Makalah
Disusun Oleh :
1. INDRA LESMANA
Makalah
Rabu, 04 Desember 2013
SIKLUS EKONOMI
SIKLUS EKONOMI
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ekonomi Makro
Dosen Pengampu : Bayu Tri Cahya, SE. M.Ag
Disusun Oleh :
1. Wahyu Yuli Wardhani 210 185
2. Imam Bukhori 210 191
3. Ahmad Khoirul Badar 210 205
4. Marfu’atun 210 209
5. Jamini 210 217
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus menerus bertumbuh, tanpa satu
tahun bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga
dan kesempatan kerja yang terbuka luas. Perekonomian seperti ini dipercaya akan mampu memberikan
kemakmuran dan keadilan bagi rakyatnya dari generasi ke generasi.
Sayangnya, perekonomian tersebut di atas hanya ada di dunia khayal. Dalam dunia nyata,
perekonomian umumnya mengalami gelombang pasang surut, setidak-tidaknya dilihat dari
perkembangan tingkat output dan harga. Gelombang naik turun tersebut relatif teratur dan terjadi
berulang-ulang dengan rentang waktu (durasi) yang bervariasi. Ada yang berdurasi pendek, menengah,
dan panjang. Dalam ilmu ekonomi, gerak naik turun tersebut dikenal sebagai siklus ekonomi (business
cycle).
Sekalipun gerak naik turun tersebut bersifat teratur, tidak jarang terjadi penyimpangan pola
yang berdampak buruk. Seperti yang terjadi di Indonesia, jumlah rakyat yang hidup di bawah garis
kemiskinan bertambah banyak, sementara output perekonomian pernah mengalami kontradiksi atau
pertumbuhan ekonomi negatif. Itulah sebabnya siklus ekonomi sangatlah penting dan juga menarik
untuk dibahas secara khusus.
Berangkat dari hal diatas, maka dalam makalah ini kami memutuskan pembahasan dan
mengangkat judul “Siklus Ekonomi”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah anatomi siklus ekonomi?
2. Apa saja jenis durasi siklus dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?
3. Apa hubungan antara siklus ekonomi, kesempatan kerja, dan inflasi?
4. Langkah apa saja dalam pengelolaan siklus ekonomi?
BAB II
PEMBAHASAN
Kulminasi
<-- (Peak) -->
Periode I Siklus
<---- (K – K) ---->
Depresi
<---- (Depression)
Pertumbuhan rata-rata
Jangka panjang
!
Nadir
<-(Trough)->
0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 Waktu
Biasanya indikator yang digunakan untuk menganalisis siklus ekonomi adalah pertumbuhan
ekonomi atau jumlah output riil, serta tingkat harga. Diagram diatas memberikan gambaran tentang
fluktuasi ekonomi, dengan indikator pertumbuhan ekonomi. Sumbu vertikal menunjukkan pertumbuhan
ekonomi per periode, misalnya persen per tahun. Sedangkan sumbu horizontal menunjukkan periode
waktu. Kurva trend yang berbentuk garis lurus menggambarkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi
jangka panjang. Untuk sementara ini, dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi dianggap konstam,
sehingga garis lurusnya sejajar dengan sumbu horizontal.[2]
1. Gerakan Menarik (Upturn)
Pemulihan ekonomi (recovery) ditandai dengan gerakan perekonomian yang menaik (upturn).
Kadang-kadang gerakan menaik ini disebut juga ekspansi (expansion) bila gerakan menaik ini terjadi
selama minimal dua triwulan berturut-turut.
2. Titik Kulminasi (Peak)
Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi selamanya, suatu saat gerakan menaik ini mencapai titik
tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau kulminasi (peak). Setelah mencapai titik kulminasi,
perekonomian akan mengalami penurunan kembali.
3. Gerak Menurun (Downturn)
Yang dimaksud dengan gerakan menurun adalah menurunnya output yang dilihat dari
menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Kadang-kadang gerakan penurunan ini disebut
resensi (recession), bila terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.
