Anda di halaman 1dari 13

.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak Indonesia tidak mampu lagi mencapai swasembada pangan, berbagai perubahan

kebijakan terus dilakukan pemerintah dalam pengelolaan irigasi. Alasan utama yang muncul

perubahan kebijakan tersebut adalah keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh pemerintah.

Namun jika dikaji lebih dalam, perubahan tersebut juga tidak terlepas perubahan model

kebijakan irigasi pada tingkatan internasional. Dominasi pemerintah dalam pembangunan irigasi

pada masa revolusi hijau dipandang sebagai penyebab utama kegagalan pembangunan irigasi

termasuk di Indonesia. Salah satu dari kegagalan tersebut adalah ekspansi besar-besaran daerah

irigasi tidak diimbangi dengan ketersediaan dana untuk melakukan operasional dan pemeliharaan

jaringan irigasi. Dengan demikian pemindahan tanggung jawab operasional dan pemeliharaan

jaringan irigasi dari pemerintah kepada petani (P3A) dipandang sebagai solusi atas permasalahan

yang dihadapi dalam pembangunan sektor irigasi. Konsep inilah yang sebenarnya diadopsi oleh

pemerintah Indonesia di sektor irigasi atau yang lebih dikenal sebagai Irrigation Management

Transfer (IMT), yang menempatkan P3A sebagai aktor utama dalam operasional dan

pemeliharaan jaringan irigasi.

Salah satu prasyarat yang dibutuhkan untuk menjalankan IMT ini adalah hak guna air

(water use rights). Bank Dunia sendiri mendefinisikan hak-hak irigasi dalam tiga kategori yaitu

management kontrol, fasilitas fisik dan air. Khusus hak atas air (water rights) irigasi adalah

seberapa banyak air yang dapat diberikan kepada petani untuk menjamin kecukupan air bagi

lahan petani anggota P3A lainnya. Pada intinya IMT mendorong adanya transfer otoritas

pengambilan keputusan dalam pengelolaan irigasi kepada P3A.


Beberapa studi terhadap IMT menunjukkan dampak yang positif baik terhadap petani

maupun keberlajutan system irigasi. Hal ini meliputi perbaikan distribusi air yang adil kepada

petani dan meningkatnya partisipasi petani dalam proses pengambilan keputusan. Namun studi

lain juga menunjukkan bahwa IMT berdampak negatif, antara lain rendahnya skala ekonomi

P3A untuk menyediakan layanan sesuai dengan sistem yang ada, petani juga diminta untuk

membayar jasa air lebih mahal tanpa adanya perbaikan dan efisiensi layanan. Dan yang

terpenting sebenarnya adalah bahwa IMT memperkenalkan P3A sebagai sebagai langkah awal

untuk merubah sistem pertanian subsisten menjadi tanaman yang bersifat komersial. Dengan

tanaman komersial dan ketersediaan pasar petani kecil akan mampu membayar iuran kepada

P3A untuk operasional dan pemeliharaan serta perbaikan jaringan irigasi. Dan pada akhirnya

pemerintah dapat menghilangkan subsidi maupun pengeluaran yang terkait dengan

pembangunan irigasi.

Hal lain yang juga perlu dicermati adalah ketidakjelasan status jaringan irigasi di

Indonesia. Jika jaringan irigasi dipandang sebagai barang publik (public goods), seharusnya

petani tidak dibebankan untuk membayar biaya jasa layanan air irigasi. Tetapi jika jaringan

irigasi dipandang sebagai common property goods , maka petani harus membayar jasa layanan

air tersebut. Persoalannya dengan kebijakan irigasi sekarang adalah ada dua penyedia layanan

jaringan irigasi yaitu pemerintah dan P3A dan keduanya berhak untuk menarik jasa layanan air

tersebut kepada petani, yang tentu saja membawa implikasi pada semakin beratnya beban petani.

Dari uraian diatas hal menjadi topik adalah perlunya pengaturan air untuk tanaman

agar dapat maksimal dan efifien dalam pemanfaatannya, dan salah satu hal yang bisa

dilakukan adalah dengan membangun irigasi. Namun apakah arti irigasi tersebut

sebenarnya? serta apakah manfaat dari irigasi tersebut apabila ditinjau secara langsung
maupun tidak langsung? untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita akan mempelajarinya

satu - persatu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah system irigasi di Indonesia ?


