Anda di halaman 1dari 27

1.

Anatomi Genitalia Feminina Externa dan Interna


MAKROSKOPIS
INTERNA

Terdiri dari :
OVARIUM
Jumlah sepasang
Terletak di dalam pelvis minor
Berbentuk bulat memenjang, agak pipih (seperti buah almond dengan ukuran
3x1,5x1 cm)
Terdiri dari cortex, dan medulla (berisikan pembuluh darah, limf dan saraf)
Dilekatkan oleh mesovarium pada lig latum (berupa lipatan peritoneum sebelah
lateral kiri dan kanan uterus. Meluas sampai dinding panggul dan dasar panggul,
sehingga seolah-olah menggantung pada tubae)
Difiksasi oleh
o Lig suspensorium ovarii (lig infundibulopelvicum) : lig ini
menggantungkan uterus pada dinding panggul antara sudut tuba.
o Pada yang ke ovarium terdapat lig ovarii propium

1
o Lig teres uteri (lig rotundum) : terdapat d bag atas lateral dari uterus, caudal
dari tuba, kedua lig ini melalui canalis inguinalis ke bag cranial labium
majus. Pada saat kehamilan mengalami hipertrofi dan dapat diraba dengan
pemeriksaan luar.

TUBA UTERINA (SALPINX)


Jumlah sepasang kanan dan kiri
Merupakan saluran muscular, panjang 10cm. Menjulur dari uterus kearah ovarium
dengan ujung distal terbuka ke dalam rongga peritoneum disebut ostium
abdominale
Infundibulum, bangunan yang berbentuk seperti corong
Ampula, bangunan yang membesar
Isthmus, bangunan yang menyempit
Pars uterina tubae ialah bag yang melalui dinding uterus
Ostium uterium ialah muara tuba di dalam uterus

UTERUS
Organ muscular, berbentuk buah jambu (peer) agak pipih
facies vesicalis, di dataran ventral menghadap ke VU
fascies intestinalis, di dataran dorsal menghadap ke usus
margo lateralis kanan dan kiri
dinding uterus dari luar ke dalam terdiri dari perimetrium, myometrium, dan
endometrium.
Uterus di bagi atas :
o Fundus uteri : bagian yang terletak di atas (proximal) osteum tuba uterina.
o Corpus uteri : bagian tengah uterus yang berbentuk bulat melebar. Batas
antara corpus uteri dan cervix uteri dibentuk oleh isthmus uteri, suatu
penyempitan di dalam uteri, terletak antara ostium uteri internum
anatomicum dengan ostium uteri histologicum. Distal dari istmus uteri
terdapat ruangan melebar disebut cervix uteri.
o Cervix uteri : bag yang paling sempit dan menonjol ke dalam rongga
vagina. Pada bagian ujung distal cervix ada bagunan yang menyempit
disebut ostum uteri externum. Rongga di dalam cervix uteri disebut canalis
cervicis.
VAGINA
Bentuk tabung muskular, muali servix sampai genitalia externa.
Panjang antara 8-12 cm.
Bagian distal cervix menonjol ke dalam rongga vagina disebut portio vaginalis
Cervicis uteri. Bagian cervix proximalnya disebut portio supravaginalis
cervicis uteri.
Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang
dapat dibedakan fornix lateralis dextra dan sinistra, fornix anterior dan
posterior.

2
Tunika mukosa membentuk rugae yang transversal pada dinding vebtral dan
dorsal disebut columna rugarum.
Fascia endopelvis memadat menjadi ligamentum fasialis yang berfungsi
menunjang servix dan vagina.
Ligamentum-ligamentum yang ikut memfiksasi uterus diantaranya :
o Lig.Cardinale (Mackenrodts)/lig.cervicalis lateralis : melewati sebelah
lateral servix dan bagian atas vagina ke dinding pelvis.
o Lig.utero-sacrale/lig.recto uterina : melewati bagian belakang servix dan
fornix vagina ke fascia yang melapisi sendi sacro-iliaca. Mulai dari
isthmus ke jaringan pengikat disebelah lateral dari rectum setinggi
vertebrata sacralis III, mengandung otot polos.
o Lig,puboservicale : meluas ke anterior dari lig.cardinale ke pubis
(puboprostatica pada pria).
o Lig.pubovesicale : dari belakang symphisis pubis menuju collum vesica
urinaria.
Fiksasi yang utama pada uterus ke vagina adalah : lig.cardinale & utero-sacrale.
Fungsi : alat bersenggama, jalan lahir waktu partus, saluran keluar uterus yang dapat
mengalirkan darah pada waktu menstruasi dan sekret dari uterus.
Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh suatu selaput yang disebut
hymen. Menurut bentuknya dapat dibedakan :
o Hymen anularis (cincin)
o Hymen semilunaris (bulan sabit)
o Hymen cribriformis (berlubang-lubang sebagai saringan)
o Hymen fimbriatus ( dengan tepi sebagai jari-jari)
o Hymen imperforatus (tidak berlubang)

Setelah diadakan coitus berulang-ulang hanya terdapat sisa-sisanya sebagai tonjolan-


tonjolan yang disebut carunculae hymenales yang hilang setelah melahirkan.

3
A.uterina pergi ke ventrocaudal setinggi isthmus uteri, membeok ke medial berjalan
di pangkal lig.latum, cranial lig.cardinale uteri membentuk cabang a.vaginalis ke
dinding vagina, pangkalnya kearah fundus kemudian bercabang-cabang menjadi :
o r. Ovaricus, melalui lig.ovarii proprium menuju ovarium.
o A.ligamenti teretis uteri, mengikuti lig.teres uteri.
o r.tubarius, mengikuti tuba uterina.
Saraf-saraf otonom system urogenitale wanita :
N.Pudendus, meninggalkan pelvis melalui foramen infrapiriformis, dorsal spina
ischiadica, masuk ke foramen ischiadicum minus sebagai n.clitoridis. Cabang yang
lain : n.hemorrhoidalis inferior untuk sphincter ani externus dan ke kulit pada regio
analis. N.perinealis berakhir sebagai n.labialis untuk labium majus, ia memberi ke
rr.cutanei ke kulit.
Vasa lymphatica dan nodi lymphatici (lymphonodi)
o Bagian proximal mengikuti kembali r.vaginalis a.uternae ke Inn.Iliaci interni.
o Bagian medial mengikuti kembali r.vaginali a.vesicalis inferior ke Inn
sepanjang a.vesicalis inferior ke Inn.Iliaci interni.
o Bagian dari vagina distal, dinding vestibulum vagina, labium minora, labium
majora pergi ke Inn inguinale superficialis.

