
universal.
Dalam ilmu sosial untuk meramalkan menggunakan metode proyeksi, pendekatan struktural, analisis kelembagaan atau
tahap-tahap perkembangan. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum
pernah diketahui dinamakan penelitan murni atau penelitian dasar. Sedangkan penelitian yang bertujuan untuk
mempergunakan pengetahuan ilmiah yang telah diketahui untuk memecahkan masalah kehidpan yang bersifat praktis
dinamakan penelitian terapan. Struktur Pengetahuan Ilmiah: 1. Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang
mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. 2. Hukum yang merupakan
pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. 3. Prinsip yang
dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu
menjelaskan kejadian yang terjadi. 4. Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa
dituntut pembuktiannya.
Filsafat 5
SARANA BERFIKIR ILMIAH

A. DEFINISI HAKIKAT SARANA BERFIKIR ILMIAH


Ada tiga bentuk pemikiran yakni pengertian (konsep), pernyataan (proposisi) dan penalaran (reasoning).
Pengertian merupakan suatu yang abstrak, pengertian muncul bersamaan dengan observasi empiris. Ketika kita melihat
awan, pohon langit dan laut terbentuklah pemikiran tentang awan, pohon, langit, dan laut dalam pikiran. Jadi aktvitas
pikiran terjadi bersamaan dengan aktivitas indera. tepat tidaknya pemikiran tergantung pada tepat tidaknya observasi
empiris.sekali terbentuk pengertian menjadi data dalam proses berfikir lebih lanjut. Oleh sebab itu pengertian juga
disebut data empiris atau data psikologis.
Dalam rangkaian pengertian itulah disebut pernyataan atau proposisi. Sering proposisi disebut juga kalimat. Proposisi
terdiri dari tiga unsur yakni, subjek, predikat dan kata penghubung. Predikat adalah pengertian yang menerangkan,
subjek adalah pengertian yang diterangkan dan kata penghubung (kopula) mengakui atau memungkiri hubungan antara
subjek dan predikat.
Penalaran adalah bentuk pemikiran yang lebih rumit karena merupakan bentuk tertinggi dari pemikiran, sehingga
pembahasannya dipisahkan dari pembahasan sebelumnya (meskipun secara sangat singkat).
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara
mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan
pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang
akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang
menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum
ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang
di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh
tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi
sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli:
Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/mendapatkan ilmu.
Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar.
Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.
Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan
pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara
sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada.
Ilmu pengetahuan telah didefenisikan dengan beberapa cara dan defenisi untuk operasional. Berfikir secara
ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang belum diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proses
kegiatan mencari pengetahuan melalui pengamatan berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu berusaha memahami
alam sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan
mengendalikan gejala alam. Adapun pengetahuan adalah keseluruhan hal yang diketahui, yang membentuk persepsi
tentang kebenaran atau fakta. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, sebaliknya setiap pengetahuan belum tentu ilmu.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa,
matematika, dan statistika. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif. Statistika

