Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Kondisi Transportasi Udara di Indonesia
Industri penerbangan merupakan industri yang bersifat
berkelanjutan secara terus-menerus yang memiliki bertujuan untuk
menyesuaikan kekuatan pasar di antaranya harga bahan bakar minyak
(BBM), pertumbuhan ekonomi, liberalisasi pasar, pengaturan lingkungan,
beserta kemampuan pesawat dan moda transportasi lainnya. Pertumbuhan
ekonomi berpengaruh pada pertumbuhan industri penerbangan melalui
revenue passenger kilometers (RPK) terhadap indikator produk domestik
bruto (PDB).
Pertumbuhan transportasi udara komersial secara nasional tercatat
23% dengan mengindikasikan jumlah penumpang mencapai 95,2 juta
penumpang pada tahun 2016. Pertumbuhan transportasi udara diprediksi
meningkat 26% pada tingkat PDB sebesar 7% periode 2015 2019. Dari
tahun ke tahun, unit armada industri penerbangan mengalami peningkatan.
Berdasarkan data yang diperoleh, pada tahun 2012 jumlah armada yang
beroperasi 700 unit, sedangkan pada tahun 2013 jumlah armada yang
beroperasi 741 unit. Maka dari itu, peningkatan unit armada industri
penerbangan akan berdampak pada peningkatan konsumsi bahan bakar
avtur di Indonesia. Tahun 2013, konsumsi avtur sebanyak sebanyak 4,16
juta kilo liter dimana tingkat produksi hanya 2,96 juta kilo liter sedangkan
kekurangannya diimpor sebanyak 948 ribu kilo liter. Dengan pertumbuhan
industri penerbangan terhadap konsumsi avtur pada tahun 2020 diprediksi
26% dengan terindikasi akan mencapai 8,96 juta kilo liter. Maka dari itu,
untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar jet tersebut di masa yang akan
datang, perlu diketahui kondisi pasokan minyak bumi di Indonesia.
1.1.2 Kondisi Pasokan dan Harga Bahan Bakar Jet
Bahan bakar jet atau juga disebut Avtur merupakan produk olahan
minyak bumi yang diproses melalui crude distilation unit dimana itu bagian
dari fraksi middle distillate. Saat ini, bahan bakar tersebut masih bersumber
dari minyak bumi, sementara pasokan cadangan minyak bumi di Indonesia
mulai menipis. Berdasarkan data yang bersumber dari Energi dan Sumber
Daya Mineral pada tahun 2013, menyatakan bahwa cadangan minyak bumi
di Indonesia hanya 7,34 miliar barrel yang terdiri 3,74 milyar barrel
cadangan yang terbukti dan 3,66 milyar barrel masih berstatus potensi.
Berdasarkan kutipan Tempo.co, minyak barrel di Indonesia cadangan
terbukti minyak bumi Indonesia saat ini sebesar 3,3 miliar barel dan
cadangan potensial sebesar 3,9 barel dimana data tersebut diperoleh dari
data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Mengenai prediksi
angka tersebut, minyak bumi di Indonesia hanya mampu bertahan hingga
tahun 2024.
Ketidakstabilan pasokan minyak bumi berdampak pada fluktuasi
harga bahan minyak bumi yang berimplikasi pada bahan bakar
penerbangan. Data dari International Energy Agency (IEA) menunjukkan
bahwa pada tahun 2013 harga bahan bakar jet mencapai US$ 120/barrel
pada posisi harga minyak dunia US$ 110/barrel. Ketidakstabilan harga
minyak bumi di Indonesia juga mempengaruhi profitabilitas maupun
penerbangan komersial Indonesia.
Isu lain yang terkait dengan dampak lingkungan dimana penggunaan
bahan bakar jet yang berdampak pada lingkungan yaitu emisi CO2 dari
aktivitas penerbangan tersebut. Chevron (2006) menyatakan sumber emisi
CO2 dari aktivitas penerbangan berasal dari pembakaran intenal jet engine
dan operasional auxiliary power unit (APU). Emisi CO2 pada transportasi
udara tidak dapat diukur secara pasti yang terjadi di udara karena
pembakaran CO2 tidak terjadi di darat. IEA memperkirakan jumlah emisi
transportasi udara internasional mencapai 568,5 MtCO2 . IATA
mengungkapkan bahwa emisi CO2 dan kelangkaan minyak bumi dapat
diminimalisirkan dengan adanya sumber energy terbarukan (renewable
sources). Penggunaan bahan bakar jet atau biofuel dapat mereduksi emisi
tersebut hingga 55%-92% dari jet konvensional. Maka itu, IATA membuat
kebijakan yang mengenai empat pilar green aviation dengan salah satu
strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu penggunaan biofuel
dengan target 30% pesawat komersial pada tahun 2030 dan 50% pesawat
komersial pada tahun 2050.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ini
yaitu:
1. Mengetahui dampak penggunaan biofuel pada pesawat terbang terhadap
lingkungan di Indonesia
2. Mengetahui kesejahteraan masyarakat dengan adanya konversi dari
penggunaan avtur ke penggunaan biofuel

1.3 Manfaat
Manfaat penulisan Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ini
yaitu:
1. Memberikan solusi yang baik kepada Indonesia agar minyak bumi
tidak dieksploitasi secara terus-menerus sehingga dapat digantikan
oleh bahan bakar alternatif
2. Mengetahui adanya bahan bakar alternatif sebagai rasa kepedulian
terhadap lingkungan di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai