4) Insufisiensi sumsum tulang diakibatkan oleh radiasi dan obat penekan sumsum.
hemoglobin, dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolut Hb atau
Selama hamil terdapat peningkatan disproporsi pada volume plasma 50%, RBC
33%, Hb 18-20%. Terdapat peningkatan kebutuhan zat besi tambahan ketika hamil
pallor.4,5
Tabel 2.2 kategori anemia menurut Indian Council of Medical Research (Sharma J.B. 2010)5
Efek anemia pada kehamilan dipelajari lebih dari 27.000 wanita dan mendapatkan
peningkatan ringan risiko persalinan kurang bulan pada anemia anemia trimester kedua.
Anemia pada trimester pertama terutama usia kehamilan 13-18 minggu secara signifikan
meningkatkan risiko kematian janin, aborsi spontan, berat lahir rendah, persalinan kurang
bulan atau prematuritas, dan kecil masa kehamilan. Anemia pada wanita hamil mempengaruhi
Efek anemia pada ibu hamil adalah peningkatan risiko infeksi, dengan tanda dan gejala
beragam dari asimptomatik sampai gejala seperti nyeri kepala, lemas, mudah lelah, letargi,
paresthesia, takikardi, takipnea, rambut rontok, dan pucat. Pada anemia parah dengan Hb
kurang dari 6 gr/dL, dapat berakibat gagal jantung dan penurunan jaringan yang teroksigenasi
termasuk otot jantung. Kondisi seperti ini terjadi karena komplikasi dari plasenta previa,
persalinan operatif, dan perdarahan pasca persalinan, tidak semata-mata disebabkan oleh
defisiensi besi saja. Kondisi ini dapat berakibat kematian bila tidak diobati dengan transfusi
Ibu hamil dengan anemia ringan mengalami penurunan kapasitas kerja ringan, tetapi
masih bisa melalui persalinan tanpa komplikasi karena masih terkompensasi dengan baik. Ibu
hamil dengan anemia sedang mengalami penurunan kapasitas kerja, lebih rentan terhadap
infeksi, waktu pemulihan infeksi yang memanjang, persalinan berat lahir rendah, kematian
meningkat meskipun saat istirahat, stroke volume meningkat, detak jantung meningkat,
palpitasi dan sesak saat istirahat. Mekanisme kompensasi tidak cukup untuk mengatasi
penurunan Hb. Kekurangan oksigen menghasilkan metabolisme anaerob dan akumulasi laktat
terjadi, sehingga kegagalan sirkulasi terjadi dan membatasi kerja jantung. Jika tidak tertangani,
dapat berakibat pada edema paru dan kematian. Jika Hb < 5 gr/dL, bahkan perdarahan hanya
200 mL dapat berakibat syok dan kematian. Morbiditas meningkat pada ibu hamil dengan Hb
< 8 gr/dL, dan mortalitas meningkat pada ibu hamil dengan Hb < 5 gr/dL. Anemia berakibat
Mortalitas janin meningkat signifikan pada ibu hamil dengan Hb < 8 gr/dL sebanyak 2-
3 kali lipat dibanding pada ibu hamil dengan Hb < 11 gr/dL. Kematian janin pada ibu hamil
2.6.1 Definisi
Defisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan baik di
negara maju maupun negara berkembang. Risikonya meningkat pada kehamilan dan berkaitan
dengan asupan zat besi yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang
cepat.7
sirkulasi dibawah normal (Hb < 11 gr/dL) yang terjadi ketika kehamilan karena defisiensi besi
pada tubuh ibu hamil. Defisiensi besi dapat didefinisikan sebagai berkurangnya cadangan zat
besi tubuh dan keterbatasan suplai zat besi ke berbagai jaringan tubuh.1,9
Centers for Disease Control and Prevention (CDC, 1989) memperkirakan hingga 8 juta
wanita Amerika usia subur mengalami defisiensi besi. Pada gestasi tunggal yang khas, rerata
kebutuhan ibu akan besi meningkat dibanding wanita tidak hamil, mendekati 1000 mg. Dari
jumlah ini, 300 mg untuk janin dan plasenta, 500 mg untuk ekspansi massa Hb ibu, dan 200
Tabel 2.3 Faktor yang mempengaruhi status zat besi pada wanita hamil (Sharma J.B. 2010)5
Gejala yang paling sering terjadi pada anemia defisiensi besi adalah letargi dan lelah,
nyeri kepala, paresthesia, sensasi terbakar pada lidah, dan pica yang muncul pada anemia berat
setelah 20 minggu kehamilan. Gejala lainnya yaitu glossitis, pucat, cheilitis (inflamasi pada
bibir), koilonikia (spoon nail). Pada anemia berat (Hb < 5 gr/dL), gejala disertai perdarahan
retina, konjunctivitis, takipnea, takikardi, gagal jantung, sepsis, dan splenomegali dapat
terjadi.1,5
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi terparah, ditandai dengan
penurunan cadangan besi, konsentrasi serum besi (Fe serum), saturasi transferrin yang rendah,
