Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Pendidikan Vokasi 125

PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN
HASIL BELAJAR SISWA
Yunin Nurun Nafiah
Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan PPs UNY
mafaza_2909@yahoo.co.id
Wardan Suyanto
Universitas Negeri Yogyakarta
wardansuyanto@uny.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelas X Teknik Komputer Jaringan (TKJ) dalam pembelajaran
Perbaikan dan Setting Ulang PC melalui penerapan model Problem-Based Learning (PBL).
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas X kompetensi
keahlian TKJ. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dengan instrumen checklist dan tes
unjuk kerja. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan sebagai
berikut: (a) penerapan model PBL dalam pembelajaran materi perbaikan dan setting ulang PC
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran yaitu sebesar 24,2%, (b)
Keterampilan berpikir kritis siswa setelah penerapan PBL yaitu siswa dengan kategori keterampilan
berpikir kritis sangat tinggi sebanyak 20 siswa (69%), kategori tinggi sebanyak 7 siswa (24,2%),
kategori rendah sebanyak 2 siswa (6,9%) dan kategori sangat rendah yaitu sebanyak 0 siswa (0%),
(c) penerapan PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 31,03%, dan (d) Hasil belajar
siswa setelah penerapan PBL yakni jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 29 siswa (100%).
Kata kunci: problem-based learning, keterampilan berpikir kritis, hasil belajar

THE APPLICATION OF THE PROBLEM-BASED LEARNING


MODEL TO IMPROVE THE STUDENTS CRITICAL THINKING
SKILLS AND LEARNING OUTCOMES
Abstract
This study aims to improve the critical thinking skills and learning outcomes of Grade X students
of Network Computer Engineering (NCE) of vocational high schools (VHSs) in the learning of PC
repair and re-setting through the application of the Problem-Based Learning (PBL) model. This was
a classroom action research. The study involve Grade X students of the NCE expertise competency
as the research subjects. The data were collected through observation with a checklist instrument
and a performance test. They were descriptively analyzed. The results of the study show that: (a)
the application of the PBL model is capable of improving the students critical thinking skills in the
learning of PC repair and re-setting at 24.2%,(b) the students critical thinking skills in the learning
of PC repair and re-setting after the application of the PBL model is categories of critical thinking
skills is very high as 20 students (69%), high categories as 7 students (24.2%), low categories as
2 student (6.9%) and very low categories as 0 student (0%), (c) the application of PBL model is
capable of improving the the students learning outcomes in the learning of PC repair and re-setting
at 31.03%, and (d) the students learning outcomes after the application of the PBL model namely
the number of students who reach the KKM as much as 29 students (100%).
Keywords: problem-based learning, critical thinking skills, learning outcomes

Penerapan Model Problem-Based Learning


126 Jurnal Pendidikan Vokasi

PENDAHULUAN Hasil penelitian dari Kay (2008), menga-


Perjanjian ASEAN Free Trade Area nalisis perkembangan yang akan terjadi di abad
(AFTA) yang telah berjalan hingga saat ini 21 dan mengidentifikasi 5 kondisi atau konteks
merupakan bagian dari adanya era globalisasi baru dalam kehidupan, yang masing-masing
yang memberi dampak terhadap persaingan memerlukan kompetensi tertentu. Kondisi
yang ketat. Persaingan tersebut tidak hanya tersebut antara lain: (1) kondisi kompetisi
dalam perdagangan dan industri tetapi juga global (perlu adanya kesadaran global dan ke-
persaingan sumber daya manusia. Dampak mandirian), (2) kondisi kerjasama global (per-
diberlakukannya AFTA memungkinkan arus lu kesadaran global, kemampuan bekerjasama,
tenaga kerja dari negara-negara ASEAN tan- penguasaan Information Communication and
pa hambatan birokrasi yang berarti, sehingga Technology (ICT), (3) pertumbuhan infor-
orang yang tidak mempunyai kompetensi pada masi (perlu melek teknologi, critiacal thinking
bidang tertentu tidak mungkin dapat bersaing & pemecahan masalah), (4) perkembangan
dalam memperoleh lapangan pekerjaan. Oleh kerja dan karier (perlu critical thinking & pem-
sebab itu peningkatan kemampuan dan kompe- ecahan masalah, innovasi & penyempurnaan,
tensi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dan, fleksibel & adaptable), (5) perkembangan
menjadi hal yang tidak dapat ditawar lagi. ekonomi berbasis pelayanan jasa, knowledge
economy (perlu melek informasi, critical think-
Diberlakukannya AFTA dan globalisasi
ing dan pemecahan masalah). Selanjutnya Kay
seperti yang dikemukakan diatas, menjadi tan-
menyatakan bahwa, dalam lima tahun kedepan
tangan yang besar bagi lulusan SMK. Dengan
terdapat keterampilan yang amat penting, yaitu
adanya persaingan tersebut SMK dituntut un-
berpikir kritis (78%), (IT 77%), kesehatan dan
tuk selalu meningkatkan kualitas lulusan se-
kebugaran (76%), inovasi (74%), dan tang-
hingga para lulusan mampu bersaing di dunia
gung jawab keuangan pribadi (72%).
kerja. Untuk menghasilkan kualitas lulusan
SMK yang kompeten, salah satunya dipenga- SMK Islam Terpadu Smart Informatika
ruhi oleh keberhasilan dalam proses pembe- Surakarta (SMKITSI) merupakan SMK den-
lajaran. Karakteristik pembelajaran di SMK gan kompetensi keahlian Teknik Komputer
berbeda dengan pembelajaran di SMA. Pada dan Jaringan (TKJ) yang saat ini masih me-
proses pembelajaran di SMK menitikberatkan miliki kesulitan dalam pembelajaran praktik
pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, perbaikan dan setting ulang PC. Permasalahan
sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh yang disampaikan oleh industri sebagai mitra
dunia industri. Dalam pembelajaran di SMK prakerind yaitu siswa masih kurang kreatif
kegiatan belajar mengajar memiliki porsi dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberi-
yang lebih banyak dilakukan di laboratorium/ kan. Pihak industri menyampaikan, ketika
bengkel sebagai bentuk pembelajaran praktek. siswa diberikan pekerjaan untuk memperbaiki
Kegiatan tersebut bertujuan agar siswa dapat PC siswa memiliki kesulitan dalam mengiden-
menguasai masing-masing kompetensi. Salah tifikasi kerusakan PC yang dihadapi, sehingga
satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada ketika menentukan perbaikan yang harus di-
satuan pendidikan Sekolah Menengah Keju- lakukan menjadi ragu-ragu.
ruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) Permasalahan yang disampaikan d iatas
yaitu menunjukkan kemampuan berpikir logis, menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan
kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberi-
keputusan (Lampiran Permendiknas No.23 Ta- kan. Artinya, dalam melaksanakan pekerjaan
hun 2006). Kompetensi-kompetensi tersebut tersebut siswa belum terampil dalam melaku-
diperlukan pada saat siswa memasuki dunia kan tahapan-tahapan yang harus dilakukan
usaha/dunia industri yang ditetapkan dalam dalam perbaikan PC. Proses perbaikan PC
kompetensi kunci dan harus dimiliki oleh se- melibatkan keterampilan menganalisis dan
tiap tenaga kerja. Oleh karena itu, perlu diper- juga membuat keputusan tepat berdasarkan ha-
hatikan dalam pembelajaran. sil analisa. Keterampilan-keterampilan terse-

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 1, Februari 2014


Jurnal Pendidikan Vokasi 127

but termasuk kategori berpikir kritis. Berpikir tunya dipengaruhi oleh penguasaan siswa pada
kritis merupakan prosesmerumuskan alasan materi langkah-langkah perbaikan PC. Siswa
yang tertib secara aktif dan terampil darime- mengungkapkan bahwa materi perbaikan PC
nyusun konsep,mengaplikasikan, menga- adalah materi yang sulit dan kompleks. Evalu-
nalisis,mengintegrasikan (sintesis), atau asi yang dilakukan oleh guru bahwa metode
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan pembelajaran dengan demonstrasi belum cu-
melaluiproses pengamatan, pengalaman, re- kup efektif. Selama ini, dalam proses pembela-
fleksi, pemberian alasan (reasoning) atau ko- jaran kasus kerusakan PC yang diberikan ma-
munikasi sebagai dasar dalam menentukan tin- sih sederhana, padahal jika suatu PC memiliki
dakan. Berpikir kritis sangat penting dimiliki kerusakan yang kompleks gejala yang muncul
oleh siswa, karena memungkinkan siswa untuk pada saat diagnosa seringkali berbeda. Sehing-
dapat menyelesaikan masalah sosial, keilmuan ga siswa masih kesulitan jika dihadapkan pada
dan permasalahan praktis secara efektif. Pada permasalahan yang nyata. Melalui penggu-
era seperti sekarang ini, adanya pengetahuan naan keterampilan berpikir kritis, siswa akan
dan informasi belum cukup untuk menyele- terbantu dalam proses mengidentifikasi keru-
saikan masalah. Untuk dapat bekerja dengan sakan PC. Dari hasil identifikasi yang akurat
efektif didunia kerja dan dalam kehidupan maka akan ditemukan langkah perbaikan PC
sehari-hari siswa harus dapat menyelesaikan yang tepat.
permasalahan untuk dapat membuat keputusan Untuk dapat membangun keterampilan
yang tepat, maka berpikir kritis, guru dapat memberikan pen-
Salah satu Standar Kompetensi (SK) yang galaman belajar dengan mendesain proses
harus dikuasai oleh siswa SMK TKJ adalah ma- pembelajaran. Guru mendesain pembelajaran
teri SK perbaikan dan setting ulang sistem PC dengan memberikan permasalahan yang meli-
yang terdiri dari tiga kompetensi dasar yaitu, batkan keterampilan berpikir siswa dan meli-
menjelaskan langkah perbaikan, melaksanakan batkan proses menganalisis berdasarkan per-
perbaikan PC dan memeriksa hasil perbaikan. masalahan yang sebenarnya. Salah satu model
Materi perbaikan PC terdiri dari menjelas- pembelajaran yang dapat diterapkan adalah
kan langkah-langkah perbaikan, yaitu diawali Problem Based Learning (PBL) atau pem-
dari mendiagnosa kerusakan, menemukan dan belajaran berbasis masalah. Menurut Glazer
mengisolasi permasalahan, melaksanakan per- (2001) menyatakan bahwa PBL menekankan
baikan dan memeriksa hasil perbaikan. belajar sebagai proses yang melibatkan pem-
ecahan masalah dan berpikir kritis dalam
Pembelajaran praktik yang selama ini di-
konteks yang sebenarnya. Glazer selanjutnya
laksanakan belum optimal. Hal ini dikarena-
mengemukakan bahwa PBL memberikan ke-
kan ada siswa yang dominan dan aktif dan ada
sempatan kepada siswa untuk mempelajari hal
siswa yang cenderung pasif, sehingga pem-
lebih luas yang berfokus pada mempersiapkan
belajaran belum bisa maksimal. Permasala-
siswa untuk menjadi warga negara yang aktif
han kerusakan PC yang dipelajari siswa belum
dan bertanggung jawab. Melalui PBL siswa
banyak jenisnya sehingga pada saat prakerind
memperoleh pengalaman dalam menangani
siswa mengalami kesulitan. Hasil tes praktek
masalah-masalah yang realistis, dan menekan-
siswa pada tahun ajaran 2011/2012 menunjuk-
an pada penggunaan komunikasi, kerjasama,
kan bahwa pada SK4 pada kelas XA berjumlah
dan sumber-sumber yang ada untuk meru-
19 siswa (63%) dan pada kelas XB berjumlah
muskan ide dan mengembangkan keterampi-
13 siswa (44,8%) belum tuntas sehingga guru
lan penalaran. Hasil penelitian Abdullah dan
melaksanakan remidial beberapa kali. Selain
Ridwan (2008) menyatakan model PBL dapat
itu dalam pembelajaran praktek belum dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek
memberi kesempatan kepada siswa mengem- kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian
bangkan komunikasi dalam menyampaikan Hasrul Bakri (2009), menyatakan bahwa PBL
hasil praktek yang informatif. mampu meningkatkan minat belajar praktek
Berdasarkan hal diatas menunjukkan bah- menggulung trafo. Hasil penelitian Oon-Seng
wa hasil belajar siswa masih kurang, salah sa- Tan (2008) menyatakan PBL dapat mengantar-

Penerapan Model Problem-Based Learning


128 Jurnal Pendidikan Vokasi

kan siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan lingkungan belajar, dalam bergaul den-
hidup melalui proses menemukan, belajar dan gan orang, berinteraksi dengan benda-benda
berpikir secara independen . Melihat karakter- serta menghadapi peristiwa-peristiwa yang di-
istik dari PBL, model pembelajaran tersebut berikan dalam proses belajar.
sesuai jika diterapkan pada pembelajaran ma- Pembelajaran di SMK dilaksanakan dalam
teri perbaikan dan setting ulang PC. kerangka pembentukan Standar Kompetensi
Sesuai dengan latar belakang diatas, pene- Lulusan (SKL) peserta didik. Pembelajaran di
litian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan SMK menggunakan paradigma outcome yaitu
keterampilan berpikir kritis siswa pada ma- kompetensi apa yang harus dikuasai peserta
teri Perbaikan dan Setting Ulang PC melalui didik bukan pembelajaran yang memaksakan
penerapan model problem based learning; (2) apa yang harus diajarkan oleh seorang guru
meningkatkan hasil belajar siswa pada ma- (Putu Sudira, 2006: 9-10). Pavlova (2009: 7)
teri Perbaikan dan Setting Ulang PC melalui menyatakan, Traditionally, direct prepara-
penerapan model problem based learning; (3) tion for work was the main goal of vocation-
mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa al education. Pernyataan Pavlova tersebut
pada materi Perbaikan dan Setting Ulang PC mengandung makna bahwa tujuan utama dari
setelah penerapan model probem based learn- pendidikan kejuruan adalah mempersiapkan
ing; (4) mengetahui hasil belajar siswa pada peserta didik untuk memasuki dunia kerja.
materi Perbaikan dan Setting Ulang PC setelah Berdasarkan hal tersebut, maka dalam proses
penerapan model probem based learning. pembelajaran yang dilaksanakan di SMK me-
miliki porsi yang lebih banyak dalam pembe-
Belajar dan Pembelajaran di Sekolah lajaran praktik untuk membekali keterampilan.
Menengah Kejuruan
Dimyati dan Mudjiono (2009: 9) menge- Keterampilan Berpikir Kritis (Critical
mukakan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Thinking Skill)
Dalam belajar ditemukan adanya (1) kesempa- Berpikir merupakan aktivitas yang meli-
tan terjadinya peristiwa yang dapat menimbul- batkan proses memanipulasi dan merubah
kan respon, (2) respon siswa, (3) konsekuensi informasi yang ada dalam ingatan. Pada saat
yang menguatkan respon tersebut. Menurut berpikir, kita berpikir untuk membentuk suatu
Oemar Hamalik (2011: 27-28), menyatakan konsep, pertimbangan, berpikir kritis, mem-
bahwa (1) belajar adalah modifikasi atau mem- buat keputusan, berpikir kreatif dan memecah-
perteguh kelakuan melalui pengalaman, bela- kan masalah. Menurut R.Ennis dalam Nitko
jar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan dan Brookhart (2011:232):
bukan suatu hasil atau tujuan. Dalam proses .....Critical thinking is reasonable, reflec-
belajar yakni siswa mengalami secara lang- tive thinking that is focused on deciding
sung proses belajar, tidak sekedar menerima what to belief or do...
pengetahuan saja, (2) belajar merupakan suatu
Berpikir kritis bersifat reasonable dan ber-
proses perubahan tingkah laku individu melalui
pikir reflektif yang difokuskan pada memutus-
interaksi dengan lingkungan. Adanya interaksi
kan apa yang harus dipercayai dan apa yang
siswa dengan lingkungan akan menimbulkan
harus dilakukan. Artinya ketika menggunakan
pengalaman belajar. Karena belajar merupakan
berpikir kritis akan dapat memutuskan dengan
proses untuk mencapai tujuan, maka dalam be-
tepat apa yang seharusnya dipercayai dan apa
lajar terdapat langkah-langkah atau prosedur
yang harus dilakukan. Berpikir kritis merupak-
yang harus ditempuh. Menurut Winkel (2009:
an proses intelektual dan penuh konsep akan
59), belajar adalah semua aktivitas mental atau
keterampilan yaitu (1) mengaplikasikan; (2)
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
menganalisa; (3) mensintesa; (4) mengevaluasi
dalam lingkungan, yang menghasilkan peruba-
darimana suatu informasi diperoleh; (5) atau
han-perubahan dalam pengetahuan pemaha-
men-generalisasi hasil dari proses observasi,
man, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komu-
itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam
nikasi sebagai dasar untuk dipercaya dan apa
proses belajar terdapat interaksi antara siswa

