PENDAHULUAN
1
I.3.2 Tujuan Khusus
Dapat memahami definisi, syarat, kriteria rumah profesi serta standar dan peraturan yang digunakan dalam membangun rumah profesi.
Menambah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa akan pentingnya rumah profesi dalam kehidupan manusia.
Mengasah kemampuan mahasiswa dalam menganalisa kondisi rumah berdasarkan hasil pengukuran dan visualisasi bangunan, aspek eksternal (lingkungan dan infrastruktur), aspek internal dan fisik (organisasi
ruangan, kualitas, utilitas bangunan), aspek teknik (material, denah eksisting, tampak bangunan), dan aspek ruangan/hubungan fungsi kegiatan (sirkulasi, penghawaan, pencahayaan)
Mengasah kemampuan mahasiswa dalam mendesain rumah profesi
COVER
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
I.2 Pokok Permasalahan
I.3 Tujuan Penulisan
I.3.1 Tujuan Umum
I.3.2 Tujuan Khusus
I.4 Batasan Masalah
I.5 Manfaat Kajian
I.6 Sistematika Penulisan
2
BAB II RUMAH PROFESI PENCAK SILAT
II.1 Definisi
II.2 Syarat-syarat dan Kriteria Bangunan
II.3 Standar dan Peraturan
II.3.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Luar Bangunan (KLB)
II.3.2 Garis Sempadan Bangunan (GSB)
II.3.3 Garis Sempadan Jalan (GSJ)
II.3.4 Garis Jarak Bebas Samping (GJBS) dan Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB)
II.3.5 Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni
II.3.6 Gambar tentang GSB, GSJ, GJBS, GJBB
II.4 Bangunan Tahan Gempa untuk Rumah Tinggal
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
RUMAH PROFESI PENCAK SILAT
II. 1 Definisi
Setiap manusia di dunia memiliki kebutuhan primer akan papan, yaitu kebutuhan manusia untuk membuat tempat tinggal. Menurut UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perumahan dan Kawasan, rumah adalah bangunan
gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta asset bagi pemiliknya. Sementara itu, WHO mendefinisikan rumah sebagai
struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.
Rumah merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi
yang baik, kepadatan huanian rumah yang seusai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI, 2003)
Kriteria rumah profesi pencak silat didasarkan pada Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat Direktorat Jenderal Pendengalian Penyakit dan Penyehatan Lngkungan Depkes RI Tahun 2007. Komponen-komponen
yang dijadikan indicator terdiri dari tiga bagian antara lain, indicator komponen rumah, indicator sarana sanitasi, dan indicator penilaian perilaku penghuni.
Indikator komponen yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat antara lain:
1. Langit-langit
Langit-langit berfungsi untuk utup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda agar terlihat rapih, menahan debu yang jatuh serta menahan tetesan air hujan yang menembus celah-celah atap dan untuk menahan panas
agar tidak mudah masuk ke ruangan yang dibawahnya. Langit-langit yang memenuhi persyaratan adalah langit-langit yang dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka
atap serta mudah dibersihkan. Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari permukaan lantai
2. Atap
Konstruksi atap harus didasrkan kepada perhitungan yang teliti sehingga dapat menahan semua beban yang ada seperti beban hujan dan beban angina. Fungsi dari atap adalah untuk melindungi bagian-bagian
dalam rumah dan semua penghuni dari panas dan hujan. Syarat atap yang baik antara lain:
a. Rapat air,padat dan tidak dapat bergeser
b. Tidak mudah terbakar, ringan dan dapat tahan lama
3. Dinding
Dinding harus tegak lurus dari lantai agar dapat menahan beban dinding sendiri. Selain itu, dinding juga harus menahan beban angina serta beban diatasnya seperti atap. Dinding juga harus terpisah dari pondasi
oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak dapat meresap. Dinding tidak boleh basah, lembab dan harus bebas dari lumut.
5
4. Lantai
Lantai sebaiknya tidak terbuat oleh tanah karena ketika musim hujan dapat menjadi lembab dan menimbulkan penyakit bagi penghuninya. Oleh karena itu, lantai sebaiknya dibuat oleh bahan yang kedap air seperti
disemen dan kemudian dilapisi oleh keramik.
5. Jendela
Luas jendela yang baik paling sdikit mempunyai luas 10-20% dari luas lantai. Jika luas jendela melebihi 20% dari luas lantai, dapat menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan jika kurang dari 10% dapat
menimbulkan suasana pengap dan gelap.
