Anda di halaman 1dari 34

BAB VIII

PERANCANGAN PONDASI

8.1 Perancangan Pondasi Kolom


Pondasi pada umumnya berlaku sebagai komponen
struktur pendukung bangunan yang terbawah dan berfungsi
sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke tanah.
Pondasi pada gedung Direktorat Jenderal Pajak Wilayah I Jawa
Timur ini direncanakan memakai pondasi tiang pancang jenis
pencil pile shoe produk dari PT. WIKA Beton.
8.1.1 Perancangan Pondasi Kolom Interior
Spesifikasi tiang pancang yang akan digunakan adalah
sebagai berikut:
 Diameter : 600 mm
 Tebal : 100 mm
 Type : A3
 Allowable axial : 226,69 ton
 Bending Momen crack : 22 ton m
 Bending Momen ultimate : 33 ton m
Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program
bantu ETABS, diambil output reaksi perletakan yang terbesar dari
kombinasi D + L + E. Hasilnya adalah sebagai berikut :
P : 427,576 ton
Mx : 24,702 ton m
My : 27,482 ton m
Hx : 7,765 ton
Hy : 6,842 ton
8.1.1.1 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal
Data yang diperoleh dan yang digunakan dalam
merencanakan pondasi adalah data tanah berdasarkan hasil
Standard Penetration Test (SPT). Daya dukung pada pondasi
tiang pancang ditentukan oleh dua hal, yaitu daya dukung
perlawanan tanah dari unsur dasar tiang pondasi (Q p) dan daya
dukung tanah dari unsur lekatan lateral tanah (QS).

259
260
Perhitungan daya dukung tanah memakai metode Luciano
Decourt (1982) :
QL = QP + QS
Dimana :
QL = daya dukung tanah maksimum pada pondasi
QP = resistance ultimate di dasar tiang
QS = resistance ultimate akibat lekatan lateral
Qp = qp . Ap = (Np.K).Ap
Qs = qs.As = (Ns/3 +1).As
Dimana :
Np = harga rata-rata SPT pada 4D pondasi di bawah dan di
atasnya.
K = koefisien karakteristik tanah
Ap = luas penampang dasar tiang
Ns = rata-rata SPT sepanjang tiang tertanam, dengan batasan 3 
N  50
As = luas selimut tiang
46  42  54
Np = = 47,33
3
AP  0,25    D 2  0,25    0,6 2  0,283m 2
K = 40 t/m2 (untuk tanah dominan pasir)
QP  N p  K  A p  47,33  40  0,283  535,776m 2
22  44  38  48  42
Ns = = 38,8
5
AS  H    D 2  10    0,6 2  11,31m 2
N   38,8 
QS   S  1  AS    1  11,31  157,586ton
 3   3 
QL = QP + QS = 535,776 + 157,586 = 693,362 ton
Q 693,362
QU = Pijin 1 tiang = L   231,121ton
SF 3
Sehingga daya dukung = Q = 226,69 ton (menentukan)

8.1.1.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok


261

Pondasi tiang pancang direncanakan Ø60 cm. Jarak dari


as ke as antar tiang pancang direncanakan seperti pada
perhitungan di bawah ini :
Untuk jarak antar tiang pancang :
2,5 D ≤S≤3D dimana : S = jarak antar tiang pancang
2,5  60 ≤ S ≤ 3  60 S1= jarak tiang pancang ke tepi
150 ≤ S ≤ 180
Untuk jarak tepi tiang pancang :
1,5 D ≤ S1 ≤ 2 D
1,5  60 ≤ S1 ≤ 2  60
90 ≤ S1 ≤ 120
Dipakai : jarak antar tiang pancang (S) = 150 cm
jarak tepi tiang pancang (S1) = 90 cm

y P
900 1500 900
M
900

H
3300 1500 x

900

3300

Gambar 8.1 Konfigurasi Rencana Tiang


QL (group) = QL (1 tiang)  n  
 = 1 - arc tan( D / S )   2  1  1  …………Converse Labarre
 
90  m n
Dimana :
D = diameter tiang pancang
S = jarak antar tiang pancang
m = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 2
n = jumlah baris tiang pancang = 2
Efisiensi :
262
arctan(600 / 1500)  1 1
(ή) =1- 0
  2    = 0,758
90  2 2
QL (group) = 226690  4  0,758 = 687324,08 kg
Perhitungan beban aksial maksimum pada pondasi kelompok
a. Reaksi kolom = 427576 kg
b. Berat Poer = 3,3  3,3  1  2400 = 26136 kg +
Berat total = 453712 kg
QL (group) = 687324,08 kg > P = 453712 kg........OK
8.1.1.3 Kontrol Beban Maksimum Tiang (Pmax)
Beban maksimum yang bekerja pada satu tiang dalam
tiang kelompok dihitung berdasarkan gaya aksial dan momen
yang bekerja pada tiang. Dalam hal ini nilai tersebut diperoleh
dari hasil analisa struktur dengan bantuan program ETABS.
Momen pada tiang dapat menyebabkan gaya tekan atau tarik pada
tiang, namun yang diperhitungkan hanya gaya tekan karena gaya
tarik dianggap lebih kecil dari beban gravitasi struktur, sehingga
berlaku persamaan :
V My. X max Mx.Ymax 
Pmax =     ≤ Pijin 1 tiang
n X 2
 Y 2 
Dimana :
Pi = Total beban yang bekerja pada tiang yang ditinjau
Yi = ordinat terjauh terhadap titik berat kelompok tiang
Xi = axis terjauh terhadap titik berat kelompok tiang
ΣXi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang dalam arah x
ΣYi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang dalam arah y
ΣXi2
= 4  0,752 = 2,25
ΣYi2 = 4  0,752 = 2,25
Mx = 24702 + 7765  1 = 32467 kgm
My = 27482 + 6842  1 = 34324 kgm
 427576 32467  0,75 34324  0,75 
Pmax =    
 4 2,25 2,25 
= 129157,67 kgm ≤ Pijin 1 tiang = 226690 kgm.......OK
263

