Lapsus Dads Teori
Lapsus Dads Teori
1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Nardo
Umur : 47 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Kumudasmoro Rt 1/6,
Bongsari, semarang
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Pendidikan : SMK
Status : Menikah
Suku : Jawa
No. CM : 186815
Tanggal Masuk : 17 September 2017
Tanggal Pulang : 20 September 2017
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan pada tanggal 18 September
2017 jam 14.00 WIB di Bangsal Dahlia 4.
2
keluhan, tidak demam, merasa lemas dan merasa sedikit pusing. Pasien masih
bisa minum sedikit-sedikit. Karena BAB terus menerus pasien akhirnya
datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang.
E. Riwayat Pribadi
Riwayat merokok : diakui sejak SMP, 1 hari habis
2 bungkus rokok, sudah berhenti
sejak 7 tahun yang lalu.
Riwayat sering konsumsi kopi : disangkal
Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
3
Riwayat sering konsumsi makanan berlemak : diakui
Riwayat makan : makan 3 kali/hari dengan porsi
nasi 1/2 piring makan
Riwayat mencuci tangan sebelum makan: jarang, makan seringkali
dengan sendok
Riwayat jarang olah raga : diakui
Sering konsumsi obat anti nyeri : disangkal
4
1 gelas belimbing, konstipasi (-), nyeri ulu hati (-),
nafsu makan menurun (+).
Sistem muskuloskeletal: nyeri sendi (-), nyeri otot (-), kaku otot (-), badan
lemas (+), badan pegal-pegal (-), gemetar (-)
Sistem genitourinaria : sering kencing (-), nyeri saat kencing (-), keluar
darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-), sulit
memulai kencing (-), warna kencing seperti teh (-),
anyang-anyangan (-)
Ekstremitas :
o Atas : luka (-), kesemutan jari-jari tangan (-), bengkak (-), gemetar
(-), berkeringat (-), ujung jari dingin (-)
o Bawah : luka (-), kesemutan di kaki (-), bengkak (-), gemetar (-),
berkeringat (-), ujung jari dingin (-)
Sistem neuropsikiatri : kejang (-), gelisah (-), emosi tidak stabil (-)
Sistem Integumentum: kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), kemerahan (-)
E. Skala nyeri :3
5
G. Status Generalis :
1. Kulit : Kuning (-), pucat (-), sianosis (-), kering (-), turgor
menurun (-), lesi (-)
2. Kepala : Bentuk mesosephal, distribusi rambut merata
3. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), mata cekung
(-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor
(3mm/3mm), reflek cahaya (+/+) normal, eksoftamus
(-/-)
4. Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), benda
asing (-/-), gangguan pendengaran (+/+)
5. Hidung : Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
6. Mulut : Bibir kering (+), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), gusi
berdarah (-)
7. Leher : Simetris, deviasi trakea (-), KGB membesar (-), tiroid
membesar (-), nyeri tekan (-)
8. Thoraks
a. Paru
Dextra Sinistra
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada AP < L AP < L
Retraksi ICS (-) (-)
Hemithorak Simetris Simetris
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Ekspansi dada Tidak ada yang tertinggal Tidak ada yang tertinggal
Taktil fremitus Dextra = sinistra Dextra = sinistra
3. Perkusi
Sonor seluruh lapang paru (+) (+)
4. Auskultasi
Vesikuler Vesikuler
Suara dasar - -
Suara tambahan
Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada AP < L AP < L
Retraksi ICS (-) (-)
Hemithorak Simetris Simetris
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Ekspansi dada Tidak ada yang tertinggal Tidak ada yang tertinggal
Taktil fremitus Dextra = sinistra Dextra = sinistra
3. Perkusi