6. Ventilasi
Ventilasi digunakan untuk menyediakan udara segar dari luar kepada setiap ruang di dalam kamar dan untuk menyalurkan udara kotor ke luar. Ventilasi yang baik memiliki syarat-syarat antara lain:
a. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan
b. Udara yang masuk harus udara bersih yang tidak dicemari oleh asap kendaraan, pabrik, sampah maupun asap lainnya.
c. Aliran udara diusahakan cross ventilation sehingga proses aliran udara lebih lancar.
7. Pencahayaan
Cahaya yang cukup merupakan suatu kebutuhan manusia agar terhindar dari penyakit dan kerugian-kerugian lainnya. Terdapat dua jenis pencahayaan:
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami diperoleh melalui sinar matahari yang masuk melalui lubang jendela, celah, maupun bagian lain dari rumah yang terbuka. Fungsi dari sinar matahari adalah untuk penerangan dan untuk
mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk dan serangga lainnya serta membunuh kuman-kuman (Azwar, 1996).
b. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan merupakan penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan seperti lampu.
8. Pembagian Ruangan/Tata Ruang
Setiap bagian dalam rumah harus sesuai dengan fungsinya dan memiliki tata ruang yang baik agar memudahkan komunikasi antara ruangan di dalam rumah dengan menjamin kerahasiaan pribadi masing-masing
penghuni.
Untuk ruang tidur, harus ada pemisah antara ruang kamar tidur orang tua dan kamar tidur anak. Kemudian, luas ruangan minimal 8m2 dengan kapasitas orang maksimal 2 orang.
Untuk dapur, ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar asap hasil kegiatan masak dapat dialirkan keluar. Luas dapur minimal 3m2. Selain itu, di dapur harus tersedia alat-alat pengolahan makanan,
alat-alat masak, tempat cuci peralatan dan air bersih dan tempat penyimpanan bahan makanan.
Untuk kamar mandi harus memiliki minimal 1 lubang ventilasi yang berhubungan dengan udara luar.
9. Luas Bangunan Rumah
Luas bangunan rumah harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya tidak terjadi kepadatan penghuni. Ika suatu rumah terlalu padat, maka akan menyebabkan kurangnya oksigen dan mudahnya penyebaran
penyakit. Permenkes mensyaratkan rumah sehat memenuhi syarat luas lebih dari 8m2 untuk tiap orang.
6
Sementara itu, indicator sarana sanitasi yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat adalah:
1. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari dan jika dimasak dapat diminum. Sementara itu, air minum adalah air yang syaratnya memenuhirat kesehatan dan dapat langsung
diminum (Depkes RI, 2002).
Air dikatakan bersih jika memenuji 3 syarat yaitu:
a. Syarat Fisik
Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dan memiliki suhu di bawah suhu udara sehingga nyaman untuk digunakan
b. Syarat Kimia
Air tersebut tidak tercemar oleh zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan
c. Syarat Bakterial
Air tidak boleh mengandung mikrooganisme, sebagai contoh adanya bakteri E.Coli.
Dalam penyediaan air bersih, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Jarak antara sumber air bersih dengan sumber air kotor (septik tank dan resapan) minimal 10 meter
b. Sumur gali minimal 3 meter dari permukaan tanah dan dilengkapi dengan cincin dan bibir sumur
c. Penampungan air dan sumur gali dijaga kebersihannya dan dipelihara secara rutin
7
4. Sarana pembuangan sampah
Sampah merupakan semua produk sisa dalam bentuk padat akibat aktifitas manusia dan sudah dianggap tidak bermangaat. Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, diperlukan pengaturan
pembuangannya. Syarat tempat sampah yang baik adalah:
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan tidak mudah bocor
b. Harus dituutp rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya serperti tikus, kucing dan sebagainya.
8
(6) Dimungkinkan adanya kompensasi berupa penambahan besarnya KDB. KLB bagi perpetakan tanah yang memberikan sebagian luas tanahnya untuk kepentingan umum.
(7) Penetapan besarnya KDB, KLB untuk pembangunan bangunan gedung di atas fasilitas umum adalah setelah mempertimbangkan keserasian, keseimbangan dan persyaratan teknis serta mendengarkan pendapat
teknis para ahli terkait.