18
mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Salah satu langkah kearah penguasaan adalah mengetahui dengan
benar peranan masing-masing sarana berpikir dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.
Untuk itu terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science), dengan pengetahuan (knowledge), antara lain :
Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982. Ilmu harus ada obyeknya,
terminologinya, metodologinya, filosofinya dan teorinya yang khas.
Menurut Prof. DR. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985. Ilmu juga harus memiliki objek, metode,
sistematika dan mesti bersifat universal.
Sumber-sumber pengetahuan manusia dikelompokkan atas:
Pengalaman.
Otoritas .
Cara berfikir deduktif.
Cara berfikir induktif .
Berfikir ilmiah (pendekatan ilmiah).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmu.
Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal. Secara garis besar
berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang
berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan
sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta
menggunakan akalnya semaksimal mungkin.
Seseorang yang tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh
kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di
dunia. Banyak yang beranggapan bahwa untuk berpikir secara mendalam, seseorang perlu memegang kepala dengan
kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang
ada. Sungguh, mereka telah menganggap berpikir secara mendalam sebagai sesuatu yang memberatkan dan
menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan filosof. Bagi seorang ilmuan
penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka
tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat untuk
membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : bahasa ilmiah, logika dan matematika, logika dan statistika.
Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah.
Logika dan matematika mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah
dilacak kembali kebenarannya. Sedang logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif dan
mencari konsep-konsep yang berlaku umum.
Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik.
Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk
dapat memecahkan masalah kita sehari-hari.
Fungsi berfikir ilmiah , sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan.
Dalam hal ini berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya
berdasarkan metode ilmiah.
Pada hakikatnya sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang
harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka
sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini kita harus dapat menguasai langkah-langkah dalam kegiatan
langkah berfikir tersebut. Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia dikaruniai kemampuan untuk
mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui pengetahuan, manusia dapat mengatasi kendala dan kebutuhan demi
kelangsungan hidupnya.
Karenanya tidak salah jika Tuhan menyatakan manusialah yang memiliki peran sebagai wakil. Tuhan dibumi, melalui
penciptaan kebudayaan. Proses penciptaaan kebudayaan dan pengetahuan yang didapatkan oleh manusia di mulai dari
sebuah proses yang paling dasar, yakni kemampuan manusia untuk berfikir. Meskipun sebenarnya hewan memiliki
kemampuan yang sama dengan manusia dalam hal berfikir, tetapi makhluk yang terakhir hanya dapat berfikir dengan
kemampuan terbatas pada instink dan demi kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan hewan, manusia dalam proses
berfikir melampaui diri dan kelangsungan hidupnya, bahkan hingga menghadirkan kebudayaan dan peradaban yang
menakjubkan. Sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat dilakukan oleh makhluk Tuhan yang lain.
Selain berfikir ilmiah, terdapat dua contoh lain dimana sebuah kegiatan berfikir tidak dapat disebut sebagai penalaran.
Keduanya adalah berfikir dengan intuisi dan berfikir berdasarkan wahyu. Intuisi adalah kegiatan berfikir manusia, yang
melibatkan pengalaman langsung dalam mendapatkan suatu pengetahuan. Namun, intuisi tidak memiliki pola fikir
tertentu, sehingga ia tidak dapat dikategorikan sebagai kegiatan penalaran. Sebagai misal, seorang Ayah merasa tidak
tenang dengan kondisi anaknya yang sedang menuntut ilmu di luar kota. Tetapi ketika ditanyakan apa sebab yang
menjadi dasar ketidaktenangan dirinya, sang Ayah tidak dapat menyebutkannya dan hanya beralasan bahwa
perasaannya menyatakan ada yang tidak beres dengan si anak yang ada di luar kota. Setelah menyusul ke tempat
anaknya, ternyata si anak sedang sakit parah. Meskipun proses berfikir sang Ayah mendapatkan kebenaran, tetapi tidak

19
bisa disebut berfikir ilmiah, karena tidak memenuhi suatu logika tertentu dan terlebih lagi tidak terdapat proses analitis
terdapat peristiwa ini.
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan
berfikir adalah proses dasar dari pengetahuan manusia. kita membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan
pengetahuan non-ilmiah. Hanya saja, pemahaman kita tentang berfikir ilmiah belum dapat disebut benar. Perbedaan
berfikir ilmiah dari berfikir non-ilmiah memiliki perbedaan dalam dua faktor mendasar yaitu:
Sumber pengetahuan
Berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah
(intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber pengetahuan pada perasaan manusia.
2. Ukuran kebenaran
Berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan berfikir
non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan semata.

B. PERAN BAHASA DALAM SARANA BERFIKIR ILMIAH


Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut
Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diterangkan bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer
yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Jadi bahasa menekankan pada bunyi, lambang, sistematika, komunikasi.
Adapun ciri-ciri bahasa di antaranya yaitu:
Sistematis artinya memiliki pola dan aturan.
Arbitrer (manasuka) artinya kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang disimbolkannya.
Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi
Sebagai symbol yang mengaju pada objeknya dan lain sebagainya.
Kelemahan bahasa dalam menghambat komunikasi ilmiah yaitu :
Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif, deskriptif, simbolik, emotif, afektif)
yang dalam praktiknya sukar untuk dipisah-pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan
afektifnya ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya.
Keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuannya berfikir melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa.
Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai Animal Symbolycum, yaitu makhluk yang mempergunakan symbol.
Bahasa Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti
berfikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan
berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berfikir sebagai secara sistematis dan teratur. Dengan
kemampuan kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berfikir seseorang dan tiada batas dunia. Yang dimaksud
bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan
informasi yang berupa pengetahuan, syarat-syarat bebas dari unsur emotif, reproduktif, obyektif dan eksplisit.
Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat
manusia jarang memperhatikan bahasa dan menggapnya sebagai suatu hal yang bisa, seperti bernafas dan berjalan.
Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan
lainnya. Banyak ahli bahasayang telah memberikan uraiannya tentang pengertiannya tentang pegertian bahasa.
Pernyataan tersebut tentunya berbeda-beda cara menyampikannya. Seperti pendapat Bloch and Trager mengatakan
bahwa : a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which asocial group cooperates (bahasa adalah
suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk
komunikasi). Peran bahasa disini adalah sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses
berpikir ilmiah dan sebagai sarana komunikasi antar manusia tanpa bahasa tiada komunikasi.
Adapun ciri-ciri bahasa ilmiah yaitu:
Informatif yang berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan
ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalah pahaman Informasi.
Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima
oleh pendengar atau pembacanya.
Intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang sama bagi para pemakainya
Antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada kenyataannya
unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif.
Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir
ilmiah. Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan
untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan dengan syarat-syarat: Bebas dari unsur emotif, Reproduktif,
Obyektif, Eksplisit.
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni,
Sebagai sarana komunikasi antar manusia.
Sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut.
Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang
sama bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan.