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 1, Februari 2014


5
Jurnal Pendidikan Vokasi 129

Gambar 1.Model Berpikir KritisModelRichardPembelajaran


Paul Problem Based
Gambar 1.Model Berpikir(Sumber: Kritis Richard Paul Learning
Richard Paul & Linda Elder, 2008)
(Sumber: Richard Paul & Linda Elder, 2008) Problem Based Learning adalah
Pada saat berpikir, seorang insinyur seperangkat model mengajar yang
menerapkan standar intelektual berikut dalam menggunakan masalah sebagai fokus untuk
yang akan dilakukan (Paul, 2008: 4). Seorang ness (terbuka). Menurut Paul & Elder (2008),
mengembangkan berpikir kritis (1) clarity mengembangkan keterampilan pemecahan
pemikir kritis menerapkan standar-standar ber- seseorang dikatakan berpikir kritis yang baik
(kejelasan); (2) accuracy (ketepatan); (3) masalah, materi, dan pengaturan-diri (Hmelo-
pikir pada elemen-elemen
precision (ketelitian); (4) penalaran dalam
completeness jika: (1)Mengajukan
Silver, pertanyaan
2004; Serafino& penting
Cicchelli, 2005terha-
, Egen
mengembangkan ciri-ciri intelektual.
(kelengkapan); (5) relevance (relevan); (6) Standar dap masalah; (2) Mengumpulkan dan
dan Kauchak, 2012: 307). PBL merupakan menilai
intelektual
Significanceharus diterapkan pada elemen-
(bermakna);(7)logicalness (logis); informasi
suatu yang relevan; (3)pembelajaran
pendekatan Membuat kesim- yang
elemen berpikir sebagai proses belajar
(8) depth (kedalaman); (9) breadth (keluasan); dalam pulan dan solusi dengan penalaran
menggunakan masalah dunia nyata sebagai yang te-
mengembangkan ciri-ciriMenurut
(10) fairness (terbuka). intelektual.
RichardPadaPaul pat; (4) konteks
suatu Berpikirbagi
dengan pikiran
peserta didikterbuka; (5)
untuk belajar
gambar
& Linda 1 berikut
Elder adalah
(2008),model berpikir
seseorang kritis
dikatakan Berkomunikasi efektif dalam
tentang cara berpikir kritis menyampaikan
dan keterampilan
berpikir
yang kritis yangoleh
dikemukakan baik jika: Paul,
Richard (1)Mengajukan pemecahan
solusi masalah, serta untuk memperoleh
dari permasalahan.
pertanyaan
Pada saat penting terhadap
berpikir, seorangmasalah;
insinyur(2) pengetahuan dan konsep yang esensial dari
Mengumpulkan dan menilai informasi yang Model Pembelajaran
materi pelajaran. Problempembelajaran
PBL merupakan Based
menerapkan standar intelektual berikut dalam
relevan; (3) Membuat kesimpulan dan solusi berdasarkan
Learning teori kognitif yang didalamnya
mengembangkan berpikir kritis (1) clarity
dengan penalaran yang tepat; (4) Berpikir termasuk
Problem teori belajar adalah
Based Learning konstruktivisme.
seper-
(kejelasan); (2) accuracy
dengan pikiran terbuka;(ketepatan); (3) pre-
(5) Berkomunikasi Menurut teori konstruktivisme, keterampilan
cision (4) completeness (kelengka- angkat model mengajar yang menggunakan
efektif(ketelitian);
dalam menyampaikan solusi dari berpikir dan memecahkan masalah dapat
pan); (5) relevance (relevan); (6) Significance masalah sebagai fokus untuk mengembang-
permasalahan. dikembangkan jika peserta didik melakukan
(bermakna);(7)logicalness (logis); (8) depth kan keterampilan
sendiri, pemecahandan
menemukan, masalah, materi,
memindahkan
(kedalaman); (9) breadth (keluasan); (10) fair- dan pengaturan-diri (Hmelo-Silver,
kekomplekan pengetahuan yang ada. 2004; Se-

Penerapan Model Problem-Based Learning


130 Jurnal Pendidikan Vokasi

rafino& Cicchelli, 2005 , Egen dan Kauchak, dari observasi, pengalaman, refleksi, penal-
2012: 307). PBL merupakan suatu pendeka- aran, atau komunikasi. Berpikir kritis tidak
tan pembelajaran yang menggunakan masalah serta merta melekat pada seseorang sejak lahir.
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta Akan tetapi, berpikir kritis merupakan keter-
didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis ampilan yang dapat dikembangkan melalui
dan keterampilan pemecahan masalah, serta pengalaman langsung siswa dalam menghada-
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep pi permasalahan. Sehingga, jika siswa terbiasa
yang esensial dari materi pelajaran. PBL meru- menggunakan keterampilan diatas maka ket-
pakan pembelajaran berdasarkan teori kognitif erampilan berpikir kritis akan dapat berkem-
yang didalamnya termasuk teori belajar kon- bang. Tugas guru dalam rangka meningkat-
struktivisme. Menurut teori konstruktivisme, kan keterampilan berpikir kritis siswa adalah
keterampilan berpikir dan memecahkan ma- dengan menyediakan lingkungan belajar yang
salah dapat dikembangkan jika peserta didik dapat mendorong siswa menggunakan keter-
melakukan sendiri, menemukan, dan memind- ampilan berpikir. Model pembelajaran PBL
ahkan kekomplekan pengetahuan yang ada. adalah salah satu model pembelajaran yang
Anita Woolfolk (2007:352) mengatakan: dapat menyediakan lingkungan belajar yang
mendukung berpikir kritis. PBL didasarkan
The goals of problem based learning are
pada situasi bermasalah dan membingungkan
to help students develop flexible knowl-
sehingga akan membangkitkan rasa ingin tahu
edge that can be applied in many situa-
siswa sehingga siswa tertarik untuk menyeli-
tions, in contrast to inert knowledge. ....
diki permasalahan tersebut. Pada saat siswa
other goals of problem based learning are
melakukan penyelidikan, maka siswa meng-
to enhance intrinsic motivation and skills
gunakan tahapan berpikir kritis untuk menyeli-
in problem solving, collaboration, and self
diki masalah, menganalisa berdasarkan bukti
directed lifelong learning.
dan mengambil keputusan berdasarkan hasil
Menurut Arends (2008:55), langkah- penyelidikan.
langkah dalam melaksanakan PBL ada 5 fase Dalam website yang mengembangkan
yaitu (1) mengorientasi siswa pada masalah; keterampilan berpikir kritis menyatakan ....
(2) mengorganisasi siswa untuk meneliti; (3) PBLcanhelpstudentsdevelopcommunica-
membantu investigasi mandiri dan berkelom- tion,reasoningandcriticalthinkingskills
pok; (4) mengembangkan dan menyajikan (http://depts.washington.edu/cidrweb). Dalam
hasil karya; (5) menganalisis dan mengevalu- hasil penelitian dari I Wayan Sadia (2008),
asi proses pemecahan masalah., permasalahan menurut persepsi guru model pembelajaran
yang digunakan dalam PBL adalah permasala- yang dipandang dapat memberi kontribusi
han yang dihadapi di dunia nyata. Meskipun dalam mengembangkan keterampilan berpikir
kemampuan individual dituntut bagi setiap kritis adalah pembelajaran kontekstual, model
siswa, tetapi dalam proses belajar dalam PBL pembelajaran berbasis masalah (pbl), model
siswa belajar dalam kelompok untuk memaha- problem solving, model sains-teknologi ma-
mi persoalan yang dihadapi. Kemudian siswa syarakat, model siklus belajar dan model pem-
belajar secara individu untuk memperoleh in- belajaran berbasis penilaian portofolio. Ken-
formasi tambahan yang berhubungan dengan neth J. Oja (2011), menyatakan bahwa terdapat
pemecahan masalah. Peran guru dalam PBL hubungan positif antara penerapan PBL terha-
yaitu sebagai fasilitator dalam proses pembe- dap keterampilan berpikir kritis siswa keper-
lajaran. awatan. Tetapi perlu diperketat dalam penggu-
naan PBL untuk mengevaluasi berpikir kritis.
Keterkaitan PBL dan Berpikir Kritis
Scriven & Paul (2008) mengungkapkan Keterkaitan PBL dan Hasil Belajar
bahwa dalam berpikir kritis terdapat keter- Orhan & Ruhan (2007), menyatakan
ampilan mengaplikasikan, menganalisa, men- bahwa model PBL memberikan dampak posi-
sintesa, mengevaluasi informasi yang diper- tif pada prestasi akademik siswa dan sikap
oleh dan mengeneralisasi hasil yang diperoleh siswa terhadap sains. Dalam pelaksanaan PBL