2. Apa yang terjadi dengan system irigasi di Indonesia sekarang ini ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana system irigasi di Indonesia dan apa yang terjadi dengan

system tata air di Indonesia sekarang ini.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah dan Konteks Reformasi Irigasi di Indonesia.

Pada tahun 1999, perubahan besar terjadi di sektor sumberdaya air di Indonesia, dengan

munculnya kebijakan untuk melakukan reformasi sektor sumberdaya air di Indonesia yang

didukung oleh Bank Dunia melalui WATSAL. Seperti sudah diungkapkan di atas, ada dua aspek

terkait yaitu manajemen sumberdaya air dan manajemen layanan. Kedua aspek tersebut menjadi

bagian dari reformasi sumberdaya air di Indonesia. Salah satu bagian dari dua aspek tersebut

adalah reformasi di sektor irigasi.

Jika dilihat lebih dalam, reformasi sektor irigasi sudah dilakukan sudah dilakukan sejak

tahun 1987. Dengan alasan keterbatasan dana, pemerintah pada tahun 1987 melakukan reformasi

kebijakan di sektor irigasi yang dikenal dengan Irrigation Operation and Maintenance Policy

(IOMP). Kebijakan tersebut merupakan hasil dari dialog kebijakan (policy dialogue) antara

pemerintah Indonesia dan Bank Dunia serta ADB yang tidak lain adalah prakondisi untuk

memperoleh dana pinjaman baru di sektor irigasi. Reformasi kebijakan sektor irigasi yang

dibiayai oleh Bank Dunia melalui The First Irrigation Subsector Project (ISS I), ISSP II, dan

Java Irrigation and Water Resources Management Project (JIWMP), pada intinya

memperkenalkan kebijakan baru di sektor irigasi yaitu turnover management, irrigation service

fee dan efficient operational dan pemeliharaan . Sebagai bagian dari reformasi pengelolaan

irigasi, petani dalam hal ini P3A diharapkan dapat berperan aktif untuk ikut dalam pengelolaan

irigasi. P3A merupakan sebuah organisasi pengelola irigasi yang dibentuk oleh pemerintah (top-
down approach) sebagai penggganti organisasi pengelola irigasi tradisional seperti Ulu-Ulu,

Raksa Bumi, Tudung Sipulung dan sebagainya.

Dalam perjalanannya IOMP dianggap gagal, salah satu persoalannya adalah masalah

kelemahan manajemen, yang disebabkan fokus pembangunan irigasi lebih berorientasi pada hal-

hal yang bersifat teknis dan fisik bangunan irigasi, sedangkan faktor-faktor sosial dan

institusional yang bersifat spesifik lokal luput dari perhatian. Kondisi tersebut membawa

implikasi pada marginalisasi kemampuan petani dalam mengelola irigasi dan menjadikan P3A

sebagai perpanjangan tangan birokrasi pada waktu itu.

Pada tahun 1999 Presiden mengeluarkan Inpres No.9 tahun 1999 tentang Pembaruan

Kebijakan Pengelolaan Irigasi (PKPI) yang berisi isntruksi kepada Menteri Pekerjaan Umum

untuk (1) melakukan koordinasi mempersiapkan kerangka peraturan dan perundangan dan

langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaharui kebijakan pengelolaan irigasi, (2)

Pembaruan Kebijakan Pengelolaan Irigasi yang dimaksud meliputi (a) pengaturan kembali

fungsi dan tugas lembaga pengelola irigasi, (b) pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air

(P3A), (c) Penyerahan Pengelolaan Irigasi kepada P3A, (d) Pengaturan Pembiayaan Pengelolaan

Irigasi, (e) Keberlanjutan Pengelolaan Sistem Irigasi.

Berdasarkan komponen-komponen tersebut kemudian pemerintah menerbitkan PP No.77

tahun 2001 tentang Irigasi. Terbitnya PP tentang irigasi ini kemudian menjadi polemik ketika

pada tahun 2003 pemerintah (Departemen Kimpraswil) mengumumkan moratorium

pemberlakuan PP ini, dengan alasan pada waktu itu masih ada pembahasan soal RUU

Sumberdaya Air, pemindahan kewenangan pengelolaan irigasi akan membebani petani terutama

petani miskin . Hal ini menimbulkan kekecewaan bagi kelompok pendukung PKPI , dengan

alasan bahwa pengumuman moratorium tersebut tidak dilakukan secara tertulis akan tetapi
hanya perintah lisan yang disampaikan dalam rapat kerja Kimpraswil atau rapat-rapat internal

lainnya dan tidak pernah dalam bentuk bahan tertulis dan menunjukkan bahwa pemerintah ragu-

ragu dalam upaya memberdayakan petani. Dan dengan berlakunya UU No.7 tahun 2004 tentang

Sumberdaya Air, kebijakan irigasi di Indonesia kembali seperti semula, dimana tanggung jawab

pengelolaan dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder berada di tangan

pemerintah, sedangkan jaringan tersier menjadi tanggung jawab petani.

B. Irigasi

Irigasi adalah semua atau segala kegiatan yang mempunyai hubungan dengan usaha untuk

mendapatkan air guna keperluan pertanian. Usaha yang dilakukan tersebut dapat meliputi :

perencanaan, pembuatan, pengelolaan, serta pemeliharaan sarana untuk mengambil air dari

sumber air dan membagi air tersebut secara teratur dan apabila terjadi kelebihan air dengan

membuangnya melalui saluran drainasi.

Secara garis besar, tujuan irigasi dapat digolongkan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :

Tujuan Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi tanah berkaitan dengan

kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai

dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut. Tujuan Tidak

Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan yang meliputi : mengatur suhu dari tanah, mencuci

tanah yang mengandung racun, mengangkut bahan pupuk dengan melalui aliran air yang ada,

menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi suatu daerah dengan cara mengalirkan air dan

mengendapkan lumpur yang terbawa air, dan lain sebagainya.

Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian air, baik secara alamiah ataupun buatan

kepada tanah dengan tujuan untuk memberi kelembapan yang berguna bagi pertumbuhan

tanaman. Secara alamiah air disuplai kepada tanaman melalui air hujan. Seara alamiah lainnya,
adalah melalui genangan air akibat banjir dari sungai, yang akan menggenangi suatu daerah

selama musim hujan, sehingga tanah yang ada dapat siap ditanami pada musim kemarau.secara

buatan : Ketika penggunaan air ini mengikutkan pekerjaan rekayasa teknik dalam skala yang

cukup besar, maka hal tersebut disebut irigasi buatan ( Artificial Irrigation ). Irigasi buatan secara

umum dapat dibagi dalam 2 ( dua ) bagian : Irigasi Pompa ( Lift Irrigation ), dimana air diangkat

dari sumber air yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, baik secara mekanis maupun manual.

Irigasi Aliran ( Flow Irrigation ), dimana air dialirkan ke lahan pertanian secara gravitasi dari

sumber pengambilan air.

Sesuai dengan definisi irigasinya, maka tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya

rekayasa teknis untuk penyediaaan dan pengaturan air dalam menunjang proses produksi

pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan serta mendistribusikan secara teknis dan

sistematis.

Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :

1. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya kurang atau

tidak menentu.

2. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu pada

saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun musim penghujan.

3. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur & zat zat hara

penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut, sehingga tanah menjadi subur.

4. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan pengendapan lumpur

yang dikandung oleh air irigasi.


III. PEMBAHASAN

Keseimbangan air di alam semakin hari semakin bergeser. Hal ini disebabkan karena

sumber air tawar yang tersedia di alam jumlahnya terbatas. Padahal kebutuhan air cenderung

meningkat sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Untuk menjaga

keseimbangan air maka perlu kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber daya air.

Salah satu jenis pemanfaatan sumber air adalah untuk irigasi. Mengingat Indonesia adalah

Negara agraris dengan tanaman dan makanan utama penduduknya adalah beras, maka peran

irigasi sebagai penghasil utama beras menduduki posisi penting. Irigasi memerlukan investasi

yang besar untuk pembangunan sarana dan prasarana, pengoperasian dan pemeliharaan. Oleh

karena itu perlu dilakukan pengelolaan yang baik, benar, dan tepat sehingga pemakaian air untuk

irigasi dapat seoptimal mungkin.

Jumlah air yang diperlukan untuk irigasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor alam, juga

tergantung pada macam tanaman serta masa pertumbuhannya. Untuk itu diperlukan sistem

pengaturan yang baik agar kebutuhan air bagi tanaman sapat terpenuhi dan efisien dalam

pemanfaatan air.

Mengingat air yang tersedia di alam sering tidak sesuai dengan kebutuhan baik lokasi

maupun waktunya, maka diperlukan saluran (saluran irigasi dan saluran drainasi) dan bangunan

pelengkap (misal : bendungan, bendung, pompa air, siphon, gorong-gorong / culvert, talang air

dan sebagainya) untuk membawa air dari sumbernya ke lokasi yang akan dialiri dan sekaligus

untuk mengatur besar kecilnya air yang diambil maupun yang diperlukan.

Irigasi di Indonesia ini mulai dikembangkan semenjak indonesia tidak mampu lagi

mencapai swasembada beras. Awalnya irigasi itu sendiri diangap penting oleh pemerintah
umumnya dan petani sendiri khususnya. Semuanya hanya berpikiran bahwa Indonesia ini adalah

Negara yang kaya, makmur, subur serta segalanya mudah sehingga pemikiran untuk jangka

panjag tentang ketersediaan pangan pun tak lagi dihiraukan. Pikiran awal petani Indonesia dulu

hanyalah keberhasilan panen, dan pemerintah hanya bangga karena saat itu mampu mencapai

swasembada beras tanpa harus repot mengupayakan ketersediaan air dilahan.

Memasuki keadaan seperti sekarang ini, petani mulai mengeluh tentang minimnya

ketersediaan air di lahan sawahnya khususnya petani-petani daerah jawa. Atas keluhan tersebut

berimbas pada kurangnya minat petani untuk menanam padi lagi. Masalah besar pun jelas

terjadi, ketersediaan beras sebagai makanan utama bangsa Indonesia ini pun jadi mulai

dikhawatirkan tidak tersedia. Mencapai swasembada beras pun kini dirasa hanyalah mimpi,

keberhasilan era orde baru dianggap hanyalah masa lalu yang tak mungkin terulang lagi.

Jenis-jenis irigasi di Indonesia adalah :

1. Irigasi permukaan : Mengambil air dari sumber-sumber yang ada, lalu membuat bangunan

penangkapnya, kemudian mengalirkannya melalui saluran primer dan sekunder ke petak-petak

sawah.

2. Irigasi tambak : Mengatur tata air dari sumber irigasi yang sudah ada melalui system drainase

(menahan dan mengairi padi)

3. Irigasi air tanah : Mengambil air tanah kemudian memompa dan mendistribusikannya ke petak-

petak sawah.

4. Irigasi pompa : Diutamakan untuk areal persawahan di dataran tinggi.

Berikut ini fungsi irigasi :

1. Memasok kebutuhan air pada tanaman.

2. Menjamin ketersediaan air di musim kemarau.


3. Menurunkan suhu tanah.

4. Mengurangi kerusakan tanah.

Pemerintah sekarang ini mulai menumbuhkan minat petani untuk kemali berlomba-lomba

menanam padi lagi. Salah satu usaha pemerintah saat ini adalah dengan program Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air Irigasi Kecil (P4-ISDA-IK). Maksud

dan Tujuan dari P4-ISDA-IK adalah menumbuhkan partisipasi masyarakat tani dalam kegiatan

rehabilitasi irigasi kecil sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan prinsip kemandirian agar

terlaksananya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat tani dalam kegiatan rehabilitasi irigasi

kecil dan rehabilitasi terhadap kondisi dan fungsi prasarana irigasi kecil. Program ini merupakan

salah satu bentuk harapan pemerintah kepada petani agar mau menjalankan misi Negara dengan

mau bersama-sama membangun dan memperbaiki system penyediaan air untuk lahan sawah

mereka.

Dalam program ini sifatnya adalah dari petani, untuk petani dan oleh petani yang berarti

bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada petani untuk berusaha membangun dan

mengusahakan agar air bias sampai dan tersedia di lahan mereka. Hal ini mulai diwujudkan

pemerintah karena kesadaran akan pentingnya ketersediaan air itu sangat penting dan memang

harus diutamakan. Tiga sasaran dari program ini adalah ;

1. Penyediaan air baku.

2. Pengamanan pantai.

3. Perbaikan irigasi kecil.

Inti dari program ini adalah pemerintah memberikan bantuan berupa dana dan pengawasan

langsung kepada desa untuk membangun dan mengerjakan sendiri proyek pembangunan dan

perbaikan irigasinya agar air bisa tersedia dengan baik di lahan. pembangunan infrastruktur
pertanian yang dilakukan oleh pemerintah biasanya diserahkan kepada pihak ketiga. Namun,

dalam P4 ISDA IK, para petanilah yang diberi kepercayaan untuk menentukan titik-titik saluran

irigasi yang menjadi sasaran pembangunan dan melaksanakan pembangunan saluran irigasi.

Dengan adanya program ini memang dirasa oleh petani sangat menguntungkan, karena ada

banayk manfaat yang ditimbulkan dengan adanya program ini, diantaranya yaitu :

1. Air tersedia di lahan.

2. Produksi jauh meningkat.

3. Terjalinnya hubungan yang baik antar petani dalam satu kawasan desa.

4. Mengurangi tingkat kemungkinan korupsi oleh pihak pemerintah.

5. Mengurangi dana yang seharusnya dikeluarkan pemerintah.

Kelemahan dari program ini adalah masih memiliki batasan-batasan tertentu yang menjadi syarat

bagi desa yang akan mendapatkan bantuan dana untuk pembuatan dan perbaikan system irigasi

bagi desa mereka. Diantara syarat tersebut tentunya membuat beberapa desa atau daerah yang

sebenarnya sangat membutuhkan bantuan dana tersebut harus terpaksa rela menghilangkan

harapannya akan ketersediaan air di sawahnya. Pemerintah mensyaratakan bagi dresa yag akan

menerima bantuannya adalah : Desa yang memiliki irigasi kecil yang luasnya kurang dari 1.000

hektare. Namun menanggapai masalah tersebut memang pemerintah sudah merevisi aturannya

yaitu menjadi : cakupan kriteria desa yang bisa mengakses program tersebut berkembang.

Payung hukum program percepatan itu ialah Keputusan Menteri PU No 328/2013 tentang

Pelaksanaan P4 ISDA IK. Aturan itu juga diperbarui dengan Keputusan Menteri PU 396/2013,

yang juga menetapkan jumlah desa penerima P4 ISDA IK bertambah, dari 4.000 desa menjadi

5.010 desa. Sejumlah kriteria pun ditetapkan, salah satunya desa yang bersangkutan harus

memiliki irigasi dengan luas di atas 1.000 hektare dan 3.000 hektare pada saluran irigasi
sekunder. Program juga bisa digelar di daerah rawa yang potensial untuk pengembangan

tanaman padi, serta daerah tadah hujan yang ke depannya bisa dijadikan lahan irigasi.

Dengan adanya program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air

Irigasi Kecil (P4-ISDA-IK) ini diharapkan mampu memperbaiki sistem di indonesia ini. System

ini sudah membawa setidaknya sedikit perbaikan terhadap system irigasi di Indonesia ini. Yang

terpenting adalah melalui program ini maka pikiran ataupun paradigma tentang pentingnya air

dan irigasi di lahan itu sangat penting telah meningkat.

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari pembahasan makalah tentang system irigasi di

Indonesia ini adalah :

1. Irigasi memang sangat penting bagi lahan yang kurang ketersediaan airnya.

2. Sistem irigasi di Indonesia ini pernah diabaikan, selama periode sebelum era orde baru.

3. Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air Irigasi Kecil

(P4-ISDA-IK) adalah solusi atas jawaban permasalahan kurangnya minat petani menanam padi

karena ketersediaan air sawah.

4. System irigasi di Indonesia masih sangat minim jika dibandingkan dengan system irigasi di

Negara-negara maju.

5. Pertanian di Indonesia masih kurang mendapatkan perhatian pemerintah.


B. Saran

System irigasi di Indonesia ini memang sudah mulai diusahakan, namun masih sangat
jarang dan minim sekali aplikasinya baik dari pemerintah maupun petani itu sendiri padahal
Indonesia adalah Negara agraris dengan makanan pokok adalah beras. Situasi dan fakta seperti
itulah yang seharusnya menumbuhkan dan menyadarkan betapa pentingnya system irigasi yang
baik di sawah ataupun lahan pertanian. Kemajuan dengan program-program untuk mewujudkan
pertanian yang berkelanjutan dari pemerintahlah yang menjadi harapan terbesar para petani di
negeri yang kaya ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ardi. 2013. Hasil Besar Dari Irgasi Kecil. Koran harian media Indonesia : Jakarta.
Acmadi, M. 2013. Irigasi di Indonesia. Media press : Yogyakarta.
Eko, Rusdianto. 2013. Perlu Sistem Irigasi yang Layak. Majalah GATRA : Bandung.
Kholid, M. 2009. Krisis Air sawah Indonesia. Grafindo Media Utama. Yogyakarta.
Racmad, nur. 2009. Irigasi Dan Tata Guna Lahan. Pt Gramedia : Jakarta.
Teristi, ardi, 2013. Mengatur Air Terus Mengalir. Koran harian media Indonesia : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • L APORANwwwweew
    L APORANwwwweew
    Dokumen4 halaman
    L APORANwwwweew
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Cover Depan
    Cover Depan
    Dokumen1 halaman
    Cover Depan
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Tugas Statistik
    Tugas Statistik
    Dokumen3 halaman
    Tugas Statistik
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • L APORAN
    L APORAN
    Dokumen7 halaman
    L APORAN
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Rincian
    Daftar Rincian
    Dokumen1 halaman
    Daftar Rincian
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • L APORAN
    L APORAN
    Dokumen7 halaman
    L APORAN
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Ok
    BAB 1 Ok
    Dokumen4 halaman
    BAB 1 Ok
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Nama
    Nama
    Dokumen2 halaman
    Nama
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • COver Tekpon
    COver Tekpon
    Dokumen3 halaman
    COver Tekpon
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir LDK
    Daftar Hadir LDK
    Dokumen2 halaman
    Daftar Hadir LDK
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Test Hasil
    Test Hasil
    Dokumen64 halaman
    Test Hasil
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • A. Latar Belakang
    A. Latar Belakang
    Dokumen10 halaman
    A. Latar Belakang
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • 5 Dasar Ilmu Bangsa
    5 Dasar Ilmu Bangsa
    Dokumen8 halaman
    5 Dasar Ilmu Bangsa
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Laporan Peta
    Laporan Peta
    Dokumen1 halaman
    Laporan Peta
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen6 halaman
    Kata Pengantar
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • AMPLOP
    AMPLOP
    Dokumen1 halaman
    AMPLOP
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Lembaran Pemisah
    Lembaran Pemisah
    Dokumen5 halaman
    Lembaran Pemisah
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Posisi Pancasila Sebagai Landasan Hukum Di Indonesia
    Posisi Pancasila Sebagai Landasan Hukum Di Indonesia
    Dokumen8 halaman
    Posisi Pancasila Sebagai Landasan Hukum Di Indonesia
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • AMPLOP
    AMPLOP
    Dokumen2 halaman
    AMPLOP
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen6 halaman
    Kata Pengantar
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Swasembada Panga1
    Swasembada Panga1
    Dokumen9 halaman
    Swasembada Panga1
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Swasembada Panga1
    Swasembada Panga1
    Dokumen9 halaman
    Swasembada Panga1
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • 6
    6
    Dokumen1 halaman
    6
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • AMPLOP
    AMPLOP
    Dokumen2 halaman
    AMPLOP
    darmawan wan dermawan
    Belum ada peringkat
  • Pengairan Irigasi
    Pengairan Irigasi
    Dokumen10 halaman
    Pengairan Irigasi
    ali
    Belum ada peringkat