PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan lingkungan diharapkan dapat memperluas cakrawala
pengetahuan mahasiswa tentang keadaan lingkungan masyarakat, sehingga
wawasannya tidak terbatas pada bidang keahliannya masing-masing. Selain
itu, mahasiswa dapat berpikir secara lintas sektoral dan generalis tentang
masalah lingkungan merupakan mata kuliah umum dengan visi
berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan
arif dalam memahami keragaman, kesetaraan dan kemartabatan manusia yang
dilandasi nilai-nilai estetika dan etika dan moral dalam berkehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu kami melakukan praktek lapangan
berhubungan dengan mata kuliah pengetahuan lingkungan dasar di Malino,
Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa adalah salah satu
daerah tempat warga bermukim, tempat ini merupakan tempat yang terkenal
dengan tempat-tempat wisatanya. Pada daerah ini terdapat banyak vila dan
perumahan yang disewakan menanadakan bahwa tempat ini merupakan
lokasi wisata yang diminati oleh banyak orang.
Dalam hal ini sesuai tujuan pembelajaran, kami melakukan studi
lapangan ini yaitu untuk menganalisis perubahan-perubahan lingkungan di
malino kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa ini, serta menganalisis
penyebab dan dampak dari perubahan lingkungan tersebut baik terhadap
masyarakat maupun komponen-komponen lain yang ada di daerah tersebut.
Lingkungan akan mengalami perubahan baik segi positif maupun dari
segi negative. Dari segi positif itu pastinya akan memberikan konstribusi
yang bagus terhadap lingkungan atau dapat meningkatkan kualitas
lingkungan itu sendiri. Sedangkan dari segi negative akan menghasilkan
dampak berupa penurunan kualitas atau bahkan kerusakan lingkungan.
Masalah lingkungan tersebut pastinya timbul karena pengaruh aktivitas
1
manusia yang menybabkan lingkungan tidak atau kurang sesuai lagi untuk
mendukung kehidupan manusia. Sebagai contoh di Indonesia. Indonesia
merupakan salah satu Negara berpenduduk terbesar di dunia dimana setiap
tahunnya menimbulkan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Akibat
dari pertumbuhan penduduk yang pesat ini akan menimbulkan banyak
masalah peningkatan akan kebutuhan sandang, pangan, dan papan juga
meningkat. Sedangkan pertumbuhan atau penyediaan sandan dan papan juga
terbatas. Disini akan terjadi ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan
kebutuhannya.
Seperti halnya di daerah kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, yang
mengalami peningkatan jumlah penduduk dibanding dengan beberapa tahun
yang lalu. Sehingga menghasilkan terjadinya perubahan lingkungan disekitar
daerah tersebut. Oleh karena itu, melalui paraktek lapang ini kita akan
mengamati keadaan disekitar wilayah tersebut serta mencari tahu bagaimana
dengan kehidupan warga yang tinggal dilingkungan tersebut.
B. Tujuan
Kegiatan praktek lapang Pengetahuan lingkungan bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat, khususnya di Kabupaten
Gowa.
2. Untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat khususnya di Kabupaten
Gowa.
3. Untuk mengetahui kondisi fisik wilayah di Kabupaten Gowa.
4. Untuk mengetahui pengaruh pendatang terhadap suatu wilayah khususnya
di Kabupaten Gowa.
C. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui kondisi sosial masyarakat sekitar.
1. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi ekonomi masyarakat sekitar.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi fisik suatu wilayah.
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pendatang terhadap suatu wilayah.