4. Titik Nadir (Trough)
Gerakan menurun akan berlanjut hingga mencapai titik yang paling rendah, yang disebut titik
nadir (trough). Setelah mencapai titik nadir, perekonomian akan pulih kembali dilihat dari adanya
gerakan menaik.
5. Gerakan Satu Siklus
Yang dimaksud dengan gerakan satu siklus adalah gerakan dari satu titik kulminasi ke satu titik
kulminasi yang lain (K – K) atau dari satu titik nadir sampai ke satu titik nadir yang lain (N – N). Dalam
diagram diatas gerakan K – K berada dalam interval periode waktu T1 – T3, sedangkan gerakan N – N
dalam interval waktu T2 – T4.
6. Bum (Boom)
Kadangkala karena berbagai faktor, terjadi berbagai pertumbuhan ekonomi yang begitu baik,
sehingga titik kulminasinya jauh di atas biasanya. Dalam diagram di atas biasanya dikenal dengan
bum (boom).
7. Depresi (Depression)
Namun sebaliknya, dapat juga penurunan pertumbuhan ekonomi jauh di bawah titik nadir yang
biasanya. Dalam diagram diatas terlihat terjadi pada periode waktu T6. Kondisi ini dikenal sebagai
kondisi depresi (depression).[3]
(a)
0 Waktu
Tingkat pengangguran
natural
!
<--- Tingkat
pengangguran riil
(b)
0 Waktu
Diagram 2.a menggambarkan siklus output. Sedangkan diagram 2.b menggambarkan siklus
pengangguran. Garis lurus sejajar dengan sumbu horizontal adalah tingkat pengangguran
natural (natural rate of unemployment), yaitu tingkat pengangguran pada tingkat output natural.
Dari diagram terlihat, bila output riil berada di bawah output natural (Diagram 2.a), maka
tingkat pengangguran meningkat dan melebihi tingkat pengangguran natural. Sebaliknya,
bila output riil melebihi output natural, tingkat pengangguran akan menurun dan lebih rendah daripada
tingkat pengangguran natural. Jika output riil sama dengan output natural, tingkat pengangguran riil
akan sama dengan tinggal pengangguran natural.[6]
Output natural
(a)
0 Waktu
<--- Inflasi riil
Inflasi natural
(b)
0 Waktu
Diagram 3.a adalah siklus output dan Diagram 3.b adalah siklus inflasi. Dari diagram terlihat
bahwa bila output riil berada di bawah output natural, inflasi cenderung menurun. Sebaliknya,
bila output riil berada di atas output natural, inflasi cenderung meningkat.[7]
0 T1 T2 T3 T4 T5 Waktu
Sumbu vertikal dalam Diagram 4 adalah nilai output riil. Sedangkan garis lurus adalah trend
output natural. Pada awalnya, memang fluktuasi output sangat besar, karena simpangan siklus selama
periode T1 sampai T5 sangat besar. Namun karena pengelolaan yang baik, maka simpangan dalam
periode selanjutnya mengecil, sementara ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan jangka
panjang karena output natural terus meningkat.
Kondisi seperti yang digambarkan dalam Diagram 4 secara teoritis dapat dicapai dengan
mengombinasikan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang. Misalnya target utama kebijakan
jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output riil dengan output natural (output gap). Mengubah
kondisi tersebut dapat dilakukan dengan kebijakan fiskal dan moneter, yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran agregat jangka pendek. Dan target yang ingin dicapai dalam jangka panjang, selain
memperkecil simpangan tingkat pertumbuhan ekonomi, juga pencapaian pertumbuhan yang tinggi.
Sebab simpangan yang mengecil tidak banyak artinya jika perekonomian bertumbuh lamban.
Jika dalam jangka pendek penekanan tujuan kebijakan fiskal dan moneter adalah stimulasi
permintaan, maka dalam jangka panjang lebih diarahkan kepada stimulasi penawaran. Misalnya
pemberian kredit kepada kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM), alokasi anggaran yang lebih besar
kepada pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan kualitas SDM (terutama pendidikan dan latihan)
dan kesehatan.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Elemen dalam siklus ekonomi meliputi: gerakan menurun, titik nadir, gerakan menaik, dan
titik kulminasi. Kadang-kadang juga terjadi bum dan depresi.
Berdasarkan durasi siklus ekonomi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: siklus jangka
pendek (40 bulan), siklus jangka menengah (7-11 tahun), dan siklus jangka panjang (48-60 tahun)
Pengaruh adat istiadat maupun kebiasaan terhadap aktivitas ekonomi amatlah terlihat, di
negara-negara Barat pengaruh perayaan Natal dan Tahun Baru terhadap aktivitas perekonomian
barangkali dapat disamakan dengan pengaruh bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran terhadap
perekonomian di Indonesia.
Penurunan output (resesi) akan meningkatkan pengangguran. Sebaliknya, ekspansi akan
mengurangi pengangguran. Pemerintah umumnya amat berkepentingan untuk menghindari resesi,
setidak-tidaknya menghindari resesi yang berkepanjangan. Sebab resesi cenderung membawa dampak
negatif bagi tersedianya kesempatan kerja. Hanya saja, pengaruh ekspansi terhadap penambahan
kesempatan kerja ada batasnya. Sebab seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bila ekspansi
mencapai kulminasinya, perekonomian akan mengalami gerakan menurun kembali. Jika penurunan ini
terjadi selama minimal 2 triwulan berurutan, perekonomian telah dianggap memasuki kondisi resesi.
Pertumbuhan ekonomi yang rendah, terutama pada periode 1982, disebabkan perekonomian
dunia mengalami resesi. Melemahnya perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan terhadap
ekspor Indonesia, yang pada gilirannya akan melemahkan kemampuan Indonesia meningkatkan
produksi.
B. Penutup
Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah
pengetahuan bagi semua. Amiiinn..
DAFTAR PUSTAKA
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar; Edisi
Ketiga,Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus menerus bertumbuh, tanpa satu tahun
bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga dan
kesempatan kerja yang terbuka luas. Perekonomian seperti ini dipercaya akan mampu memberikan
kemakmuran dan keadilan bagi rakyatnya dari generasi ke generasi.
Sayangnya, perekonomian tersebut di atas hanya ada di dunia khayal. Dalam dunia nyata, perekonomian
umumnya mengalami gelombang pasang surut, setidak-tidaknya dilihat dari perkembangan tingkat
output dan harga. Gelombang naik turun tersebut relatif teratur dan terjadi berulang-ulang dengan
rentang waktu (durasi) yang bervariasi. Ada yang berdurasi pendek, menengah, dan panjang. Dalam ilmu
ekonomi, gerak naik turun tersebut dikenal sebagai siklus ekonomi (business cycle).
Sekalipun gerak naik turun tersebut bersifat teratur, tidak jarang terjadi penyimpangan pola yang
berdampak buruk. Seperti yang terjadi di Indonesia, jumlah rakyat yang hidup di bawah bertambah
banyak, sementara output perekonomian pernah mengalami kontradiksi atau pertumbuhan ekonomi
negatif. Itulah sebabnya siklus ekonomi sangatlah penting dan juga menarik untuk dibahas secara
khusus.
Berangkat dari hal diatas, maka dalam makalah ini kami memutuskan pembahasan dan mengangkat
judul “Siklus Ekonomi”.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas ekonomi, yang terdiri atas
empat elemen:
<--- (N – N) --->
Kulminasi
Periode I Siklus
<---- (K – K) ---->
Depresi
<---- (Depression)
Pertumbuhan rata-rata
Jangka panjang
Nadir
<-(Trough)->
0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 Waktu
Biasanya indikator yang digunakan untuk menganalisis siklus ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi
atau jumlah output riil, serta tingkat harga. Diagram diatas memberikan gambaran tentang fluktuasi
ekonomi, dengan indikator pertumbuhan ekonomi. Sumbu vertikal menunjukkan pertumbuhan ekonomi
per periode, misalnya persen per tahun. Sedangkan sumbu horizontal menunjukkan periode waktu.
Kurva trend yang berbentuk garis lurus menggambarkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi jangka
panjang. Untuk sementara ini, dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi dianggap konstam,
sehingga garis lurusnya sejajar dengan sumbu horizontal.[2]
Pemulihan ekonomi (recovery) ditandai dengan gerakan perekonomian yang menaik (upturn). Kadang-
kadang gerakan menaik ini disebut juga ekspansi (expansion) bila gerakan menaik ini terjadi selama
minimal dua triwulan berturut-turut.
Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi selamanya, suatu saat gerakan menaik ini mencapai titik tertinggi.
Titik ini disebut titik puncak atau kulminasi (peak). Setelah mencapai titik kulminasi, perekonomian akan
mengalami penurunan kembali.
Yang dimaksud dengan gerakan menurun adalah menurunnya output yang dilihat dari menurunnya
tingkat pertumbuhan ekonomi. Kadang-kadang gerakan penurunan ini disebut resensi (recession), bila
terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.
Yang dimaksud dengan gerakan satu siklus adalah gerakan dari satu titik kulminasi ke satu titik kulminasi
yang lain (K – K) atau dari satu titik nadir sampai ke satu titik nadir yang lain (N – N). Dalam diagram
diatas gerakan K – K berada dalam interval periode waktu T1 – T3, sedangkan gerakan N – N dalam
interval waktu T2 – T4.
6. Bum (Boom)
Kadangkala karena berbagai faktor, terjadi berbagai pertumbuhan ekonomi yang begitu baik, sehingga
titik kulminasinya jauh di atas biasanya. Dalam diagram di atas biasanya dikenal dengan bum (boom).
7. Depresi (Depression)
Namun sebaliknya, dapat juga penurunan pertumbuhan ekonomi jauh di bawah titik nadir yang
biasanya. Dalam diagram diatas terlihat terjadi pada periode waktu T6. Kondisi ini dikenal sebagai
kondisi depresi (depression).[3]
Durasi siklus jangka pendek sekitar 40 bulan. Pola siklus ini ditemukan oleh Joseph Kitchen (1923), itulah
sebabnya siklus ini dinamakan siklus kitchin (kitchin cycle). Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus
jangka pendek adalah pengaruh alamiah (nature) dan adat istiadat atau kebiasaan (custom).[4]
Yang termasuk pengaruh alamiah antara lain siklus iklim, pengaruh sinar matahari, curah hujan,
kekuatan angin dan gelombang laut. Kekuatan alamiah ini mempengaruhi aktivitas perekonomian.
Misalnya, di Indonesia kegiatan penanaman padi akan memuncak pada musim penghujan. Sedangkan
kegiatan konstruksi, entah untuk dijual lagi ataupun digunakan sendiri seperti pembangunan dan atau
perbaikan rumah, aktivitasnya meningkat di musim kemarau.
Durasi siklus jangka menengah adalah berkisar 7–11 tahun. Pola siklus ini pertama kali ditemukan oleh
Clement Juglar (1860). Ada beberapa penjelasan tentang penyebab siklus ini. Salah satu yang cukup unik
adalah penjelasan ekonom inggris, William Stanley Jevon. Menurutnya, siklus ekonomi di bumi (dalam
hal ini perekonomian Inggris) dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu siklus bintik matahari (sunspot)
yang berdaur ulang 11 tahun sekali. Aktivitas bintik matahari tersebut menurut Jevon, akan
mempengaruhi siklus iklim cuaca. Selanjutnya siklus iklim cuaca akan mempengaruhi output
perekonomian, yang muaranya mempengaruhi output perekonomian nasional.
Pola siklus jangka panjang pertama kali ditemukan oleh Nikolai D. Kondratief (1925). Durasi siklusnya
berkisar antara 48–60 tahun. Salah satu faktor yang berada di belakang siklus jangka panjang adalah
ditemukan dan diterapkannya teknologi baru (invention and innovation). Schumpeter menunjukkan
bahwa siklus jangka panjang yang terjadi di Amerika Serikat antara lain adalah periode 1787–1842 dan
1843–1897. Siklus 1787–1842 dipengaruhi oleh penemuan mesin uap dan aplikasinya di dunia industri
yang melahirkan revolusi industri. Sedangkan siklus 1843–1897 disebabkan ditemukannya teknologi
transportasi masal, yaitu kereta api (rail roal).[5]
Secara umum ada hubungan positif antara tingkat output dengan kesempatan kerja, terutama
analisisnya jangka pendek. Sebab, dalam jangka pendek teknologi dianggap konstan, barang modal
merupakan input tetap. Sedangkan yang dianggap variable adalah tenaga kerja. Karenanya pengaruh
siklus sangat terasa bagi kesempatan kerja. Gerak menaik akan meningkatkan kesempatan kerja, yang
berarti menurunkan tingkat pengangguran, sementara gerak menurun akan mengurangi kesempatan
kerja, yang berarti meningkatkan angka pengangguran. Hubungan antara keduanya digambarkan dalam
Diagram 2 berikut ini:
0 Waktu
0 Waktu
Diagram 2.a menggambarkan siklus output. Sedangkan diagram 2.b menggambarkan siklus
pengangguran. Garis lurus sejajar dengan sumbu horizontal adalah tingkat pengangguran natural
(natural rate of unemployment), yaitu tingkat pengangguran pada tingkat output natural.
Dari diagram terlihat, bila output riil berada di bawah output natural (Diagram 2.a), maka tingkat
pengangguran meningkat dan melebihi tingkat pengangguran natural. Sebaliknya, bila output riil
melebihi output natural, tingkat pengangguran akan menurun dan lebih rendah daripada tingkat
pengangguran natural. Jika output riil sama dengan output natural, tingkat pengangguran riil akan sama
dengan tinggal pengangguran natural.[6]
Keterkaitan siklus ekonomi dengan tingkat inflasi digambarkan oleh Diagram 3 berikut ini:
Output natural
(a)
0 Waktu
Inflasi natural
(b)
0 Waktu
Diagram 3.a adalah siklus output dan Diagram 3.b adalah siklus inflasi. Dari diagram terlihat bahwa bila
output riil berada di bawah output natural, inflasi cenderung menurun. Sebaliknya, bila output riil
berada di atas output natural, inflasi cenderung meningkat.[7]
Karena siklus ekonomi tidak terhindari, yang dapat dilakukan adalah mengelola siklus agar dampak
negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin, sementara pola siklus diusahakan stabil meningkat.
Dalam arti, simpangan gerak naik turun output diusahakan tidak terlalu lebar, sementara
kecenderungan output jangka panjang terus meningkat. Kondisi baik tersebut dalam Diagram 4 berikut
ini:
Sumbu vertikal dalam Diagram 4 adalah nilai output riil. Sedangkan garis lurus adalah trend output
natural. Pada awalnya, memang fluktuasi output sangat besar, karena simpangan siklus selama periode
T1 sampai T5 sangat besar. Namun karena pengelolaan yang baik, maka simpangan dalam periode
selanjutnya mengecil, sementara ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan jangka panjang
karena output natural terus meningkat.
Kondisi seperti yang digambarkan dalam Diagram 4 secara teoritis dapat dicapai dengan
mengombinasikan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang. Misalnya target utama kebijakan jangka
pendek adalah mengatasi perbedaan output riil dengan output natural (output gap). Mengubah kondisi
tersebut dapat dilakukan dengan kebijakan fiskal dan moneter, yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran agregat jangka pendek. Dan target yang ingin dicapai dalam jangka panjang, selain
memperkecil simpangan tingkat pertumbuhan ekonomi, juga pencapaian pertumbuhan yang tinggi.
Sebab simpangan yang mengecil tidak banyak artinya jika perekonomian bertumbuh lamban.
Jika dalam jangka pendek penekanan tujuan kebijakan fiskal dan moneter adalah stimulasi permintaan,
maka dalam jangka panjang lebih diarahkan kepada stimulasi penawaran. Misalnya pemberian kredit
kepada kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM), alokasi anggaran yang lebih besar kepada pengeluaran-
pengeluaran yang meningkatkan kualitas SDM (terutama pendidikan dan latihan) dan kesehatan.[8]
Diagram 5 menunjukkan pertumbuhan ekonomi selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJP I)
berupa garis lurus adalah 6,8% per tahun. Dari diagram ini dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
persoalan selama PJP I adalah fluktuatifnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Cukup banyak tahun yang
mengalami pertumbuhan lebih rendah dari 6,8%, yaitu tahun 1975 (5%), 1979 (6,2%), 1982 (2,3%), 1985
(2,4%), 1987 (4,9%), 1993 (6,5%), dan 1994 (6,5%). Besarnya fluktuasi pertumbuhan ekonomi juga dapat
dilihat dari jarak antara pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan terendah. Pertumbuhan ekonomi
tertinggi dicapai pada tahun 1973 (11,4% per tahun), sedangkan terendah di tahun 1982 (2,3% per
tahun).
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat fluktuatif disebabkan perekonomian Indonesia sangat
tergantung kepada kondisi eksternal. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-
an, khususnya 1971-1973 disebabkan membubungnya harga minyak bumi, yang meningkatkan
penerimaan ekspor migas (oil boom). Rezeki minyak (oil boom) inilah yang dimanfaatkan pemerintah
untuk meningkatkan APBN, yang selama PJP I merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan
ekonomi.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Elemen dalam siklus ekonomi meliputi: gerakan menurun, titik nadir, gerakan menaik, dan titik
kulminasi. Kadang-kadang juga terjadi bum dan depresi.
Berdasarkan durasi siklus ekonomi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: siklus jangka pendek (40
bulan), siklus jangka menengah (7-11 tahun), dan siklus jangka panjang (48-60 tahun)
Pengaruh adat istiadat maupun kebiasaan terhadap aktivitas ekonomi amatlah terlihat, di negara-negara
Barat pengaruh perayaan Natal dan Tahun Baru terhadap aktivitas perekonomian barangkali dapat
disamakan dengan pengaruh bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran terhadap perekonomian di
Indonesia.
Penurunan output (resesi) akan meningkatkan pengangguran. Sebaliknya, ekspansi akan mengurangi
pengangguran. Pemerintah umumnya amat berkepentingan untuk menghindari resesi, setidak-tidaknya
menghindari resesi yang berkepanjangan. Sebab resesi cenderung membawa dampak negatif bagi
tersedianya kesempatan kerja. Hanya saja, pengaruh ekspansi terhadap penambahan kesempatan kerja
ada batasnya. Sebab seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bila ekspansi mencapai kulminasinya,
perekonomian akan mengalami gerakan menurun kembali. Jika penurunan ini terjadi selama minimal 2
triwulan berurutan, perekonomian telah dianggap memasuki kondisi resesi.
Pertumbuhan ekonomi yang rendah, terutama pada periode 1982, disebabkan perekonomian dunia
mengalami resesi. Melemahnya perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan terhadap
ekspor Indonesia, yang pada gilirannya akan melemahkan kemampuan Indonesia meningkatkan
produksi.
B. Penutup
Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi
perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah pengetahuan
bagi semua. Amiiinn..
DAFTAR PUSTAKA
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar; Edisi Ketiga,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005