20
Oleh karena itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang integral
dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan. Perkembangan kebudayaan Indonesia ke arah
peradaban modern sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya
perkembangan cara berpikir yang ditandai oleh kecermatan, ketepatan, dan kesanggupan menyatakan isi pikiran secara
eksplisit.
Berpikir dan mengungkapkan isi pikiran ini harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan
sebagai sarana berpikir ilmiah dalam hubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
modernisasi masyarakat Indonesia. Selain itu, mutu dan kemampuan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi
keagamaan perlu pula ditingkatkan. Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga ia
memiliki kesanggupan menyatakan dengan tegas, jelas, dan eksplisit konsep-konsep yang rumit dan abstrak.
Para ahli filsafat bahasa dan psikolinguitik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sisiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan
masyarakat. Walaupun terdapat perbedaan tetapi pendapat ini saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum dapat
dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
Koordinator kegiatan-kegiatan dalam masyarakat.
Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
Penyampaian pikiran dan perasaan
Penyenangan jiwa
Pengurangan kegonjangan jiwa
Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu:
Simbolik menonjol dalam komunikasi ilmiah.
Emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
Afektif (George F. Kneller dalam jujun, 1990, 175).
Komunikasi dengan mempergunakan bahasa akan mengandung unsur simbolik dan emotif, artinya, kalau kita
berbicara maka pada hakikatnya informasi yang kita sampaikan mengandung unsur-unsur emotif, demikian juga kalau
kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur-unsur informatife. Menurut Jujun S. Suriasumantri,
1990, 175, dalam komunikasi ilmiah proses komunikasi itu harus terbebas dari unsur emotif, agar pesan itu
reproduktif, artinya identik dengan pesan yang dikirimkan.
Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut:
Instrumental yaitu: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan
sebagainya.
Fungsi Regulatoris yaitu: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.
Fungsi Interaksional yaitu: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan
orang lain.
Fungsi Personal yaitu: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran.
Fungsi Heuristik yaitu : penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
Fungsi Imajinatif yaitu: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran
tentang discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).
Fungsi Representasional yaitu: penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan wawasan.
Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang pengolongan bahasa.
Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas pengaruh alam
sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu: bahasa isyarat dan bahasa biasa.
Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akar pikiran
untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau
bahasa simbolik.
Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah sebagai berikut:
Bahasa alamiah antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari, karena
bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyataan langsung.
Bahasa buatan antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar pemikiran akal karena
bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan tidak langsung.
Dari uraian diatas tentang bahasa, bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah. Dengan demikian
bahasa ilmiah dapat dirumuskan, bahasa buatan yang diciptakan para ahli dalam bidangnya dengan mengunakan istilah-
istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu. Dan bahasa ilmiah inilah pada dasarnya
merupakan kalimat-kalimat deklaratif atau suatu pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah, baik mengunakan
bahasa biasa sebagai bahasa pengantar untuk mengkomunikasikan karya ilmiah.
C. PERAN MATEMATIKA DALAM BERFIKIR ILMIAH
Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana berfikir salah satunya adalah Matematika.
Sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan secara berfikir
ini ada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
Matematika adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.