2
4. Dapat menambah wawasan mahasiswa tentang alam dan masyarakat
sekitarnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Problematika Lingkungan
Masalah lingkungan yang kita hadapi sekarang merupakan masalah
ekologi manusia. Masalh itu timbul karena aktifitas manusia yang
menyebabkan lingkungan tidak atau kurang sesuai lagi untuk mendukung
kehidupan manusia. Baljar dari kasus-kasus yang telah terjadi sebelumnya
maka semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat mulai vocal dalam
menyuarakan keperihatinanya terhadap masalah lingkungan. Puncak
perhatian tehadap masalah lingkungan ini pada saat diselenggarakan
konferensi PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm pada bulan juni
1972, yang dikenal dengan konferensi stockhplm pada bulan juni 1972,
sehingga ditetapkan sebgai hari lingkungan hidup sedunia (Tim Dosen,
2011:1-2)
1. Pengertian Linkungan Hidup
Linkungan hidup adalah kesatuan ruang dalam semua benda,
daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya ynag
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk lain (UU RI No. 23 Tahun 1997). Pada pengertian ini tercantum dua
kali kata manusia yakni manusia sebagai subjek (manusia dan perilakunya)
dan manusia sebagai objek (yang akan terpengaruh). Dalam lingkungan hidup
kita jumpai benda dan daya yang memungkinkan manusia dan makhluk lain
dapat hidup dan berkembang biak. Benda dan daya ini biasanya
dikelompokkan kedalam komponon fisik lingkungann hidup atau biasa juga
disebut sebagai komponon abiotik. Makhluk hidup yang terdiri dari satwa dan
tumbuhan termasuk komponen biotic sedangkan makhluk hidup berupa
manusia disebut komponen social, ekonomi dan budaya serta kesehatan
masyarakat disebut sebagai komponen kultur (cultur). Untuk singkatnya,
lingkungan hidup terdiri atas tiga komponen abiotik, biotic dan cultur, atau
sering disebut sebagai konsep ABC (Tim Dosen, 2011:3).
4
1. Permasalahan Lingkungan Hidup
Perkembangan kehidupan manusia mewujudkan semakin modern
tingkat kehidupan manusia, semakin besar kerusakan dari pencemaran
lingkungan hidup yang ditimbulkan. Disamping itu perkembangan kehidupan
tersebut juga menyebabkan makin menipisnya sumberdaya alam yang ada
dibimi ini. Masalah lingkungan hidup ini ada yang bersifat regional, dan
global. Luas besarnya masalah tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat
besarnya masalah (tim dosen, 2011:4).
Dalam modul pengantar pengelolaan lingkyungan ldikemukakan
permasalahan lingkungan global yakni:
a. kerusakan dan menipisnya sumber lingkungan global
b. kerusakan atmosfer yang berakibat pada perubahan iklim
c. kerusakan lapisan ozon
d. kerusakan dan menipisnya sumber daya hutan
e. menipisnya keanekaragaman hayati
f. pencemaran dan menipisnya sumber daya kelautan
Menurut Agus (2011) Salah satu masalah lingkungan yang paling
akrab di masayarakat Indonesia adalah banjir, ada beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya banjir, yaitu sebagai berikut:
a. Penyebab banjir akibat tindakan manusia
1) Perubahan tata guna lahan
2) Pembuangan sampah
3) Kawasan kumuh disepanjang sungai / drainase
4) Perencanaan system pengendalian banjir tidak tepat
5) Penurunan tanah
6) Tidak berfungsinya system drainase lahan
7) Bendung dan bangunan air
8) Kerusakan banguna pengendalian banjir
b. Penyebab banjir akibat alam
1) Erosi dan sedimentasi
5
2) Curah hujan
3) Pengaruh fisiologis/geofisik sungai
4) Kapasitas sungai dan drainase tidak memadai
5) Pengaruh air pasang
6
b. Lingkungan Hidup
Meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas masyarakat, swasta dan
pemerintah dalam mengatasi pencemaran lingkungan hidup dan
meningkatkan sistem pengelolaan lingkungan, menyediakan RTH di
permukiman padat dan kumuh sebagai ruang interaktif, mengikutsertakan
masyarakat dalam pengelolaan taman, serta penegakkan hukum yang tegas
dalam penanganan sumber pencemaran lingkungan.
c. Kebersihan
Meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas masyarakat, swasta dan
pemerintah dalam penanganan masalah sampah, pelayanan dan fasilitas
kebersihan, menyediakan lokasi TPA baru, meningkatkan kemampuan
penanganan limbah B3, serta mengupayakan teknologi hemat lahan dalam
pengelolaan sampah.
d. Dampak Teknologi Terhadap Lingkungan
Menurut Tim Dosen (2011), penggunaan dan perkembangan
IPTEK menimbulkan akibat sebagi berikut:
1) mutasi gen manusia terselubung
2) efek rumah kaca
3) hujan asam
e. Etika Lingkungan
Dengan etika lingkungan kita tidak hanya mengimbangi hak
dengan kewajiban tehadap lingkungan, tetapi etika lingkungan juga
membatasi tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai
kegiatan, agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan hidup kita.