dan konsentrasi hemoglobin atau hematokrit yang menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat
besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada
saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara
dengan 2 liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan
cadangan besi yang rendah maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi
besi.7
pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Anemia pascapartum jauh
lebih sering disebabkan oleh perdarahan obstetri. Perdarahan masif mengharuskan terapi
segera. Jika seorang ibu hamil dengan anemia derajat sedang (Hb >7 gr/dL) secara
hemodinamik stabil, dapat beraktivitas tanpa gejala menyimpang, dan tidak sepsis, transfusi
darah tidak diindikasikan, tetapi diberi terapi preparat besi selama setidaknya 3 bulan.
Pemberian feri karboksimalat intravena setiap minggu sama efektifnya dengan tablet fero sulfat
Transfusi sel darah merah atau darah lengkap diindikasikan untuk hipovolemia akibat
kehilangan darah atau satu prosedur operasi darurat harus segera dilakukan pada ibu hamil
dengan anemia berat. Untuk mengganti cadangan besi, terapi oral perlu dilanjutkan selama 3
Karakteristik penyakit kronik disertai rasa lesu, penurunan berat badan, dan pucat.
Beragam penyakit seperti gagal ginjal kronik, kanker, kemoterapi, infeksi HIV, dan peradangan
kronik seperti supurasi penyakit radang usus (inflammatory bowel disease), artritis rematoid,
menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang berat. Biasanya degan eritrosit yang sedikit
hipokromik mikrositer. Anemia kronik biasanya meningkat seiring dengan ekspansi volume
plasma yang melebihi ekspansi massa sel darah merah. Konsentrasi besi serum menurun, kadar
asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel megaloblast dalam sumsum tulang
belakang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar. Anemia
ini ditandai dengan kelainan darah dan sumsum tulang akibat gangguan sintesis DNA.2,6
Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena terjadi
gangguan sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat defiensi asam folat dan vitamin B12 dimana
vitamin B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan secara khusus
untuk vitamin B12 penting dalam pembentukan myelin. Akibat gangguan sintesis DNA pada
inti eritoblast ini maka maturasi inti lebih lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel
menjadi lebih besar karena pembelahan sel yang lambat. Sel eritoblast dengan ukuran yang
lebih besar serta susunan kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast. Sel
megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan saat masih dalam sumsum tulang
sehingga terjadi eritropoesis inefektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek yang berujung pada
terjadinya anemia.6
Dahulu penyakit ini disebut pernicious anemia of pregnancy. Penyakit ini biasanya
dijumpai pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran hijau, leguminosa, atau protein
hewani. Seiring dengan memburuknya defisiensi folat dan anemia, anoreksia menjadi semakin
parah, membuat defisiensi gizi bertambah buruk. Pada sebagian kasus, konsumsi etanol
Pada wanita tak hamil, kebutuhan asam folat adalah 50-100 g/dL. Selama hamil,
kebutuhan folat meningkat hingga 5-10 kali lipat karena transfer folat dari ibu ke janin yang
menyebabkan dilepasnya cadangan folat maternal. Peningkatan lebih besar terjadi pada
kehamilan multiple, diet buruk, infeksi, adanya anemia hemolitik, atau pengobatan
antikonvulsi. Kadar estrogen dan progesteron tinggi selama kehamilan dapat menghambat
absorpsi folat. Defisiensi folat sangat umum terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab
utama anemia megaloblastik pada kehamilan. Perubahan morfologis dini biasanya mencakup
neutrofil yang mengalami hipersegmentasi dan eritrosit yang baru terbentuk yang makrositer.2,7
Gejala defisiensi asam folat sama dengan anemia secara umum ditambah kulit yang
kasar dan glositis. Pada pemeriksaan apusan darah tampak prekursor eritrosit secara morfologis
lebih besar (makrositer) dan perbandingan inti-sitoplasma yang abnormal dan normokrom.