EXTERNA

Mons pubis (veneris)

4
Merupakan suatu bangunan yang terdiri atas kulit yang di bawahnya terdapat jaringan lemak
menutupi tulang kemaluan /simphisis. Mons veneris ditutupi rambut kemaluan. Fungsi Mons
veneris adalah sebagai pelindung terhadap benturan-benturan dari luar dan dapat menghindari
infeksi dari luar.

Labium majus pudendi

Suatu lipatan kulit, ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain membentuk
comissura posterior labiorum majorum, ventrocranial membentuk comissura anterior
labiorum majorum.
Dapat dibedakan facies lateralis :mempunyai rambut dan banyak pigmen. Facies
medialis, mempunyai gld.sebacea yang besar & tidak mempunyai rambut.
Celah yang dibatasi oleh kedua labia majora disebut rima pudendi.

Labia Minor pudendi

Suatu lipatan kulit. Kedorso caudal membentuk frenulum labiorum minorum.


Keventrocranial membentuk preputium clitoridis menutupi glands clitoridis dari
ventrocranial.
Banyak PD, gld sebacea, jaringan lemak, tidak terdapat folikel rambut.

Clitoris

Clitoris merupakan suatu bangunan yang terdiri dari:


- Glans clitoris : ujung distal corpus clitoridis terdapat corpus cavernosum glandis
- Corpus clitoris : kedua crura yang bersatu
- Crura clitoris

Urethra Feminina

Panjangnya 3-4 cm, predisposisi ISK, berjalan dari leher kandung kemih menuju ostium
urethrae externum yang terletak diantara clitoris dengan vagina.

Perineum

Merupakan area bentuk belah ketupat, terbagi regio urogenitalis dan analis.
Terletak dibawah diaphragma pelvis, dibatasi oleh ramus inferior os pubis dan ramus
inferior os ischii kanan dan kiri dan kedua lig.sacrotuberale.

MIKROSKOPIS
INTERNA
Vagina

5
Vagina merupakan sarung fibromuskular berbatas membran mukosa di permukaannya. Pada
keadaan biasa ia kempis dengan dinding depan dan belakangnya saling sentuh. Dinding vagina
terdiri atas 3 lapisan yaitu :
- lapisan mukosa
- lapisan otot
- lapisan adventisia

Lapisan dinding vagina

Mukosa
Mukosa mempunyai lipatan mendatar, atau ruga dan diliputi epitelberlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk. Sel-selnya dipenuhi glikogen, jadi tampak bervakuol pada hampir semua sajian histologi.
Epitelnya, yang tak dilengkapi kelenjar dilumuri lendir yang berasal dari serviks. Di bawah epitel
terdapat lamina propia yang merupakan jaringan ikat padat dengan banyak serat elastin, leukosit
polimorfonuklir, limfosit dan kadang nodulus limfatikus. Banyak leukosit polimorfinuklir dan
limfosit menyebuk epitel terutama sekitar saat haid. Sel epitel permukaan vagina terkelupas terus
menerus dan dapat dipelajari dengan cara usapan. Pada primata yang lebih rendah daripada
manusia dan pada mamalia lainnya, epitel vaginanya mengalami perubahan siklis sesuai dengan
peristiwa siklis pada alat reproduksi lainnya. Pada manusia epitel sedikit berubah selama siklus.
Namun demikian kajian pada sel-sel vagina yang terlepas, amat berguna pada diagnosis keadaan
atrofi dan evaluasi kemajuan terapi estrogen. Glikogen yang tercurahkan ke dalam vagina
bersama sel epitel yang terkelupas dicerna oleh bakteri penghuni sehingga menghasilkan cairan
asam yang melumuri vagina. Himen berupa lipatan mukosa mendatar, menutup sebagian pintu
vagina ke dalam vestibulum.

Lapisan otot
Lapisan otot vagina terdiri atas berkas-berkas otot polos yang tersusun berjalinan. Lapis dalam
tipis dan umumnya berjalan melingkar. Lapis luar yang tebal berisi serat memanjang yang
berlanjut di atas dengan lapisan otot rahim (miometrium). Pada introitus (pintu vagina) terdapat
sfingter dari otot rangka.

Adventisia
Adventisianya berupa lapis jaringan ikat padat yang berbaur dengan adventisia organ
disekitarnya.

Pembuluh darah, limfosit, dan serat saraf


Pembuluh darah dan limfosit banyak terdapat pada dinding vagina. Vena-vena istimewa
banyaknya, sehingga adventisianya tampak seperti jaringan erektil. Vagina dipersarafi baik oleh
serat saraf bermielin maupun tak bermielin. Yang terkhir ini, membentuk sebuah pleksus
berganglion di dalam adventisia dan mempersarafi lapis otot dan dinding pembuluh darahnya.
Serat saraf bermielin berakhir sebagai ujung sensoris khusus di dalam mukosa.

EXTERNA

6
Alat kelamin luar secara umum disebut vulva, meliputi klitoris, labium mayus dan minus serta
kelenjar tertentu yang bercurah ke dalam vestibulum.

Klitoris
Klitoris itu padan penis tetapi tidak sama benar. Ia terdiri atas dua bahan erektil yang berakhir di
dalam kepala klitoris atau glans klitoridis yang kecil. Di luarnya diliputi epitel berlapis gepeng
tipis yang dilengkapi dengan ujung saraf sensorik khusus.