21
Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.
Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu. Untuk mengatasi kekurangan kita berpaling
kepada matematika. Matematika adalah bahasa yang berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari
bahasa verbal. Umpamanya: kita sedang mempelajari kecepatan jalan kaki seorang anak maka objek kecepatan jalan
kaki seorang anak dilambangkan x, dalam hal ini maka x hanya mempunyai arti yang jelas yakni kecepatan jalan kaki
seorang anak. Demikian juga bila kita hubungkan kecepatan jalan kaki seorang ana dengan obyek lain misalnya: jarak
yang ditempuh seorang anakyang kita lambangkan dengan y, maka kita lambangkan hubungan tersebut dengan z = y /
x dimana z melambangkan waktu berjalan kaki seorang anak. Pernyataan z = y / x tidak mempunyai konotasi
emosional, selain itu bersifat jelas dan spesifik.
Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping pengetahuan mengenai matematika itu
sendiri, matematika juga memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk kekuasaan. Fungsi
matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan macam-macam ilmu pengetahuan. Matematika dalam
perkembangannya memberikan masukan-masukan pada bidang-bidang keilmuan yang lainnya. Konstribusi matematika
dalam perkembangan ilmu alam lebih ditandai dengan pengunaan lambang-lambang bilangan untuk menghitung dan
mengukur, objek ilmu alam misal gejala-gejalah alam yang dapat diamatidan dilakukan penelaahan secara berulang-
ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit melakukan pengamatan.
Disamping objeknya yang tak terulang maka kontribusi matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang
bilangan.
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya serta berpola pikir yang
bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu
keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah.
Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan
dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa
matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya
peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun
dalam bidang.
Peranan Matematiki sebagai sarana berfikir ilmiah dapat menggunakan alat-alat yang mempunyai kemampuan sebagai
berikut:
Menggunakan algoritma.
Melakukan manupulasi secara matematika.
Mengorganisasikan data.
Memanfaatkan symbol, table dan grafik.
Mengenal dan menenukan pola.
Menarik kesimpulan.
Membuat kalimat atau model matematika.
Membuat interpretasi bangun geometri.
Memahami pengukuran dan satuanya.
Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer.
Adapun kelebihan dan kekurangan matematika:
Kelebihan matematika adalah: tidak memiliki unsur emotif dan bahasa matematika sangat universal.
Kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung bahasa emosional (tidak mengandung
estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
D. PERAN STATISKA DALAM BERFIKIR ILMIAH
Statistik ini merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan dalam bidang keilmuan yang melalui pengujian-
pengujian yang berdasarkan kaidah-kaidah statistik. Bagi masyarakat awam yang kurang terbiasa dengan istilah
statistika maka istilah statistik biasanya akan berkonotasi dengan deretan angka-angka yang menyulitkan, tidak
mengenakan dan bahkan merasa bingung untuk membedakan antara statistika dan matematika. Berkenaan dengan itu
statistika ini merupakan diskripsi dalam bentuk angka-angka dari aspek kuantitatif suatu masalah, suatu benda yang
menampilkan fakta-fakta dalam bentuk hitungan atau pengukuran.
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi
variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang
bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu
memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan
pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut
dan sebaliknya
Menurut Anas Sudiono dalam bakhtiar, 2010, 198, secara etimologi kata statistik berasal dari kata status (bahasa latin)
yang mempunyai persamaan arti dengan state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan
negara. Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka
(data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan bagi
suatu negara. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi dengan kumpulan bahan
keterangan yang berwujud angka data kuantitatif saja.

22
Sedangkan menurut (Sudjana 1996 : 3) Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara
pengumpulan data, pengelolaan atau penganalisiannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan
penganalisisan yang dilakukan.
Jadi statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan untuk mengelolah dan
menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam
kegiatan ilmiah diperlukan data-data, metode penelitian serta penganalisaan harus akurat. Statistika diterapkan secara
luas dan hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang manajemen. Peranan statiska diterapkan dalam penelitian
pasar, produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri,
ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit dan lain sebagainya.
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populas.
Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen..
Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
Adapun hubungan statiska antara Sarana berfikir Ilmiah Bahasa, Matematika dan Statistika, yaitu sebagaimana yang
kita bahas sebelumnya, agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa,
matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan berpikir ilmiah,
dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dan ditinjau
dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Matematika
mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam
berpikir induktif. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki ruang lingkup yang
khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan
deduktif, merupakan cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus,
dengan memakai pola berpikir silogismus.

23

Anda mungkin juga menyukai