Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN EMBRIO PADA BULU BABI (SEA URCHIN), KATAK, IKAN, DAN

MANUSIA

Pratiwi Kartika Sari


(160342606267)

Mahasiswa, Offering I/2016, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Malang.

PENDAHULUAN
Setelah suatu sel telur (ovum) mengalami fertilisasi oleh sperma, zigot akan terbentuk
dan dengan potensi genetik barunya akan memulai perkembangan menjadi organisme
multiseluler, sehingga pada tahap selanjutnya adalah fase-fase perkembangan embrio.
Perkembangan embrio dimulai dai fase pembelahan yang meliputi morula dan blastula,
gastrula, neurula, dan didikuti dengan organogenesis.
Setelah fertilisasi maka tahap berikutnya adalah tahap pembelahan sel telur, yaitu
serangkaian pembelahan mitosis dimana volume sitoplasma telur yang besar terbagi
menjadi sel-sel yang lebih kecil dan berinti. Sel-sel pada tahap pembelahan ini disebut
blastomer. Selama pembelahan ini volume sitoplasma tidak akan bertambah, sebaliknya
volume sitoplasma akan dibagi menjadi sel-sel yang semakin kecil. Pembagian sitoplasma
ini dilakukan dengan menghapuskan periode pertumbuhan antara pembelahan sel (yaitu
fase G1 dan G2 pada siklus sel). Sementara itu pembelahan inti terjadi secara cepat.
Konsekuensi dari pembelahan yang cepat ini adalah bahwa rasio sitoplasma terhadap
volume inti semakin kecil seiring pembelahan berlangsung. Tahap pembelahan (cleavage)
ini sudah meliputi tahap morula dan blastula. Tahap mid-blastula dapat terlihat ketika tingkat
pembelahan menurun, blastomere menjadi motil, dan gen inti mulai ditranskripsi. Blastula
ditandai dengan terbntuknya suatu rongga, yang disebut dengan blastosol. Dengan
demikian, tahap pembelahan ini dimulai segera setelah fertilisasi dan berakhir segera
setelah tahap ketika embrio mencapai keseimbangan baru antara nukleus dan sitoplasma.
(Gilbert, 2003).
Pada tahun 1923, ahli embrio E.B. Wilson mengungkapkan pola-pola pembelahan
embrio yang ditentukan oleh dua parameter utama yaitu jumlah dan distribusi protein kuning
telur di dalam sitoplasma, serta faktor sitoplasma telur yang mempengaruhi sudut poros
mitosis dan waktu pembentukannya. (Gilbert, 2003)
Gambar a. Menunjukkan pola-pola pembelahan embrio (Sumber: Gilbert, 2003)

Gastrulasi adalah proses pergerakan sel dan jaringan yang sangat terkoordinasi
dimana sel blastula ditata ulang secara dramatis. Selama gastrulasi sel-sel memilki posisi
yang baru dan sel tetangga yang baru, serta penentuan jumlah lapisan tubuh dibentuk. Sel-
sel yang akan membentuk organ endodermal dan mesodermal dibawa kedalam embrio,
sementara sel-sel yang akan membetuk kulit dan sistem saraf akan tersebar dipermukaan
luar. Sehingga terbentuk tiga lapisan germ, yaitu ektoderm diluar, endoderm di dalam, dan
mesoderm yang dibentuk pertama kali ketika gastrulasi. Gerakan gastrulasi melibatkan
beberapa kombinasi jenis gerakan antara lain: (Gilbert, 2003)
Gambar b. Menunjukkan kombinasi jenis gerakan tahap gastrula. (Sumber: Gilbert, 2003)

Neurulasi merupakan proses pembentukan bumbung neural dari embrio yang diawali
dengan terbentuknya hubungan antara dorsal blastophore lips dan ventral blastophore lips,
sehingga membentuk suatu keping neural. Setelah itu terbentuklah lipatan neural yang
nantinya akan berkembang dan membentuk suatu bumbungneural (Nurhayati, 2004). Proses
dimana jaringan ini membentuk tabung saraf, rudimen dari sistem saraf pusat, disebut
neurulasi, dan embrio yang mengalami perubahan tersebut disebut neurula. Tabung saraf
akan membentuk otak anterior dan sumsum tulang belakang (Gilbert, 2003).
Sedangkan organogenesis adalah proses dimana terjadi perubahan bentuk dari
embrio yang berbentuk primitif menjadi berbentuk deskriptif sehingga embrio memiliki bentuk
dan rupa yang spesifik dalam suatu spesies. Dengan berakhirnya organogenesis maka ciri-
ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya embryo disebut
fetus (Nurhayati, 2004). Organogenesis merupakan gabungan2 periode yaitu pertumbuhan
antara dan pertumbuhan akhir. Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi
transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embrio dari bentuk primitif sehingga
menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embrio akan memiliki bentuk yang khusus bagi
suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, bentuk definitif mengalami penyelesaian
secara halus sehingga memiliki bentuk khusus sesuai dengan spesiesnya. Pada periode ini
embrio mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan
psikis), serta roman atau wajah yang khusus bagi setiap individu (Yatim, 1994).
TUJUAN
Mengetahui proses perkembangan embrio pada beberapa organisme seperti bulu
babi (sea urchin), katak, ikan, dan manusia.