Labium minus
Berupa lipatan mukosa yang membentuk dinding lateral vestibulum. Epitelnya berupa epitel
berlapis gepeng dan bagian tengahnya terdiri atas jaringan ikat yang berlimpah pembuluh darah.
Terdapat papila tinggi menjorok jauh ke dalam epitel. Kelenjar sebasea terdapat pada kedua
permukaannya dan tidak berlengkapan folikel rambut.

Labium mayus
Berwujud lipatan kulit yang menutupi labium minus. Permukaan dalamnya halus tidak
berambut. Permukaan luarnya diliputi epidermis dengan lapisan tanduk dan mempunyai banyak
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Bagian tengah setiap bibir mengandung cukup
banyak jaringan lemak dan sedikit serat otot polos.

Vestibulum
Tempat bermuaranya vagina dan ureter, dilapisi epitel berlapis gepeng khusus yang banyak
mengandung banyak kelenjar kecil yaitu kelenjar vestibulum minor, yang terutama terletak
disekitar muara ureter dan di dekat klitoris. Mereka bersesuaian dengan kelenjar Littre. Kelenjar
vestibuler mayor (kelenjar Bartholin), beranalog dengan kelenjar bulbourenil pada pria dan
terletak di dalam dinding lateral vestibulum. Mereka berwujud kelenjar tubuloalveolar yang
menggetahkan lendir. Saluran keluarnya bermuara di dekat pangkal himer.
(Textbook Histology. Saunders, 2004)

2. Fisiologi Keputihan (Leukorea)


3. Leukorea

3.1 Definisi Leukorea


Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada
cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Dalam kondisi normal,
kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri,
sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolini. Selain itu sekret vagina juga
disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Leukorea atau
keputihan berasal dari:
Vulva

7
Sekret dalam vulva dihasilkan oleh kelenjar- kelenjar bartholini dan skene. Sekret ini bertambah
pada perangsangan, misalnya sewaktu koitus. Jika kelenjar- kelenjar tersebut meradang, oleh
karena infeksi maka sekret berubah jadi flour.
Vagina
Vagina tidak mempunyai kelenjar dan dibasahi oleh cairan transudat dan lendir dari servik. PH
dalam vagina disebabkan oleh kegiatan hasil diderlein yang mengubah glukogen (epitel vagina)
menjadi acidum lacticium.
Servik uteri
Sekret servik yang normal bersifat jernih, liat dan alkalis. Sekret ini dipengaruhi hormon-
hormonovarium baik kuantitas atau kualitasnya. Sekret bertambah pada infeksi (cervicitis) yang
dipermudah kejadiannya oleh robekan servik dan tumor servik.
Korpus uteri
Korpus uteri hanya menghasilkan sekret pada fase post ovulator. Sekret bertambah
padaendometritis akut, jika ada sisa plasenta polip mioma submucosa dan carcinoma.
Tuba
Tuba jarang mengeluarkan flour albus, kadang-kadang terjadi pada hydrosalpinx profluens.

Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk
membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal,
sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering
pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH
3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus,
Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam
memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli
Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita ginekologik, adanya
gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya. Dapat dibedakan antara leukorea yang
fisiologik dan yang patologik. Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa
mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang sedang pada leukorea
patologik terdapat banyak leukosit.
(Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit lain pada
alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta)
(Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta)

3.2 Etiologi Leukorea

8
A. Keputihan Fisiologis
1. Pada bayi baru lahir sampai kira-kira 10 hari. Disini sebabnya ialah pengaruh estrogen di
plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
2. Waktu sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen, leukore disini hilang
sendiri.
3. Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
4. Waktu disekitar ovulasi dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih
encer.

B. Keputihan Patologis
1. Bakteri :
Gardanerella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae
1.1 Gardnerella vaginalis
- pada keadaan normal ditemukan pada saluran pernafasan
- terdapat 30% flora normal vagina wanita normal
- bersifat gram (-)
-penularan dari hubungan sexual

1.2 Chlamidia Trachomatis


- adalah salah 1 dari 4 spesies chlamydia yang merupakan bakteri khusus yang hidup sebagai
parasit intrasel
- infeksi bakteri menular sexual yang ditemukan diseluruh dunia
- bersifat dimorfik
- memiliki afinitas pada epitel uretra, serviks, konjungtiva mata
- dapat menginfeksi faring, rektum orang yang melakukan hubungan sex oral atau anal respetif
- pada bayi terinfeksi waktu dilahirkan mengalami konjungtivitis dan pneumonia

1.3 Neisseria Gonorhoae


- gram (-)
- diplococus
- memiliki kapsul
- teroksidasi positif
- tidak mampu bergerak
- tumbuh pada media diperkaya

2. Jamur :
Candida Albicans
- adalah spesies kandida yang secara normal ada pada mulut, tenggorokan, usus, kulit
- spesies penyebab lebih dari 80% kasus infeksi kandida pada genitalia
- pertumbuhan berlebihan; penyebab tersering vaginitis, vulvovaginitis
- tidak ditularkan secara sexual

9
- bersifat dimorfik

3. Protozoa:
Trichomonas vaginalis
- organisme oval berflagela berukuran setara dengan sebuah leukosit
- organisme terdorong oleh gerakan-gerakan acak berkedut dari sel flagelnya
- faktor predisposisi : haid, kehamilan, pemakaian kontrasepsi oral, tindakan sering mencuci
vagina
- penularan : ibu ke bayi karena pengaruh hormon ibu padd\a epitel vagina bayi , penularan
melalui hubungan sexual

4. Virus :
virus herpes dan human pappiloma virus
4.1 Herpes Simplex (HSV)
- terdapat 2 tipe: tipe 1,tipe 2
- susunan genom tersebut dapat dibedakan melalui analisis pembatasan enzim dari DNA virus
- cara penularan:
Hsv-1: kontakdgnliurygterinfeksi
Hsv-2 : sexual atauinfeksi genitalia maternal kepadabayibarulahir

4.2 Human papiloma virus


- anggota grup papova virus
- menyebabkan kondiloma akuminata
- ditularkan secara sexual
- penyebab kanker kongenital termasuk karsinoma serviks
- menggambarkan konsep bahwa strain virus alamiah dapat berbeda dalam potensi onkogenik

3.3 Klasifikasi Leukorea


1. Leukorea fisiologis
Umumnya berwarna jernih atau putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara yang
disebabkan oleh proses oksidasi, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam dan tidak berbau.

10
Berupa cairan, terkadang mucus, banyak epitel, jarang ditemukan leukosit. Keputihan yang
fisiologik dapat ditemukan pada:
1.Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dari
plsenta terhadap uterus dan vagina janin.
2.Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh dari estrogen; keputihan disini dapat
menghilang dengan sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua.
3.Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudat dari dinding vagina.
4.Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
5.Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan
penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
6.Saat kehamilan
7.Perubahan Mood (perasaan hati)
8.Stress
9.Pemakaian kontrasepsi hormonal
10.Pembilasan vagina secara rutin
Leukorea fisiologis adalah cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah dengan sifatyang
bermacam-macam baik warna, bau, maupun jumlahnya. Pada keadaan normal, cairan yang
keluar dari vagina wanita dewasa sebelum menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi
dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas
dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama
Lactobasilus doderlein.
Bakteri ini dapat mempertahankan ekosistem vagina dengan 3 cara:
a. Menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena basil doderlein mempunyai
kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas menjadi asam laktat, sehingga
vagina tetap dalam keadaan asam dengan pH 3,0 4,5 pada wanita dalam masa reproduksi.
Suasana asam inilah yang mencegah tumbuhnya mikroorganisme patologis.
b. Memproduksi Hidrogen Peroksida yang toksis terhadap mikroflora anaerob
c. Memiliki mikrovili yang menempel pada reseptor di sel-sel epitel vagina, sehingga
menghalangi penempelan patogen.
Apabila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang disebabkan oleh beberapa
faktor maka terjadi penurunan fungsi basil doderlein dengan berkurangnya jumlah glikogen
karena fungsi proteksi basil doderlein berkurang maka terjadi aktivitas dari mikroorganisme
patologis yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina. Progresivitas mikroorganisme

11
patologis secara klinis akan memberikan suatu reaksi inflamasi di daerah vagina. Sistem imun
tubuh akan bekerja membantu fungsi dari basil doderlein sehingga terjadi pengeluaran lekosit
PMN maka terjadilah leukorea.
Sekret vagina secara normal mengandung: sel epitel vagina, terutama yang paling luar
(superfisial) yang terkelupas dan dilepaskan ke dalam rongga vagina; beberapa sel darah putih
(leukosit). Bakteri-bakteri yang normal terdapat dalam vagina antara lain basil doderlein yang
berbentuk batang-batang gram positif dan merupakan flora vagina yangterbanyak, beberapa jenis
kokus seperti Streptococcus, Staphylococcus, dan Eschericia coli.
Pada pemeriksaan sekret vagina pada pasien normal, dapat juga ditemukan batang gram positif,
yaitu Lactobacillus acidophillus.
leukorea normal bisa merupakan kombinasi hasil sekresi dari vulva, vagina, tubafallopi, uterus,
dan serviks. Jumlah, konsistensi, dan warna dari leukorea berubah-ubah sesuaidengan perubahan
hormon di dalam tubuh kita menurut siklus haid. Tabel di bawah inimenjelaskan leukorea normal

2. Leukorea Patologis
Leukorea pada menopause tidak semua patologis. Pada saat menopause sel sel padaserviks
uteri dan vagina mengalami hambatan dalam pematangan sel akibat tidak adanyahormon
pemacu, yaitu estrogen.
Vagina menjadi kering dan lapisan sel menjadi tipis, kadar glikogen menurun dan basil doderlein
berkurang. Keadaan ini memudahkan terjadinyainfeksi karena tipisnya lapisan sel epitel
sehingga mudah menimbulkan luka dan akibatnyatimbul leukorea.
Pada masa reproduksi wanita, umumnya epitel kolumnar endoserviks lebih keluar kearah porsio
sehingga tampak bagian merah mengelilingi ostium uteri internum. Bila daerahmerah ini
terkelupas akan memudahkan terjadinya infeksi penyerta dari flora normal divagina sehingga
timbul leukorea. Menurut Hamperl dan Kaufman (1959) penyebab erosi initidak diketahui,
kemungkinan terjadi akibat kenaikan estrogen.banyak ditemukan leukosit, warnanya agak
kekuning kuningan sampai hijau, lebih kental, biasanya disebabkan oleh karena adanya infeksi.

12
3.4 Epidemiologi Leukorea
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang mengalami
flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif,
tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Seringkali fluor albus
merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang
kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah
Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis
meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore
dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis
dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari
satu penyebab

3.5 Patofisiologi Leukorea


Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu
yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi,
khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang
banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina,
sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus
menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil
metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap
bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus
(Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5
dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C.
albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi
dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi
adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen
yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan
seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti
peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan
progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel
vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik
pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan
gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis
vaginalis

13
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan
peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi
dari Trichomonas vaginalis
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen
atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami
proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah
lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial,
diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan
oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan
Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat.
Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan
menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada
flour albus pada vaginosis bacterial.(2)
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia,
menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang
jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina,
disinfektan yang kuat
Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta
Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis pada
akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.
5. Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and Gynaecology A
Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford University Press : Oxford

3.6 Manifestasi Klinis Leukorea


Pada keputihan normal gejala dan tandanya sebagian besar berkaitan dengan siklus menstruasi.
Biasanya berupa cairan lengket berwarna kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina.
Cairan ini dapat encer ataupun kental dan biasanya pada keputihan yang normal tidak disetai
gatal serta akan menghilang dengan sendirinya.
Sedangkan pada keputihan abnormal gejala dan tandanya biasanya bisa bervariasi dalam warna,
berbau dan disertai keluhan seperti gatal, nyeri atau rasa terbakar disekitar vagina. Infeksi ini
dapat menjalar dan menimbulkan peradangan pada saluran kencing.
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan suatu
tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar
perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina yang bertambah banyak