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 1, Februari 2014


Jurnal Pendidikan Vokasi 131

di sekolah kesehatan, PBL memberi dampak Waktu dan Tempat Penelitian


positif terhadap kompetensi dokter dalam di- Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
mensi sosial dan kognitif (Gerald Choon-Huat Mei sampai dengan Juni 2013. Hal ini disesuai-
Koh, Hoon Eng Khoo, Mee Lian Wong & kan dengan materi perbaikan dan setting ulang
David Koh,2008). Dalam penelitian yang di- PC yang disampaikan pada semester genap ta-
laksanakan oleh Hasrul Bakri (2009), menun- hun ajaran 2012/2013. Penelitian bertempat di
jukkan bahwa penerapan PBL di SMK dalam SMK Islam Terpadu Smart Informatika Sura-
pembelajaran praktek dapat meningkatkan karta yang beralamat di Jl. Sri Gunting VII, No
minat dan kemampuan praktek siswa dalam IX, Gremet Manahan Surakarta.
praktek menggulung trafo. Penelitian Ade
Gafar Abdullah dan Taufik Ridwan (2008), Subjek Penelitian
menyatakan bahwa dalam penerapan PBL ter- Subjek dalam peneitian ini adalah siswa
dapat peningkatan hasil belajar siswa. kelas XB SMK IT SI, dimana siswa tersebut
pada semester genap memperoleh materi per-
baikan dan setting ulang PC.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah Prosedur
penelitian tindakan kelas (PTK). Desain PTK Prosedur penelitian ini, dalam satu siklus
dalam penelitian ini menggunakan model terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksa-
akan PTK dalam penelitian ini
yang dikemukakan menggunakan
oleh Kemmis dan Mc model
Tag- naan, pengamatan dan refleksi. Tahapan peren-
pikir yang gart
dikemukakan
(Mc Taggart,oleh Kemmis
1983:4), dan dari
yang terdiri Mc 4 canaan ini disusun rencana tindakan yang akan
salah Taggarttahapan
(Mc Taggart, 1983:4), yang
yaitu perencanaan, terdiri dari
pelaksanaan, pen- dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
akan 4 tahapan
gamatanyaitu perencanaan,
dan refleksi. pelaksanaan,
Model PTK berbentuk berpikir kritis dan hasil belajar siswa melalui
ngga pengamatan
spiral dan
dan refleksi. Modelapabila
berkelanjutan PTK berbentuk
target hasil penerapan model PBL. Perencanaan tindakan
ahan spiral tindakan
dan berkelanjutan
yang dilakukanapabila
belum target
tercapaihasil
maka terdiri dari mempersiapkan jadwal pembelaja-
ukan tindakan yang dilakukan
dilanjutkan belumberikutnya.
dengan siklus tercapai maka
Desain ran PBL, RPP, perangkat pembelajaran PBL,
akan dilanjutkan denganKemmis
PTK model siklus dan
berikutnya.
Mc Taggart Desain
seperti persiapan peralatan dan bahan praktik, media
idiki PTK model Kemmis dan Mc Taggart seperti
pada gambar2. pembelajaran yang digunakan, sosialisasi pem-
dan pada gambar2. belajaran dengan PBL kepada siswa dan mem-
hasil persiapkan instrumen penelitian. Pada tahap
ini peneliti melaksanakan pembelajaran yang
gkan telah direncanakan. Guru melaksanaan pem-
.PBL belajaran bekerjasama dengan kolaborator dalam
on, penerapan model PBL. Dalam PBL terdapat 5 fase
yang harus dilaksanakan beroso aktivitas guru dan
siswa. Secara rinci disajikan pada tabel 1.
alam
008), Tahapan observasi dilakukan oleh peneliti
jaran bekerjasama dengan kolaborator untuk men-
ibusi gamati secara langsung pada saat proses pem-
pikir belajaran berlangsung. Peneliti bertindak seb-
model agai guru pengajar dibantu oleh kolaborator.
model Observasi bertujuan untuk mengetahui ada
ologi Gambar 2. Modelpenelitian tindakan atau tidaknya perubahan yang terjadi dengan
Gambar 2. Modelpenelitian tindakan dari adanya pelaksanaan tindakan yang sedang di-
model dari Kemmis dan Mc Taggart
Kemmis dan Mc Taggart laksanakan yaitu penerapan model PBL. Tahap
olio.
Penelitian inimelibatkan
Penelitian ini melibatkan
seorangseorang
kolabo- refleksi tindakan yakni mengevaluasi dari hasil
ahwa
kolaborator yaitu
rator yaitu guru produktif
guru produktif Teknik
Teknik Komputer Ja- pelaksanaan tindakan. Refleksi didasarkan dari
apan
Komputer Jaringan (TKJ). Kolaborator bertugas
ringan (TKJ). Kolaborator bertugas membantu data yang terkumpul berupa hasil observasi
iswa dan penilaian. Hasil refleksi dijadikan sebagai
alam membantu
peneliti peneliti dalam melaksanakan
dalam melaksanakan pembelajaran
dengan PBL dan mengobservasi siswa pada dasar untuk penentuan dilaksanakan atau tidak
pikir pembelajaran dengan PBL dan mengobservasi
saat pembelajaran. tindakan pada siklus selanjutnya.
siswa pada saat pembelajaran.
Waktu dan Tempat Penelitian
akan
ositif Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Penerapan Model Problem-Based Learning

iswa Mei sampai dengan Juni 2013. Hal ini


L di disesuaikan dengan materi perbaikan dan
132 Jurnal Pendidikan Vokasi

Tabel 1. Fase dalam PBL


Fase dalam PBL Perilaku Guru
Fase 1 Guru membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai
Memberikan orientasi tentang kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat
permasalahannya kepada siswa dalam kegiatan mengatasi masalah
Fase 2 Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisa-
Mengorganisasikan siswa un- sikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya
tuk meneliti
Fase 3 Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat,
Membantu investigasi mandiri melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi
dan berkelompok;
Fase 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
Mengembangkan dan mempre- artefak-artefak yang tepat seperti laporan, rekaman video, dan
sentasikan artefak/exhibit model-model yang membantu mereka untuk menyampaikannya
kepada orang lain.
Fase 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap inves-
Menganalisis dan mengevalu- tigasinya (penyelidikannya) dan proses-proses yang mereka gu-
asi proses mengatasi masalah nakan.

Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi


Data yang diperoleh dalam penelitian ini dan refleksi. Pada setiap tahapan kegiatan,
berupa data kuantitatif berupa hasil observasi peneliti senantiasa melakukan bersama kolab-
aktivitas guru dan siswa dalam PBL, keter- orator yaitu guru produktif TKJ. Kolaborator
ampilan berpikir kritis siswa, dan hasil belajar berperan sebagai tim dalam pembelajaran den-
siswa pada materi perbaikan dan setting ulang gan PBL dan juga membantu dalam kegiatan
PC. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi dikelas. Penelitian tindakan kelas
adalah observasi dengan menggunakan instru- yang telah dilakukan terdiri dari 2 siklus, yang
men checklist dan tes unjuk kerja. dilaksanakan mulai tanggal 7 Mei 2013 sampai
dengan 28 Mei 2013.
Teknik Analisis Data Tindakan yang diberikan berupa penera-
Penelitian tindakan kelas merupakan pan model PBL dalam proses pembelajaran
penelitian kasus disuatu kelas yang hasilnya materi perbaikan dan setting ulang PC. Pem-
tidak untuk digeneralisasikan, maka analisis belajaran dengan PBL dilaksanakan melalui 5
data cukup dengan mendeskripsikan data yang fase yang terdiri dari (1)Fase1: Memberikan
terkumpul. Teknik statistik yang digunakan orientasi tentang permasalahan kepada siswa;
adalah statistik deskriptif. Masing-masing (2) Fase2: Mengorganisasi siswa untuk menel-
variabel penelitian dianalisis dengan mengacu iti; (3) Fase3: Membantu investigasi mandiri
pada kriteria yang ditetapkan. dan berkelompok; (4) Fase 4: Mengembang-
kan dan menyajikan hasil karya; dan (5)Fase
5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pem-
HASIL PENELITIAN DAN ecahan masalah. Dalam pembelajaran dengan
PEMBAHASAN PBL, siswa dibagi menjadi 6 kelompok dan
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa
Deskripsi Data
yang memiliki kemampuan akademis yang
Prosedur dari penelitian yang dilakukan berbeda. Masing-masing kelompok diberikan
menggunakan prosedur penelitian tindakan 1 buah PC dengan kerusakan tertentu untuk
kelas dari Kemmis dan Mc Taagart terdiri dari diselesaikan melalui tahapan-tahapan PBL.

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 1, Februari 2014


Jurnal Pendidikan Vokasi 133

Tabel 2. Aktivitas Guru Siklus I


NO Indikator Juml. Item Skor Perolehan
1 Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa 4 4
2 Mengorganisasi siswa untuk meneliti 3 3
3 Membantu investigasi mandiri dan berkelompok 5 5
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 2 2
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2 2
Total 16 16

Tabel 3. Data observasi aktivitas siswa Siklus I


NO Indikator Juml. Item Skor Perolehan
1 Belajar dalam lingkungan kelompok 1 29
2 Bekerjasama dalam mendefinisikan masalah kerusakan PC 2 46
3 Terlibat dalam Eksperimen dalam menyelesaikan masalah 1 20
kerusakan PC
4 Mencari informasi yang tepat 2 33
5 Membuat kesimpulan 2 32
6 Mempersiapkan laporan dan presentasi 1 22
7 Mempresentasikan hasil eksperimen 1 15
Total 10 197

Tabel 4. Kategori Aktivitas Siswa dalam PBL Siklus I


Skor Siswa Kategori Frekuensi Frekuensi Relatif%
X 6,7 Sangat Tinggi 17 59%
6,7 > X 5 Tinggi 5 17%
5 > X 3,3 Rendah 3 10%
X< 3,3 Sangat rendah 4 14%
Total 29 100%

Hasil perbaikan PC disajikan dalam lembar pe- Aktivitas siswa dalam PBL
nyelesaian masalah dan dipresentasikan. Beri- Data aktivitas siswa dalam PBL disaji-
kut disajikan data hasil penelitian kan pada tabel 3. Berdasarkan tabel 3 diatas,
skor perolehan aktivitas siswa 197 dari skor
Siklus I
seharusnya 290. Prosentase skor aktivitas
Aktivitas guru dalam PBL siswa dalam melaksanakan PBL yaitu 67,9%.
Prosentase tersebut menunjukkan bahwa akti-
Data aktivitas guru diperoleh dengan ob-
vitas siswa dalam melaksanakan PBL belum
servasi selama pembelajaran berlangsung.
berjalan dengan optimal. Pada tabel tersebut
Data disajikan pada tabel 2. Berdasarkan tabel
menunjukkan skor perolehan untuk masing-
2 Skor perolehan aktivitas guru yakni 16 dari
masing indikator belum mencapai target se-
skor seharusnya yakni 16. Hal tersebut menun-
hingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
jukkan aktivitas guru dalam PBL sudah maksi-
belum berlngsung secara optimal. Perolehan
mal.
skor aktivitas masing-masing siswa dalam
PBL disajikan pada Tabel 4.

Penerapan Model Problem-Based Learning


134 Jurnal Pendidikan Vokasi

Tabel 5. Data Keterampilan Berpikir Kritis siswa Siklus I


Jumlah Skor
No Indikator
Item Perolehan
1 Pertanyaannya jelas, cermat dan akurat terhadap masalah kerusakan PC 2 41
2 Mengumpulkan, menyelidiki, menilai dan mengolah informasi yang 8 159
relevan dan bernilai
3 Berpikir reflektif/analogi 3 66
4 Membuat kesimpulan yang logis(masuk akal), luas dan mendalam 3 52
5 Berpemikiran terbuka 5 108
6 Mampu mengkomunikasikan hasil pemikiran, solusi permasalahan 4 73
dan saran
Total 24 499

Tabel 6. Kategori Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Siklus I


Skor Siswa Kategori Frekuensi Frekuensi Relatif %
X 16,7 Sangat Tinggi 16 55
16,7 > X 12,5 Tinggi 4 14
12,5 > X 8,3 Rendah 9 31
X < 8,3 Sangat Rendah 0 0
Total 29 100

Berdasrkan tabel 4 dapat dianalisis akti- Data tabel 6 menunjukkan bahwa keter-
vitas siswa dalam PBL pada kategori sangat ampilan berpikir kritis siswa pada kategori
tinggi sebesar 59% (17), kategori tinggi 17% sangat tinggi yaitu 16 siswa (55%), kategori
(5), kategori rendah 10% (4) dan kategori san- tinggi 4 siswa (14%), kategori rendah yaitu 9
gat rendah 14% (4). Sehingga dapat disimpul- siswa (31%) dan kategori sangat rendah yaitu
kan siswa yang telah melaksanakan PBL den- 0 siswa (0%). Kriteria keberhasilan yang telah
gan baik atau termasuk kategori tinggi adalah ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sebanyak
22 siswa (76%). Hasil tersebut menunjukkan 80% atau 23 siswa dalam kategori tinggi. Dari
bahwa pelaksanaan PBL belum berjalan opti- data tabel 34 siswa yang termasuk pada kat-
mal sehingga perlu untuk ditingkatkan. egori keterampilan berpikir kritis sangat tinggi
dan tinggi yaitu 20 siswa atau sebesar 69%,
Keterampilan berpikir kritis siswa sehingga dapat disimpulkan bahwa pada sik-
Data hasil observasi keterampilan ber- lus pertama untuk keterampilan berpikir kritis
pikir kritis siswa pada siklus I disajikan pada belum tercapai. Perlu ditingkatkan pada aspek-
tabel 5. Perolehan skor keterampilan berpikir aspek keterampilan berpikir kritis diatas.
kritis sebesar 499 dari skor seharusnya 725,
prosentase keterampilan berpikir kritis siswa Hasil belajar siswa
yaitu 68,4%. Data tersebut menunjukkan bah- Data hasil belajar siswa yaitu hasil pe-
wa pencapaian skor indikator keterampilan nilaian unjuk kerja. Aspek yang dinilai terdiri
berpikir kritis belum memenuhi kriteria yang dari aspek persiapan, aspek proses kerja, hasil
ditetapkan sebesar 80%. kerja, sikap kerja dan waktu. Perolehan nilai
Keterampilan berpikir kritis siswa dikat- tertinggi 89,65, nilai terrendah 50,50 dan nilai
egorikan dalam 4 kategori yaitu sangat tinggi, rata-rata 78,16. Berdasarkan data diatas jum-
tinggi, rendah dan sangat rendah. Kategori ket- lah siswa yang tuntas KKM yaitu sebanyak
erampilan berpikir kritis siswa disajikan pada 20 siswa (68,97%) sedangkan siswa yang be-
tabel 6. lum tuntas KKM sebanyak 9 siswa (31,03%).

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 1, Februari 2014


Jurnal Pendidikan Vokasi 135

Tabel 7. Aktivitas Guru Siklus II


Jumlah Skor
No Indikator
Item Perolehan
1 Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa 4 4
2 Mengorganisasi siswa untuk meneliti 3 3
3 Membantu investigasi mandiri dan berkelompok 5 5
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 2 2
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2 2
Total 16 16

Tabel 8. Data observasi aktivitas siswa dalam PBL Siklus II


Jumlah Skor Skor
NO Indikator
Item Seharusnya Perolehan
1 Belajar dalam lingkungan kelompok 1 29 29
2 Bekerjasama dalam mendefinisikan masalah keru- 2 58
sakan PC 52
3 Terlibat dalam Eksperimen dalam menyelesaikan 1 29 26
masalah kerusakan PC
4 Mencari informasi yang tepat 2 58 42
5 Membuat kesimpulan 2 58 44
6 Mempersiapkan laporan dan presentasi 1 29 27
7 Mempresentasikan hasil eksperimen 1 29 29
Total 10 290 249

Tabel 9. Kategori aktivitas siswa dalam PBL Siklus II


Skor Siswa Kategori Frekuensi Frekuensi Relatif %
X 6,7 Sangat Tinggi 24 82,8%
6,7 > X 5 Tinggi 5 17,2%
5 > X 3,3 Rendah 0 0%
X< 3,3 Sangat rendah 0 0%

Dalam penelitian ini, pembelajaran dengan melaksanakan keseluruhan fase-fase dalam


PBL dikatakan berhasil jika indikator keber- PBL.
hasilan telah tercapai yaitu 80% siswa tuntas
KKM. Data diatas menunjukkan siswa yang Aktivitas siswa dalam PBL Siklus II
tuntas KKM (68,97%) sehingga perlu ada per- Perolehan skor aktivitas siswa dalam PBL
baikan dan peningkatan dalam pembelajaran sebesar 249 dari skor seharusnya 290. Prosen-
dan perbaikan tersebut dilakukan pada siklus II. tase skor aktivitas siswa dalam melaksanakan
PBL yaitu 85,92%. Prosentase tersebut menun-
SIKLUS II jukkan bahwa aktivitas siswa dalam melak-
sanakan PBL telah mengalami peningkatan
Aktivitas guru dalam PBL
lebih baik dari sikus I. Pada tabel 8 tersebut
Data aktivitas guru pada siklus II disaji- menunjukkan aktivitas siswa dalam pembela-
kan pada tabel 7. Tabel 7 menunjukkan aktivi- jaran PBL memperlihatkan peningkatan dari
tas guru dalam melaksanakan PBL skor yang siklus I. Pencapaian skor untuk masing-masing
diperoleh 16 dari skor seharusnya 16. Dalam siswa dikategorikan pada Tabel 9.
pelaksanaan pembelajaran siklus II, guru telah

Penerapan Model Problem-Based Learning


136 Jurnal Pendidikan Vokasi

Tabel 10 .Data Keterampilan Berpikir Kritis siswa Siklus II


Jumlah Skor Skor
NO Indikator
Item Seharusnya Perolehan
1 Pertanyaannya jelas, cermat dan akurat terha- 2 58 47
dap masalah kerusakan PC
2 Mengumpulkan, menyelidiki, menilai dan 8 232 174
mengolah informasi yang relevan dan bernilai
3 Berpikir reflektif/analogi 3 87 80
4 Membuat kesimpulan yang logis(masuk akal), 3 87 65
luas dan mendalam
5 Berpemikiran terbuka 5 145 133
6 Mampu mengkomunikasikan hasil pemikiran, 4 116 84
solusi permasalahan dan saran
Total 25 725 583

Tabel 11. Kategori Keterampilan berpikir kritis siswa Siklus II


Skor Siswa Kategori Frekuensi Frekuensi relatif %
X 16,7 Sangat Tinggi 20 69%
16,7 > X 12,5 Tinggi 7 24,1%
12,5 > X 8,3 Rendah 2 6,9%
X < 8,3 Sangat Rendah 0 0
Total 29 100

Tabel 9 menunjukkan bahwa aktivitas lai 83,2. Berdasarkan data diatas jumlah siswa
siswa dalam PBL pada kategori sangat tinggi yang tuntas KKM yaitu sebanyak 29 siswa
sebanyak 24 siswa (82,8%) dan kategori tinggi (100%). Dalam penelitian ini, pembelajaran
sebanyak 5 siswa (17,24%). Pada pelaksanaan dengan PBL dikatakan berhasil jika indikator
siklus II, tidak ada siswa yang termasuk pada keberhasilan telah tercapai yaitu 80% siswa
kategori rendah dan sangat rendah. tuntas KKM. Data tersebut menunjukkan bah-
wa indikator keberhasilan telah terpenuhi.
Keterampilan berpikir kritis siswa Siklus II
Perolehan skor keterampilan berpikir
kritis pada siklus II mengalami peningkatan. PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 10, perolehan skor keter-
Keterlaksanaan penerapan model problem
ampilan berpikir kritis sebesar 583 dari skor
based learning dalam pembelajaran materi
seharusnya 725, prosentase skor keterampilan
perbaikan dan setting ulang PC
berpikir kritis siswa yaitu 80,4%. Data tersebut
menunjukkan bahwa pencapaian skor indikator Penerapan pembelajaran dengan PBL
keterampilan berpikir kritis telah memenuhi dalam materi perbaikan dan setting ulang PC
kriteria yakni sebesar 80%. Ketercapaian skor selama penelitian tindakan dapat dikatakan
keterampilan berpikir kritis masing-masing berjalan dengan lancar. Hasil yang diperoleh
siswa pada sikus II selanjutnya disajikan pada menunjukkan penerapan model PBL dalam
tabel 11. meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
hasil belajar berjalan dengan baik melalui per-
Hasil Belajar Siklus II baikan-perbaikan pada tiap siklusnya dan dapat
Pada siklus II, perolehan nilai tertinggi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
88,18, nilai terrendah 78,38 dan rata-rata ni- dilaksanakan dalam dua siklus dimana pada

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 1, Februari 2014


Jurnal Pendidikan Vokasi 137

tiap siklus terdiri dari lima fase PBL. Pembela- paiannya adalah pada kegiatan mempresenta-
jaran diawali dengan guru menjelaskan tujuan sikan hasil eksperimen. Siswa belum berani
dari pelaksanaan pembelajaran dengan model mengemukakan pendapat dan hasil pemikiran
PBL, menjelaskan perangkat yang dibutuhkan didepan kelas. Pada kegiatan membuat kesim-
dalam PBL dan aktivitas-aktivitas yang akan pulan, bahwa keterlibatan siswa masih kurang,
dilaksanakan oleh guru dan siswa. Guru mem- siswa masih mengandalkan anggota kelompok
bagi kelas menjadi 6 kelompok. Masing-mas- yang lain jika mengalami kesulitan dan cend-
ing kelompok diberikan PC dengan jenis keru- erung pasif. Pada indikator 4 berkaitan dengan
sakan berbeda-beda. Tiap kelompok harus me- keaktifan siswa dalam menggunakan sumber
nentukan sendiri tugas-tugas belajar apa saja belajar untuk menyelesaikan permasalahan.
yang dibutuhkan terkait dalam upaya meny- Dalam hal ini siswa cenderung menunggu
elesaikan perbaikan PC dan juga menentukan jawaban dari guru ketika kesulitan dalam
peralatan dan bahan apasaja yang diperlukan mendefinisikan dan menafsirkan gejala keru-
dalam penyelesaian masalah. Dalam pembela- sakan PC, padahal dalam pembelajaran dengan
jaran tersebut, peneliti berperan sebagai guru PBL telah disiapkan fasilitas untuk mengakses
dan dibantu oleh seorang guru yang berperan berbagai informasi baik buku atau sumber di
sebagai kolaborator. Peran utama guru dalam internet. Pada indikator 2 dan 3 keterlibatan
PBL adalah sebagai fasilitator. siswa dalam eksperimen juga belum terpenuhi.
Siswa belajar dalam lingkungan kelompok Masih ditemukan siswa yang pasif dan masih
untuk melaksanakan eksperimen perbaikan ada dominasi pada saat praktik (belum merata).
PC. Masing-masing kelompok melakukan pe- Skor aktivitas siswa dalam PBL pada kategori
nyelidikan terhadap kerusakan PC diawali den- sangat tinggi sebanyak 17 siswa (59%), kat-
gan mengidentifikasi gejala kerusakan, menaf- egori tinggi sebanyak 5 siswa (17%), kategori
sirkan gejala kerusakan dengan tepat, meru- rendah sebanyak 4 siswa (10%) dan kategori
muskan langkah perbaikan dan melaksanakan sangat rendah sebanyak 4 siswa (14%). Hal ini
perbaikan. Dalam tahapan ini siswa akan menunjukkan belum semua siswa terlibat se-
mempelajari tentang berbagai gejala kerusakan cara optimal dalam pembelajaran.
PC , makna gejala kerusakan PC dan langkah Hasil refleksi dari siklus I menunjukkan
perbaikan yang tepat. Siswa harus menentu- bahwa pembelajaran dengan PBL belum ber-
kan sendiri komponen-komponen yang ses- jalan dengan optimal meskipun berdasar ob-
uai dengan spesifikasi PC pada kelompoknya. servasi peran guru dalam menerapkan setiap
Perbaikan yang dilakukan antara kelompok langkah PBL telah maksimal. Oleh karena itu
satu dengan yang lain tidak sama persis karena siklus II dirancang dengan merevisi dari siklus
permasalahan kerusakan PC yang diberikan I.
adalah benar-benar berasal dari orang lain yang Pelaksanaan siklus II dilakukan tiga kali
memang sedang rusak (kerusakan PC nyata). pertemuan. Pada pembelajaran melaksanakan
Siswa harus mampu memanfaatkan sumber kelima fase PBL. Agar pembelajaran lebih op-
referensi yang ada, karena masing-masing ke- timal, guru menjelaskan kembali tujuan dari
lompok telah disediakan PC yang terhubung pelaksanaan PBL, aktivitas-aktivitas yang
internet dan buku referensi. Sehingga siswa akan dilaksanakan oleh guru dan siswa. Untuk
memperoleh pengalaman belajar yang secara menghindari siswa yang pasif, maka guru men-
langsung dialami. Pembelajaran dengan PBL dorong masing-masing ketua kelompok untuk
diakhiri dengan masing-masing kelompok selalu melibatkan anggota kelompoknya dalam
mempresentasikan hasil eksperimen perbaikan setiap tahapan pembelajaran. Untuk mendo-
PC agar kelompok lain juga memperoleh pen- rong siswa yang masih pasif dalam pembelaja-
getahuan baru dari kelompok lain. ran dan presentasi, maka guru menunjuk siswa
Hasil pelaksanaan siklus I masih terdapat pada masing-masing kelompok untuk menjadi
kekurangan pada aspek aktivitas siswa dalam presenter utama dalam presentasi berikutnya
PBL yang belum tercapai indikator keberhasi- agar semua siswa turut berperan dalam penya-
lannya. Indikator yang paling rendah keterca- jian hasil eksperimen dan semua siswa mem-

Penerapan Model Problem-Based Learning


138 Jurnal Pendidikan Vokasi

Tabel 12. Peningkatan aktivitas siswa dalam PBL


NO Indikator Siklus I Siklus II
1 Belajar dalam lingkungan kelompok 29 29
2 Bekerjasama dalam mendefinisikan masalah kerusakan PC 46 52
3 Terlibat dalam Eksperimen dalam menyelesaikan masalah 20 26
kerusakan PC
4 Mencari informasi yang tepat 33 42
5 Membuat kesimpulan 32 44
6 Mempersiapkan laporan dan presentasi 22 27
7 Mempresentasikan hasil eksperimen 15 29
Total 197 249

Tabel 13. Peningkatan Skor Siswa


Skor Siswa Kategori Frekuensi Siklus I Frekuensi Siklus II
X 6,7 Sangat Tinggi 17 24
6,7 > X 5 Tinggi 5 5
5 > X 3,3 Rendah 3 0
X< 3,3 Sangat rendah 4 0
Total 29 29

peroleh kesempatan untuk mengungkapkan kator yaitu Indikator 1 pertanyaannya jelas,


hasil pemikiran. cermat dan akurat terhadap masalah kerusakan
Hasil pelaksanaan siklus II menunjukkan PC; indikator 2 mengumpulkan, menyelidiki,
peningkatan yang lebih baik. Indikator-indi- menilai dan mengolah informasi yang relevan
kator aktivitas siswa yang sebelumnya belum dan bernilai ; indikator 3 berpikir reflektif/
terpenuhi mengalami peningkatan. Ketercapa- analogi; indikator 4membuat kesimpulan yang
ian pembelajaran dengan PBL pada siklus II logis(masuk akal), luas dan mendalam ; indika-
perolehan skor sebesar 249 dari skor seharus- tor 5 berpemikiran terbuka; indikator 6 mampu
nya 290, prosentase keberhasilan 85,9%. Se- mengkomunikasikan hasil pemikiran, solusi
cara ringkas, data peningkatan aktivitas siswa permasalahan dan saran. Indikator-indikator
disajikan pada tabel 12. diatsa terkait dengan proses-proses yang dipe-
lajari dalam materi perbaikan PC. Agar perbai-
Perolehan skor masing-masing siswa
kan PC dapat dilaksanakan dengan tepat maka
dalam melaksanakan PBL juga mengalami
siswa harus dapat melihat permasalahan keru-
peningkatan. Pada akhir siklus II aktivitas
sakan PC dengan rinci terhadap gejala keru-
siswa dalam melaksanakan PBL berada pada
sakan dengan akurat, mengidentifikasi dengan
kategori tinggi. Data ditunjukkan pada tabel 13.
luas dan mendalam, mengolah informasi keru-
Berdasarkan tabel 13 diatas menunjuk- sakan PC dengan tepat sehingga dapat meru-
kan bahwa pada akhir siklus II, seluruh siswa muskan langkah perbaikan dengan tepat.
telah melaksanakan PBL dengan baik. Hal ini
Pelaksanaan PBL untuk meningkatkan
ditunjukkan dengan perolehan skor siswa pada
keterampilan berpikir kritis dalam penelitian
kategori tinggi sebanyak 29 siswa.
siklus I data menunjukkan bahwa beberapa
Keterampilan berpikir kritis siswa setelah indikator masih belum terpenuhi atau skor
penerapan model problem based learning perolehan masih kurang. Ketercapaian indi-
kator 1 pertanyaan jelas, cermat dan akurat
Keterampilan berpikir kritis dalam peneli-
terhadap masalah kerusakan PC sebesar 41
tian ini merupakan keterampilan menggunakan
(70,7%); indikator 2 mengumpulkan, meny-
aspek-aspek berpikir yang terdiri dari 6 indi-

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 1, Februari 2014


Jurnal Pendidikan Vokasi 139

elidiki, menilai dan mengolah informasi yang belum dapat menilai dengan tepat informasi
relevan dan bernilai sebesar 159 (68,5%); in- gejala kerusakan PC yang muncul karena ada
dikator 3 berpikir reflektif/analogi sebesar 66 kesalahan awal dari proses identifikasi sehing-
(75,8%); indikator 4 membuat kesimpulan ga informasi yang diperoleh belum tepat. Hal
yang logis(masuk akal), luas dan mendalam yang tidak kalah penting dalam indikator ket-
sebesar 52 (59,8%); indikator 5 berpemikiran erampilan berpikir kritis adalah siswa mampu
terbuka sebesar 108 (74,5%);dan indikator 6 mengkomunikasikan hasil pemikiran, solusi
mampu mengkomunikasikan hasil pemikiran, permasalahan kerusakan PC yang telah di-
solusi permasalahan dan saran 73 (62,9%). dapatkan. Pada indikator ini, ketercapaian skor
Berdasarkan data diatas perolehan skor sebe- masih tergolong rendah. Siswa masih belum
sar 499 dari skor seharusnya 729, prosentase berani mengungkapkan hasil pemikiran dide-
keterampilan berpikir kritis siswa yaitu 68,4%. pan oranglain, karena khawatir melakukan ke-
Data tersebut menunjukkan bahwa pencapa- salahan. Kesimpulan pada siklus I aspek keter-
ian skor indikator keterampilan berpikir kritis ampilan berpikir kritis siswa masih kurang, dil-
belum memenuhi kriteria yakni sebesar 80%. ihat dari skor total ketercapaian adalah 68,4%.
Dilihat dari skor perolehan masing-masing Berdasarkan hasil tersebut dalam pelaksanaan
siswa keterampilan berpikir kritis siswa pada PBL perlu dilakukan perbaikan dan diperbaiki
kategori sangat tinggi yaitu 16 siswa (55%), pada pelaksanaan siklus II. Pelaksanaan pada
kategori tinggi 4 siswa (14%), kategori rendah siklus II guru fokus dalam peninkatan keterca-
yaitu 9 siswa (31%) dan kategori sangat ren- paian indikator diatas tetapi tetap meningkat-
dah yaitu 0 siswa (0%). Kriteria keberhasilan kan indikator yang telah terpenuhi.
yang telah ditetapkan dalam penelitian ini yai- Pelaksanaan siklus II, guru dan kolabora-
tu sebanyak 80% atau 23 siswa dalam kategori tor meningkatkan perannya sebagai fasilitator.
tinggi. Dapat disimpulkan bahwa pada siklus Guru membantu kelompok yang kesulitan den-
pertama untuk kriteria keberhasilan keterampi- gan mengajukan pertanyaan yang dapat me-
lan berpikir kritis belum tercapai. macu proses penyelidikan yang lain. Memberi
Keterampilan berpikir kritis yang diter- contoh bagaimana mengaitkan secara logis ad-
apkan dalam pembelajaran materi perbaikan anya gejala kerusakan PC dengan kelanjutan
dan setting ulang PC sebenarnya membantu penyelidikan lain. Melalui hal tersebut siswa
siswa dalam upaya menyelesaikan permasala- terdorong untuk menggunakan keterampilan
han kerusakan PC. Untuk dapat merumuskan dalam mengaitkan secara logis gejala keru-
solusi perbaikan dan juga kesimpulan maka sakan yang ada. Selain itu apabila ada siswa
harus diawali dengan mengidentifikasi melalui atau kelompok yang bertanya atau mengalami
mengajukan pertanyaan yang tepat seperti : kesulitan maka guru mengrahkan siswa un-
bagaimanakah kondisi hardware komponen tuk mencari sumber referensi yang tepat dan
PC?; Apakah terdapat bunyi beep kode kes- mendampingi dalam pencarian tersebut. Se-
alahan?; apakah ada tampilan pada monitor?; lanjutnya agar semua siswa terlibat dalam
apakah tidak berfungsinya power supply dise- mengkomunikasikan hasil pemikiran, pada
babkan karena rusaknya komponen power saat presentasi berlangsung guru mengaju-
supply; dan pertanyaan lain yang mengarah kan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing
pada penyelidikan yang tepat. Bermula dari siswa yang belum aktif agar mampu mengko-
pertanyaan tepat yang diajukan akan menjadi munikasikan dan menjelaskan hasil pemikiran
petunjuk bagi siswa dalam melakukan lang- terhadap eksperimen perbaikan PC yang telah
kah-langkah penyelidikan berikutnya. Pada dilaksanakan.
pelaksanaan data observasi menunjukkan bah- Hasil pelaksanaan siklus II pada aspek
wa dalam mengawali eksperimen perbaikan keterampilan berpikir kritis menunjukkan
PC, siswa belum dapat mengajukan pertan- peningkatan. Perolehan skor sebesar 583 dari
yaan tepat dan dalam mengidentifikasi belum skor seharusnya 729, prosentase keterampilan
mendalam. Selanjutnya pada indikator men- berpikir kritis siswa sebesar 80,4%. Berdasar-
gumpulkan, menyelidiki, menilai dan mengo- kan perolehan skor diatas menunjukkan bahwa
lah informasi yang relevan dan bernilai, siswa kriteria keberhasilan telah tercapai. Masing-

Penerapan Model Problem-Based Learning


140 Jurnal Pendidikan Vokasi

Tabel 14. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Tiap Indikator


NO Indikator Siklus I Siklus II
1 Pertanyaannya jelas, cermat dan akurat terhadap masalah 41 47
kerusakan PC
2 Mengumpulkan, menyelidiki, menilai dan mengolah infor- 159 174
masi yang relevan dan bernilai
3 Berpikir reflektif/analogi 66 80
4 Membuat kesimpulan yang logis(masuk akal), luas dan men- 52 65
dalam
5 Berpemikiran terbuka 108 133
6 Mampu mengkomunikasikan hasil pemikiran, solusi perma- 73 84
salahan dan saran
Skor Total 499 583

Tabel 15. Peningkatan Skor Keterampilan berpikir Kritis Siswa


Skor Siswa Kategori Frekuensi Siklus I Frekuensi Siklus II
X 16,7 Sangat Tinggi 16 20
16,7 > X 12,5 Tinggi 4 7
12,5 > X 8,3 Rendah 9 2
X < 8,3 Sangat Rendah 0 0
Total 29 29

masing indikator keterampilan berpikir kritis masalahan dan terlibat untuk menggunakan
mengalami peningkatan. Data peningkatan keterampilan berpikir kritis.
keterampilan berpikir kritis siswa disajikan
pada tabel 14. Hasil belajar siswa setelah penerapan model
problem based learning
Skor perolehan keterampilan berpikir kri-
Berhasil atau tidaknya pembelajaran den-
tis masing-masing siswa mengalami peningka-
gan model PBL pada siswa dianalisis dengan
tan. Pada akhir siklus II kategori keterampilan
melihat hasil tes. Diakhir penerapan PBL,
berpikir kritis mengalami peningkatan. Ket-
dilakukan tes unjuk kerja untuk mengetahui
erampilan berpikir kritis siswa kategori san-
apakah materi pembelajaran dapat terserap.
gat tinggi sebanyak 20 siswa (69%), kategori
Tes unjuk kerja dilaksanakan dua kali yaitu
tinggi sebanyak siswa 7 (24,1%), kategori
diakhir siklus I dan diakhir siklus II. Tes unjuk
rendah sebanyak 2 siswa (6,9%), kategori san-
kerja merupakan tes untuk melihat unjuk kerja
gat rendah sebanyak 0 siswa (0%). Siswa yang
siswa dalam melaksanakan tahap-tahap dalam
telah mencapai keterampilan berpikir kritis
perbaikan PC. Tes dilaksanakan secara indivi-
kategori tinggi yaitu 27 siswa (93,1%) dengan
du sehingga guru dapat mengetahui siswa yang
kata lain kriteria keberhasilan pada siklus II
belum dapat menyerap materi, dan dapat me-
telah tercapai. Data peningkatan keterampilan
lihat secara rinci aspek mana saja yang masih
berpikir kritis masing-masing siswa disajikan
kurang.
pada tabel 15.
Hasil penilaian pada siklus I menunjuk-
Meningkatnya jumlah siswa yang terma-
kan bahwa nilai tertinggi 89,65, nilai terren-
suk pada kategori tinggi dikarenakan siswa
dah 50,50, nilai rata-rata 78,16. Jumlah siswa
telah dapat menerapkan tahap-tahapan dalam
yang tuntas KKM yaitu 21 siswa (68,97%)
berpikir kritis melalui PBL. Melalui perma-
dan siswa yang belum tuntas KKM 9 siswa
salahan yang disajikan dalam PBL siswa dapat
(31,03%). Dilihat dari rekapitulasi nilai untuk
lebih terlibat dalam upaya menyelesaikan per-

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 1, Februari 2014


Jurnal Pendidikan Vokasi 141

Tabel 16. Peningkatan Hasil Belajar Siswa


No Keterangan Siklus I SiklusII
1 Nilai Tertinggi 89,65 88,8
2 Nilai Terrendah 50,50 78,38
3 Rata-rata 78,16 83,2
4 Tuntas ( N 75) 21 (68,97%) 29 (100%)
5 Belum Tuntas ( N<75) 9 (31,03%) 0 (0%)

tiap indikator unjuk kerja, masih ada siswa memanfaatkan adanya sumber refferensi yang
yang memperoleh skor nol (0) pada aspek si- akan membantu dalam menyelesaikan perma-
kap kerja, hasil kerja dan waktu. Hal ini dikare- salahan kerusakan PC. Peningkatan aktivitas
nakan ada siswa yang pada saat penilaian unjuk siswa dalam pembelajaran menjadikan pen-
kerja kurang menerapkan keselamatan kerja getahuan siswa bertambah sehingga pada saat
sehingga pada saat ujicoba PC terdapat kom- menyelesaikan permasalahan kerusakan PC,
ponen Random Access Memory (RAM) yang siswa dapat menerapkan tahapan-tahapan un-
terbakar karena pemasangan pada slot memori tuk melaksanakan perbaikan PC dengan tepat.
kurang tepat. Kesalahan tersebut menyebabkan
PC tidak dapat selesai diperbaiki karena waktu
SIMPULAN DAN SARAN
telah habis sehingga komponen penilaian hasil
kerja dan waktu juga memperoleh nilai nol (0). Simpulan
Mempertimbangkan hasil dari penilaian Berdasarkan penelitian yang telah dilak-
unjuk kerja siklus I, guru kemudian mem- sanakan dan data-data yang diperoleh, peneliti
berikan penjelasan kepada siswa pentingnya dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
menerapkan keselamatan kerja pada saat prak-
1. Melalui penerapan model problem based
tik demi keamanan dan keselamatan peralatan
learning dalam pembelajaran materi per-
dan diri sendiri. Agar siswa dalam menyele-
baikan dan setting ulang PC dalam peneli-
saikan permasalahan PC dapat memanfaatkan
tian ini dapat meningkatkan keterampilan
waktu yang disediakan, guru memotivasi siswa
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran.
agar menggunakan teknik pada keterampilan
berpikir kritis sehingga dapat fokus menyele- 2. Melalui penerapan model problem based
saikan perbaikan sesuai dengan hasil identifi- learning dalam pembelajaran materi per-
kasi yang tepat dan akurat. baikan dan setting ulang PC dalam pene-
litian ini dapat meningkatkan hasil belajar
Hasil penilaian menunjukkan peningkatan siswa .
penilaian pada aspek-aspek yang sebelumnya
3. Keterampilan berpikir kritis siswa setelah
masih kurang. Berdasarkan rekapitulasi data
penerapan problem based learning menin-
diperoleh nilai tertinggi 88,18 , nilai terrendah
gkat sebesar 24,2%. Jumlah siswa dengan
78,38, nilai rata-rata 83,2. Jumlah siswa yang
kategori keterampilan berpikir kritis tinggi
mencapai nilai KKM yaitu 29 siswa (100 Data
pada akhir siklus II yaitu sebanyak 27
peningkatan nilai hasil belajar dan rata-rata ni-
siswa (93,1%).
lai disajikan pada tabel 16.
4. Peningkatan hasil belajar siswa setelah
Peningkatan hasil belajar siswa pada sik- penerapan problem based learning yakni
lus II terkait dengan semakin meningkatnya sebesar 31,03%. Jumlah siswa yang men-
penguasaan siswa pada langkah-langkah per- capai KKM pada akhir siklus II yakni se-
baikan PC dengan menggunakan keterampilan banyak 29 siswa (100%).
berpikir kritis melalui penerapan PBL. Selain
itu pada siklus II siswa berupaya meningkat- Saran
kan keterlibatan dalam pembalajaran PBL Berdasarkan kesimpulan beberapa saran
dalam eksperimen mencari penyelesaian ma- yang dapat diberikan tentang penerapan PBL
salah kerusakan PC. Siswa juga telah dapat sebagai berikut:

Penerapan Model Problem-Based Learning


142 Jurnal Pendidikan Vokasi

1. Bagi Guru Sri Mulyantini Soetjipto). New York:


a. Apabila akan menerapkan model PBL McGraw Hills. (Buku asli diterbitkan
dalam pembelajaran sebaiknya guru tahun 2007).
membuat perencanaan dan persiapan
Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan
pelaksanaan PBL dengan baik dalam
pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
waktu yang cukup dan pemilihan ma-
teri yang tepat. Karena tidak semua Gafar, A. A. & Ridwan, T. (2008). Implemen-
materi cocok untuk diterapkan den- tasi problem based learning (PBL) pada
gan PBL. proses pembelajaran di BPTP Bandung.
b. Guru perlu membuat suatu panduan Jurnal Universitas Pendidikan Indone-
tertulis tentang langkah-langkah sia, Nomor VII, 12.
PBL, aktivitas apa saja yang akan di-
laksanakan, jadwal pelaksanaan, serta Gerald Choon-Huat Koh ., Hoon Eng Khoo.,
perangkat-perangkat yang dibutuh- Mee Lian Wong., et.al. (2008). The ef-
kan. Sehingga melalui panduan terse- fects of problem-based learning during
but guru akan lebih mudah mensosia- medical school on physician compe-
lisasikan pada siswa , dan siswa dapat tency: a systematic review. Canadian
mempelajari terlebih dahulu sebelum Medical Association Journal, 178 (1),
PBL dimulai. 34-41.
2. Sekolah Glazer, E. (2001). Problem based instruction.
Memberikan pengetahuan dan wawasan In M. Orey (Ed.), Emerging perspective
kepada guru tentang penggunaan model PBL on learning, teaching, and technology.
dalam pembelajaran praktik di SMK. Sehingga Diambil dari http//www.coe.uga.edu/
guru dapat memilih model pembelajaran yang epltt/ProblemBasedInstruct.htm.
sesuai dengan karakteristik materi yang akan
Hamalik, O. (2011). Proses belajar mengajar.
diajarkan. Dengan demikian maka proses pem-
Jakarta: Bumi Aksara.
belajaran praktik kejuruan menjadi lebih opti-
mal. Hasrul Bakri. (2009). Peningkatan minat be-
3. Peneliti lajar praktek menggulung trafo melalui
Kepada peneliti lain yang membaca pene- pendekatan pembelajaran berbasis ma-
litian ini dan bermaksud untuk mengembang- salah (PBL) pada siswa Smk Negeri 3
kan temuan lebih lanjut, diharapkan dapat Makassar. Jurnal Medtek Vol 1 Nomor
melakukan penelitian dengan penerapan PBL 1 April, 2-8.
pada pembelajaran standar kompetensi yang
J. Oja, K. (2011). Using problem-based learn-
lain dan dengan lebih banyak menggunakan
ing in the clinical setting to improve
sampel penelitian sehingga hasilnya akan lebih
nursing students critical thinking: An
luas dan memungkinkan untuk digeneralisasi.
evidence review. Journal of Nursing
Education Vol. 50, No. 3.
DAFTAR PUSTAKA
Kay, K. (2008). Preparing every child for the
Akinoglu, O., & Tandogan, R. O. (2007). The 21st century. APEC Ed NeXian (Sym-
effects of problem-based active learning posium) Xian China, January 17.
in science education on students aca-
McTaggart, R. (1995). Action research: a short
demic achievement, attitude and concept
modern history. Victoria: Deakin Uni-
learning. Eurasia Journal of Mathemat-
versity Press.
ics, Science & Technology Education, 3
(1), 71-81. Nitko, J.A., & Brookhart, M. S. (2011). Edu-
cational assesment of student. Boston:
Arends, R. I. (2008). Belajar untuk mengajar.
Pearson Education.
(Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto &

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 1, Februari 2014


Jurnal Pendidikan Vokasi 143

Pardjono. (2007). Panduan penelitian tinda- Sudira, P. (2006). Pembelajaran di Sekolah


kan kelas. Yogyakarta: Lembaga Pene- Menengah Kejuruan. Depdiknas: Direk-
litian UNY. torat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat Pembi-
Paul, R., & Elder, L. (2008). Miniatur guide naan Sekolah Menengah Kejuruan Sub-
to critical thinking concepts and tools. dit Pembelajaran.
Dillon Beach: Foundation for Critical
Thinking Press. Tan, O.S. (2008). Problem-based learning and
creativity. Singapore: Cengage Learn-
Pavlova, M. (2009). Technology and voca- ing.
tional education for sustainable devel-
opment- empowering individuals for the Teaching and Learning Bulletin. (Vol. 7 no. 3,
future. New York: Springer Science & 2004). Problem-based Learning. Diam-
Business Media B.V. bil pada tanggal 15 Januari 2013, dari
http://depts.washington.edu/cidrweb/
Sadia, I. W. (2008). Model pembelajaran yang teaching/files/2012/12/PBL.pdf.
efektif untuk meningkatkan ketrampi-
lan berpikir kritis. Jurnal Pendidikan Winkel, W.S. (2009). Psikologi pengajaran.
dan Pengajaran UNDIKSHA, No.2 Th Yogyakarta: Media Abadi.
XXXXI 13-15.
Woolfolk, A. (2004). Educational psychology
(9th ed.). New York: Pearson.

Penerapan Model Problem-Based Learning

Anda mungkin juga menyukai