9
Sepanjang tidak ada jarak bebas samping maupun belakang bangunan yang ditetapkan, maka Kepala Daerah menetapkan besarnya garis sempadan tersebut dengan setelah mempertimbangkan keamanan, kesehatan
dan kenyamanan, yang ditetapkan pada setiap permohonan perizinan mendirikan bangunan.
Untuk bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan/benda-benda yang mudah terbakar dan/atau bahan berbahaya, maka Kepala Daerah dapat menetapkan syarat-syarat lebih lanjut mengenai
jarak-jarak yang harus dipatuhi.
Pada daerah intensitas bangunan padat/rapat, maka garis sempadan samping dan belakang bangunan harus memenuhi persyaratan:
(1) bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas pekarangan;
(2) struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak sekurang-kurangnya 10 cm kearah dalam dari batas pekarangan, kecuali untuk bangunan rumah tinggal;
(3) untuk perbaikan atau perombakan bangunan yang semula menggunakan bangunan dinding batas bersama dengan bangunan di sebelahnya, disyaratkan untuk membuat dinding batas tersendiri disamping dinding
batas terdahulu;
(4) pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terdapat jarak bebas samping, sedangkan jarak bebas belakang ditentukan minimal setengah dari besarnya garis sempadan muka bangunan.
II.3.4 Garis Jarak Bebas Samping (GJBS) dan Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB)
Pada daerah intensitas bangunan rendah/renggang, maka jarak bebas samping dan belakang bangunan harus memenuhi persyaratan:
(1) jarak bebas samping dan jarak bebas belakang ditetapkan minimum 4 m pada lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai/tingkat bangunan, jarak bebas di atasnya ditambah 0,50 m dari jarak bebas lantai di
bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5 m, kecuali untuk bangunan rumah tinggal, dan sedangkan untuk bangunan gudang serta industri dapat diatur tersendiri;
(2) sisi bangunan yang didirikan harus mempunyai jarak bebas yang tidak dibangun pada kedua sisi samping kiri dan kanan serta bagian belakang yang berbatasan dengan pekarangan.
Pada dinding batas pekarangan tidak boleh dibuat bukaan dalam bentuk apapun.
Jarak bebas antara dua bangunan dalam suatu tapak diatur sebagai berikut:
(1) dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling berhadapan, maka jarak antara dinding atau bidang tersebut minimal dua kali jarak bebas yang ditetapkan;
(2) dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan dinding tembok tertutup dan yang lain merupakan bidang terbuka dan/atau berlubang, maka jarak antara dinding tersebut minimal satu kali jarak bebas
yang ditetapkan;
(3) dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling berhadapan, maka jarak dinding terluar minimal setengah kali jarak bebas yang ditetapkan.
10
II.3.5 Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni
Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak
lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2,80 m. Rumah sederhana sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat dan
menjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
11
II.4 Bangunan Tahan Gempa untuk Rumah Tinggal
Bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh elemen rumah menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak lepas/runtuh akibat gempa. Penerapan konsep tahan gempa antara lain
dengan cara membuat sambungan yag cukup kuat diantara berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat. Konsep rumah contoh yang dikembangkan Kantor Menteri Negara Riset dan
Teknologi (KMNRT) tidak hanya mengacu kepada konsep desain tahan gempa saja, akan tetapi mencakup konsep pemanfaatan material setempat, budaya masyarakat dalam membangun rumah, serta aspek kemudahan
pelaksanaan.
Kadar kecocokan sistem struktur terhadap gempa yang dinyatakan sangat cocok, bila bangunan gedung dan rumah dibuat dengan mengunakan sistem struktur rangka kaku, baik menggunakan bahan beton bertulang,
baja, dan kayu dengan perkuatan silang. Bangunan gedung dan rumah tinggal yang dibangun dengan sistem struktur ini memberikan karakteristik berat bangunan ringan dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap
beban gempa.
Beberapa konsep utama dalam konstruksi bangunan tahan gempa antara lain:
1. Denah Bangunan yang Simetris
Khusus pada bangunan tahan gempa denah bangunan perlu didesain secara simetris. Berdasarkan pengamatan pada kerusakan bangunan akibat gempa, diketahui bahwa struktur bangunan yang demikian dapat
menahan gaya gempa. Struktur seperti ini juga mengurangi efek gaya torsi yang ditimbulkan saat terjadi gempa. Denah yang simetris memungkinkan pembagian kekuatan yang merata pada setiap bagian bangunan.