Bahkan mungkin perlu diperjuangkan hak asasi kehidupan atau hak asai
lingkungan hidup, dimana hak asasi yang terdahulu itu (Tim Dosen,
2011:35).
7
C. Ekologi Sebagi Dasar Ilmu Lingkungan
1. Pengertian Ekologi
Ekologi berasal dari bahas ayunani oikos yang berarti rumah atau
rumah tangga atau tempat tinggal, dan logos yang berarti ilmu. Jadi
mempelajari rumah tangga lingkungan, tempat hidup semua organism, seluruh
proses-proses fungsional yang menyebabkan tempat hidup itu cocok untuk
didiami. Secara harfiah, ekologi adalah ilmu yang mempelajari organism di
tempat hidupnya dengan menggunakan pola hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungannya. Secara tradisional ekologi biasanya
diberibatasan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
dalam lingkungannya (Tim Dosen, 2011:43).
Menurut Tim Dosen (2011), pengertian ekologi dapat disimpilkan
sebagi beruikut:
a. Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbale balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya.
b. Ekologi adalah ilmu tentang makhluk hidup dan dalam habitatnya.
c. Ekologi adalah ilmu tentang struktur dan fungsi ekosistem.
Ekologi pertamakali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel seorang ahli
biologi jerman pada tahun 1869. Dalam pengertian prosees alamiah, ekologi
telah diketahuindan diaplikasiakan sejak dulu dan terus berkembang sejalan
dengan perkembangan akal dan budaya manusia. Sebagai ilmu ekologi telah
berkebang pesat sejak tahun 1990. Berdasarkan perkembangannnya, sekarang
dikenal ilmu lingkungan hidup dan biologi lingkungan. Pada dasarnya yang
dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang tempat organisme
berada dan dapat saling mempengaruhi. Ekologi adalah dasar pokok ilmu
lingkungan (Soerjaatmadja, 1981:4).
2. Ruang Lingkup Kajian Ekologi
Kajian ekologi tidak telepasa dari kajian mengenai sitem makhluk
hidup atau biosistem. Biosistem tersusun atas komponen biotic dan abiotik.
Setiap komponen biotic membutuhkan semua komponen abiotik yang meliputi
8
materi, energy ruang, waktu dan keanekaragaman untuk membentuk
ekoisistem secara utuh (Tim Dosen, 2011:43)
Menurut Soerjani (1985), pembagian ekologi ada 4 yaitu:
a. Autekologi, mempelajari satu jenis organisme dan interaksinya dengan
lingkungan. Pembahasan pada aspek siklus hidup, adaptasi, sifat parasitic
dan lain-lain.
b. Sinekologi, mengkaji berbagai kelompok organism sebagai kesatuan yang
saling berinteraksi dalam satu daerah tertentu. Sering dikenal dengan
ekologi komunitas.
c. Pembagian ekologi berdasarkan habitat, kajian ekologi menuryt habitat
dimana organism hidup misalnya ekologi laut, ekologi padang rumput,
ekologi padang tropika, dan lain-lain.
d. Pembagian ekologi menurut taksonomi, kajian ekologi menurut taksa
organism, misalnya ekoologi tumbuhan, ekologi hewan, ekologi
mikroorganisme, dan lain-lain.
