Rangkuman materi : Shalat Jamak dan Qasar, Hari Tarwiyah, Puasa
Arafah, Idul Adha, dan Hari Tasyrik
Shalat jamak dan qasar merupakan salah satu keringanan yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat islam yang sedang mengalami kesulitan dalam menjalankan ibadah shalat. Shalat jamak merupakan mengumpulkan dua shalat fardu yang dilakukan secara berurutan dalam satu waktu. Shalat qasar merupakan meringkas jumlah rakaat dalam shalat fardu dari yang berjumlah empat rakaat menjadi dua rakaat, sehingga shalat dengan jumlah rakaat yang kurang dari empat tidak diperbolehkan untuk di qasar. Maka ada empat jenis cara dalam menjalankan ibadah shalat fardu ketika terdapat kesulitan dalam menjalankannya yaitu shalat yang di jamak tetapi tidak di qasar, shalat yang di qasar tetapi tidak di jamak, shalat yang di jamak dan di qasar, dan shalat yang tidak di jamak maupun di qasar, salah satu shalat yang di qasar tetapi tidak di jamak yaitu ketika shalat dhuhur dengan shalat asar di Arafah dan shalat magrib dengan shalat isya pada malam hari di muzdalifah. Hari Tarwiyah ialah hari kedelapan bulan Dzulhijah. Hari tersebut pada zaman dahulu para unta-unta diberi minum dan para peziarah biasa minum untuk menghilangkan dahaga sebelum ke Mina. Hal tersebut berbeda pada masa sekarang yaitu para jamaah haji berangkat menuju Mina. Kegiatan yang di laksakan di Mina yaitu dengan melakukan ibadah serta beristirahat sebelum melaksanakan puncak haji yang akan dilaksanakan ketika wuquf di Padang Arafah. Wuquf di Padang Arafah di laksanakan pada tanggal 9 Dzulhijah. Wuquf sendiri berarti berdiam. Kegiatan yang dilakukan dimulai dari waktu dhuhur hingga magrib yaitu terdapat khutbah seperti shalat jumat yang dilaksanakan di tenda masing-masing dengan tema bahasan yang berbeda-beda, shalat duhur dan asar dengan ketentuan dua rakaat iqamah dua rakaat. Waktu-waktu tersebut merupakan waktu yang sangat mustajab untuk berdoa. Proses berdoa tersebut juga memiliki beberapa abab ataupun ketentuan seperti membaca hamdalah dan shalawat, posisi menghadap kiblat, dalam keadaan suci, dan tidak boleh terlaku berlebih-lebihan dalam mendetailkan doa. Maka pada hari tersebut umat muslim yang sedang tidak berada di Padang Arafah melaksanakan puasa arafah. Hari raya idul adha merupakan salah satu hari raya umat islam yang diperingati dengan peristiwa kurban yaitu pada tanggal 10 Dzulhijah. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi shalat idul adha dan kurban. Ada beberapa anjuran yang dilaksanakan sebelum shalat idul adha seperti mandi besar, berpakaian wangi (laki-laki), berpakaian denganbaju yang bersih dan baik, berangkat dengan berjalan kaki dengan jalur yang berbeda antara berangkat dan pulang, berangkat sambil membaca takbir, dan mensegerakan berangkat ke tempat shalat. Peristiwa kurban tersebut sebagai salah satu cara untuk memperingati peristiwa yang terjadi pada Nabi Ibrahim a.s yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya namun karena ketaatannya justru digantikan dengan seekor domba. Maka pada hari tersebut diperingati dengan menyembelih hewan kurban seperti domba, sapi, maupun unta. Hukum dari berkurban ialah sunnah muakad bagi orang yang mampu. Terdapat beberapa istilah yaitu shohibul qurban dan uthiyah. Shohibul qurban merupakan orang yang melaksanakan kurban, selain itu terdapat beberapa anjuran seperti menyaksikan penyembelihan hewan kurbannya, merasakan dari hasil kurba, dan memberi bagian kepada orang lain. Uthiyah merupakan orang yang menyembelih hewan kurban. Hari tasyrik ialah hari ke 11, 12,dan 13 Dzulhijah. Ketiga hari tersebut masih dalam suasana perayaan hari raya idul adha, sehingga diharamkan untuk berpuasa. Kegiatan kurban juga dapat dilaksanakan pada ketiga hari tersebut. Daging hasil sembelih tersebut dapat dibagikan bagi shohibul qurban, fakir miskin, dan dihadiahkan.