8.1.1.4 Kontrol Kekuatan Tiang Terhadap Gaya Lateral

Gambar 8.2 Diagram Gaya Lateral Tiang Pondasi


Panjang jepitan kritis tanah terhadap tiang pondasi
menurut metode Philiphonat dimana kedalaman minimal tanah
terhadap tiang pondasi didapat dari harga yang terbesar dari
harga-harga berikut :
Monolayer : 3 m atau 6 kali diameter
Multilayer : 1,5 m atau 3 kali diameter
Perhitungan :
Tanah bersifat multilayer
Le = panjang penjepitan = 3  0,6 = 1,8 m > 1,5 m
dipakai Le = 1,8 m
M = Le  H = 1,8  7,765 = 13,977 tm
13,977
M (satu tiang pancang) =  3,494 tm
4
M < Mcrack (dari spesifikasi WIKA Beton)
3,494 tm < 22 tm ……………OK
8.1.1.5 Perancangan Poer
Poer dirancang untuk meneruskan gaya dari struktur atas
ke pondasi tiang pancang. Oleh karena itu poer harus memiliki
kekuatan yang cukup terhadap geser pons dan lentur.
Data perancangan poer :
Pu = 427,576 ton
P max (1 tiang) = 129,158 ton
264
∑ tiang pancang tiap group =4
Dimensi kolom = 800  800 mm2
Dimensi poer = 3,3  3,3  1 m3
Mutu beton (f’c) = 35 MPa
Mutu baja (fy) = 400 MPa
Diameter tulangan 22 mm
Selimut beton = 50 mm
Tinggi efektif (d) :
dx = 1000 – 50 – ½  22 = 939 mm
dy = 1000 – 50 – 22 – ½  22 = 917 mm
8.1.1.5.1 Kontrol Geser Pons Pada Poer
Dalam merencanakan poer harus dipenuhi persyaratan
kekuatan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari
geser pons yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI
03-2847-2002 pasal 13.12.2. Kuat geser yang disumbangkan
beton dirumuskan :
 2  fc ' 
 .Vc    1     bo  d
 c 6 
tetapi tidak boleh kurang dari :
 Vc =   ⅓  f ' c  bo  d

y
3300

Penampang Kritis

3300 x d

d/2 800 d/2

Gambar 8.3 Penampang Kritis Pada Pondasi Kolom Interior

Dimana :
265

βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton dari


800
daerah beban terpusat atau reaksi = 1
800
bo = keliling dari penampang kritis pada poer
bo = 2 (bk + d) + 2(hk + d)
dimana : bk = lebar penampang kolom
hk = tinggi penampang kolom
d = tebal efektif poer
bo = 2 (800 + 939) + 2 (800 + 939)
= 6956 mm
Batas geser pons
2  35 
 Vc = 0,6  1    6956  939
 1  6 
= 11592589,1 N = 1159,26 ton
 Vc = 0,6  ⅓. 35  6956  939
= 7728392,73 N
= 772,84 ton
Pu = 427,576 ton <  Vc = 772,84 ton
Jadi ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap geser
ponds.
8.1.1.5.2 Penulangan Poer
Untuk penulangan lentur, poer dianalisa sebagai balok
kantilever dengan perletakan jepit pada kolom. Sedangkan beban
yang bekerja adalah beban terpusat di tiang kolom yang
menyebabkan reaksi pada tanah dan berat sendiri poer.
Perhitungan gaya dalam pada poer didapat dengan teori
mekanika statis tertentu.

2Pmax

41,5cm 90cm
266
Gambar 8.4 Analisa Poer Sebagai Balok Kantilever
a = jarak tiang ke tepi kolom + selimut kolom + db sengkang
+ 1/2 db kolom
= 35 + 4 + 1,4 + ½. 2,2 = 41,5 cm
b = jarak tepi tiang pancang = 90 cm
Penulangan arah x
Penulangan lentur :
Pmax = 129,158 ton
q = 3,3  2,40  1 = 7,92 ton/m
Momen momen yang bekerja :
M = ( 2  129,158  0,415) – (1/2  7,92 x 1,3152)
= 100,353 ton m = 100,353  107 Nmm
dx = 1000 – 50 – ½  22 = 939 mm
dy = 1000 – 50 – 22 – ½  22 = 917 mm
 f ' c 30 
β1 = 0,85- 8  (SNI 03-2847-2002 ps 12.2.7.3)
 1000 
 35  30 
= 0,85- 8  = 0,81
 1000 
0,85  1  f c '  600


ρbalance =  600  f

fy   y

( SNI 03-2847-2002 ps 10.4.3)


0,85  0,81  35  600 
=   = 0,036
400  600  400 

ρmax = 0,75 × ρb (SNI 03-2847-2002 pasal 12.3.3)


= 0,75 × 0,036
= 0,027
ρmin = 0,0018 (SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1)
fy 400
m= = = 13,45
0.85  f ' c 0.85  35
Mu 100,353 × 10 7
Rn    1,423 N/mm2
bd 2 0,8 × 1000  939 2
267

1  2  m  Rn 

ρperlu = 1 - 1 -
m  fy 

1  2  13,45  1,423 
= 1 - 1 - 
13,45 
 400 

= 0,00365
ternyata ρmin = 0,0018 < ρperlu
dipakai ρ = 0,00365
Asperlu = ρ.b.d = 0,00365 × 1000 × 939 = 3427,35 mm2
Digunakan Tulangan Lentur D22 – 100 (As pakai = 3801,327 mm2)
Penulangan arah y
Penulangan lentur :
Pmax = 129,158 ton
q = 3,3  2,40  1 = 7,92 ton/m
Momen momen yang bekerja :
M = ( 2  129,158  0,415) – (1/2  7,92 x 1,3152)
= 100,353 ton m = 100,353  107 Nmm
dx = 1000 – 50 – ½  22 = 939 mm
dy = 1000 – 50 – 22 – ½  22 = 917 mm
 f ' c 30 
β1 = 0,85- 8  (SNI 03-2847-2002 ps 12.2.7.3)
 1000 
 35  30 
= 0,85- 8  = 0,81
 1000 
0,85   1  f c '  600


ρbalance =  600  f

fy   y

( SNI 03-2847-2002 ps 10.4.3)


0,85  0,81  35  600 
=   = 0,036
400  600  400 
ρmax = 0,75 × ρb (SNI 03-2847-2002 pasal 12.3.3)
= 0,75 × 0,036
= 0,027
ρmin = 0,0018 (SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1)
268
fy 400
m= = = 13,45
0.85  f ' c 0.85  35
Mu 100,353 × 10 7
Rn    1,492 N/mm2
bd 2 0,8 × 1000  917 2
1  2  m  Rn 

ρperlu = 1 - 1 -
m  fy 

1  1 2  13,45  1,492 

= - 1 -
13,45 
 400 

= 0,00383
ternyata ρmin = 0,0018 < ρperlu
dipakai ρ = 0,00383
Asperlu = ρ.b.d = 0,00383 × 1000 × 917 = 3512,11 mm2
Digunakan Tulangan Lentur D22 – 100 (As pakai = 3801,327 mm2)
Penulangan samping
As tulangan samping = 20 % × As tulangan lentur
= 760,265 mm2
Digunakan Tulangan Lentur D12 - 150
Aspasang = 791,681 mm2 > Asperlu = 760,265 mm2...................OK

8.1.2 Perancangan Pondasi Kolom Eksterior


Spesifikasi tiang pancang yang akan digunakan adalah
sebagai berikut:
 Diameter : 500 mm
 Tebal : 90 mm
 Type : A2
 Allowable axial : 170,63 ton
 Bending Momen crack : 12,5 ton m
 Bending Momen ultimate : 18,75 ton m
Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program
bantu ETABS, diambil output reaksi perletakan yang terbesar dari
kombinasi D + L + E. Hasilnya adalah sebagai berikut :
P : 319,001 ton
269

Mx : 17,775 ton m
My : 7,889 ton m
Hx : 2,182 ton
Hy : 3,204 ton
8.1.2.1 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal
Data yang diperoleh dan yang digunakan dalam
merencanakan pondasi adalah data tanah berdasarkan hasil
Standard Penetration Test (SPT). Daya dukung pada pondasi
tiang pancang ditentukan oleh dua hal, yaitu daya dukung
perlawanan tanah dari unsur dasar tiang pondasi (Q p) dan daya
dukung tanah dari unsur lekatan lateral tanah (QS).
Perhitungan daya dukung tanah memakai metode Luciano
Decourt (1982) :
QL = QP + QS
Dimana :
QL = daya dukung tanah maksimum pada pondasi
QP = resistance ultimate di dasar tiang
QS = resistance ultimate akibat lekatan lateral
Qp = qp . Ap = (Np.K).Ap
Qs = qs.As = (Ns/3 +1).As
Dimana :
Np = harga rata-rata SPT pada 4D pondasi di bawah dan di
atasnya.
K = koefisien karakteristik tanah
Ap = luas penampang dasar tiang
Ns = rata-rata SPT sepanjang tiang tertanam, dengan batasan 3 
N  50
As = luas selimut tiang
46  42  54
Np = = 47,33
3
AP  0,25    D 2  0,25    0,5 2  0,196m 2
K = 40 t/m2 (untuk tanah dominan pasir)
QP  N p  K  A p  47,33  40  0,196  371,067m 2
22  44  38  48  42
Ns = = 38,8
5
270
AS  H    D 2  10    0,5 2  7,854m 2
N   38,8 
QS   S  1  AS    1  7,854  109,432ton
 3   3 
QL = QP + QS = 371,067 + 109,432 = 480,499 ton
Q 480,499
QU = Pijin 1 tiang = L   160,166ton
SF 3
Sehingga daya dukung = Q = 160,166 ton (menentukan)
8.1.2.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
Pondasi tiang pancang direncanakan Ø50 cm. Jarak dari
as ke as antar tiang pancang direncanakan seperti pada
perhitungan di bawah ini :
Untuk jarak antar tiang pancang :
2,5 D ≤S≤3D dimana : S = jarak antar tiang pancang
2,5  50 ≤ S ≤ 3  50 S1= jarak tiang pancang ke tepi
125 ≤ S ≤ 150
Untuk jarak tepi tiang pancang :
1,5 D ≤ S1 ≤ 2 D
1,5  50 ≤ S1 ≤ 2  50
75 ≤ S1 ≤ 100
Dipakai : jarak antar tiang pancang (S) = 150 cm
jarak tepi tiang pancang (S1) = 75 cm