METODE
Praktikum ini dilakukan tiga kali yaitu yang masing-masing pada hari kamis tanggal 5,
12, dan 19 Oktober 2017. Yang bertempat di laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, FMIPA,
Universitas Negeri Malang. Praktikum ini dilakukan dengan metode pengamatan secara
langsung dengan model yang telah sisiapkan, pengamatan dengan mikroskop pada
preparat, serta pembedahan pada bahan basah berupa ikan gatul.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah seperangkat alat bedah, cawan
petri, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, model perkembangan embrio (Sea Urchin,
Katak, Ikan, dan Manusia), kaca benda, dan kaca penutup. Bahan yang digunakan adalah
ikan gatul betina, preparat embrio katak (fase morula, blastula, early gastrula, later gastrula,
early neurula, dan later neurula).
Untuk pengamatan langsung terhadap model perkembangan embrio maka
disediakan model perkembangan embrio pada bulu babi (sea urchin), ikan, katak, dan
manusia. Pada pengamatan preparat maka dilakukan pengamatan dibawah mikroskop
cahaya dengan perbesaran 100x. dan untuk pengamatan pada telur ikan gatul maka
dilakukan pembedahan pada ikan gatul betina dan diambil telurnya lalu diamati dibawah
mikroskop stereo atau juga bisa dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x.
KESIMPULAN
Tahap-tahap perkembangan embrio pada organisme hewan meliputi fase
pembelahan (Morula dan Blastula), gastrula, neurula, dan organogenesis. Fase pembelahan
(cleavage) merupakan fase dimana sel zigot akan melakukan pembelahan mitosis yang
akan membagi sitoplasma dan inti menjadi sel-sel yang berukuran lebih kecil. Pembelahan
pada bulu babi terjadi secara radial holoblastik unequal begitu pula dengan amphibi (katak).
Namun pada bulu babi memiliki tipe distribusi yolk isoletical (sedikit dan tersebar) sedangkan
pada katak tipe distribusi yolk mesolesital (sedang dan terkonsentrasi pada kutub vegetal).
Sehingga proses pemebelahannya pun berbeda. Pada embrio telur ikan, pembelahan terjadi
secara diskodal meroblastik unequal, dengan distribusi yolk telolesital (banyak dan berada
pada kutub vegetal). Lalu pada manusia pembelahan embrio terjadi secara holoblastik,
namun ada perbedaan pada tahap pembelahan kedua yang disebut dengan pembelahan
rotasi. Setelah fase pembelahan (morula dan blastula yang ditandai dengan terbentuknya
rongga blastosol), maka selanjutnya adalah fase gastrula yaitu tahap dimana sel-sel akan
seling bermigrasi membentuk organ endodermal serta lapisan germ yaitu ektoderm,
mesoderm, dan endoderm, yang nantinya akan menentukan lapisan pada embrio.
Selanjutnya akan diikuti fase neurulasi yaitu tahap dimana terbentuknya bumbung neural
(tabung saraf) yang akan terbentuk pada embrio. Dan yang terakhir adalah fase
organogenesis dimana terjadi perubahan bentuk embrio menjadi lebih spesifik menjadi
sebuah spesies (fetus), sehingga telah terbetuk organ-organ yang membentuk tubuh bagian
dalam dan bagian luar secara sempurna.
DAFTAR RUJUKAN

Balinsky. (1976). An Introduction to Embryology. Fourth Edition. W.B. Saunders Company.


Philadelphia.
Ettensohn, C.A., Suhan, J.P., Fuhrman, M.H. 1992. Developmental Expression of
Echinonectin, an Endogenous Lectin of the Sea Urchin Embryo. (Online)
http://onlinelibrary.wiley.com/doi. Diakses pada 28 Oktober 2017.
Farichah dan Listyorini, D. 2009. The Development of Gatul Fish (Poecilia sp.) Embryo from
a Spring in State University of Malang Area. um@malang.ac.id.
Gilbert, Scott F. 2003. Developmental Biology Sevent Edition. Sunderland, MA: Sinauer
Associates Inc.
Kane, D.A., dan Kimmel, C.B. 1993. The zebrafish midblastula transition. Development. 199
(2): 447-456.
Nieuwkoop, P. D. (1973). The organization center of the amphibian embryo: its origin,
spatial organization and morphogenetic action. Adv. Morphogen. 10, 1-39.
Nurhayati. 2004. Diktat Perkembangan Hewan Prodi Biologi FMIPA ITS. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh November
Trinkaus, J.P., Trinkaus, M., Fink, R.D. 1992. On the convergent cell movements of
gastrulation in Fundulus. General Developmental Biology. (Online).
http://onlinelibrary.wiley.com/doi. diakses pada 28 Oktober 2017
Yatim, Wildan. 1994.Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito

Anda mungkin juga menyukai