3. Hubungan Ekologi dengan Ilmu Lingkungan
Pada dasarnya ekologi adalah ilmu dasar untuk mempertanyakan,
menyelidiki dan memahami bagaimna alam bekerja, bagaimana keberadaan
makhluk hidup dalam setiap kehidupan, apa yang mereka perlukan dari
habitatnya untuk dapat melangsungkan kehidupan, bagiman mereka
mencukupi kebutuhannya, bagaimna mereka melakukan interaksi dengan
komponenlain dsan dengan spesies lain, bagiman individu dalam spesies dapat
beradaptasi, bagaiman makhluk hidup menghadapi keterbatasan dan harus
toleran terhadap berbagai perubahan, bagaiman individu dalm spesies
mengalami pertumbuhan sebagai bagian dari suatu populasi dan komunitas.
Semua ini berlangsung dalam satu proses yang mengikuti tatanan prinsip dan
ketentuan alam yang rumit tetapi cukup teratur yang dengan ekologi kita
mencoba memhaminya. Dimana perlu dengan menyederhanakannya,
walaupun kita menyadari bahwa dibalik kesederhanaan itu tetap tersimpan
kerumitan yang mendalam (Soerjani,1987:2).
9
Dapat dikatakan bahwa ilmu lingkungan sebenarnya merupakan
ilmu terapan dari ekologi yang murni sifatnya, yakni bagaimana menerapkan
berbagai prinsip dan ketentuan ekologi itu, dalam kehidupan manusia, atau
ilmu yang mempelajari tentang bagaimana manusia harus menmpatkan dirinya
dalam ekosistem, dalam lingkungan hidupnya (Soerjani, 1987:3).
10
BAB III
METODOLOGI
11
penduduk, sehingga penduduk akan sejahtera, disamping itu perpindahan
penduduk ke daerah ini meningkat dari tahun ke tahun, tapi dibalik itu semua kita
juga perlu menyadari akan dampak negatif yang timbul sebagai efek dari geliat
ekonomi di daerah ini
Atas alasan inilah, sehingga kami mengambil daerah Malino. Kecamatan
Tinggimoncong, Kabupaten Gowa sebagai sampel dari praktik lapang mata kuliah
Pengetahuan Lingkungan.
12
c. Lokasi 3 : Pinus malino
Di lokasi ketiga ini Melakukan pengamatan dengan
menghubungkan kondisi geomorrfologi dengan tata kehidupan
masyarakat, seperti halnya, bertani, berdagang, dan berkebun.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Deskripsi Umum Lokasi Praktek
Secara geografi Kabupaten Gowa terletak pada koordinat antara 33 6
sampai 34 7 Lintang Selatan dan 38 6 sampai 33 6 Bujur Timur.
Dengan luas wilayah 1.883,33 km atau sama dengan 3,01% dari luas
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam
18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan
726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa
dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9
kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo
Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu.
Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang
datar meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu,
Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo
dan Jumlah penduduk Kabupaten Gowa sampai dengan tahun 2005
mecapai 575 295 jiwa yang terdiri atas 283.291 jiwa laki-laki dan 291.882
jiwa perempuan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Gowa sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kotamadya Makassar dan Kabupaten Maros
Sebelah Selatan : Kabupaten Takalar dan kabupaten Jeneponto
Sebelah Timur : Kabupaten Sinjai,Bulukumba dan Bantaeng.