3000
P
750

800
M
3000

1500

x
H
750

y
750 1500 750

Gambar 8.5 Konfigurasi Rencana Tiang


QL (group) = QL (1 tiang)  n  
271

 = 1 - arc tan( D / S )   2  1  1  …………Converse Labarre


 
90  m n
Dimana :
D = diameter tiang pancang
S = jarak antar tiang pancang
m = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 2
n = jumlah baris tiang pancang = 2
Efisiensi :
arctan(500 / 1500)  1 1
(ή) =1- 0
  2    = 0,795
90  2 2
QL (group) = 160166  4  0,795 = 509327,88 kg
Perhitungan beban aksial maksimum pada pondasi kelompok
a. Reaksi kolom = 319001 kg
 
b. Berat Poer = 3 3 1 2400  = 21600 kg +
Berat total = 340601 kg
QL (group) = 509327,88 kg > P = 340601 kg........OK
8.1.2.3 Kontrol Beban Maksimum Tiang (Pmax)
Beban maksimum yang bekerja pada satu tiang dalam
tiang kelompok dihitung berdasarkan gaya aksial dan momen
yang bekerja pada tiang. Dalam hal ini nilai tersebut diperoleh
dari hasil analisa struktur dengan bantuan program ETABS.
Momen pada tiang dapat menyebabkan gaya tekan atau tarik pada
tiang, namun yang diperhitungkan hanya gaya tekan karena gaya
tarik dianggap lebih kecil dari beban gravitasi struktur, sehingga
berlaku persamaan :
V My. X max Mx.Ymax 
Pmax =     ≤ Pijin 1 tiang
n X 2
 Y 2 
Dimana :
Pi = Total beban yang bekerja pada tiang yang ditinjau
Yi = ordinat terjauh terhadap titik berat kelompok tiang
Xi = axis terjauh terhadap titik berat kelompok tiang
ΣXi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang dalam arah x
ΣYi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang dalam arah y
ΣXi2 = 4  0,752 = 2,25
ΣYi2 = 4  0,752 = 2,25
272
Mx = 17755 + 2182  1 = 19937 kgm
My = 7889 + 3204  1 = 11093 kgm
 319001 11093  0,75 19937  0,75 
Pmax =    
 4 2,25 2,25 
= 90093,583 kgm ≤ Pijin 1 tiang = 160166 kgm.......OK
8.1.2.4 Kontrol Kekuatan Tiang Terhadap Gaya Lateral

Gambar 8.6 Diagram Gaya Lateral Tiang Pondasi


Panjang jepitan kritis tanah terhadap tiang pondasi
menurut metode Philiphonat dimana kedalaman minimal tanah
terhadap tiang pondasi didapat dari harga yang terbesar dari
harga-harga berikut :
Monolayer : 3 m atau 6 kali diameter
Multilayer : 1,5 m atau 3 kali diameter
Perhitungan :
Tanah bersifat multilayer
Le = panjang penjepitan = 3  0,5 = 1,5 m
dipakai Le = 1,5 m
M = Le  H = 1,5  3,204 = 4,806 tm
4,806
M (satu tiang pancang) =  1,2015 tm
4
M < Mcrack (dari spesifikasi WIKA Beton)
1,2015 tm < 12,5 tm ……………OK
273

8.1.2.5 Perancangan Poer


Poer dirancang untuk meneruskan gaya dari struktur atas
ke pondasi tiang pancang. Oleh karena itu poer harus memiliki
kekuatan yang cukup terhadap geser pons dan lentur.
Data perancangan poer :
Pu = 319,001 ton
P max (1 tiang) = 90,094 ton
∑ tiang pancang tiap group =4
Dimensi kolom = 800  800 mm2
Dimensi poer = 3  3  1 m3
Mutu beton (f’c) = 35 MPa
Mutu baja (fy) = 400 MPa
Diameter tulangan 22 mm
Selimut beton = 50 mm
Tinggi efektif (d) :
dx = 1000 – 50 – ½  22 = 939 mm
dy = 1000 – 50 – 22 – ½  22 = 917 mm
8.1.2.5.1 Kontrol Geser Pons Pada Poer
Dalam merencanakan poer harus dipenuhi persyaratan
kekuatan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari
geser pons yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI
03-2847-2002 pasal 13.12.2. Kuat geser yang disumbangkan
beton dirumuskan :
 2  fc ' 
 .Vc    1     bo  d
 c 6 
tetapi tidak boleh kurang dari :
 V c =   ⅓  f ' c  bo  d
274

3000

Penampang Kritis

800
d

3000
x

y
d/2 800 d/2

Gambar 8.7 Penampang Kritis Pada Pondasi Kolom Eksterior


Dimana :
βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton dari
800
daerah beban terpusat atau reaksi = 1
800
bo = keliling dari penampang kritis pada poer
bo = 2 (bk + d) + 2(hk + d)
dimana : bk = lebar penampang kolom
hk = tinggi penampang kolom
d = tebal efektif poer
bo = 2 (800 + 939) + 2 (800 + 939)
= 6956 mm
Batas geser pons
2  35 
 Vc = 0,6  1    6956  939
 1  6 
= 11592589,1 N = 1159,26 ton
 Vc = 0,6  ⅓. 35  6956  939
= 7728392,73 N
= 772,84 ton
Pu = 319,001 ton <  Vc = 772,84 ton
Jadi ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap geser
ponds.
8.1.2.5.2 Penulangan Poer
Untuk penulangan lentur, poer dianalisa sebagai balok
kantilever dengan perletakan jepit pada kolom. Sedangkan beban
275

yang bekerja adalah beban terpusat di tiang kolom yang


menyebabkan reaksi pada tanah dan berat sendiri poer.
Perhitungan gaya dalam pada poer didapat dengan teori
mekanika statis tertentu.

2Pmax

41,5cm 75cm

Gambar 8.8 Analisa Poer Sebagai Balok Kantilever


a = jarak tiang ke tepi kolom + selimut kolom + db sengkang
+ 1/2 db kolom
= 35 + 4 + 1,4 + ½. 2,2 = 41,5 cm
b = jarak tepi tiang pancang = 75 cm
Penulangan arah x
Penulangan lentur :
Pmax = 90,094 ton
q = 3  2,40  1 = 7,2 ton/m
Momen momen yang bekerja :
M = ( 2  90,094  0,415) – (1/2  7,2 x 1,1652)
= 69,892 ton m = 69,892  107 Nmm
dx = 1000 – 50 – ½  22 = 939 mm
dy = 1000 – 50 – 22 – ½  22 = 917 mm
 f ' c  30 
β1 = 0,85- 8  (SNI 03-2847-2002 ps 12.2.7.3)
 1000 
 35  30 
= 0,85- 8  = 0,81
 1000 
0,85   1  f c '  600 
ρbalance =  600  f 
fy  y 

( SNI 03-2847-2002 ps 10.4.3)


276
0,85  0,81  35  600 
=   = 0,036
400  600  400 
ρmax = 0,75 × ρb (SNI 03-2847-2002 pasal 12.3.3)
= 0,75 × 0,036
= 0,027
ρmin = 0,0018 (SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1)
fy 400
m= = = 13,45
0.85  f ' c 0.85  35
Mu 69,892 × 10 7
Rn    0,991 N/mm2
bd 2 0,8 × 1000  939 2
1  2  m  Rn 

ρperlu = 1 - 1 -
m  fy 

1  2  13,45  0,991 
= 1 - 1 - 
13,45 
 400 

= 0,00252
ternyata ρmin = 0,0018 < ρperlu
dipakai ρ = 0,00252
Asperlu = ρ.b.d = 0,00252 × 1000 × 939 = 2366,28 mm2
Digunakan Tulangan Lentur D22 – 150 (As pakai = 2660,929 mm2)
Penulangan arah y
Penulangan lentur :
Pmax = 90,094 ton
q = 3  2,40  1 = 7,2 ton/m
Momen momen yang bekerja :
M = ( 2  90,094  0,415) – (1/2  7,2 x 1,1652)
= 69,892 ton m = 69,892  107 Nmm
dx = 1000 – 50 – ½  22 = 939 mm
dy = 1000 – 50 – 22 – ½  22 = 917 mm
 f ' c  30 
β1 = 0,85- 8  (SNI 03-2847-2002 ps 12.2.7.3)
 1000 
 35  30 
= 0,85- 8  = 0,81
 1000 
277

0,85   1  f c '  600 


ρbalance =  600  f 
fy  y 

( SNI 03-2847-2002 ps 10.4.3)


0,85  0,81  35  600 
=   = 0,036
400  600  400 
ρmax = 0,75 × ρb (SNI 03-2847-2002 pasal 12.3.3)
= 0,75 × 0,036
= 0,027
ρmin = 0,0018 (SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1)
fy 400
m= = = 13,45
0.85  f ' c 0.85  35
Mu 69,892 × 10 7
Rn    1,039 N/mm2
bd 2 0,8 × 1000  917 2
1  2  m  Rn 

ρperlu = 1 - 1 -
m  fy 

1  2  13,45  1,039 
= 1 - 1 - 
13,45 
 400 

= 0,00264
ternyata ρmin = 0,0018 < ρperlu
dipakai ρ = 0,00264
Asperlu = ρ.b.d = 0,00264 × 1000 × 917 = 2420,88 mm2
Digunakan Tulangan Lentur D22 – 150 (As pakai = 2660,929 mm2)
Penulangan samping
As tulangan samping = 20 % × As tulangan lentur
= 532,186 mm2
Digunakan Tulangan Lentur D12 - 200
Aspasang = 565,487 mm2 > Asperlu = 532,186 mm2...................OK
278

8.2 Perancangan Pondasi Dinding Struktur Siku


Pondasi pada gedung Direktorat Jenderal Pajak Wilayah I
Jawa Timur ini direncanakan memakai pondasi tiang pancang
jenis pencil pile shoe produk dari PT. WIKA Beton. Spesifikasi
tiang pancang yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
 Diameter : 600 mm
 Tebal : 100 mm
 Type : A3
 Allowable axial : 226,69 ton
 Bending Momen crack : 22 ton m
 Bending Momen ultimate : 33 ton m
279

Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program


bantu ETABS, diambil output reaksi perletakan yang terbesar dari
kombinasi D + L + E. Hasilnya adalah sebagai berikut :
P : 828,831 ton
Mx : 1065,722 ton m
My : 1548,876 ton m
Hx : 210,067 ton
Hy : 182,374 ton
8.2.1 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal
Data yang diperoleh dan yang digunakan dalam
merencanakan pondasi adalah data tanah berdasarkan hasil
Standard Penetration Test (SPT). Daya dukung pada pondasi
tiang pancang ditentukan oleh dua hal, yaitu daya dukung
perlawanan tanah dari unsur dasar tiang pondasi (Q p) dan daya
dukung tanah dari unsur lekatan lateral tanah (QS).
Perhitungan daya dukung tanah memakai metode Luciano
Decourt (1982) :
QL = QP + QS
Dimana :
QL = daya dukung tanah maksimum pada pondasi
QP = resistance ultimate di dasar tiang
QS = resistance ultimate akibat lekatan lateral
Qp = qp . Ap = (Np.K).Ap
Qs = qs.As = (Ns/3 +1).As

Dimana :
Np = harga rata-rata SPT pada 4D pondasi di bawah dan di
atasnya.
K = koefisien karakteristik tanah
Ap = luas penampang dasar tiang
Ns = rata-rata SPT sepanjang tiang tertanam, dengan batasan 3 
N  50
As = luas selimut tiang
46  42  54
Np = = 47,33
3
280
AP  0,25    D 2  0,25    0,6 2  0,283m 2
K = 40 t/m2 (untuk tanah dominan pasir)
Q P  N p  K  A p  47,33  40  0,283  535,776m 2
22  44  38  48  42
Ns = = 38,8
5
AS  H    D 2  10    0,6 2  11,31m 2
N   38,8 
QS   S  1  AS    1  11,31  157,586ton
 3   3 
QL = QP + QS = 535,776 + 157,586 = 693,362 ton
Q 693,362
QU = Pijin 1 tiang = L   231,121ton
SF 3
Sehingga daya dukung = Q = 226,69 ton (menentukan)
8.2.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
Pondasi tiang pancang direncanakan Ø40 cm. Jarak dari
as ke as antar tiang pancang direncanakan seperti pada
perhitungan di bawah ini :
2,5 D ≤S≤3D dimana : S = jarak antar tiang pancang
2,5  60 ≤ S ≤ 3  60 S1= jarak tiang pancang ke tepi
150 ≤ S ≤ 180
Untuk jarak tepi tiang pancang :
1,5 D ≤ S1 ≤ 2 D
1,5  60 ≤ S1 ≤ 2  60
90 ≤ S1 ≤ 120
Dipakai : jarak antar tiang pancang (S) = 150 cm
jarak tepi tiang pancang (S1) = 90 cm
281

5200
900 1500 1500 1500 1500 900

0
0

0
9

9
0

0
0

0
5

5
1

1
0
90
5
100
00
0
2
0
6
5
1 5
1
5
1
0
90
0
00
0

900 1500 900

Gambar 8.9 Konfigurasi Rencana Tiang

QL (group) = QL (1 tiang)  n  
 = 1 - arc tan( D / S )   2  1  1  …………Converse Labarre
 
90  m n
Dimana :
D = diameter tiang pancang
S = jarak antar tiang pancang
m = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 5
n = jumlah baris tiang pancang = 6

Efisiensi :
282
arctan(600 / 1500)  1 1
(ή) =1- 0
  2    = 0,604
90  5 6
QL (group) = 226690  18  0,604 = 2465573,68 kg
Perhitungan beban aksial maksimum pada pondasi kelompok
a. Reaksi kolom = 828831 kg
b. Berat Poer=((9,3  3,3)+(4,5  3,3))  1  2400 = 109296 kg +
Berat total = 938127 kg
QL (group) = 2465573,68 kg > P = 938127 kg........OK
8.2.3 Kontrol Beban Maksimum Tiang (Pmax)
Beban maksimum yang bekerja pada satu tiang dalam
tiang kelompok dihitung berdasarkan gaya aksial dan momen
yang bekerja pada tiang. Dalam hal ini nilai tersebut diperoleh
dari hasil analisa struktur dengan bantuan program ETABS.
Momen pada tiang dapat menyebabkan gaya tekan atau tarik pada
tiang, namun yang diperhitungkan hanya gaya tekan karena gaya
tarik dianggap lebih kecil dari beban gravitasi struktur, sehingga
berlaku persamaan :
V My. X max Mx.Ymax 
Pmax =     ≤ Pijin 1 tiang
n X 2
 Y 2 
n = 18 buah
garis netral poer : x = 2,922 m dan y = 3,672 m
Σ xi2 =(62,0222)+(60,5222)+(2(0,9782+2,4782+3,9782))
= 72,009 m2
Σ yi2 =(52,7722)+(51,2722)+(2(0,2282+1,7282+3,2282+
4,7282))
= 118,134 m2
ymax = 4,728 m
xmax = 3,978 m
Mx = 1065,722 + 210,067  1,5 = 1380,823 kgm
My = 1548,876 + 182,374  1,5 = 1822,437 kgm
 828,831 1822,437  3,978 1380,823  4,728 
Pmax =    
 18 72,009 118,134 
= 201,987 ton ≤ Pijin 1 tiang = 226,69 ton.......OK
283

8.2.4 Kontrol Kekuatan Tiang Terhadap Gaya Lateral

Gambar 8.10 Diagram Gaya Lateral Tiang Pondasi


Panjang jepitan kritis tanah terhadap tiang pondasi
menurut metode Philiphonat dimana kedalaman minimal tanah
terhadap tiang pondasi didapat dari harga yang terbesar dari
harga-harga berikut :
Monolayer : 3 m atau 6 kali diameter
Multilayer : 1,5 m atau 3 kali diameter
Perhitungan :
Tanah bersifat multilayer
Le = panjang penjepitan = 3  0,6 = 1,8 m > 1,5 m
dipakai Le = 1,8 m
M = Le  H = 1,8  210,067 = 378,1206 tm
378,1206
M (satu tiang pancang) =  21,0067 tm
18
M < Mcrack
21,0067 tm < 22 tm ……………OK
8.2.5 Perancangan Poer
Poer dirancang untuk meneruskan gaya dari struktur atas
ke pondasi tiang pancang. Oleh karena itu poer harus memiliki
kekuatan yang cukup terhadap geser pons dan lentur.
Data perancangan poer :
Pu = 828,831 ton
P max (1 tiang) = 201,987 ton
284
∑ tiang pancang tiap group = 18
Dimensi dinding struktur :
Panel 1 = 5200  400 mm2
Panel 2 = 6200  400 mm2
Tebal poer = 1,5 m
Mutu beton (f’c) = 35 MPa
Mutu baja (fy) = 400 MPa
Diameter tulangan 25 mm
Selimut beton = 80 mm
Tinggi efektif (d) :
dx = 1500 – 80 – ½  25 = 1407,5 mm
dy = 1500 – 80 – 25 – ½  25 = 1382,5 mm
8.2.5.1 Kontrol Geser Pons Pada Poer
Dalam merencanakan poer harus dipenuhi persyaratan
kekuatan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari
geser pons yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI
03-2847-2002 pasal 13.12.2. Kuat geser yang disumbangkan
beton dirumuskan :
 2  fc ' 
 .Vc    1     bo  d
 c 6 
tetapi tidak boleh kurang dari :
 Vc =   ⅓  f ' c  bo  d
285

d/2 5200 d/2

Penampang Kritis

/2

/2
d

d
0
40
/2
d
2
600
/2
d

d/2 400 d/2

Gambar 8.11 Penampang Kritis Pada Pondasi Dinding Struktur


Dimana :
βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton dari
6200
daerah beban terpusat atau reaksi =  15,5
400
bo = keliling dari penampang kritis pada poer
bo =(520+140,75)+(620+140,75)+2(40+140,75)+
(520+140,75–40–140,75)+(620+140,75–40–140,75)
= 2843 cm = 28430 mm
Batas geser pons
 2  35 
 Vc = 0,6  1    28430  1407,5
 15,5  6 
= 26727949,12 N = 2672,795 ton
 Vc = 0,6  ⅓. 35  28430  1407,5
= 47346652,73 N
= 4734,665 ton
286
Pu = 828,831 ton <  Vc = 2672,795 ton
Jadi ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap geser
pons.
8.2.5.2 Penulangan Poer
Untuk penulangan lentur, poer dianalisa sebagai balok
dengan perletakan jepit pada dinding struktur. Sedangkan beban
yang bekerja adalah beban terpusat di tiang dinding struktur yang
menyebabkan reaksi pada tanah dan berat sendiri poer.
Perhitungan gaya dalam pada poer didapat dengan teori
mekanika statis tertentu.
Penulangan arah x

2P 2P 2P 2P
95cm 150cm 150cm 150cm 75cm

Gambar 8.12 Analisa Poer Pada Arah X


Penulangan lentur :
Pmax = 201,987 ton
q = 3,3  2,40  1,5 = 11,88 ton/m
Dari analisa struktur didapatkan :
Mmax = 250,88 tm = 250,88  107 Nmm
dx = 1500 – 80 – ½  25 = 1407,5 mm
dy = 1500 – 80 – 25 – ½  25 = 1382,5 mm
 f ' c 30 
β1 = 0,85- 8  (SNI 03-2847-2002 ps 12.2.7.3)
 1000 
 35  30 
= 0,85- 8  = 0,81
 1000 
0,85  1  f c '  600

ρbalance =  600  f

fy   y

( SNI 03-2847-2002 ps 10.4.3)


0,85  0,81  35  600 
=   = 0,036
400  600  400 
ρmax = 0,75 × ρb (SNI 03-2847-2002 pasal 12.3.3)
287

= 0,75 × 0,036
= 0,027
ρmin = 0,0018 (SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1)
fy 400
m= = = 13,45
0.85  f ' c 0.85  35
Mu 250,88 × 10 7
Rn    1,583 N/mm2
bd 2 0,8 × 1000  1407,5 2
1  2  m  Rn 

ρperlu = 1 - 1 -
m  fy 

1  1 2  13,45  1,583 

= - 1 -
13,45 
 400 

= 0,00407
ternyata ρmin = 0,0018 < ρperlu
dipakai ρ = 0,00407
Asperl u = ρ.b.d = 0,00407 × 1000 × 1407,5 = 5728,525 mm2
Digunakan Tulangan Lentur D25 – 75 (As pakai = 5890,486 mm2)
Penulangan arah y

Pmax

55cm 90cm

Gambar 8.13 Analisa Poer Pada Arah Y


Penulangan lentur :
Pmax = 201,987 ton
q = 1,5  2,40  1,5 = 5,4 ton/m
Momen momen yang bekerja :
M = ( 201,987  0,55) – (1/2  5,4 x 1,452)
= 105,416 ton m = 105,416  107 Nmm
dx = 1500 – 80 – ½  25 = 1407,5 mm
288
dy = 1500 – 80 – 25 – ½  25 = 1382,5 mm
 f ' c 30 
β1 = 0,85- 8  (SNI 03-2847-2002 ps 12.2.7.3)
 1000 
 35  30 
= 0,85- 8  = 0,81
 1000 
0,85  1  f c '  600

ρbalance =  600  f

fy   y

( SNI 03-2847-2002 ps 10.4.3)


0,85  0,81  35  600 
=   = 0,036
400  600  400 
ρmax = 0,75 × ρb (SNI 03-2847-2002 pasal 12.3.3)
= 0,75 × 0,036
= 0,027
ρmin = 0,0018 (SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1)
fy 400
m= = = 13,45
0.85  f ' c 0.85  35
Mu 105,416 × 10 7
Rn    0,689 N/mm2
bd 2 0,8 × 1000  1382,5 2
1  2  m  Rn 

ρperlu = 1 - 1 -
m  fy 

1  2  13,45  0,689 
= 1 - 1 - 
13,45 
 400 

= 0,00174
ternyata ρmin = 0,0018 > ρperlu
dipakai ρ = 0,0018
Asperl u = ρ.b.d = 0,0018 × 1000 × 1382,5 = 2488,5 mm2
Digunakan Tulangan Lentur D25 – 150 (As pakai = 2945,243 mm2)
Penulangan samping
As tulangan samping = 20 % × As tulangan lentur
= 1178,097 mm2
Digunakan Tulangan Lentur D12 - 80
Aspasang = 1244,071 mm2 > Asperlu = 1178,097 mm2...................OK
289

8.3 Perancangan Sloof (Tie Beam)


Struktur sloof dalam hal ini digunakan dengan tujuan agar
terjadi penurunan secara bersamaan pada pondasi atau dalam kata
lain sloof mempunyai fungsi sebagai pengaku yang
menghubungkan antar pondasi yang satu dengan yang lainnya.
Adapun beban –beban yang ditimpakan ke sloof meliputi : berat
sendiri sloof, berat dinding pada lantai paling bawah, beban aksial
tekan atau tarik yang berasal dari 10% beban aksial kolom.
Data – data perancangan :
Pu = 427,576 ton = 4275760 N
Dimensi sloof : b = 400 mm
h = 600 mm
Ag = 240000 mm2
Mutu bahan : fc’ = 35 MPa
fy = 400 MPa
Selimut Beton = 40 mm
Tulangan utama D 22
Tulangan sengkang = 10
Tinggi efektif (d) = 600 – (40 + 10 + ½ . 22) = 539 mm
Tegangan ijin tarik beton :
frijin = 0,70 . f ' c = 0,70 × 35 = 4,141 Mpa
(SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2.3)
Pu = 10% Pu kolom = 10% × 4275760 = 427576 N
Tegangan tarik yang terjadi :
Pu 427576
fr = = = 2,227 Mpa <
φb h 0,80  400  600
frijin ........... OK
 Penulangan Lentur
Penulangan slof didasarkan atas kondisi pembebanan
dimana beban yang diterima adalah beban aksial dan lentur
sehingga penulangannya diidealisasikan seperti penulangannya
pada kolom.
Beban-beban yang terjadi pada sloof :
- Beban aksial = 10% × 427576 = 42757,6 kg
- Berat sendiri sloof = 0,4 × 0,6 × 2400 = 576 kg/m
290
- Berat dinding = 6 m × 250 = 1500 kg/m +
qu = 2076 kg/m
Panjang sloof = (panjang bentang – lebar poer)+daerah penjepitan
= (6 – 3,3) + 0,4 = 3,1 m
D ( Vu ) = ½.qu.L
= ½ × 2076 × 3,1
= 3217,8 kg = 32,178 kN
Momen yang terjadi :
Mu = 1/12 . qu. L2
= 1/12 × 2076 kg/m × 3,12
= 1662,53 kgm = 16,6253 kNm
Dari diagram interaksi PCACOL, didapat :

Gambar 8.14 Diagram Interaksi Aksial vs Momen Pada Sloof

Dari diagram interaksi di atas , didapat tulangan lentur 8 D 22


(ρ = 1,29 %).
 Penulangan Geser
Geser yang terjadi :
Vu = 3217,8 kg = 32178 N
1  Nu 
Vc =  f ' c  bw  d x 1  
6  14. Ag 
291

1  427576 
=  35  400  539 1 
6  14  400  600 
= 239636,853 N
ØVc = 0,75 × 239636,853 = 179727,639 N > Vu = 32178 N
Karena Vu < ØVc, maka tidak perlu tulangan geser.
d
Jadi dipasang tulangan praktis dengan jarak maksimum =
2
539
= 269,5 mm. Digunakan tulangan geser Ø10 – 250.
2
292

”Halaman ini sengaja dikosongkan”

Anda mungkin juga menyukai