Sonor seluruh lapang paru (+) (+)
Peranjakan diafragma 5 cm 5 cm
6
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan - -
b. Cor
JVP : normal
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 2 cm medial linea
midclavikula sinistra, pulsus parasternal (-), pulsus
epigastrium (-), sternal lift (-), thrill (+)
Perkusi :
Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra
Batas atas jatung : ICS II linea parasternal sinistra
Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternalis
sinistra
Batas kiri bawah jantung : ICS V 2 cm medial linea
midclavicula sinistra
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi:
Suara jantung murni: SI, SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan: gallop (-), bising (-)
9. Abdomen
Inspeksi : Perut cembung, kulit seperti warna sekitar, sikatrik (+)
di titik mc. burney, simetris (+), spider angioma (-),
venectasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 20 kali/ menit, bruit (-)
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+), pekak
alih (-), pekak hepar (+), lien timpani (+)
Palpasi :
Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskuler (-), massa (-)
Hepar : tidak teraba, nyeri tekan (-)
Limpa : tidak teraba, nyeri tekan (-)
Ginjal : tidak teraba
7
10. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Edema (-/-) (-/-)
Capilary refill <2 <2
Reflek fisiologis +/+ +/+
Motorik 5/5 5/5
Sensorik eksteroseptik Raba dan nyeri Raba dan nyeri (+)
(+)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap (17 September 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Lengkap (WB EDTA)
Lekosit H 13,50 103/ul 3,8-10,6
Eritrosit H 7,38 106 /ul 4,4-5,9
Hemoglobin 17,30 g/dl 13,2-17,3
Hematokrit H 53,7 % 40-52
MCV 81,30 fL 80-100
MCH 26,30 pg 26-34
MCHC 32,2 g/dl 32-36
Trombosit 438 103/ul 150-440
RDW 14,4 % 11,5-14,5
PLCR %
Diff Count
Eosinofil Absolut 0,16 103 /ul 0,045- 0,44
Basofil Absolut 0,12 103 /ul 0-0,2
Netrofil Absolut H 10,25 103 /ul 1,8-8
Limfosit Absolut 1,82 103 /ul 0,9-5,2
Monosit Absolut H 1,15 103/ul 0,16-1
Eosinofil L 1,20 % 2-4
Basofil 0,9 % 0-1
Neutrofil H 75,9 % 50-70
Limfosit L 13,5 % 25-40
Monosit H 8,5 % 2-8
Kimia Klinik (Serum) B
Glukosa Sewaktu 92 Mg/dl < 125
Kalium 3,81 Mmol/ L 3,5-5,0
Natrium 136,8 Mmol/ L 135-145
Clorida 100,1 Mmol/ L 10,0-50,0
8
5. Lemas 24. Monosit absolut 1,15
6. Sedikit pusing (H)
7. Riwayat asma 25. Eosinofil 1,20 (L)
8. Riwayat darah tinggi 26. Neutrofil 75,9 (H)
9. Riwayat maag 27. Limfosit 13,5 (L)
10. Riwayat endoskopi 7 tahun 28. Monosit 8,5(H)
lalu
11. Ayah kandung riwayat darah
tinggi
12. Ibu kandung riwayat asma
13. Riwayat merokok sejak SMP
14. Riwayat sering konsumsi
makanan berlemak
15. Riwayat jarang berolahraga
VII. DAFTAR MASALAH
No. Masalah Aktif
1. Diare akut dehidrasi sedang 1,2,3,4,5,19,20,21,22,23,24,26,28
2. Hipertensi stage II 6,8,11,13,14,15,16,17,18
Voxs choleric 2
Kesadaran somnolen sampai koma 1
9
TD sistolik 90 mmHg 2
Nadi 120 x/ menit 1
Napas kusmaul (> 30 x/ menit) 1
Turgor kulit kurang 1
Facies cholerica 2
Ekstremitas dingin 1
Jari tangan keriput 1
Sianosis 2
Umur > 50 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
b. Rehidrasi menurut Daldiyono
= Skor x 10% BB (Kg) x 1 Liter
15
= 1 x 10% (84) x 1 L
15
= 560 cc
c. Kebutuhan cairan
= Volume cairan infus x factor tetes normal
Lama pemberian x 60
= 560 x 20
2 jam x 60
= 93 tpm
Terapi
- Infus NaCl 93 tpm/ 2 jam (maintenance 20 tpm)
- Loperamid (awal tab 4 mg, selanjutnya 2 mg tab setiap BAB cair,
maksimal 16 mg/24 jam).
- Paracetamol 4x 500 mg tab (jika demam)
- Metronidazol (250-500 mg QID 7-14 hari)
- Kotrimoksazol (2x 480 mg selama 5-7 hari)
Monitoring :
- Keadaan umum
- Tanda vital
- Monitoring tanda-tanda dehidrasi
Edukasi :
- Tirah baring
- Makanan tinggi serat, cukup karbohidrat.
- Makan Pisang, tempe (probiotic)
- Minum obat teratur, minum air putih
10
Faktor Resiko
Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik
Umur
Genetik
Stress
Merokok
Komplikasi :
Kerusakan organ target
a. Jantung:
Hipertrofi ventrikel kiri
Angina atau infark miokardium
Gagal jantung
b. Otak
Stroke atau transient ischemic attack
c. Ginjal
Penyakit ginjal kronis
d. Mata
Retinopati
e. Penyakit arteri perifer
Initial plan
Diagnosis : Profil lipid, X-foto thorax, funduskopi, CT scan kepala,
darah rutin, TTV
Terapi
- Captopril 25 mg/ 8 jam
- Amlodipin 10 mg/ 24 jam
Monitoring :
- Keadaan umum
- Tanda tanda vital
- Efek samping obat (batuk-batuk, bengkak, susah BAB)
Edukasi
- Minum obat teratur
- Istirahat yang cukup
- Mengurangi makanan asin (mengandung garam natrium)
- Mengurangi stress
11
S BAB cair > 10 kali perhari. BAB berwarna coklat kekuningan, konsistensi
cair tetapi masih ada ampasnya, tidak ada lendir maupun darah, tinja tidak
tampak berminyak, sekali BAB 1 gelas belimbing (150-200 cc), berbau
busuk, dan terasa menyemprot saat keluar disertai nyeri melilit pada
perutnya. Mual muntah.
KU : tampak lemas
O
TTV : TD = 162/98 mmHg, N = 87x/mnt, RR = 20x/mnt, S = 36,8oC
Mulut : kering
Abdomen : Bising usus (+) 45x/menit, hipertimpani
Lab :
1. Leukosit 13,5 (H)
2. Eritrosit 7,38 (H)
3. Hematokrit 53,7 (H)
4. Neutrofil absolut 10,25 (H)
5. Monosit absolut 1,15 (H)
6. Eosinofil 1,20 (L)
7. Neutrofil 75,9 (H)
8. Limfosit 13,5 (L)
9. Monosit 8,5(H)
Diare Akut Dehidrasi Sedang
- Infus RL 20 tpm
- Inj ranitidin 2x1
- Puralex 3x1
A - Amlodipin 1x1
P - Zinc 2x1
- Metronidazol 3x1 tab
- Domperidone 3x1
19 September 2017
S Diare sudah berkurang, BAB sehari 2 kali, konsistensi mulai lembek, warna kuning,
sudah tidak mual dan muntah
O KU : tampak baik
TTV : TD = 140/82 mmHg, N = 82x/mnt, RR = 20x/mnt, S = 36,4oC
Bibir : kering
Abdomen: bising usus (+) normal
A Diare Akut Dehidrasi Sedang
- Infus RL 20 tpm
P
- Inj ranitidin 2x1
- Inj cefriaxon 2x1
- Puralex 3x1
12
- Amlodipin 1x1
- Zinc 2x1
- Metronidazol 3x1 tab
- Domperidone 3x1
- Vit b comp 3x1
- Paracetamol 3x1
20 September 2017
S Sudah tidak ada keluhan
KU : tampak baik
O TTV : TD = 157/94 mmHg, N = 89x/mnt, RR = 20x/mnt, S = 36,2oC
Bibir : kering
Abdomen: bising usus (+) normal
A Diare Akut Dehidrasi Sedang
- Puralex 3x1
P
- Amlodipin 1x1
- Omeprazol 2x1
- Vit B complek 3x1
- Metronidazol 3x1 tab
- Domperidone 3x1
13
BAB II
PEMBAHASAN
dimakan
Tekanan Darah
DIARE lemas
naik
dehidrasi
HIPERTENSI
otak 14mata
Tekanan vaskuler
naik
stroke retinopati
III. ANALISIS MASALAH
Dari hasil anamnesis pasien mengalami diare akut disebabkan karena
makanan yang sudah basi. Makanan yang sudah basi merupakan media baik
untuk tumbuhnya mikroorganisme seperti bakteri. Ketika bakteri tersebut masuk
kedalam sistem pencernaan, tubuh akan mencoba mematikanya dengan bantuan
asam lambung. Ketika jumlah baketri dan ketahanan bakteri tinggi, bakteri akan
dapat hidup dan kemudian bersama makanan masuk kedalam usus. Di dalam
usus bakteri akan menginvasi mukosa usus dan mensekresi toksin. Dimana toksin
ini akan menstimulasi cAMP dan cGMP untuk meningkatkan pompa natrium.