Sebelah Barat : Kota Makassar dan Kabupaten Takalar
14
15
Pada kegiatan praktek lapangan ini ada empat lokasi yang menjadi
titik pengamatan yakni:
1. Dam Bili-bili dan Bujulu
Yang terletak di Desa Bili-Bili, Kecamatan Parangloe, Kabupaten
Gowa.dengan letak Astronomis 5o 16 28 LS dan 119o 34 12 BT
dengan ketinggian 105 mdpl
2. Penambangan sertu
Yang terletak di Dusun Lebong, Kelurahan Lanjoboko, Kecamatan
Parangloe, Kabupaten Gowa dengan letak astronomis yakni 5o 16 25
LS dan 119o 44 45 BT dengan ketinggian 263 mdpl
3. Pinus
Yang terletak di Kawasan Hutan Pinus Malino, Kelurahan Malino,
Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa.dengan letak astronomis
5o 15 83 LS dan 119o 50 50 BT dengan ketinggian 968 mdpl
16
2. Gambaran Umum Kondisi Sosial Ekonomi
1. Mata Pencaharian Warga
a. Masyarakat Sekitran DAM Bili Bili/ Bujulu
17
c. Masyarakat di sekitar Hutan Pinus
18
3. Gambaran Umum Kondisi Fisik
1. Morfoligi Wilayah
Pemukiman Masyarakat Malino
Wilayah Kecamatan Tinggimoncong memiliki topografi yang
bervariasi, secara umum mulai dari datar, datar berbukit, datar bergelombang,
bergelombang, dan curam. Jenis tanah di Kecamatan Tinggimoncong antara
lain Tropodult, Troporthent, dan Tropohumult. Berdasarkan klasifikasi
Schmidt dan Fergusson bahwa dikecamatan Tinggimoncong memiliki jumlah
rata rata bulan basah 9 (>100mm) dan rata rata bulan kering 3(<65mm)
termasuk dalam tipe iklim C. Kecamatan Tinggimoncong memiliki curah hujan
tertinggi pada bulan Desember, Januari, Februari. Sedangkan curah hujan
terendah terjadi pada bulan Agustus dan September. Adapun penggunaan lahan
di Kecamatan Tinggimoncong pada umumnya didominasi oleh hutan, selain itu
juga banyak terdapat belukar, lading.
Ketinggian daerah ini juga bervariasi antara:
0 25 m seluas 437,64 km;
25 100 m seluas 89,53 km;
100 500 m seluas 338,34 km;
500 1000 m seluas 439,79 km;
diatas 1000 m seluas 350,03 km.
2. Kemiringan Lereng
Klasifikasi kemiringan lereng yang dikeluarkan oleh Direktorat
Tata Kota dan Tata Daerah Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
Tahun 1992, menerangkan bahwa :
a. Kemiringan lereng antara 0 - 8 % merupakan daerah datar sehingga
memiliki daya dukung lahan yang tinggi bagi pengembangan segala
aktifitas kota.
b. Kemiringan lereng antara 8 -15 merupakan daerah datar yang memiliki
daya dukung lahan tinggi bagi pengembangan kota.
c. Kemiringan lahan 15 25 % merupakan daerah landai dengan daya dukung
lahan sedang bagi pengembangan.
19
d. Kemiringan lereng 25 40 % merupakan daerah yang curam dengan daya
dukung lahan rendah, tidak cocok untuk daerah perkotaan.
e. Kemiringan lereng >40 % merupakan daerah sangat curam, daerah dengan
daya dukung lahan yang sangat rendah dan tidak cocok untuk di alokasikan
sebagai daerah perkotaan.
Untuk daerah Pemukiman Pasar Sungguminasa dan Pemukiman
Penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa, dan Pemukiman Masyarakat
Parangloe memiliki kemiringan lereng yang kurang signifikan.
3. Suhu Daerah Setempat
Suhu pada daerah Pemukiman Pasar Sungguminasa dan
Pemukiman Penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa, berkisar 270C - 320C.
Suhu di daerah ini berada di atas suhu normal sebagian besar wilayah di
Indonesia yakni 270C karena dipengaruhi oleh beberapa factor salah satunya
adalah tingginya tingkat polusi sehingga pemanasan global pun tak terelakkan.
Dari hasil observasi, menurut penduduk local dan para pendatang
suhu di Malino, Kecematan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa telah
mengalami perubahan. Dari tahun ke tahun perbahan suhu telah terjadi.
Suhunya sudah tidak sesejuk yang dulu. Hal ini terjadi karena beberapa factor
yaitu antara lain:
a. Bertambah banyaknya penduduk Malino. Hal ini disebabkan banyaknya
pendatang yang menetap.
b. Terjadinya perubahan tata ruang lingkungan, yang dulunya merupakan
hutan kini menjadi pemukiman.
4. Gambaran Lingkungan Akibat Pendatang
Akibat dari banyaknya pendatang yang menetap di daerah malino memberikan
pengaruh besar terhadap lingkungan daerah setempat. Misalnya yaitu
terjadinya perubahan suhu, sekarang suhunya sudah tidak terlalu dingin di
bandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Kemudian memberikan perubahan
terhadap tata ruang dari daerah malino. Daerah yang dulunya hutan kini
menjadi daerah pemukiman.
20
B. Pembahasan
1. Pengamatan Dam Bili-bili dan Bujulu
a. Gambaran umum lokasi
Bendungan Bili-Bili ini merupakan salah satubendungan terbesar di
Sulawesi Selatan, yang terletak di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan,
sekitar 30 kilometer ke arah timur Kota Makassar. Bendungan ini
diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri tahun 1999. Bendungan
dengan waduk 40.428 hektar ini dibangun dengan dana pinjaman luar negeri
sebesar Rp 780 miliar kerja sama dengan Japan International Cooperation
Agency (JICA). Bendungan Bilibili menjadi sumber air baku bagi
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Gowa dan Makassar.
Berdasarkan hasil wawancara yang kita lakukan pada salah satu
penduduk setempat, dia mengatakan bahwa sebagian besar penduduk
disekitar daerah ini bekerja sebagai peladang, khususnya jagung, dan
sebagian lainnya juga ada yang bekerja di pertambangan sekitar bendungan
tersebut, serta adapula yang juga bekerja di kedinasan. Bendungan bili - bili
tersebut selain membawa keuntungan juga menimbulkan dampak kerugian
terhadap penduduk setempat, di mana apabila musim hujan yang
berkepanjangan Bendungan tersebut akan mengalami peluapan sehingga
sawah para penduduk yang letaknya tidak jauh dari pinggir bendungan
tersebut terkadanga mengalami genangan air yang mengakibatkan para
penduduk tidak dapat menggarap sawahnya.
b. Gambaran umum masyarakat
Pada lokasi bendungan bili-bili, masyarakat pada daerah tersebut
sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang , hal ini di akibatkan
karena lokasi tersebut di lalui oleh jalan poros Malino Makassar sehingga
para wisatawan yang berkunjung ke malino, sepertinya tidak lengkap
rasanya kalau tidak menyempatkan waktunya untuk singgah menikmati
pemandangan danau di DAM bili, selain bermata pencaharian sebagai
pedang, terdapat juga warga yang bermata pencaharian sebagai tukang
kebun, khususnya tukang kebun jagung, tak lain adalah untuk di perjual
21
belikan di pinggir jalan sepanjang jalan poros Malino- Makassar di sekitaran
bendungan Bili-bili. Selain mata pencaharian sebagai gambaran kondisi
perekonomian warga setempat, juga terdapat gambaranhubunngan
kekerebatan antara warga, hubungan kekerabatan antara warga pada daerah
tersebut merupakan hubungan kekerabatan yang masih bersifat
kekeluargaan di mana hasil wawancara dengan salah satu penduduk
setempat mengatakan bahwa, sipat gatong royong, adat nenek moyang,
masih kental di derah tersebut.
2. Penambangan Sirtu
a. Gambaran umum loksi
Penambagan sirtu ini berada di bawa kaki pengunungan yang dialiri oleh
sungai jeneberang, batuan tersebut merupakan batuan sidimentasi yang
mengendap dikaki gunung dan dimanffatkan oleh warga sekitar untuk
menjadi bahan tambangan. Dalam penambangan sirtu terdapat beton
penghalang yang berfungsi untuk mengendapkan pasir agar tidak hanyut
terbawah arus. Dengan adanya penambangan sirtu masyarakat sangat
diuntungkan karena tidak perlu lagi membeli batu dan pasir untu membuat
rumah, karena bahan material tersebut sudah tersediah dilingkungannya.
Dan jiga dengan adanya sirtu tersebut yang terendap di dasar sungai maka
tingkat erosi di atau pengikisan di pinggir sungai akan berkurang sehingga
ancaman longsor pemukuman warga tidak terlalu berpotensi.
b. Gambaran umum masyarakat
Penduduk yang ada pada sekitaran tambang pasir tersebut kebanyakan bermata
pencaharian sebagai, penambang yang akan di perjul belikan kepada
konsumen dari berbagai derah khususnya yang berasal dari kota Makassar,
selain bertambang pasir terdapat juga sebagian penduduk yang memiliki
pekerjaan sampingan yakni berdagang, dan tukang warung sebagai tempat
istrahat penambang dan pengguna jalan poros, Malino- Makassar, Apabila
musim kemarau terdapat penduduk yang memanfaatkan lahan di sekitaran
pinggir sungai untuk, bertani padi, hal ini di sebabkan karena lahan yang
cocok untuk menanam padi apa bila musim hujan maka tergenang oleh air
22
sungai yang mengalami pasang karena banyaknya debit air yang terkumpul
di DAM bili hingga ke penambangan pasir tersebut. Tetapi hal ini dapat
terjadi apa bila musim hujan yang panjang. Terdapat juga hubungan
kekerabatan antara masyarakat yang tidak jauh beda dengan hubungan
kekerabatan Masyarakat di sekitaran bendungan Bili-bili
3. Pengamatan di Pohon Pinus Malino
a. Gambaran umum lokasi
Pohon pinus tersebut berada di kacamatan Tinggi Moncong Kabupaten
Gowa. Tempat wisata pinus ini dulu merupakan tempat peristirahatan kompeni
Belanda pada zaman penjajahan pohon pinus tersebut ditanam oleh
pemerintahan Belanda pada tahun 1927. Tempat wisata ini sekarang beda
dengan dulu pada tahun 1980 an, dulu dipohon pinus ini begitu dingin. akan
tetapi, pengaruh dari pemanasan global sehingga malino tidak begitu dingin
lagi. Tempat wisata pohon pinus ini berada di ketinggian sekitar 1500 meter
diatas permukaan laut. Dan diperkiran suhu di malino dan sekitarnya sekitar 24
o
C. di malino juga penah dilakukan perundingan tingkat nasional yaitu
Perundingan Malino yang salah satunya membahas tentang konflik di Poso.
Wisata pohon pinus juga telah terancam mengalami kepunahan, di karenakan
kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya pepohonan yang rindang
sehingga banyak pohon pinus yang di tebang secara Cuma Cuma dan dig anti
dengan kebun cengkeh.
b. Gambaran umum penduduk
Pada lokasi ini yang merupakan salah satu temapat wisata di malino,
penduduk setempat kebanyakan bermata pencaharian sebagai tukang kebun
cengkeh, hal ini dikarenakan kodisi alamnya yang merupakan daerah dataran
tinggi, dengan kondisi cuaca yang cukup dingin, serta lahannya yang subur,
selain berkebun terdapat juga pekerjaan sampingan sebagian penduduk yakni
berwira usaha dengan membuka warung- warung kecil dengan tujuan sebagai
tempat istrahat para wisatawan sambil menikmati kopi malino dan cendol
pinus, sebagian warga setempat yang memiliki modal telah membangun villa
23
yang akan di sewakan kepada para wisatawan yang menginap di sekitaran kota
malino.
24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi sosial masyarakat, khususnya di Kabupaten Gowa sangat
bagus,karena ketidakadanya perselisihan-perselisihan yang terjadi
antar warga masyarakat.
2. Kondisi ekonomi masyarakat khususnya di Kabupaten Gowa,
umumnya di atas rata-rata, namun pada saat musim penghujan, karena
dominan bekerja sebagai petani maka hasil pertaniannya kurang baik.
3. Kondisi fisik wilayah di Kabupaten Gowa, khususnya di daerah
Tinggimoncong,wilayahnya memiliki topografi yang bervariasi, secara
umum mulai dari datar, berbukit dll.
B. Saran
1. Sebaiknya masyarakat agar lebih menjaga kebersihan
lingkungannya dengan tidak membuang sampah disembarang
tempat dan mengurangi ekploitasi lahan, terutama pada hutan.
2. Diharapkan kepada pemerintah setempat agar lebih memperhatikan
kelestarian lingkungan, dengan menindak tegas para pelaku
perusak lingkungan.
3. Diharapkan kepada semua peserta praktikum agar kiranya dapat
berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan pendataan beserta
kegiatan lainnya yang bersinggungan langsung dengan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
25
Leo, Nurzakariah, dkk. 2011. Modul Pengetahuan Lingkungan. Makassar:
FMIPA UNM.
26