MCH dan MCHC normal, dengan MCV meningkat. Adanya neutropenia dan trombositopenia
sebagai akibat dari maturasi granulosit dan trombosit yang abnormal. Tanda awal defisiensi
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta, dan
anomali kongenital seperti Neural Tube Defect (NTD). NTD yang terjadi bisa berupa
anensefali, spina bifida (kelainan tulang belakang yang tidak menutup), meningo-ensefalokel
tabung saraf tulang belakang untuk tertutup. Selain itu, defisiensi folat dapat menyebabkan
Penatalaksanaan defisiensi asam folat adalah pemberian folat secara oral sebanyak 1-5
mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya dapat dikoreksi meskipun pasien mengalami
malabsorpsi. Ibu hamil sebaiknya mendapat sedikitnya 400 g folat per hari. Dalam 4-7 hari
setelah permulaan terapi, hitung retikulosit akan meningkat dan leukopenia dan
trombositopenia terkoreksi.2,7
Anemia megaloblastik selama kehamilan akibat kekurangan vitamin B12 sangat jarang
dijumpai. Pada anemia pernisiosa Addison, terjadi kekurangan faktor intrinsik yang
menyebabkan kegagalan penyerapan vitamin B12. Ini adalah penyakit autoimun yang sangat
jarang pada wanita usia subur dan biasanya memiliki awitan setelah usia 40 tahun. Penyebab
defisiensi vitamin B12 adalah penyakit Crohn, reseksi ileum, reseksi lambung, dan
Selama kehamilan, kadar vitamin B12 lebih rendah dibandingkan kadar wanita tak
hamil karena berkurangnya kadar protein pengikat yang mencakup haptokorin dan
transkobalamin. Wanita yang pernah menjalani gastrektomi memerlukan 1000 g vitamin B12
Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat mempunyai gejala yang sama seperti
terjadinya ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada defisiensi vitamin B12 disertai
http://www.researchgate.net/profile/Stavros_Sifakis/publication/12500357_Anemia_i
n_pregnancy/links/02e7e52e380e796a47000000.pdf
2) Cunningham F.G., Kenneth J.L., et al. Anemia in Pregnancy Williams Manual of Obstetrics,
3) RA Pradaana, Gambaran Sosial Ekonomi Dan Kecacingan Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Di
http://jipbs.com/VolumeArticles/FullTextPDF/78_JIPBSV2I208.pdf
medind.nic.in/jav/t10/i4/javt10i4p253.pdf
6) Naibaho SA, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kec. Habinsaran Kabupaten Toba
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30073/4/Chapter%20II.pdf
7) Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
8) Kozuma, Shiro. Approaches to Anemia in Pregnancy, JMAJ 52(4): 214218, 2009. Available
at: https://www.med.or.jp/english/journal/pdf/2009_04/214_218.pdf
http://aua.am/chsr/PDF/MPH/1999/MirzoianLusine.pdf
10) Anonymous. Complication in Pregnancy. Women and Newborn Health Service King Edward
http://www.kemh.health.wa.gov.au/development/manuals/O&G_guidelines/sectionb/2/b2.23.