Dengan adanya pemerataan tersebut, maka bangunan tidak akan mudah roboh saat terjadi gempa.
2. Material Bangunan yang Ringan
Alam semesta telah menyediakan material-material yang mampu dimanfaatkan dalam proses perancangan bangunan. Akan tetapi manusia harus tetap mengasah kreativitasnya untuk menciptakan material-material
yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam proses pemilihan material bagi rancangan bangunan tahan gempa perlu memperhatikan faktor berat material tersebut. Material yang sebaiknya digunakan adalah material
yang ringan namun kuat. Hal ini sesuai dengan konsep bahwa beban inersia gempa sebanding dengan berat bahan bangunan tersebut.
3. Sistem Konstruksi Penahan Beban yang Memadai
Agar suatu bangunan dapat menahan gempa, maka bangunan trsebut harus mampu menyalurkan setiap gaya inersia akibat gempa dari elemen-elemen struktur bangunan utama kemudian memindahkannya ke
pondasi yang ada di dalam tanah. Struktur utama penahan gaya horizontal akibat gempa harus elastis, karena jika batas kekuatan elastisitas telah dilampaui maka tidak akan terjadi keruntuhan getas secara tiba-tiba,
melainkan pada beberapa tempat terlebih dahulu. Dalam proses menyalurkan gaya dari elemen struktur ke pondasi terdapat sebuah jalur yang disebut lintasan gaya. Setiap bangunan harus memiliki lintasan gaya yang
cukup kuat untuk dapat menahan gaya gempa horizontal.
Taraf keamanan minimum untuk bangunan gedung dan rumah tinggal yang masuk dalam kategori bangunan tahan gempa, yaitu yang memenuhi berikut ini:
a. Bila terkena gempa bumi yang lemah, bangunan tersebut tidak mengalami kerusakan sama sekali.
b. Bila terkena gempa bumi sedang, bangunan tersebut boleh rusak pada elemen-elemen non-struktural, tetapi tidak boleh rusak pada elemen-elemen struktur.
c. Bila terkena gempa bumi yang sangat kuat: bangunan tersebut tidak boleh runtuh baik sebagian maupun seluruhnya; bangunan tersebut tidak boleh mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Berdasarkan acuan normative SNI 03-1726-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan, Bangunan rumah dan gedung lainnya yang dibuat atau direncanakan mengikuti pedoman teknis ini
harus mengikuti ketentuan-ketentuan berikut:
12
1. Pondasi
a. Pondasi harus ditempatkan pada tanah keras.
b. Penampang melintang pondasi harus simetris seperti terlihat pada Gambar 2
Gambar 3. Pondasi menerus yang diletakkan pada sebagian tanah keras dan sebagian tanah lunak.
d. Sangat disarankan menggunakan pondasi menerus, mengikuti panjang denah bangunan, seperti ditunjukan oleh Gambar 4.
13
f. Penggunaan pondasi pada kondisi tanah lunak dapat digunakan pondasi pelat beton atau jenis pondasi alternatif lainnya.
14
Gambar 9. Detail Struktur Kuda-Kuda Atap
15
BAB III
HASIL PENGAMATAN
- Kamar anak tidak ada jendela lubang ventilasi cenderung - Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan
kurang memadai - Udara yang masuk harus udara bersih yang tidak dicemari oleh asap kendaraan, pabrik,
Penghawaan - Jendela depan ruang tamu jarang difungsikan dan tertutup sampah maupun asap lainnya.
1.
(sirkulasi udara) sofa - Menfungsikan jendela sebangai tempat pertukaran sirkulasi udara sebenarnya
- Jendela dapur tidak berfungsi -
- Kamar mandi tidak memiliki ventilasi
- Pencahayaan dapur cenderung minim disamping jendela - Pencahayaan yang baik berasal dari sinar matahari langsung ketika siang hari,
2. Pencahayaan sudah tidak berfungsi, dibagian belakang dapur ditutupi (penghematan energy)
kerai bambu sehingga cahaya dari luar terhalangi - Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20% dari luas lantai
16
- Pencahayaan kamar anak pada siang hari juga cenderung
kurang karena berada ditengah-tengah tanpa jendela
satupun
- Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dan memiliki suhu di bawah suhu udara
sehingga nyaman untuk digunakan
3. Sumur air bersih Sumber air bersih (sumur) berada di dekat septic tank didekat
- Jarak antara sumber air bersih dengan sumber air kotor (septik tank dan resapan)
dapur dan tidak ada reservoir. minimal 10 meter
- Jarak septic tank dengan sumur harus diletakkan jauh kurang lebih 8 meter.
