Manajemen data
Disusun Oleh :
Desi Pramita
Kesehatan reproduksi B
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa pencarian diri yang mempunyai rasa keingin
tahuan yang tinggi. Pada masa ini, informasikan tentang masalah seksual sudah
seharusnya mulai diberikan agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau
dari sumber-sumber yang tidak jelas. Pemberian informasi masalah seksual sangatlah
penting karena remaja berada dalam potensi seksual yang aktif. Hal tersebut akan sangat
bahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan
informasi yang tepat (Saeroni, 2008).
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Indonesia Reproductive Right and
Health Morning and Advocacy (IRRMA) di 5 propinsi di Sumatera (Sumatera Barat,
Jambi, Lampung Dan Bengkulu ) terhadap pengetahuan, sikap dan prilaku seksual
remaja tahun 2007, dari 1.450 remaja yang menjadi responden, 78,95% remaja tidak
memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual. Dari 1.450 responden,
sebanyak 22,36% pernah melakukan hubungan seksual sejak usia 16 tahun untuk remaja
perempuan dan 17 tahun untuk remaja laki laki. Dari remaja yang telah aktif
melakukan hubungan seksual, sebanyak (19,70%) melakukannya dengan pelacur dan
(79,30%) dengan pacar. Sebagian besar (86,87%) dari mereka yang telah melakukan
seksual aktif tidak memiliki pengetahuan sedikit pun tentang kesehatan reproduksi,
sedangkan selebihnya, pengetahuannya hanya sedikit yang mereka peroleh dari teman
atau melalui media (Annisa,2007).
Berdasarkan hasil survey Centra Citra Remaja Rafflesia (CCRR) pada bulan Juni
2014 bahwa (93,7 %) siswa SMP dan SMA pernah melakukan ciuman, (21,2 %) remaja
SMP mengaku pernah aborsi, dan (97 %) remaja SMP dan SMA pernah melihat film
forno. Di kota Bengkulu diberitakan bahwa ada pelajar SMP yang di rekam melalui
Handpone dan di publikasikan lewat film atau video porno yang direkam melalui
handpone mereka kemudian tersebar ke seluruh mayarakat termasuk para remaja SMA
dan Universitas Swasta Di Bengkulu melalui handpone (Rakyat Bengkulu, 2012).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka didapatkan masalah penelitian yaitu
meningkatnya remaja Propinsi Bengkulu melakukan seks bebas dan hampir sebagian
besar remaja pernah menonton atau melihat media massa yang mendorong hasrat
seksual seperti pornoaksi dan pornografi yang mudah diaskes. Pertanyaan penelitian ini
apakah ada hubungan antara pengetahuan dan informasi media audio visual dengan
prilaku seksual remaja siswa SMA Pallawa Kota Bengkulu tahun.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan pengetahuan dan informasi media audio visual dengan
perilaku seksual remaja siswa SMA Pallawa Kota Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a) Diketahui gambaran distribusi frekuensi pengetahuan kesehatan reproduksi siswa
SMA Pallawa Kota Bengkulu.
b) Diketahui gambaran distribusi frekuensi informasi media audio visiual pada
siswa SMA PallawaKota Bengkulu.
c) Diketahui gambaran frekuensi perilaku seksual remaja SMA Pallawa Kota
Bengkulu.
d) Diketahui hubungan pengetahuan dengan perilaku seksual remaja siswa SMA
Pallawa Kota Bengkulu.
e) Diketahui hubungan informasi media audio visual dengan perilaku seksual
remaja siswa SMA Pallawa Kota Bengkulu.
D. Kerangka Konsep
1. Pengetahuan
2. Informasi Media Perilaku Seksual
Audio -Visual
F. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskritif analitic, dengan pendekatan cross
sectional yaitu pengukuran variabel bebas (independen) maupun variabel terikat
(Dependen) yang dilakukan secara bersama. Dimana penelitian ini dilakukan melihat
hubungan antara pengetahuan dan informasi media audio-visual dengan perilaku
seksual remaja (Notoatmodjo, 2005).