Natrium sendiri bersifat menarik cairan sehingga akan terjadi gangguan
transport elektrolit dan absorbsi nutrisi yang berasal dari makanan. Gangguan
transport ini akan meningkatkan tekanan hidrostatik pada lumen usus sehingga
terjadi penarikan air dari plasma ke lumen usus.. Hal ini akan mengakibatkan
volume darah berkurang sehingga kadar hematokrit akan meningkat. Tubuh
berusaha mengeluarkan bakteri tersebut dengan melalui GIT atas dengan mula
dan muntah, kemudian melalui GIT bawah dengan diare yang ditandai dengan
sekresi yang berlebihan ditandai dengan frekuensi BAB yang semakin sering dan
konsistensi yang cenderung encer. Terjaidnya diare ini akan menyebabkan tubuh
kekurangan cairan sehingga terjadinlah dehidrasi.
15
Dari hasil anamnesis yang lain, Pasien berumur 47 tahun memiliki
riwayat hipertensi sejak 3 tahun lalu dan tidak rutin minum obat penurun tensi
(amlodipin). Hal ini bisa mengakibatkan kegagalan mekanisme autoregulasi
dimana autoregulasi merupakan penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap
kebutuhan dan pasokan darah dengan mengadakan perubahan pada resistensi
terhadap aliran darah dengan berbagai tingkatan perubahan kontraksi/dilatasi
pembuluh darah. Bila tekanan darah turun maka akan terjadi vasodilatasi dan jika
tekanan darah naik akan terjadi vasokonstriksi. Kegagalan mekanisme
autoregulasi menyebabkan resistensi peningkatan vaskular secara cepat terjadi
kerusakan endotel, permeabilitas meningkat, deposit platelet dan fibrin, nekrosis
fibrinoid, terjadi iskemik pada organ target terbentuklah infark miokard.
Selain itu pasien juga memiliki kebiasaan makan makanan yang asin,
berlemak dan dahulunya mempunyai kebiasaan merokok. Makanan asin
mengandung natrium yang bersifat menarik cairan ke intravaskuler sehingga
volume intravaskuler meningkat akibatnya tekanan darah bisa naik. Makanan
berlemak dan kandungan nikotin dalam rokok dapat menyebabkan kerusakan
endotel. Timbunan lemak pada dinding pembuluh darah megakibatkan plak
arterosklerosis terjadi penyempitan pembuuh darah dan pasokan oksigen
berkurang akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah sebagai kompensasinya.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Aru W. Sudoyo, dkk (ed). 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V jilid
II. Jakarta: Interna Publishing.
2. Nafrialdi. Bab 6: Antihipertensi, dalam Buku Farmakologi dan Terapi, edisi 5,
editor Sulistia G.G. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2009. p.341-360.
3. William and Price. Bab VI: Krisis hipertensi dalam Buku Patoofisiologi, Edisi
5, Editor Harjianto. Jakarta: EGC. 2002. p.108-110.
4. Roesma J. Bab 175: krisis hipertensi, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
edisi 5, editor Sudoyo A.W dkk. Jakrta: Interna Publishing. 2009. p.1103-
1104.
5. Sjaharudin H, Sally N. Bab XII: Edema Paru Aku dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, edisi 5, editor Sudoyo A.W dkk. Jakarta: Interna Publishing.
2009. p. 1920-1923.
17