- Jarak septic tank dengan sumber air sangat dekat (di - Septic tank harus memiliki lubang hawa dan lubang pipa untuk keperluan kebersihan.
wilayah dapur), hal ini sangat memungkinkan tercemarnya - Memberikan tempat pembuangan sampah
sumber air minum oleh air pembuangan - Tidak terjadi kontaminasi tanah permukaan
Pengolahan limbah
4. - septik tank juga tidak memiliki lubang penghawaan, - Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke sumur
cair dan padat
maupun lubang pipa untuk keperluan - Tidak terjadi kontaminasi pada air permukaan
pembersihan(penyedotan jika penuh). - Tidak terjangkau oleh lalat dan kuman
- Tidak ada tempat sampah pada rumah yang disurvey - Harus bebas dari bau serta kondisi yang tidak sedap
- Ruang tamu dan keluarga yang dijadikan satu dengan
mable rumah tangga yang penuh sesak menambah tata
ruang tidak sesuai fungsinya (terdapat kasur juga di ruang - harus ada pemisah antara ruang kamar tidur orang tua dan kamar tidur anak. Kemudian,
tamu ini) luas ruangan minimal 8m2 dengan kapasitas orang maksimal 2 orang.
- Untuk dapur, ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar asap hasil kegiatan
5 Tata Ruang - Dapur yang langsung terlihat dari ruang tamu dengan sekat
masak dapat dialirkan keluar. Luas dapur minimal 3m2.
setengah
- Untuk kamar mandi harus memiliki minimal 1 lubang ventilasi yang berhubungan
- Perabotan rumah tangga (mable) yang memakan tempat dengan udara luar.
seperti sofa besar terdapat dua dan terdapat bangku juga
yang sangat menyulitkan ruang gerak penghuni
- Ruang hijau (taman) dapat memberikan penghawaan yang sejuk
6 Ruang hijau - Tidak ada tanaman pada rumah ini - Memberikan tanaman gantung atau tanaman dalam pot dibagian teras rumah agar
sirkulasi udara lebih baik
- Menggunakan atap genteng karena dengan lahan yang kecil penggunaan asbes
7 Konstruksi rumah - Atap yang digunakan adalah asbes menambah penghawaan rumah semakin panas, maka digunakan genteng
17
BAB IV
18
IV.1.3 Aspek Teknik
a. Material
Rumah yang kami survei memiliki atap yang terbuat dari asbes dan ketinggian rumah 2.5 m. Langit-langit rumah terbuat dari triplek. Lantai rumah sudah terbuat oleh keramik sedangkan dinding rumah
adalah setengah pasang batu-bata yang dilapisi oleh plaster. Pintu dan kusen jendela terbuat dari kayu, sedangkan pintu kamar mandi terbuat dari PVC.
d. KDB : 89.4%
e. KLB : 0.89
f. GSB : 50 cm
g. GSJ : 50 cm
h. GJBS : 50 cm ke kanan
i. GJBB : 1,5 m
j. Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni : 10,825
19
Pada kamar tidur anak hanya terdapat ventilasi di atas pintu. Namun, luas tersebut adalah 0.17m2 dan sudah sesuai dengan persyaratan rumah sehat.
Ventilasi pada dapur berasal dari celah diatas jendela dan pintu belakang. Luas ventilasi tersebut adalah 0.32m2 atau 4% dari luas lantai ruangan. Hal ini menunjukan bahwa ventilasi pada dapur masih
dibawah persyaratan rumah sehat.
Sementara itu, pada kamar mandi hanya terdapat ventilasi pada bagian bawah pintu sebesar 0.49m2. Luas tersebut sudah sesuai dengan persyaratan rumah sehat, namun ventilasi tersebut hanya mengalirkan
udara ke dapur dan bukan udara segar dari luar.
b. Pencahayaan
Terdapat dua jenis pencahayaan dalam rumah yang kami survei, pencahayaan alami yang berasal dari jendela, serta pencahayaan buatan yang berasal dari lampu pijar.
