Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme. Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula atau glukosa dengan beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara enzimatis. Metode hidrolisis secara enzimatis lebih sering digunakan karena lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan katalis asam. Glukosa yang diperoleh selanjutnya dilakukan proses fermentasi atau peragian dengan menambahkan yeast atau ragi sehingga diperoleh bioetanol (Retno dan Wasir, 2011). Penggunaan bahan baku pembuatan bioetanol dari bahan berpati atau berglukosa tentunya mempunyai kendala. Misalnya penggunaan molase dan bahan berpati sebagai bahan baku pembuatan etanol akan berkopetisi dengan bahan baku pembuatan MSG (monosodiumglutamate) dan berkompetisi dengan kebutuhan sumber pangan di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu ditemukan sumber bahan baku lain yang mengandung polisakarida (Adriani, 2014). Nasi adalah beras (serelia) yang telah direbus atau ditanak. Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras beras yang digunakan adalah berwarna putih. Dilihat dari kandungan karbohidrat yang cukup banyak yakni 40,6 %, maka pati yang tekandung dalam nasi dapat diubah menjadi alkohol melalui proses biologi dan kimia (Sukandi, dkk., 2013). Pada penelitian Sukandi, dkk. (2013) yang berjudul Sintesis Alkohol dari Limbah Rumah Makan melalui Proses Hidrolisis dan Fermentasi, mereka menghidrolisis nasi terlebih dahulu selama 60 menit untuk mengubah pati menjadi glukosa, sedangan menurut praktikan dirasa tidak cukup jika hanya menggunakan satu berat glukosa tanpa memvariasikannya. Kemudian Sukandi, dkk. tidak memvariasikan penggunaan nutrisi sehingga tidak diketahui bagaimana pengaaruh nutrisi terhadap bioetanol yang dihasilkan. Pada penelitian Moukamnerd, dkk. (2013) yang berjudul Feasibility Study of Ethanol Production from Food Wastes by Consolidated Continuous Solid-State Fermentation, mereka menggunakan limbah rumah makan berupa sisa roti, kentang goreng dan nasi sebagai variasi percobaan. Kemudian mereka mengaalisis pengaruh NaCl yang tersisa pada limbah sisa makanan tersebut terhaap laju pertumbuhan mikroba. Namun mereka tidak melakukan penambahan nutrisi pada sampel sehingga pertumbuhan mikroba pada sampel terbatas. Pada penelitian Shittu, dkk. (2016) yang berjudul Bioethanol Production from Rice Winery Cake Using Lactic Acid Bacteria and Yeasts by the Process of Simultaneous Saccharification and Fermentation, mereka menggunakan Aspergillus sp untuk memfermentasi rice wine (sake) untuk menghasilkan bioetanol. Kelemahannya, meeka langsung menggunakan rice wine untuk diambil bioetanolnya tanpa melakukan fermentasi dari awal nasi dan tidak ada variasi penggunaan nutrisi sehingga tidak diketahui apa pengaruh perbedaan nutrisi terhadap bioetanol yang dihasilkan. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui pengaruh jumlah nutrisi terhadap jumlah alkohol yang dihasilkan pada fermentasi alkohol.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang timbul dalam percobaan ini adalah: 1. Bagaimana cara melakukan fermentasi alkohol. 2. Bagaimana pengaruh jenis ragi dan nutrisi terhadap fermentasi.
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan fermentasi alkohol adalah: 1. Mengetahui dasar-dasar fermentasi. 2. Mengetahui pengaruh jenis ragi dan nutrisi terhadap fermentasi.
1.4 Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah: 1. Mengetahui cara melakukan fermentasi alkohol. 2. Mampu memahami dasar-dasar fermentasi. 3. Mengetahui pengaruh jenis ragi dan nutrisi terhadap fermentasi.
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Praktikum fermentasi alkohol ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Teknik, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dengan kondisi ruangan: Tekanan udara : 760 mmHg Suhu : 30C Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel Nasi (Oryza sativa) kalium klorida (KCl), ammonium sulfat ((NH4)2SO4), ragi fermipan, glukosa dan aquadest sebagai bahan. Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer, labu leher tiga, pendingin leibig, gelas ukur, rotary shaker, elbow dan termometer.