2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI SMA Pallawa kota
Bengkulu sebanyak 295 orang.
3. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi dengan menggunakan rumus.
Menurut Natoatmodjo (2005) adalah sebagai berikut :
=
1 + 2
295
=
1 + 295(0.05)2
295
=
1 + 295(0.05)2
295
= 1+295 (0,0025)
295
= = 169.5 = 170
1,74
Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 170 orang siswa
SMA Pallawa kota Bengkulu.
4. Definisi Operasional
Alat
Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala
Ukur
Pengetahuan segala sesuatu yang Kuisioner Menyebar 0 = Kurang bila jawaban Ordinal
(Independen) dipahami mengenai kan benar 55%
kesehatan reproduksi kuisioner
meliputi pengertian 1= Cukup bila jawaban
kesehatan reproduksi, benar 56 -75 %
ruang lingkup
reproduksi sehat, 2 = Baik bila jawaban
seksualitas, dan benar 76-100%
akibat perilaku
seksual yang tidak
sehat.
Keterpaparan suatu keadaan dimana Kuisioner Menyebar 0 = Terpapar apabila Ordinal
informasi responden pernah kan responden menjawab
Media Audio- melihat video porno, kuisioner pernah melihat salah
Visual lawan jenis satu bentuk seksualitas
(Independen) berciuman bibir, yaitu melihat video
gambar-gambar porno, gambar-gambar
sensualitas yang tidak sensual serta perilaku
sehat melalui media seksual yang tidak
audio-visual. sehat melalui media
audio visual
perilaku semua tindakan yang Kuisioner Menyebark 0 = Kurang bila responden Ordinal
seksual dilakukan responden an menjawab melakukan
Remaja (remaja) terkait kuisioner salah satu perilaku
(Dependen) dengan tingkah laku berciuman bibir, onani,
seksual terhadap masturbasi, meraba
lawan jenis yaitu payudara dan alat
pergi berduaan, kelamin serta
berpegangan tangan, melakukan hubungan
berpelukan, seksual, hamil hingga
berciuman, melakukan aborsi
melakukan hubugan 1 = Baik bila responden
seksual hingga hanya menjawab tidak
melakukan aborsi pernah melakukan
perilaku seperti :
berpegangan tangan,
berpelukan dan
berciuman pipi,
G. Hasil Penelitian
1. Analisis univariat
Tabel 1
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 170 siswa terdapat hampir sebagian
(34,7%) mempunyai pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi, sebagian
besar (68,2%) siswa tidak terpapar oleh informasi media audio-visual dan hampir
sebagian (36,5%) mempunyai prilaku seksual kurang baik.
2. Analisa Bivariat.
Tabel 2
Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa
di SMA Pallawa Kota Bengkulu
Perilaku Seksual
Pengetahuan Remaja Jumlah X2 p
Kurang Baik (value)
F % F % F %
Kurang 29 49,2 30 50,8 59 100
Cukup 25 27,8 65 72,2 90 100 7.055 0,029
Baik 8 38,1 13 61,9 21 100
Perilaku Seksual
Remaja
Informasi Media Jumlah p
Kurang Baik X2
Audiovisual (value)
F % F % F %
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 116 siswa yang terpapar oleh informasi
audio-visual terdapat 34 siswa (63,0%) yang prilaku seksualnya kurang baik,
sedangkan dari 54 siswa yang tidak terpapar oleh informasi audio-visual terdapat 28
siswa (24,1%) yang prilaku seksualnya kurang baik. Hasil uji chi square menunjukkan
bahwa nilai p = 0,00 lebih kecil dari nilai alpha 5% berarti ada hubungan yang
bermakna antara paparan informasi audio-visual dengan prilaku seksual pada remaja
siswa di SMA Pallawa Kota Bengkulu.
Chi-Square Tests
Likelihood Ratio
7.030 2 .030
Linear-by-Linear Association
3.060 1 .080
Chi-Square Tests
Risk Estimate