Di ruang keluarga terdapat dua jendela yang menghadap ke depan rumah. Luas jendela tersebut adalah 1.15m2 sehingga hanya mencakup 9% dari luas lantai ruangan. Ukuran tersebut masih dibawah
persyaratan rumah sehat yang mensyaratkan ukuran jendela minimal 10% dari luas lantai. Untuk pencahayaan buatan, terdapat dua lampu di langit-langit yang berfungsi untuk memberikan penerangan saat
malam hari. Namun, satu dari kedua lampu tersebut tidak berfungsi dan rusak.
Pada kamar tidur induk juga terdapat dua buah jendela yang menghadap ke depan rumah. Luas jendela tersebut adalah 1.04m2, yaitu 11.5% dari luas lantai ruangan sehingga sudah memenuhi persyaratan
rumah sehat. Selain itu, juga terdapat satu lampu untuk penerangan pada malam hari.
Berbeda dengan kamar tidur induk, kamar tidur anak tidak memiliki pencahayaan alami dikarenakan dinding yang menghadap ke luar rumah bersebelahan dengan dinding rumah tetangga. Oleh karena itu,
pencahayaan di kamar ini hanya mengandalkan pencahayaan buatan dengan menggunakan lampu.
Pada bagian dapur, terdapat satu buah jendela yang menghadap ke belakang rumah yang berfungsi sebagai pencahayaan alami. Luas jendela tersebut adalah 0.49m2 atau 6.1% dari luas lantai ruangan. Luas
tersebut masih jauh dibawah persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Selain pencahayaan alami, dapur tersebut juga memiliki pencahayaan buatan berupa satu lampu.
Kamar mandi pada rumah yang kami survei tidak memiliki jendela. Oleh karena itu, penerangan untuk kamar mandi menggunakan pencahayaan buatan.
20
IV.2.2 Aspek Internal dan Fisik
a. Organisasi Ruangan
Berdasarkan denah usulan, kami tidak menambah maupun mengurangi jumlah ruangan yang telah ada namun mengubah letak ruangan yang ada untuk mengefektifkan luas bangunan yang cukup sempit.
Ruang tamu kami perluas dengan cara mengubah letak pintu dan tembok depan rumah menjadi tidak membentuk sudut agar luas ruang tamu efektif. Juga mengganti perabot ruang tamu seperti sofa dan
meja tamu yang lebih sesuai dengan luas ruang tamu.
Kamar tidur anak dipindahkan menjadi berseberangan dengan kamar tidur utama. Tujuan dari pemindahan kamar tidur anak adalah sebagai pembatas ruang tamu untuk menjaga privasi keluarga juga
sebagai pembatas dapur, selain itu luas bekas kamar tidur anak difungsikan sebagai ruang keluarga, sehingga lahan rumah yang sempit bisa di efektifkan.
Kamar mandi dipindahkan ke seberang letak kamar mandi sebelumnya. Tujuan dari pemindahan kamar mandi adalah agar tembok kamar mandi dapat ditambahkan ventilasi sebagai sirkulasi udara didalam
kamar mandi.
d. KDB : 89.4%
e. KLB : 0.89
21
f. GSB : 50 cm
g. GSJ : 50 cm
h. GJBS : 50 cm ke kanan
i. GJBB : 1,5 m
j. Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni : 10,825
Karena luas lahan yang tidak dapat diperbesar, tidak terdapat perubahan terhadap KDB, KLB, GSB, GSJ, GJBS, GJBB serta rasio luas bangunan dengan penghuni.
k. Gempa
Untuk kekuatan bangunan dalam segi gempa, sesuai dengan SNI 03-1726-2002, pondasi yang digunakan dalam usulan rumah kami adalah pondasi menerus, simetris serta kedalaman yang sama. Selain itu,
pada dinding dipasang kolom lintel untuk mengatasi adanya gaya horizontal akibat gempa yang letaknya ada di kusen-kusen. Pada setiap kolom terdapat beton sloof untuk menahan gaya geser akibat gempa.
Untuk struktur atap, digunakan material yang ringan namun kuat, yaitu kayu.
b. Pencahayaan
Pencahayaan dalam rumah berasal dari jendela dan juga lampu pijar. Pada ruang tamu terdapat dua jendela yang menghadap ke depan rumah. Standar luas jendela pada ruang tamu adalah 0.432 m2 0.864
m2, kami membuat luas jendela pada ruang tamu menjadi 0.814 m2 sehingga sudah memenuhi standar luas jendela 10%-20% dari luas ruangan. Untuk pencahayaan buatan pada ruang tamu adalah lampu hias
gantung yang tidak terlalu besar dan cukup untuk penerangan di malam hari.
Pada kamar tidur induk juga terdapat dua buah jendela yang menghadap ke depan rumah. Standar luas jendela pada kamar tidur induk adalah 0.9 m2 1.8 m2, kami membuat luas jendela pada kamar tidur
induk menjadi 1.125 m2 sehingga sudah memenuhi standar luas jendela. Selain itu, juga terdapat satu lampu untuk penerangan pada malam hari.
22
Pada kamar tidur anak terdapat 2 jendela yang terlihat pada tampak kanan rumah yang akan menjadi pencahayaan alami. Standar luas jendela pada kamar tidur anak adalah 0.868 m2 - 1.736 m2, kami
membuat luas jendela pada kamar tidur anak menjadi 1.125 m2 sehingga sudah memenuhi standar luas jendela .Terdapat juga pencahayaan buatan berupa lampu pijar untuk penerangan pada malam hari.
Pada bagian dapur, terdapat satu buah jendela yang menghadap ke belakang rumah yang berfungsi sebagai pencahayaan alami. Standar luas jendela pada dapur adalah 0.3315 m2 - 0.663 m2, kami membuat
luas jendela pada dapur menjadi 0.814 m2 sehingga sudah memenuhi standar luas jendela. Sela
in pencahayaan alami, dapur tersebut juga memiliki pencahayaan buatan berupa satu lampu.
Pada ruang keluarga, terdapat pencahayaan buatan berupa lampu pijar juga mendapatkan pencahayaan dari kaca yang berada di bagian dinding dapur.
Pada Kamar mandi, terdapat penerangan dari jendela kecil yang berada persis diatas ventilasi seluas 0.0462 m2 dan ventilasi yang terlihat pada tampak kanan rumah juga penerangan buatan dari lampu
pijar.
23
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
a. Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,
ventilasi yang baik, kepadatan huanian rumah yang seusai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah
b. Aspek-aspek yang ditijau dari rumah sehat antara lain pencahayaan, penghawaan, tata ruang, material bangunan, sanitasi, luas bangunan, serta aspek ekonomi
c. Rumah yang berada pada Jalan Raya Srengseng Sawah No. 13 tidak memenuhi kriteria-kriteria untuk dikategorikan sebagai rumah sehat karena beberapa hal yaitu, pencahayaan yang kurang, penghawaan yang
kurang baik, tata ruang yang tidak efektif, serta material bangunan yang kurang baik.
d. Untuk memenuhi persyaratan rumah sehat, rumah yang berada pada Jalan Raya Srengseng Sawah No. 13 dapat direnovasi. Renovasi yang dilakukan adalah:
1. Menambahkan jendela dan ventilasi
2. Mengubah tata ruang
3. Meninggikan langit-langit untuk penghawaan
4. Mengubah material atap dari asbes menjadi genteng tanah liat
e. Ada beberapa aspek dari rumah sehat yang tidak dapat diubah karena kondisinya yang tidak memungkinkan yaitu luas bangunan, KDB, KLB, GSB, GSJ, GJBS, GJBB serta rasio luas bangunan dengan
penghuni
V.2 Saran
Selain aspek dan standar-standar yang berlaku untuk rumah sehat, segi estetika dan kenyamanan dapat diperhatikan. Pemilik rumah dapat menambahkan tanaman-tanaman di teras maupun di belakang rumah
untuk meningkatkan keindahan rumah. Selain itu, pemilik juga dapat merapihkan barang-barang agar tidak berantakan di dalam rumah. Selain lebih enak untuk dipandang, hal ini juga akan membuat penghuni merasa
lebih nyaman serta kebersihan lebih mudah untuk dijaga. Kebersihan pangkal kesehatan adalah pepatah yang benar adanya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Puspantoro, Benny. (1996). Konstruksi Bangunan Gedung Tidak Bertingkat. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Mahasiswa Atma Jaya.
Depkes RI Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.
Kepmenkes RI No.403/KPTS/M/2002 ttg Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)
25
LAMPIRAN
26