14
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-kuningan
dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis.
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa
terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius
Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus.
Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau daya tahan tubuhnya lemah.
Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina
yang terinfeksi atau alat kelamin luar

3.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding Leukorea


Diagnosis penyebab leukorea dapat dicari dengan memperoleh :
1. ANAMNESIS
a. Onset: untuk mengetahui sejak kapan gejala seperti ini dialami dan apakah ini merupakan
gejala berulang atau pertama kalinya
b.Warna dan konsistensi: hal ini sangat penting ditanyakan sebab warna secret dan konsistensi
dapat menjadi petunjuk patogen penyebab timbulnya gejala. Namun untuk memastikannya harus
dilakukan pemeriksaan secret vagina
c.Gejala lain: keputihan patologis biasanya selain ditandai bau amis, ada juga sejumlah gejala
lain yang menyertai seperti rasa gatal pada daerah trigonum genitalia. Gejala lain yang perlu
ditanyakan adalah ada tidaknya rasa panas pada saat miksi dan nyeri abdomen. Hal ini untuk
memastikan apakah penyebaran penyakit telah mencapai organ urinarius atau visceral. Selain itu
juga perlu ditanyakan apakah pada secret vaagina terdapat nanah ataupun darah
d.Siklus haid: pada umumnya secret vagina mengalami peningkatan pada saat ovulasi dan akhir
masa menstruasi sehingga penting ditanyakan pasien apakah saat ini dia sedang haid atau tidak,
dan apakah siklus haidnya teratur
e.Aktivitas seksual: pertanyaan yang menyangkut hal ini cukup sensitive namun harus
ditanyakan karena banyak penyakit kelamin menular seksual melalui aktivitas seksual yang tidak
sehat

15
f.Perilaku menjaga kebersihan organ genitalia: sangat penting menanyakan perilaku higienitas
pasien sebab salah sati faktor yang dapat memicu meningkatnya penyakit kelamin adalah
ketidaktepatan saat membersihkan organ genitalia
g.Riwayat penyakit sebelumnya dan penggunaan obat antibiotic
h. Metode kontrasepsi yang dipakai. Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapatmeningkatkan
sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian
IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi padaserviks yang meragsang sekresi kelenjar
serviks menjadi meningkat
i. Perilaku : Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan teman-temannyakemungkinan
tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya leukorea cukup besar. Contoh kebiasaan
yang kurang baik adalah tukar menukar peralatan mandi atauhanduk.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan secara umum : untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyakit kronis, gagal
ginjal, infeksi saluran kemih dan infeksi lain.
Pemeriksaan khusus :
A. Pemeriksaan genitalia : inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
B. Pemeriksaan spekulum : untuk melihat vagina dan serviks
Pada pemeriksaan speculum harus diperhatikan sifat cairannya seperti kekentalan, warn, bau
serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan neoplasma (kelompok khusus). Pemeriksaan
dalam dilakukan setelah pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan pelvis bimanual : untuk menilai cairan dinding vagina
Pada infeksi karena gonokokkus, kelainan yang dapat ditemui adalah orifisium uretraeksternum
merah, edema dan sekret yang mukopurulen, labio mayora dapat bengkak, merah,dan nyeri
tekan. Kadang-kadang kelenjar Bartolini ikut meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau
duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum terlihat serviks merah dengan erosidan sekret
mukopurulen.Pada trikomonas vaginalis dinding vagina tampak merah dan sembab.
Kadangterbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai granulasi
berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance. Bila sekret banyak dikeluarkandapat
menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia eksterna.
Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang berwarnahiperemis,
sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada
pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur darah yang keluar dari
ostium uteri internum.Pada kandidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan
vagina, padadinding vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih, yang jika
diangkatmeninggalkan bekas yang agak berdarah.Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak
berwarna merah dengan permukaanyang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi
granuler, berbenjol-benjol danulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu tampak

16
sekret yang kental berwarnacoklat dan berbau busuk. Pada kanker serviks lanjut, serviks menjadi
nekrosis, berbenjol- benjol, ulseratif dan permukaannya bergranuler, memberikan gambaran
seperti bunga kol.Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang mengiritasi
seperti IUD,tampon vagina, pesarium, kondom yang tertinggal dan sebagainya

3.PEMERIKSAANLABORATORIUM
Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH 10% untuk kandidias,
pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore. Pemeriksaan tambahan dilakukan bila ada
kecurigaan keganasan. Kultur dilakukan pada keadaan klinis ke arah gonore tetapi hasil
pemeriksaan gram negatif. Pemeriksaan serologis dilakukan bila kecurigaan ke arah klamidia.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a. Penentuan pH
Penentuan pH dengan indikator pH (3,0 4,5)
b. Penilaian sediaan basah
Penilaian diambil untuk pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10%, dan pemeriksaan sediaan
basah dengan garam fisiologis. Trikomonasvaginalis akan terlihat jelas dengan garam fisiologis
sebagai parasit berbentuk lonjongdengan flagelanya dan gerakannya yang cepat. Sedangkan
Candida albicans dapatdilihat jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) atau hifa
semu.
Vaginitis non-spesifik yang disebabkan Gardnerella vaginalis pada sediaan dapat ditemukan
beberapa kelompok basil, lekosit yang tidak seberapa banyak, dan banyak sel-sel epitel yang
sebagian besar permukaannya berbintik-bintik. Sel-sel ini disebut clear cell yang merupakan ciri
khas infeksi Gardnerella vaginalis.
Pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis terlihat pergerakan trichomonas
berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell
dapat (+) pada Trichomoniasis
Pada Candidiasis, pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram
ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang kadang hifa asli bersepta
c. Pewarnaan gram
Neisseria gonorrhea memberikan gambaran adanya gonokokkus (diplokokus gram negative)
intra dan ekstraseluler. Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran
kecil gram negatif yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil,
tanpa ditemukan laktobasil.
d. Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi seringkali kuman tidak
tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran

17
e. Pemeriksaan serologis.
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi herpes genitalis dan human papiloma virus
(HPV) dengan pemeriksaan ELISA.
Chlamydiasis juga menggunakan pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA.
Dengan pengecatan Giemsa akan ditemukan badan elementer dan badan retikulat
f. Tes Pap Smear. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan padaserviks
3.8 Tatalaksana Leukorea
Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan
kecemasannya.
Patologi : Tergantung penyebabnya
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1. Candida albicans
Topikal
- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
- Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 14 hari
Sistemik
- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
2. Chlamidia trachomatis
- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari

18
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
3. Gardnerella vaginalis
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Metronidazole 2 gram dosis tunggal
- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
4. Neisseria gonorhoeae
- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
- Amoksisiklin 3 gr im
- Ampisiillin 3,5 gram im atau
Ditambah :
- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Tiamfenikol 3,5 gram oral
- Kanamisin 2 gram im
- Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
- Seftriaxon 250 mg im atau
- Spektinomisin 2 mg im atau
- Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
5. Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas

19
- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
Kondiloma Akuminata
Dapat diobati dengan menggunakan suntikan interferon suatu pengatur kekebalan. Dapat
diberikan obat topical podofilin 25% atau podofilotoksin 0.5% ditempat dimana kutil berada.
Bila kondiloma berukuran besar dilakukan kauterisasi
6. Trichominas vagonalis
Pilihan utama : metronidazole 3x250 mg/hari, per oral selama 7 hari.
Jangan diberikan pada wanita hamil, terutama trimester I
Pilihan lain : Klotrimazol 100 mg/hari intravagina selama 7 hari.
Dapat diberikan pada wanita hamil.
Partner seksual atau sumber kontak dilakukan pemeriksaan rutin traktus genitourinarius dan
pengobatan dengan metronidazole 2 gr peroral dosis tunggal
7. Penyebab lain :
-Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.
-Vaginitis alergika. Pengobatan pada kasus ini adalah dengan menghindari alergen penyebabnya,
misalnya terhadap tissue, sabun, tampon, pembalutwanita. Pada kasus yang dicurigai vaginitis
alergika tetapi tidak diketahui penyebabnya dapat diberikan antihistamin.
-Vaginitis psikosomatis. Untuk mengobati pasien ini perlu pendekatan psikologis bahwa ia
sebenarnya tidak menderita kelainan yang berarti dan haltersebut timbul akibat konflik
emosional. Pendekatan yang memandang pasien sebagai manusia seutuhnya yang tidak terlepas
dari lingkungannyaharus dipikirkan

3.9 Komplikasi Leukorea


1.Pada kasus yang tidak diobati, infeksi vagina sederhana dapat menyebar ke traktus reproduksi
bagian atas dan menyebabkan penyakit lain yang lebih serius, dan dalam waktu yang lama dapat
terjadi infertilitas
2 Seperti halnya apabila benda asing bertahan di dalam tubuh dapat terjadi toxic shock
syndrome
3.Polip servikalis umumnya tidak membahayakan walaupun dapat menyebabkan infertilitas pada
waktu berkembang sangat besar

20
4.Adanya komplikasi yang spesifik berhubungan dengan leukorea pada kehamilan seperti
kelahiran prematur, ruptur membrane yang prematur, berat badan bayi lahir rendah, dan
endometritis paska kelahiran. peradangan vagina dapat menyebabkan komplikasi kehamilan
seperti pecahnya plasenta terlalu dini, infeksi di kantung ketuban, yang dapat menjurus pada
kelahiran prematur.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan dan Kandungan Dan Keluarga Berencana untuk
pendidikan Bidan, EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif dll. Kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 1. Media aesculapius: Jakarta
Sastrawinata, Sulaiman, dll. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. EGC : Jakarta

3.10 Prognosis Leukorea


Prognosis flour albus baik akan memberikan respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari,
dan infeksinya dapat disembuhkan walaupun dapat timbul kembali pada 20-30% wanita
walaupun tidak menunjukkan gejala. Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3
kasus. Dengan pengobatan yang tepat dapat memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).
Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif

3.11 Pencegahan Leukorea


Keputihan dapat dicegah dengan :
a. Selalu cuci daerah kewanitaan dengan air bersih setelah buang air, jangan hanya
menyekanya dengan tisu.
b. Jaga daerah kewanitaan tetap kering.
c. Hindari bertukar celana dalam dengan teman atau saudara.
d. Potonglah secara berkala bulu disekitar kemaluan
e. Menggunakan alat pelindung (kondom)
Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan tertularnya penyakit karena hubungan seksual.
Kondom dinilai cukup efektif dalam mencegah penularan PHS
f. Pemakaian obat atau cara profilaksis (pemakaian obat antibiotika disertai dengan pengobatan
terhadap jasad renik penyebab penyakit), dan melakukan pemeriksaan dini
g. Melakukan pemeriksaan dengan alat tertentu untuk mendapatkan gambaran alat kelamin
yangg lebih baik, seperti melakukkan pemeriksaan kolposkopi yang berupa alat optik untuk
memperbesar gambaran leher rahim, liang senggama dan bibir kemaluan. Dan merencanakan
pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan. Beberapa cara dapat dilakukan, yaitu

21
sebagai penawar saja, obat pemusnah atau pemungkas, dan melakukan penghancuran lokal pada
kutil leher rahim, liang senggama, bibir kemaluan, atau melakukan pembedahan.
Obat-obat penawar misalnya betadine vaginal kit, intima, dettol, yang sekadar membersihkan
cairan keputihan dari liang senggama, taoi tidak membunuh kuman penyebabnya
Melakukan penyinaran dengan radioaktif atau penyuntikan sitostatiska, sedangkan obat
pemusnah misalnya vaksinasi, tetrasiklin, penisilin, thiamfenikol, doksisiklin, eritromisin,
flukoonazole, metronidazoole, enystatin dan sebagainya.
Pemakain obatmengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat pada
pasienmenopause dengan gejala yang berat
h. Pemeriksaan dini. Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan pemeriksaan
pap smear secara berkala. Dengan pemeriksaan pap smear dapat diamatiadanya perubahan sel-sel
normal menjadi kanker yang terjadi secara berangsur-angsur, bukan secara mendadak

PAP Smear

Pemeriksaan Pap Smear untuk pertama kali harus dilakukan segera setelah wanita tersebut mulai
melakukan hubungan seksual dan harus diulangi setelah 1 tahun, karena sel-sel abnormal dapat
terluput dari sekali pemeriksaan. Jika tidak didapati kelainan pada salah satu hasil pemeriksaan
Pap Smear, pemeriksaan dapat dilakukan secara teratur dengan interval 2 tahun sekurang-
kurangnya sampai wanita hamil.

Pengertian Pap Smear

Pap Test (Pap Smear) adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio dan endoservik uteri untuk
penentuan adanya perubahan pra ganas maupun ganas di porsio atau servik uteri (Tim
PKTP,RSUD Dr. Soetomo/ FK UNAIR, 2000). Sedangkan menurut Hariyono Winarto dalam
seminarnya pada tanggal 05-10-2008 tentang Pap Smear Sebagai Upaya Menghindari Kanker

22
Leher Rahim Bagi Wanita Usia Reproduksi, pengertian Pap Test (Pap Smear) adalah suatu
pemeriksaan dengan cara mengusap leher rahim ( scrapping ) untuk mendapatkan sel-sel leher
rahim kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat ditahui terjadinya perubahan atau tidak.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pap Smear adalah pemeriksaan usapan pada
leher rahim untuk mengetahui adanya perubahan sel-sel yang abnormal yang diperiksa dibawah
mikroskop.

Tujuan Pap Smear

Menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang


menjadi kanker termasuk infeksi HPV . (Ramli, dkk: 2000).
Untuk mendeteksi adanya pra-kanker, ini sangat penting
ditemukan sebelum seseorang menderita kanker.
(Hariyono.W, 2008). Mendeteksi kelainan kelainan yang
terjadi pada sel-sel leher rahim.
Mendeteksi adanya kelainan praganas atau keganasan
servik uteri (Tim PKTP, RSUD Dr. Soetomo / FK UNAIR,
2000).

Syarat Pengambilan Pap Smear

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan Pap Smear adalah sebagai
berikut :
a. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum
menstruasi berikutnya.
b. Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan
penyakit yang pernah diderita
c. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan
pemeriksaan.
d. Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24
jam sebelumnya.
e. Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum
pemeriksaan.
f. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena
ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel. (Republika. C,
2007).

Klasifikasi Pap Smear

Negative: tidak ditemukan sel ganas.


Klasifikasi menurut Papanicolau adalah sebagai berikut :
Kelas I : Hanya ditemukan sel-sel normal.
Kelas II : Ditemukan beberapa sel atipik, akan tetapi tidak ada bukti keganasan.
Kelas III : Gambaran sitologi mengesankan ,tetapi tidak konklusif keganasan.

23
Kelas IV : Gambaran sitologi yang mencurigakan keganasan.
Kelas V : Gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan. (Tim PKTP RSUD Dr. Soetomo/FK
UNAIR, 2000).

Interpretasi hasil pap test menurut Papanicolaou:


1) Kelas I : Identik dengan normal smear pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
2) Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, kadang disertai:
(a) Kuman atau virus tertentu.
(b) Sel dengan kariotik ringan.
Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya
Bila ada erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.

3) Kelas III : Ditemukannya sel diaknostik sedang dengan keradangan berat. Periksa ulang 1
bulan sesudah pengobatan

4) Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas dalam hal demikian dapat
ditempuh 3 jalan, yaitu:
(a) Dilakukan biopsi.
(b) Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih dalam diambil 3 sediaan
(c) Rujuk untuk biopsi konfirmasi.

5) Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan seperti pada
hasil kelas IV untuk konfirmasi. (Tim PKTP RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR, 2000).

Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan pap test yaitu :


1) Formulir konsultasi sitologi.
2) Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush.
3) Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan tanda/label.
4) Spekulum cocor bebek (gravels) kering.
5) Tabung berisikan larutan fiksasi alcohol 95 %. (Arif Mansjoer, 2000).

Cara pengambilan sediaan :

24
1) Sebelum memulai prosedur, pastikan bahwa label wadah specimen diisi, pastikan bahwa
preparat diberi label yang menulis tanggal dan nama serta nomor identitas wanita.
2) Gunakan sarung tangan.
3) Insersi spekulum dengan ukuran tepat, visualisasi serviks, fiksasi speculum untuk memperoleh
pajanan yang diperoleh. Pastikan secara cermat membuang setiap materi yang menghalangi
visualisasi serviks/ mengganggu studi sitologi.
4) Salah satu dari 4 metode pengumpulan spesimen berikut untuk apusan pap dapat digunakan :
(a) Tempatkan bagian panjang ujung spatula kayu yang ujungnya sedikit runcing/ pengerik
plastic mengenai dan masuk ke dalam mulut eksterna serviks dan tekan. Ambil specimen
kanalis servikalis dengan memutar spatula satu lingkaran penuh
(b) Ujung kapas aplikator berujung kapas dilembabkan dengan normal saline, insersi aplikator
tersebut ke dalam saluran serviks 2 cm dan putar 3600.
(c) Insersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran serviks dan putar 90-1800.
(d) Gunakan kombinasi metode untuk metode memasukkan spatula.

5) Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label. Apabila sel-sel dikumpulkan pada
spatula kayu, tempatkan satu sisi diatas dekat label diatas setengah bagian atas preparat dan usap
1 kali sampai ke ujung preparat. Kemudian balikkan spatula dan tempatkan sisi datar lain dekat
label pada setengah bagian bawah preparat dan usap satu kali sampai ujung preparat.

6) Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/ masukkan bahan tersebut didalam tabung
berisi larutan fiksasi.(Helen Varney, 2007).

7) Bila fasilitas pewarnaan jauh dari tempat praktek sederhana, dapat dimasukkan dalam
amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah. Dengan pengambilan
sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan baik serta pengamatan mikroskopik yang
cermat, merupakan langkah yang memadai dalam menegakkan diagnosis. (Ramli,dkk, 2000).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Pap Smear


Faktor faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan Pap Smear yaitu perubahan sel sel
abnormal pada mulut rahim yang akhirnya dapat terjadi kanker serviks antara lain :

Konseling pra pap smear yang tepat:


1) Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi
berikutnya.
2) Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan
penyakit yang pernah diderita
3) Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan
pemeriksaan.
4) Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24 jam
sebelumnya.
5) Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum
pemeriksaan.
6) Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada
beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel. (Republika. C, 2007).

25
Cara pengambilan kesediaan

Pengambilan kesediaan yang tak adekuat (62 %), bisa terjadi kegagalan skrining (15 %),
interpretasi (23 %), dan angka positif palsu (3-15 %). Untuk ketepatan diagnostik perlu
diperhatikan komponen dosenviks dan ektoserviks yang diambil dengan gabungan cytobrush dan
spatula.

4. Pandangan Islam tentang Keputihan


Keputihan ini umum dialami oleh wanita. Dalam kitab shahih Bukhari disebutkan, suatu ketika
ada beberapa sahabat perempuan datang bertanya kepada Aisyah radhiallahu anha tentang
batasan berakhirnya haidh. Beliau menjawab :


Jangan kalian tergesa-gesa (menetapkan akhir haidh) hingga kalian melihat cairan putih
Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya fathul bari menjelaskan bahwa cairan putih sebagaimana
di sebut hadits di atas menjadi salah satu tanda akhir masa haidh.
Selain jenis keputihan di atas, ada pula keputihan yang terjadi dalam keadaan tidak normal, yang
umumnya dipicu kuman penyakit dan menyebabkan infeksi. Akibatnya, timbul gejala-gejala
yang sangat mengganggu, seperti berubahnya warna cairan menjadi kekuningan hingga
kehijauan, jumlah berlebih, kental, lengket, berbau tidak sedap, terasa sangat gatal atau panas.
Dalam khazanah Islam, keputihan jenis ini biasa disebut dengan cairan putih kekuningan (sufrah
)atau cairan putih kekeruhan (kudrah ). Terkait dengan kedua hal ini, di kitab shahih
Bukhari disebutkan bahwa Sahabat bernama Ummu Athiyyah radhiallahu anha berkata:


Kami tidak menganggap al-kudrah (cairan keruh) dan as-sufrah (cairan kekuningan) sama
dengan haidh
Berdasarkan kedua hadis tersebut dapat disimpulkan :
1. Hukum orang yang mengalami keputihan tidak sama dengan hukum orang yang mengalami
menstruasi. Orang yang sedang keputihan tetap mempunyai kewajiban melaksanakan shalat dan
puasa, serta tidak wajib mandi.
2. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis, sama dengan hukumnya air kencing. Oleh
karenanya, apabila ingin melaksanakan shalat, sebelum mengambil wudhu, harus istinjak
(cebok), dan membersihkan badan atau pakaian yang terkena cairan keputihan terlebih dahulu.
Sedangkan apabila cairan keputihan keluar terus-menerus, maka orang yang mengalaminya
dihukumi dharurah/terpaksa, artinya orang tersebut tetap wajib melaksanakan shalat walaupun
salah satu syarat sahnya shalat tidak terpenuhi, yakni sucinya badan dan pakaian dari najis.
Menurut ulama Syafiiyah, ketentuan tersebut bisa dilaksanakan dengan syarat diawali dengan
proses membersihkan, istinjak, wudhu dan kemudian shalat dilakukan secara simultan setelah
waktu shalat masuk.(mui.or.id)
Para ulama mengatakan bahwakeputihan itu pada hakikatnya adalah darah penyakit. Di dalam
bab darah wanita, keputihan termasuk ke dalam kelompok darah istihadhah.

26
Darahistihadhah adalah satu jenis darah dari tiga jenis darah wanita. Darah yang lain adalah
darah haidh dan darah nifas.
Berbeda dengan haidh dan nifas, darah istihadhahtidak mewajibkan mandi janabah, tetapi hanya
mewajibkan wudhu'. Namun di sisi lain, darah istihadhah itu sendiri adalah benda najis, sehingga
selain wajib berwudhu' juga wajib untuk dibersihkan sebagaimana layaknya air kencing.
Kalau darah keputihan itu ke luar dan membasahi pakaian, berarti pakaian itu menjadi najis.
Tidak sah hukumnya bila dipakai untuk shalat. Perlu diganti dengan pakaian lain yang suci.
Untuk menghindari gonta ganti pakaian, biasanya para wanita menggunakan pembalut wanita.
Sehingga begitu akan shalat, cukup diganti atau dibuka pembalutnya saja.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta

Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis


vaginalis pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.

http://karyatulisilmiahkeperawatan.blogspot.com/2008/11/mengenal-keputihan-
leukorrhea.html

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_074_kulit_%28i%29.pdf

http://www.scribd.com/doc/53663121/LEUKOREA

Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and


Gynaecology A Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford
University Press : Oxford

Mansjoer, Arif dll. Kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 1. Media aesculapius:
Jakarta

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan dan Kandungan Dan Keluarga
Berencana untuk pendidikan Bidan, EGC: Jakarta

Sastrawinata, Sulaiman, dll. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi.


EGC : Jakarta

Sofwan, Achmad. Sistem Reproduksi. 2011. FK YARSI: Jakarta

Textbook Histology. Saunders, 2004

Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa


penyakit lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi kedua ,
Cetakan Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai