Anda di halaman 1dari 44

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

AMDAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan yang diampu oleh Dr. Rina Marina Masri, MP

Oleh:

Zakwan Gusnadi
1406775

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
SOAL:
1. Apa judul laporan AMDAL yang ditulis?
2. Deskripsikan rencana kegiatan, komponen yang terkena dampak dan rona
lingkungan awal!
3. Bagaimana skema diagram alur pelingkupan amdal yang anda evaluasi?
4. Berdasarkan hasil penapisan mengapa rencana kegiatan pembangunan yang
anda evaluasi perlu dilakukan AMDAL?
5. Jelaskan hasil evaluasi dokumen AMDAL yang tidak sesuai dengan pedoman
penilaian dokumen AMDAL!
6. Hasil analisis ANDAL manakah yang paling berperan menghasilkan dampak
negatif yang perlu diminimalisir dan bagaimanakah RKL-RPL yang paling ideal
untuk mengoptimalkan kondisi tersebut menjadi lebih baik?
7. Reklamasi pantai di jakarta utara memunculkan banyak masalah, menurut
anda langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya?
JAWABAN:
1. judul laporan AMDAL: Rencana Pembangunan Ruunami Gallery Ciumbuleuit 3

2. deskripsi rencana kegiatan, rona lingkungan awal, dan komponen yang terkena dampak.
a. Deskripsi rencana kegiatan proyek
1) Tahap pra konstruksi
a) Pembebasan lahan
Kegiatan pembebasan lahan untuk rencana kegiatan Rusunami Galery
Ciumbuleuit 3 telah dilakukan untuk lahan seluas 11.000 m2. Pembebasan
lahan dilakukan sejak tahun 2010. Asal tanah lokasi kegiatan berupa
hunian padat penduduk.
b) Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan penyampaian informasi rencana
kegiatan pada masyarakat dalam rangka penyususnan dokumen AMDAL.
c) Survey pendahuluan
Antara lain:
Survey pendahuluan dan pematokan batas lokasi rencana kegiatan
Pengukuran dan pengamatan terhadap rona lingkungan awal
Penelitian-penelitian lainnya
d) Perizinan
e) Perencanaan
Terdiri dari:
Pembuatan master plan
Perencanaan detail rencana pembangunan tower 1 hingga 3
Perencanaan sarana dan prasarana

2) Tahap konstruksi
a) Rencana rekruitmen tenaga kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap konstruksi terdiri dari tenaga
kerja kontrak dan borongan dengan klasifikasi pekerjaan antara lain ahli
struktur, arsitek, mekanikal elektrikal, mandor, tukang/buruh ahli.

3
b) Penyiapan lahan
Pembersihan lahan
Lahan berupa lahan kosong dan eks rumah penduduk dengan luas
total 11.00 m2.
Pekerjaan tanah
Kegiatan pekerjaan tanah yang paling utama adalah kegiatan
penggalian untuk membangun basement dan pondasi bangunan.
c) Transportasi alat dan bahan bangunan
Pengangkutan alat dan bahan dilakukan melalui jalan darat menggunakan
truk yang mempunyai maksimal tekanan gandar 5 ton, karena disesuaikan
dengan kelas jalan yang ada.
d) Konstruksi bangunan
Diawali dengan membangun pondasi basement. Pembangunan pondasi
basement dilaksanakan sesudah pekerjaan tanah, selanjutnya
membangun penahan disepanjang dinding guna memperkuat dinding dan
mencegah rfembesan air, kemusian membangun lantai dan dinding
ruangan. Setelah basement selesai dilakukan kegiatan pembangunan
lantai dasar, kemudian lantai 1 sampai dengan lantai 25.
e) Penyediaan air bersih
Sumber air bersih yang digunakan pada tahap konstruksi bersumber dari
sumur yang telah ada dilokasi kegiatan. Adapun perkiraan kebutuhan air
sebesar 13,4 m3/detik. Sedangkan kebutuhan air minum karyawan
menggunakan air minum dalam kemasan berupa air gallon.
f) Penanganan limbah domestic pekerja
Aktivitas pekerja pada kegiatan konstruksi akan menghasilkan limbah
baiklimbah padat maupun limbah cair dan limbah biologis.
g) Penanganan limbah konstruksi
Limbah konstruksi yang bisa dimanfaatkan kembali akan diambil oleh
kontraktor atau diberikan kepada para pekerja untuk dimanfaatkan atau
diserahkan kepada pihak ketiga untuk dimanfaatkan, sedangkan limbah
yang tidak dapat dimanfaatkan kembali akan dibuang ke tempat
pembuangan berizin.
4
3) Tahap operasi
a) Penerimaan tenaga kerja
Tenaga kerja yang terlibat langsung dengan rencana kegiatan operasional
berjumlah 76 orang dengan klasifikasi pekerjaan sebagai manajer
pengelola, staf administrasi, petugas kebersihan dan keamanan.
b) Kegiatan operasional
Adapun kegiatan perawatan rutin yang dilakukan terdiri dari
pemeliharaan, pembersihan, perbaikan (pompa air, genset, taman,
fasilitas umum, fasilitas social selain fasilitas utama) dan lain-lain.

b. Rona lingkungan awal


1) Komponen Fisik-Kimia
a) Iklim, kualitas udara dan kebisingan
iklim
suhu udara
secara umum daerah studi mempunyai suhu udara rata-rata dari
tahun 2002-2011 sebesar 23,4 C.
curah hujan
secara umum daerah studi mempunyai curah hujan rata-rata dari
tahun 2002-2011 sebesar 185,4 mm.
hari hujan
secara umum daerah studi mempunyai hari hujan rata-rata dari
tahun 2002-2011 sebesar 17,5 hari.
Arah dan kecepatan angin
secara umum daerah studi mempunyai kecepatan angin rata-rata
pertahun dari BMG stasiun bandung selama periode tahun 2002-
2011 sebesar 3,8 knot.

Kualitas udara

5
Kondisi kualitas udara yang meliputi gas dan debu pada daerah studi
dan sekitarnya berdasarkan data sekunder dari dokumen AMDAL
Rusunami dan Hotel Galery Ciumbuleuit.

Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan yang dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan dan kenyamanan
lingkungan.

b) Fisiografi
Topografi
Secara topografi lokasi pembangunan proyek berupa lembah dan
berada pada ketinggian 807 m dpl.

Gambar 1 Peta topografi lokaasi studi

6
Geologi

Gambar 2 Peta geologi lokasi studi

Geologi regional
Geologi daerah penyelidikan
Bahaya geologi
Gempa bumi
Gunung api
Kerentanan gerakan tanah
Erosi
Kestabilan lereng
Hidrogeologi lokasi studi
Air tanah dangkal
Air tanah dalam

7
Gambar 3 Peta hidrogeologi lokasi studi
Daerah resapan
Pola aliran air tanah dan pengambilannya
Kualitas air tanah
Zona air tanah

Kondisi air permukaan


Badan air yang mengalir di sekitar rencana lokasi pembangunan
rusunami galeri ciumbuleuit 3 berupa selokan dan anak sungai yang
merupakan anak sungai cikapundung.

c) Ruang, lahan, dan tanah


Tata guna lahan
Penggunaan lahan eksisting yang dijumpai pada saat peninjauan
secara langsung dilapangan umumnya masih alami yang terdiri dari
hutan kota, tegalan dan kebun campuran.
Rencana tata guna lahan
Berdasarkan peraturan daerah No. 18 tahun 2011 tentang rencana
tata ruang wilayah kota bandung 2011-2013 peruntukan ruang pada

8
lokasi pembangunan adalah jasa dengan tingkat kepadatan sedang
dikawasan bandung utara.
transportasi
jaringan jalan
sarana pelayanan transportasi
volume lalu lintas

2) Komponen Biologi
a) Flora
Berdasarkan data pra survey, ekosistem di lokasi rencana pembangunan
dan sekitarnya merupakan ekosistem yang alami berupa kebun campuran
dan ekosistem pekarangan rumah.
b) Fauna
Berdasarkan data pra survey, jenis fauna yang terbanyak berupa jenis
aves.

3) Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya


a) Komponen sosial
demografi
kependudukan
berdasarkan data tahun 2012 kelurahan hegarmanah berada di
atas lahan seluas 258 Ha memiliki jumlah penduduk sebanyak
23.173 orang dengan kepadatan penduduk 114 orang/Ha dan
jumlah KK sebanyak 4.635 KK. Penduduk laki-laki berjumlah
12.176 jiwa yaitu 52,54 % dan penduduk perempuan 11.217 jiwa
yaitu 47,30 %. Kelurahan hegarmanah memiliki jumlah RW
sebanyak 11RW dan RT sebanyak 65 RT. Diperkirakan jumlah rata-
rata KK per RW sebanyak 927 KK dan jumlah rata-rata KK sebanyak
71 KK.
Pendidikan
Pada tahun 2012 mayoritas tingkat pendidikan SD dengan jumlah
4.452 orang (35,16%) dan tamat SLTA dengan jumlah 4.030 orang
9
(31,82%). SLTP berjumlah 1 buah dan perguruan tinggi berjumlah
1 buah.

b) Social ekonomi
Mata pencaharian
Mata pencaharian yang menempati urutan pertama adalah pegawai
swasta mencapai 6.676 orang (57,55%) dan terkecil adalah pedagang
sebanyak 35 orang (0,29%).

4) Kesehatan Masyarakat

a) Sarana kesehatan
Di kelurahan hegarmanah terdapat sarana kesehatan dan tenaga
paramedic sebagai berikut:
Puskesmas 1 unit
Posyandu 19 unit
Poliklinik/balai pengobatan 1 unit
Apotik 4 unit
Praktek dokter 3 unit

c. Komponen yang terkena dampak


Komponen lingkungan yang terkena
No Sumber dampak
dampak
A Tahap konstruksi
Kesempatan kerja
1. Rekruitmen tenaga kerja Kesempatan berusaha
Konflik sosial
Penurunan kualitas udara
Peningkatan intensitas kebisingan
2. Penyiapan lahan
Penurunan kualitas air permukaan
Transportasi (kemacetan lalu lintas dan

10
kerusakan jalan)
Biota perairan
Kesehatan masyarakat
Penurunan kualitas udara
Peningkatan kebisingan
Erosi
Penurunan kualitas air permukaan
Transportasi alat dan bahan
3. Peningkatan kuanntitas air permukaan
bangunan
Estetika lingkungan
Biota perairan
Kamtibmas
Kesehatan masyarakat
C. Tahap Operasi
Rekruitmen tenaga kerja Kesempatan kerja
1.
tahap operasi Konflik sosial
Penurunan kualitas udara
Kualitas air permukaan
Kuantitas air permukaan
Kualitas air tanah
Kuantitas air tanah
Kegiatan operasional
Estetika lingkungan
2. rusunami gallery
Transportasi (kemacetan lalu lintas)
ciumbuleuit 3
Biota perairan
Kepadatan penduduk
Kesempatan berusaha
Kamtibmas
Kesehatan masyarakat

11
3. Diagram alur pelingkupan Rusunami Gallery Ciumbuleuit 3
DAMPAK PENTING
HIPOTETIK

Tahap konstruksi
Terbuka kesempatan kerja
KOMPONEN KEGIATAN Terbuka kesempatan
1. Tahap konstruksi berusaha
Rekruitmen tenaga kerja Terjadi konflik social
DAMPAK POTENSIAL PRIORITAS DAMPAK
Penyiapan lahan Penurunan kualitas udara PENTING HIPOTETIK
Transportasi alat dan bahan Peningkatan intensitas
Tahap konstruksi
Kegiatan konstruksi bangunan kebisingan
Kesempatan kerja Perubahan daya dukung
2. Tahap operasi
Kesempatan berusaha Terjadi erosi dan longsor dan daya tampung
Rekruitmen tenaga kerja Penurunan kualitas air lingkungan
Konflik social
Kegiatan operasional rusunami permukaan Penurunan kualitas air
Kualitas udara
Kebisingan Peningkatan kuantitas air tanah
Erosi dan longsor
pemukaan Penurunan kuantitas air
Penurunan estetika tanah
Transportasi
Kesehatan masyarakat
lingkungan Penurunan kualitas air
menurunan kesehatan pekerja permukaan
Kualitas air permukaan
Gangguan transportasi Peningkatan kuantitas air
Biota perairan
Evaluasi Gangguan kamtibmas Klasifikasi permukaan
Identifikasi dampak Kuantitas air permukaan
dampak Penurunan kesehatan dan Penurunan estetika
Rencana Pembangunan
potensial Estetika lingkungan
potensial masyarakat prioritas lingkungan
Rusunami Galeri Kamtibmas Transportasi
Kesehatan pekerja
Ciumbeleuit 3 Tahap operasi Penurunan kualitas udara
Kesehatan masyarakat Terbuka kesempatan kerja Peningkatan intensitas
Terjadi konflik social kebisingan
Tahap operasi
Penurunan kualitas udara Erosi dan longsor
Kesempatan kerja 3. Metode
1. Metode matrik Diskusi tim Peningkatan kuantitas air Kesehatan pekerja
Konflik social pemukaan analisis
2. Metode bagan alir
Kuantitas air permukaan Penurunan kualitas air tanah
keterkaitan
Perubahan tatanan sosial
Kualitas air permukaan Peningkatan kuantitas air
4. Professional
Terbuka kesempatan
Kualitas air tanah tanah
judgement
kerja
Kuantitas air tanah Penurunan estetika Ternuka kesempatan
KOMPONEN LINGKUNGAN Estetika lingkungan lingkungan berusaha
5. Fisik Kimia Transportasi Gangguan transportasi Terjadi konflik social
6. Biologi Biota perairan Terbuka kesempatan Peningkatan kepadatan
7. Social Kesempatan berusaha berusaha penduduk
8. Kesehatan Masyarakat Kepadatan penduduk Peningkatan kepadatan Gangguan kamtibmas
Kamtibmas penduduk Penurunan kesehatan
Kesehatan masyarakat Gangguan kamtibmas masyarakat
Penurunan kesehatan
masyarakat

12
Proses untuk menghasilkan dampak penting hipotetik pada
dasarnya diawali melalui proses identifikasi dampak potensial dengan
maksud untuk mengidentifikasikan segenap dampak lingkungan hidup
yang secara potensial akan timbul sebagai akibat dari rencana kegiatan
perumahan . untuk menentukan dampak potensial diperlukan
pengenalan dan pemahaman terhadap rona lingkungan awal melalui
kunjungan lapangan, kajian peraturan, data sekunder yang relevan,
informasi kegiatan lain disekitar dan tanggapan serta saran dari
masyarakat pada saat dilakukan konsultasi public.
Proses penentuan dampak penting hiotetik selanjutnya adalah
melakukan evaluasi dampak potensial dengan tujuan untuk
menghilangkan/meniadakan dampak potensial yang dianggap tidak
relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak penting
hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara
mendalam dalam studi ANDAL. Metode yang dilakukan untuk melakukan
evaluasi dampak potensial ini adalah menyeleksi daftar panjang semua
dampak dari identifikasi dampak potensial dan peta lokasi dampak yang
mungkin terjadi, hasil konsultasi masyarakat dan kajian peraturan
sehingga dihasilkan daftar dampak penting hipotetik yang perlu dikaji
dalam AMDAL.
Sebagai langkah ahir dari proses penentuan dampak penting
hipotetik adalah melakukan penentuan klasifikasi dan prioritas terhadap
dampak penting hipotetik, sehingga dihasilkan klasifikasi dan prioritas
dampak

13
4. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tentang Jenis-jenis
Usaha dan/kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.Tertuang dalam
lampiran I Daftar Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
AMDAL bagian I Bidang Multi sektor.

Tabel Kriteria kegiatan yang harus dilakukan AMDAL


No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1. Pembanguna Besaran diperhitungkan
n bangunan berdasarkan:
gedung a. Pembebasan lahan.
- Luas lahan, b. Daya dukung lahan.
atau c. Tingkat kebutuhan air
- Bangunan > 5 ha sehari-hari.

>10.000 m2 d. Limbah yang


dihasilkan.
e. Efek pembangunan
terhadap lingkungan
sekitar (getaran,
kebisingan, polusi
udara,
dan lain-lain).
f. KDB (koefisien dasar
bangunan) dan KLB.
(koefisien luas
bangunan)
g. Jumlah dan jenis
Proyek Rencana Pembangunan Rusunami Gallery Ciumbuleuit 3 ini
pohon yang mungkin
memiliki luas lahan 11.000 m2 dan total luas bangunan mencapai
hilang.
2
102.075,13 m . Luas lahan dan bangunan dari proyek ini memiliki kriteria
h. Konflik sosial akibat
skala/besaran bangunan gedung yang harus di AMDAL.
pembebasan lahan
(umumnya berlokasi
dekat pusat kota yang
memiliki kepadatan
14
tinggi).
i. Struktur bangunan
5. Hasil evaluasi dokumen AMDAL yang tidak sesuai dengan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 tahun 2013 tentang Tata Laksana
Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan
Izin Lingkungan diantaranya:
a. KA-ANDAL
1) Belum tersaji informasi mengenai Analisis Hasil pelibatan
masyarakat.
2) Pelingkupan belum dilengkapi dengan table ringkasan proses
pelingkupan.
b. ANDAL
1) Prakiraan dampak penting tidak dilakukan untuk masing-masing
alternatif, saat rencana usaha dan/atau kegiatan masih berada
pada tahap pemilihan alternatif komponen rencana usaha
dan/atau Kegiatan.
2) Belum tersaji evaluasi secara holistic terhadap dampak lingkungan
dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang
menjadi dasar bagi penyusunan RKL-RPL yang lebih detail/rinci dan
operasional.
c. RKL-RPL
Muatan yang terkandung dalam dokumen RKL-RPL Proyek Rusunami
Ciumbuleuit 3 relatif sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 08 tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian Dan
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin
Lingkungan.
Kemudian untuk sistematika dan cara penulisan dokumen AMDAL
sendiri relatif sesuai dengan PerMen LH No. 16 Tahun 2012 Tentang
Pedomana Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

15
6. Hasil analisis ANDAL yang paling berperan menghasilkan dampak negatif yang
perlu diminimalisir:
a. Tahap pra konstruksi
1) Keresahan sosial
b. Tahap konstruksi
1) Kesempatan kerja
2) Kesempatan berusaha
3) Konflik sosial
4) Kualitas udara
5) Intensitas kebisingan
6) Kualitas air permukaan
7) Kemacetan lalu lintas
8) Kerusakan jalan
9) Kesehatan masyarakat
10) Estetika lingkungan
11) erosi
c. tahap operasi
1) kesempatan kerja
2) konflik sosial
3) kualitas udara
4) kualitas air permukaan
5) kuantitas air permukaan
6) kualitas air tanah
7) kuantitas air tanah
8) kemacetan lalu lintas
9) estetika lingkungan
10) kepadatan penduduk
11) kesempatan berusaha
12) kamtibmas
13) kesehatan masyarakat.

16
RKL DAN RPL
Tabel 1 Rencana kelola lingkungan Rusunami Gallery Ciumbuleuit 3

Dampak Penting dan Sumber Institusi Pengelolaan


Tujuan Lokasi Periode
Dampak Penting Upaya Lingkungan Hidup
Rencana Pengelolaa Pengelolaa
Pengelolaan
No Tahapan Tolok Ukur Pengelolaan n n
Komponen Lingkungan
Sumber Lingkungan Lingkunga Lingkungan Pelaksa Pengawa
Lingkungan Hidup Pelapor
Dampak Hidup n Hidup Hidup na s
Hidup
1 Pra konstruksi
Adanya Adanya Sikap Dari Kegiatan Tidak Agar tidak Mmberikan Dilokasi Selama PT. Aparat BPLH
Sikap dan dan Persepsi survey, terjadi terjadi sikap penjelasan dan Sekitar tahap pra Hegar keluraha Kota
Persepsi Masyarakat perijinan dan sikap dan dan persepsi secara Lokasi konstruksi manah n dan Bandun
Masyarak perencanaan persepsi masyarakat transparan Kegiatan pada jaya kecamat g
at masyaraka yang negatif tentang kegiatan an
t yang rencana survey, setempat
negatif kegiatan hotel perijinan
kepada dan
masyarakat perencanaa
melalui tokoh n
masyarakat
serta aparat
kecamatan
setempat
II Konstruksi

17
Peningkat Peningkatan Dari kegiatan Tidak 1) 1) Penempatan Di Jalan Selama PT. 1) Dinas BPLH
an Bangkitan / mobilisasi terjadi Meminimalisasi petugas khusus ciumbuleui Kegiatan Hegar Perhubu Kota
Bangkitan Tarikan Lalu alat dan kemacetan gangguan lalu sebagai t, mobilisasi manah ngan Bandun
/ Tarikan Lintas berupa material lalu lintas lintas. 2) pengatur keluar kelurahan alat dan jaya Kota g
Lalu kemacetan dan Menciptakan masuk hegarman material Bandung.
Lintas lalu lintas kerusakan kondisi berlalu kendaraan. 2) ah, 2) Dinas
serta jalan lintas yang baik Pemberian kecamatan Marga
kerusakan disekitar sehingga tanda/rambu cidadap, dan
jalan lokasi tercipta adanya kota Pengaira
kegiatan suasana berlalu kegiatan bandung. n Kota
lintas yang bekerja sama Bandung
kondusif dan dengan Dinas
mengurangi Perhubungan
1
potensi adanya Kota Bandung.
kecelakaan lalu 3) Memperbaiki
lintas. 3) Tidak kerusakan jalan
terjadi akibat dari
kerusakan jalan kegiatan
mobilisasi alat
dan material
dengan
berkoordinasi
dengan Dinas
Bina Marga dan
pengairan Kota
Bandung

18
Peningkat Peningkatan Dari kegiatan 1) Memperkecil Membuat Dilokasi Selama PT. BPLH BPLH
an Kuantitas air pekerjaan Besarnya terjadinya jebakan lumpur dsepanjan kegiatan Hegar Kota Kota
kuantitas permukaan tanah dan volume air peningkatan air agar agregat g saluran pekerjaan manah Bandung, Bandun
air dan air larian pelaksanaan larian (run larian (run off) tanah tidak drainase di tanah dan jaya Dinas g
permukaa (run off) serta konstruksi off) serta serta terbawa air lokasi pelaksanaa Bina
n dan air penurunan luasan mengantisipasi menuju badan kegiatan n konstruksi Marga
larian kualitas air daerah peluapan air penerima dan
(run off) permukaan terbangun. saluran dan Pengaira
serta 2) PP No penurunan n Kota
2 penuruna 82 Tahun kualitas air Bandung
n kualitas 2001, permukaan
air tentang
permukaa pengelolaa
n n kualitas
air dan
pengendali
an
pencemara
n air

19
Adanya Adanya Berbagai Jumlah Untuk 1) Pengelolaa Selama PT. Dinas BPLH
Kesempat kesempatan kegiatan tenaga memaksimalka Memprioritaska n tentang kegiatan Hegar Ketenaga Kota
an Kerja kerja dan yang dapat kerja lokal n n tenaga kerja aspek Konstruksi manah kerjaan Bandun
dan tenaga kerja melibatkan yang pelibatan/peny dan peluang ketenagak jaya Kota g
Berusaha lokal yang tenaga kerja dilibatkan/ erapan tenaga berusaha bagi erjaan di Bandung,
diterima/diser lokal dan diserap kerja lokal dari penduduk lokasi Aparat
ap serta adanya pada berbagai setempat di kelurahan Keluraha
peluang usaha peluang berbagai kegiatan pada sekitar lokasi setempat n
berusaha, kegiatan fase konstruksi kegiata. 2) Setempa
pada fase dan jumlah dan peluang Memberikan t
konstruksi orang yang usaha informasi
terlibat kepada dinas
dalam tenaga kerja
usaha Kota Bandung
3
disekitarny mengenai
a di fase adanya
konstruksi lowongan kerja.
3) Adanya
karyawan tahap
konstruksi akan
membuka
peluang usaha
bagi
masyarakat
disekitar lokasi
kegiatan
misalnya,
membuka kios

20
warung.

21
Penuruna Penurunan Dari kegiatan Peraturan Agar kualitas Pemakaian Dilokasi Selama PT. BPLH BPLH
n Kualitas Kualitas Udara mobilisasi pemerinta udara dan masker bagi Kegiatan mobilisasi Hegar Kota Kota
Udara dan alat berat h no 41 kebisingan pekerja yang alat berat manah Bandung Bandun
dan Peningkatan dan material, tahun tetap dibawah berhubungan dan jaya g
Peningkat Intensitas pekerjaan 1999, baku mutu dengan sumber material,
an Kebisingan tanah dan tentang lingkungan pencemar pekerjaan
Kebisinga pelaksanaan pencemara udara dan tanah dan
n konstruksi n kualitas debu. Menutup pelaksanaa
4 berupa gas udara, alat n konstruksi
polutan KEMEN transportasi/tru
(CO2, SO2, LH/11/199 k dengan plastik
Pb) dan debu 6, tentang agar material
serta Baku tidak tercecer
peningkatan tingkat ke jalan.
intensitas kebisingan, Membersihkan
kebisingan peruntuka Bahan -bahan
n jasa kendaraan
Adanya Adanya sikap Kegiatan Tidak Agar tidak Pendekatan Dilokasi Selama PT. Aparat BPLH
sikap dan dan presepsi mobilisasi terjadi terjadi sikap kepada sekitar mobilisasi Hegar keluraha Kota
presepsi masyarakat tenaga kerja, sikap dan dan persepsi masyarakat kegiatan alat berat manah n dan Bandun
masyarak mobilisasi persepsi masyarakat terhadap dan jaya kecamat g
at alat dan masyaraka yang negatif masalah yang material, an
5 material, t yang diakibatkan pekerjaan setempat
pekerjaan negatif oleh kegiatan tanah dan
tanah dan mobilisasi pelaksanaa
pelaksanaan tenaga kerja, n konstruksi
konstruksi mobilisasi alat
dan material,

22
pekerjaan tanah
dan
pelaksanaan
konstruksi

Pernurun Penurunan Dari kegiatan Tidak agar Tidak Pemakaian Dilokasi Selama PT. Dinas BPLH
an Kesehatan mobilisasi terjadi terjadi masker bagi dan Sekitar Kegiatan Hegar Ketenaga Kota
Kesehata masyarakat alat berat penurunan penurunan pekerja yang Lokasi mobilisasi manah kerjaan Bandun
n baik pada dan material, kesehatan kesehatan berhubungan Kegiatan alat dan jaya Kota g
Masyarak pekerja pekerjaan masyaraka masyarakat dengan sumber material Bandung,
6 at maupun tanah dan t pencemar dan Aparat
masyarakat pelaksanaan udara dan pelaksanaa Keluraha
sekitar lokasi konstruksi debu. n pekerjaan n
kegiatan Mengikutsertak konstruksi Setempa
an jamsostek t
pada karyawan
III Pasca Konstruksi

23
Peningkat Peningkatan Operasional Peningkata Meminimalisasi Penempatan Di Jalan LL. Selama PT. Dinas BPLH
an Bangkitan / kegiatan n arus lalu gangguan lalu petugas khusu RE Operasional Hegar Ketenaga Kota
Bangkitan Tarikan Lalu hotel lintas lintas yang ada sebagai ciumbuleui Kegiatan manah kerjaan Bandun
/ Tarikan Lintas disekitar pengatur keluar t, jaya Kota g
Lalu lokasi masuk kelurahan Bandung,
1 Lintas kegiatan kendaraan hegarman Aparat
ah, Keluraha
kecamatan n
cidadap, Setempa
kota t
bandung.
Peningkat Peningkatan Kegiatan Tidak Agar parameter Membuat Pada IPAL, Selama PT. BPLH BPLH
an kuantitas air Operasional terjadi kualitas air instalasi sumur Operasional Hegar Kota Kota
kuantitas permukaan hotel peningkata permukaan pengolahan air resapan Kegiatan manah Bandung, Bandun
air dan air larian n kuantitas tidak melebihi limbah dengan dan grease jaya Dinas g
permukaa (run off) serta air baku mutu yang sistem Extendid trap Bina
n dan air penurunan permukaa diperbolehkan Aeration Marga
larian kualitas air n dan air dan
2
(run off) permukaan larian Pengaira
serta n Kota
penuruna Bandung
n kualitas
air
permukaa
n

24
Penuruna Peningkatan Saat Terciptany Meminimalisasi Menyediakan Dilokasi Selama PT. PD. BPLH
n Estetika estetika Operasional a kondisi sampah yang TPS yang ramah Kegiatan Operasional Hegar Kebersih Kota
Lingkunga lingkungan kegitan lingkungan ada lingkungan serta Kegiatan manah an Kota Bandun
n sekitar dilengkapi atap tempat jaya Bandung g
lokasi dikelilingi Buffer bin/tong
3
kegiatan zone sampah
yang (penghijauan) dan TPS
tertata minimal seluas
dengan 8 x 12 m2
baik
Adanya Adanya Berbagai Jumlah Untuk Memberikan Pengelolaa Selama PT. PD. BPLH
Kesempat Kesempatan kegiatan tenaga memaksimalka informasi n tentang Operasional Hegar Kebersih Kota
an Kerja kerja dan yang dapat kerja lokal n kepada aparat aspek Kegiatan manah an Kota Bandun
tenaga kerja melibatkan yang perlibatan/peny kelurahan dan ketenagak jaya Bandung g
lokal yang tenaga kerja dilibatkan/ erapan tenaga kecamatan erjaan di
diterima/diser lokal pada diserap kerja lokal dari setempat serta lokasi
ap pada fase pada berbagai Dinas Tenaga kelurahan
kegiatan operasiona berbagai kegiatan kerja Kota setempat
operasional kegiatan operasional Bandung
4
dan jumlah mengenai
orang yang adanya
terlibat lowongan kerja
dalam
usaha
disekitarny
a di fase
operasiona
lnya

25
Penuruna Penurunan Pada saat PP NO 41 Agar kualitas Revegetasi Dilokasi Selama PT. PD. BPLH
n Kualitas Kualitas Udara operassional Tahun udara dan lahan, sehingga Kegiatan Operasional Hegar Kebersih Kota
Udara dan kegiatan 1999, kebisingan lahan kembali Kegiatan manah an Kota Bandun
dan Peningkatan tentang tetap dibawah dalam bentuk jaya Bandung g
5
Peningkat Intensitas pengendali baku mutu semula
an Kebisingan an lingkungan
Kebisinga pencemara
n n udara
Gangguan Berbagai Kecemburua Jumlah Mengurangi Perlunya Dilokasi Selama PT. Aparat BPLH
keamana konflik yang n sosial dan kejadian atau bahakan sosialisasi pihak dan Sekitar Operasional Hegar keamana Kota
n dan menyebabkan ketidakharm konflik menghilangkan proyek pada Lokasi Kegiatan manah n Bandun
ketertiba gangguan onisan sosial yang konflik para pendatang Kegiatan jaya setempat g
n keamanan antara menggang agar dapat
6
dan penduduk gu menjaga
ketertiban lokal dengan keamanan keharmonisan
masyarakat penduduk dan
pendatang ketertiban

Penuruna Penurunan Dari kegiatan Tidak agar Tidak Mengelola Dilokasi Selama PT. Dinas BPLH
n Kesehatan operasional terjadi terjadi komponen sekitar operasional Hegar Ketenaga Kota
Kesehata masyarakat serta penurunan penurunan kualitas udara, kegiatan Kegiatan manah kerjaan Bandun
n baik pada pemeliharaa kesehatan kesehatan air dan serta jaya Kota g
masyarak pekerja n sarana masyaraka masyarakat kebisingan pemelihara Bandung,
9
at maupun penunjang t dengan baik an sarana Aparat
masyarakat penunjang Keluraha
sekitar lokasi n
kegiatan Setempa
t

26
Tabel 2 Rencana pemantauan lingkungan (RPL)

Dampak Penting dan Institusi Pengelolaan Lingkungan


Tujuan Upaya Lokasi Periode
Sumber Dampak Penting Hidup
Rencana Pemantaua Pengelola Pengelolaa
N
Tahapan Kompone Tolok Ukur Pemantauan n an n
o
n Sumber Lingkungan Lingkungan Lingkunga Lingkungan Pelaksa
Pengawas Pelapor
Lingkung Dampak Hidup Hidup n Hidup Hidup na
an Hidup
1 Pra konstruksi
Adanya Adanya Dari Kegiatan Tidak terjadi Agar tidak Mmberikan Dilokasi Selama PT. Aparat BPLH
Sikap dan Sikap dan survey, sikap dan terjadi sikap penjelasan dan tahap pra Hegar kelurahan dan Kota
Persepsi Persepsi perijinan dan persepsi dan persepsi secara Sekitar konstruksi manah kecamatan Bandun
Masyaraka Masyarak perencanaan masyarakat masyarakat transparan Lokasi pada jaya setempat g
t at yang negatif yang negatif tentang Kegiatan kegiatan
rencana survey,
kegiatan perijinan
hotel dan
kepada perencanaa
masyarakat n
melalui
tokoh
masyarakat
serta aparat
kecamatan
setempat
II Konstruksi

27
Peningkata Peningkat Dari kegiatan Tidak terjadi 1) 1) Di Jalan Selama PT. 1) Dinas BPLH
n an mobilisasi kemacetan Meminimalis Penempata ciumbuleu Kegiatan Hegar Perhubungan Kota
Bangkitan Bangkitan alat dan lalu lintas asi gangguan n petugas it mobilisasi manah Kota Bandung. Bandun
/ Tarikan / Tarikan material dan lalu lintas. 2) khusus alat dan jaya 2) Dinas Marga g
Lalu Lintas Lalu kerusakan Menciptakan sebagai material dan Pengairan
Lintas jalan kondisi pengatur Kota Bandung
berupa disekitar berlalu lintas keluar
kemaceta lokasi yang baik masuk
n lalu kegiatan sehingga kendaraan.
lintas tercipta 2)
serta suasana Pemberian
kerusaka berlalu lintas tanda/ramb
n jalan yang u adanya
kondusif dan kegiatan
1
mengurangi bekerja
potensi sama
adanya dengan
kecelakaan Dinas
lalu lintas. 3) Perhubunga
Tidak terjadi n Kota
kerusakan Bandung. 3)
jalan Memperbai
ki
kerusakan
jalan akibat
dari
kegiatan
mobilisasi

28
alat dan
material
dengan
berkoordina
si dengan
Dinas Bina
Marga dan
pengairan
Kota
Bandung

Peningkata Peningkat Dari kegiatan 1) Besarnya Memperkecil Membuat Dilokasi Selama PT. BPLH Kota BPLH
n kuantitas an pekerjaan volume air terjadinya jebakan dsepanjan kegiatan Hegar Bandung, Kota
air Kuantitas tanah dan larian (run peningkatan lumpur agar g saluran pekerjaan manah Dinas Bina Bandun
permukaa air pelaksanaan off) serta air larian agregat drainase tanah dan jaya Marga dan g
n dan air permuka konstruksi luasan (run off) tanah tidak di lokasi pelaksanaa Pengairan Kota
larian (run an dan air daerah serta terbawa air kegiatan n konstruksi Bandung
off) serta larian terbangun. mengantisipa menuju
penurunan (run off) 2) PP No 82 si peluapan badan air
2 kualitas air serta Tahun 2001, saluran dan penerima
permukaa penuruna tentang penurunan
n n kualitas pengelolaan kualitas air
air kualitas air permukaan
permuka dan
an pengendalia
n
pencemaran
air

29
Adanya Adanya Berbagai Jumlah Untuk 1) Pengelola Selama PT. Dinas BPLH
Kesempata kesempat kegiatan tenaga kerja memaksimal Mempriorit an tentang kegiatan Hegar Ketenagakerja Kota
n Kerja an kerja yang dapat lokal yang kan askan aspek Konstruksi manah an Kota Bandun
dan dan melibatkan dilibatkan/di pelibatan/pe tenaga ketenagak jaya Bandung, g
Berusaha tenaga tenaga kerja serap pada nyerapan kerja dan erjaan di Aparat
kerja lokal dan berbagai tenaga kerja peluang lokasi Kelurahan
lokal yang adanya kegiatan lokal dari berusaha kelurahan Setempat
diterima/ peluang dan jumlah berbagai bagi setempat
diserap berusaha, orang yang kegiatan penduduk
serta pada fase terlibat pada fase setempat di
peluang konstruksi dalam usaha konstruksi sekitar
usaha disekitarnya dan peluang lokasi
di fase usaha kegiata. 2)
konstruksi Memberika
3
n informasi
kepada
dinas
tenaga
kerja Kota
Bandung
mengenai
adanya
lowongan
kerja. 3)
Adanya
karyawan
tahap
konstruksi

30
akan
membuka
peluang
usaha bagi
masyarakat
disekitar
lokasi
kegiatan
misalnya,
membuka
kios
warung.

31
Penurunan Penuruna Dari kegiatan Peraturan Agar kualitas Pemakaian Dilokasi Selama PT. BPLH Kota BPLH
Kualitas n Kualitas mobilisasi pemerintah udara dan masker bagi Kegiatan mobilisasi Hegar Bandung Kota
Udara dan Udara alat berat no 41 tahun kebisingan pekerja alat berat manah Bandun
jaya
Peningkata dan dan material, 1999, tetap yang dan g
n Peningkat pekerjaan tentang dibawah berhubunga material,
Kebisingan an tanah dan pencemaran baku mutu n dengan pekerjaan
Intensitas pelaksanaan kualitas lingkungan sumber tanah dan
Kebisinga konstruksi udara, pencemar pelaksanaa
n berupa gas KEMEN udara dan n konstruksi
polutan LH/11/1996, debu.
(CO2, SO2, tentang Menutup
Pb) dan debu Baku tingkat alat
4
serta kebisingan, transportasi
peningkatan peruntukan /truk
intensitas jasa dengan
kebisingan plastik agar
material
tidak
tercecer ke
jalan.
Membersih
kan Bahan -
bahan
kendaraan

32
Adanya Adanya Kegiatan Tidak terjadi Agar tidak Pendekatan Dilokasi Selama PT. Aparat BPLH
sikap dan sikap dan mobilisasi sikap dan terjadi sikap kepada sekitar mobilisasi Hegar kelurahan dan Kota
presepsi presepsi tenaga kerja, persepsi dan persepsi masyarakat kegiatan alat berat manah kecamatan Bandun
jaya
masyaraka masyarak mobilisasi masyarakat masyarakat terhadap dan setempat g
t at alat dan yang negatif yang negatif masalah material,
material, yang pekerjaan
pekerjaan diakibatkan tanah dan
tanah dan oleh pelaksanaa
pelaksanaan kegiatan n konstruksi
5 konstruksi mobilisasi
tenaga
kerja,
mobilisasi
alat dan
material,
pekerjaan
tanah dan
pelaksanaa
n konstruksi

33
Pernuruna Penuruna Dari kegiatan Tidak terjadi agar Tidak Pemakaian Dilokasi Selama PT. Dinas BPLH
n n mobilisasi penurunan terjadi masker bagi dan Kegiatan Hegar Ketenagakerja Kota
Kesehatan Kesehata alat berat kesehatan penurunan pekerja Sekitar mobilisasi manah an Kota Bandun
jaya
Masyaraka n dan material, masyarakat kesehatan yang Lokasi alat dan Bandung, g
t masyarak pekerjaan masyarakat berhubunga Kegiatan material Aparat
at baik tanah dan n dengan dan Kelurahan
pada pelaksanaan sumber pelaksanaa Setempat
6 pekerja konstruksi pencemar n pekerjaan
maupun udara dan konstruksi
masyarak debu.
at sekitar Mengikutse
lokasi rtakan
kegiatan jamsostek
pada
karyawan
III Pasca Konstruksi
Peningkata Peningkat Operasional Peningkatan Meminimalis Penempata Di Jalan Selama PT. Dinas BPLH
n an kegiatan arus lalu asi gangguan n petugas ciumbuleu Operasional Hegar Ketenagakerja Kota
Bangkitan Bangkitan hotel lintas lalu lintas khusu it Kegiatan manah an Kota Bandun
jaya
/ Tarikan / Tarikan disekitar yang ada sebagai Bandung, g
1
Lalu Lintas Lalu lokasi pengatur Aparat
Lintas kegiatan keluar Kelurahan
masuk Setempat
kendaraan

34
PeningkataPeningkat Kegiatan Tidak terjadi Agar Membuat Pada IPAL, Selama PT. BPLH Kota BPLH
n kuantitas
an Operasional peningkatan parameter instalasi sumur Operasional Hegar Bandung, Kota
air kuantitas hotel kuantitas air kualitas air pengolahan resapan Kegiatan manah Dinas Bina Bandun
jaya
permukaa air permukaan permukaan air limbah dan Marga dan g
n dan air permuka dan air tidak dengan grease Pengairan Kota
larian (run
an dan air larian melebihi sistem trap Bandung
off) sertalarian baku mutu Extendid
2
penurunan (run off) yang Aeration
kualitas air
serta diperbolehka
permukaa penuruna n
n n kualitas
air
permuka
an
Penurunan Peningkat Saat Terciptanya Meminimalis Menyediaka Dilokasi Selama PT. PD. Kebersihan BPLH
Estetika an Operasional kondisi asi sampah n TPS yang Kegiatan Operasional Hegar Kota Bandung Kota
Lingkunga estetika kegitan lingkungan yang ada ramah serta Kegiatan manah Bandun
jaya
n lingkunga sekitar lingkungan tempat g
n lokasi dilengkapi bin/tong
kegiatan atap sampah
3
yang tertata dikelilingi dan TPS
dengan baik Buffer zone
(penghijaua
n) minimal
seluas 8 x
12 m2

35
Adanya Adanya Berbagai Jumlah Untuk Memberika Pengelola Selama PT. PD. Kebersihan BPLH
Kesempata Kesempat kegiatan tenaga kerja memaksimal n informasi an tentang Operasional Hegar Kota Bandung Kota
n Kerja an kerja yang dapat lokal yang kan kepada aspek Kegiatan manah Bandun
jaya
dan melibatkan dilibatkan/di perlibatan/p aparat ketenagak g
tenaga tenaga kerja serap pada enyerapan kelurahan erjaan di
kerja lokal pada berbagai tenaga kerja dan lokasi
lokal yang fase kegiatan lokal dari kecamatan kelurahan
diterima/ operasiona dan jumlah berbagai setempat setempat
4
diserap orang yang kegiatan serta Dinas
pada terlibat operasional Tenaga
kegiatan dalam usaha kerja Kota
operasion disekitarnya Bandung
al di fase mengenai
operasional adanya
nya lowongan
kerja
Penurunan Penuruna Pada saat PP NO 41 Agar kualitas Revegetasi Dilokasi Selama PT. PD. Kebersihan BPLH
Kualitas n Kualitas operassional Tahun 1999, udara dan lahan, Kegiatan Operasional Hegar Kota Bandung Kota
Udara dan Udara kegiatan tentang kebisingan sehingga Kegiatan manah Bandun
jaya
Peningkata dan pengendalia tetap lahan g
5 n Peningkat n dibawah kembali
Kebisingan an pencemaran baku mutu dalam
Intensitas udara lingkungan bentuk
Kebisinga semula
n

36
Gangguan Berbagai Kecemburua Jumlah Mengurangi Perlunya Dilokasi Selama PT. Aparat BPLH
keamanan konflik n sosial dan kejadian atau sosialisasi dan Operasional Hegar keamanan Kota
dan yang ketidakharm konflik yang bahakan pihak Sekitar Kegiatan manah setempat Bandun
jaya
ketertibanmenyeba onisan sosial menggangg menghilangk proyek Lokasi g
bkan antara u keamanan an konflik pada para Kegiatan
gangguan penduduk dan pendatang
6
keamana lokal dengan ketertiban agar dapat
n dan penduduk menjaga
ketertiba pendatang keharmonis
n an
masyarak
at
Penurunan Penuruna Dari kegiatan Tidak terjadi agar Tidak Mengelola Dilokasi Selama PT. Dinas BPLH
Kesehatan n operasional penurunan terjadi komponen sekitar operasional Hegar Ketenagakerja Kota
masyaraka Kesehata serta kesehatan penurunan kualitas kegiatan Kegiatan manah an Kota Bandun
jaya
t n pemeliharaa masyarakat kesehatan udara, air serta Bandung, g
masyarak n sarana masyarakat dan pemelihara Aparat
at baik penunjang kebisingan an sarana Kelurahan
7 pada dengan baik penunjang Setempat
pekerja
maupun
masyarak
at sekitar
lokasi
kegiatan

37
7. Indonesia sebagai negara maritim mempunyai garis pantai terpanjang
keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia dengan panjang
garis pantai mencapai 95.181 km. Wilayah laut dan pesisir Indonesia
mencapai dari luas total wilayah Indonesia yaitu sebesar 5,8 juta dari
7.827.087 . Hingga saat ini wilayah pesisir memiliki sumber daya dan manfaat
yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia. Seiring dengan mulai
berkembangnya zaman dan peradaban serta kegiatan sosial ekonominya,
manusia kemudian memanfaatkan wilayah pesisir untuk berbagai
kepentingan, dengan menimbulkan konsekuensi berupa permasalahan
penggunaan lahan bagi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.
Untuk mendapatkan lahan yang dibutuhkan untuk keberlangsungan
kegiatan sosial ekonomi masyarakat, kota-kota besar kemudian menengok
daerah yang selama ini terlupakan, yaitu pantai yang umumnya memiliki
kualitas lingkungan hidup yang rendah. Saat ini, daerah pantai di Indonesia
menjadi pusat perhatian dan tumpuan harapan dalam menyelesaikan masalah
penyediaan hunian penduduk perkotaan. Penyediaan lahan di wilayah pesisir
dilakukan dengan cara memanfaatkan lahan atau pun habitat yang sudah ada,
seperti perairan pantai, lahan basah, pantai berlumpur, dan lain sebagainya
yang dianggap kurang bernilai secara ekonomi dan lingkungan sehingga
diberntuk menjadi lahan lain yang dapat memberikan keuntungan secara
ekonomi dan lingkungan atau dikenal dengan reklamasi.
Reklamasi adalah proses pembentukan lahan baru di wilayah pesisir
atau bantaran sungai. Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi
adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih
baik dan bermanafaat. Kawasan baru tersebut biasanya dimanfaatkan untuk
kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara,
perkotaan, pertanian, serta objek wisata. Seiring dengan lajunya
pertumbuhan penduduk di kota-kota besar yang diiringi pula dengan
meningkatnya kebutuhan lahan secara pesat, pemekaran ke arah daratan
kemudian dianggap sebagai suatu kemustahilan mengingat mulai terbatasnya

38
lahan sehingga diperlukan suatu daratan baru. Oleh karena itu, saat ini
reklamasi merupakan salah satu langkah jitu untuk melakukan pemekaran
terhadap kota. Seperti yang terjadi di Jakarta, khususnya di daerah Pantai
Utara Jakarta atau biasa dikenal sebagai Pantura Jakarta.
Pantai Utara (Pantura) Jakarta yang membentang sepanjang 32 km dari
Kamal Muara sampai Marunda tak lama lagi akan berubah menjadi daratan
yang diisi dengan berbagai aktifitas yang mendukung perekonomian Jakarta.
Proses reklamasi ini akan mengambil lebar dari bibir pantai ke arah laut sejauh
1,5 km dan kedalaman maksimal delapan meter, dengan lahan yang
direklamasi akan menghabiskan lahan seluas 2.700 Ha. Adapun kawasan yang
akan terkena reklamasi meliputi Kabupaten Bekasi di Timur hingga Kabupaten
Tangerang di sebelah Barat.
Tujuan dari rencana reklamasi dan revitalisasi Pantai Utara Jakarta ini
antara lain : membangun kawasan waterfront yang akan memposisikan kota
Jakarta sejajar dengan kota-kota penting lainnya di dunia; tercapainya
pemanfaatan ruang berkualitas untuk mewujudkan kota Jakarta sebagai kota
pelayanan yang strategis dan memiliki daya saing yajg tinggi dalam
perkembangan dunia; mengendalikan pertumbuhan kota Jakarta ke arah
Selatan untuk melindungi wilayah Selatan Jakarta sebagai daerah resapan air;
mendorong orientasi perkembangan kota dengan menciptakan peluang ke
arah Utara; efisiensi struktur kota melalui keterpaduan penggunaan lahan,
prasarana angkutan, dan fasilitas perkotaan; akselerasi perkembangan
prasarana angkutan massal demi efisiensi jalur angkutan umum Utara-Selatan
dan Timur-Barat; mengembangkan program perbaikan, peningkatan, dan
rehabilitasi kualitas lingkungan, termasuk upaya konservasi dan pemugaran
fungsi ekologis kawasan Jakarta Utara; mempertahankan nilai historis cagar
budaya melalui pemugaran; dan membangun kembali, memperkuat, dan
menciptakan poros yang kuat antara Monumen Nasional dengan kawasan
bersejarah di wilayah Jakarta Utara. Rencana kegiatan ini akan sejatinya telah
dimulai sejak tahun 2003 hingga 2015, namun kemudian mendapatkan

39
tantangan keras dari pihak Kementerian Lingkungan Hidup karena akan
memiliki dampak lingkungan yang besar. Sejatinya, rencana reklamasi yang
meliputi rencana kegiatan pembangunan pusat bisnis, perkantoran, industri,
pergudangan dan apartemen akan dilaksanakan hingga tahun 2010,
sedangkan perumahan dan kawasan pariwisata yang rencananya terletak di
bagian barat dan timur akan dibangun mulai tahun 2005 hingga tahun 2015.
Adanya perbedaan pendapat mengenai rencana reklamasi kawasan
Pantai Utara Jakarta ini telah menumbuhkan suatu polemik berkepanjangan di
ibukota sejak masih dalam kepimpinan Gubernur Sutiyoso hingga pemindahan
tampuk kekuasaan telah berpindah ke tangan Gubernur Jakarta terpilih saat
ini yaitu Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok. Saat itu, pemerintah berdalih
bahwa proses reklamasi pantai telah sesuai dengan Keputusan Presiden
(Keppres) RI Nomor 52 tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara (Pantura)
Jakarta dengan pengurukan lahan sebesar 2.700 hektare laut di utara Jakarta,
dengan harapan bahwa reklamasi yang dilakukan akan turut mampu
memperbaiki kondisi lingkungan pantura Jakarta yang rusak. Namun,
berdasarkan kajian amdal yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup, kegiatan reklamasi yang dilakukan akan menimbulkan dampak
lingkungan yang besar yang kemudian dibaregi dengan keluarnya Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup (LH) Nomor 14 Tahun 2003 yang isinya menolak
rencana kegiatan Pemerintah Provinisi DKI Jakarta yang akan mereklamasi
kawasan pantura Jakarta yang kemudian terus berlarut-larut hingga saat ini
dan menyebabkan proyek megah ini menjadi mangkrak. Lebih lanjut, selain
berpedoman terhadap Keppres Nomor 52 Tahun 1995, landasan lain yang
dijadikan acuan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarat auntuk melakukan
reklamasi adalah Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun
1995 yang mengatur tentang penyelenggaraan reklamasi di DKI yang dalam
konsideransnya menyebutkan bahwa sesuai dengan Keppres Nomor 17 Tahun
1994, Kawasan Pantai Utara adalah termasuk kategori Kawasan Andalan yaitu

40
kawasan yang mempunyai nilai strategis yang dipandang dari sudut ekonomi
dan perkembangan kota.
Setelah rencana reklamasi ini mengalami pasang-surut selama masa
kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo dan Gubernur Jokowi, barulah pada
masa kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ini isu rencana
reklamasi kembali bergulir. Tak tanggung-tanggung, pada tanggal 23
Desember 2014 Ahok menerbitkan Keputusan Gubernur 2238 Tahun 2014
(mengacu pada Keppres Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai
Utara (Pantura) Jakarta) yang memberi izin reklamasi langsung kepada PT.
Muara Wisesa Samudra selaku anak perusahaan grup Agung Podomoro Land
(APL) untuk melakukan reklamasi laut seluas 161 hektare yang melingkupi 17
pulau di Pantai Muara Karang, Pluit, Jakarta Utara, dengan investasi
diperkirakan mencapai Rp. 50 Triliun. Hal ini kemudian membangkitkan pula
polemik lama, dimana Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
serta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kembali menentang keras
dikeluarkannya Keputusan Gubernur ini. KLHK dan KKP berargumen bahwa
acuan yang digunakan Ahok sudah tidak relevan mengingat telah ada
kebijakan baru yang mengatur mengenai reklamasi yaitu Peraturan Presiden
Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil. Dalam Perpres ini, adapun pihak yang berwenang untuk mengeluarkan
serta menerbitkan izin reklamasi terhadap wilayah yang termasuk wilayah
strategis nasional adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu,
masih berdasarkan Perpres yang sama, terdapat beberapa tahapan yang
harus dilalui oleh pejabat pemerintah sebelum menerbitkan izin reklamasi,
yaitu pengantongan izin lokasi dan kewajiban melakukan studi Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk memastikan bahwa rencana
reklamasi itu tidak merusak lingkungan sekitar sebagai tahapan pertama dan
penyusunan rencana induk reklamasi yang mampu menjelaskan berapa luas
pantai yang akan ditimbun pasir atau diuruk serta material yang diambil untuk
menimbun sebagai tahapan kedua. Apabila kedua syarat telah terpenuhi,

41
pemerintah daerah baru diperbolehkan untuk melakukan pertimbangan
terkait penerbitan izin pelaksanaan reklamasi pulau yang memungkinkan
dilakukannya pembangunan. Alasan lain yang dikemukakan oleh pihak KLHK
dan KKP yaitu banyaknya pipa bawah laut yang ada di Jakarta, yang
membentang dari tengah Laut Jawa ke Muara Karang dan ditarik ke Tanjung
Perak-Surabaya serta Tanjung Priok. Dikhawatirkan reklamasi yang dilakukan
nantinya akan menimpa pipa kabel yang ada dan dinilai membahayakan.
Terlepas dari adanya pro-kontra yang terjadi terkait rencana reklamasi
yang agaknya berlarut-larut ini, secara umum reklamasi memang seakan
seperti dua sisi koin yang menawarkan hal-hal positif di satu sisi sekaligus hal-
hal negatif di sisi yang lainnya. Tak dapat dipungkiri, keuntungan yang
didapatkan ketika melaksanakan suatu rencana reklamasi terutama dalam
mengembangkan suatu wilayah antara lain mampu memberikan pilihan
penyediaan lahan untuk pemekaran wilayah, penataan daerah pantai,
menciptakan alternatif kegiatan dan pengembangan wisata bahari, pulau yang
dihasilkan mampu menahan gelombang pasang yang mengikis pantai, mampu
menjadi bendungan untuk menahan banjir rob di daratan, serta mengurangi
lahan yang dianggap kurang produktif. Hal-hal seperti inilah yang kemudian
turut mendorong beberapa negara besar seperti Cina, Korea Selatan, Jepang,
dan bahkan Singapura untuk melakukan program reklamasi mengingat makin
menipisnya luas lahan yang dimiliki karena terus bertambah pesatnya
pertumbuhan jumlah penduduk yang berbanding lurus dengan tingginya
permintaan terhadap lahan. Sejatinya, keberhasilan negara-negara ini dalam
melakukan reklamasi karena sistem jaringan infrastruktur yang dibangun pada
kawasan reklamasi selalu menghubungkan kawasan baru ke kawasan yang
telah lebih dahulu berkembang, sehingga terkesan membentuk satu sistem
dalam kawasan yang lebih besar (tidak secara eksklusif memisahkan diri
menjadi kawasan tersendiri).
Namun disisi lain, mengingat bahwa reklamasi merupakan proses
campur tangan manusia terhadap alam, tentulah kegiatan ini akan membawa

42
dampak yang buruk bagi sekitar. Ditinjau dari dampak fisik, dampak yang akan
terjadi yaitu perubahan hidro-oseanografi, erosi pantai, sedimentasi pantai,
peningkatan kekeruhan, pencemaran laut, perubahan rejin air tanah,
peningkatan potensi banjir, serta penggenangan di wilayah pesisir. Lalu, jika
ditinjau dari dampak biologis yaitu terganggunya ekosistem mangrove,
terumbu karang, padang lamun, estuaria, serta penurunan keanekaragaman
hayati yang mencakup flora dan fauna yang ada. Terakhir, jika ditinjau dari
dampak sosial, adanya reklamasi akan mempengaruhi hasil tangkapan dan
berimbas pada penurunan pendapatan nelayan, buruh, dan petani tambak.
Selain itu, mengingat bahwa reklamasi memerlukan material urugan yang
cukup besar yang tidak dapat diperoleh dari sekitar pantai, proses
pengangkutan material ini akan mengakibatkan pada padatnya lalu lintas,
penurunan kualitas udara, serta peningkatan debu dan kebisingan yang akan
mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyrakat. Melihat keadaan
teknologi, perizinan, dan proses birokrasi di Indonesia yang tidak bisa dibilang
semewah seperti yang ada di negara-negara lain yang telah sukses
melaksanakan reklamasi, pemerintah daerah di ibukota tentunya tidak bisa
menjadikan keberhasilan di negara lain ini sebagai kiblat langsung dalam
pemberlakuan reklamasi. Yang sekali lagi mungkin masih mampu untuk
dilakukan adalah mencari alternatif lain seperti peningkatan penggunaan
lahan dengan melakukan ekspansi seraya membenahi area hinterland atau
peri-urban seperti Bekasi, Sukabumi, dan sekitarnya yang mungkin nantinya
dapat dijadikan sebagai kota satelit atau kota baru yang dapat dijadikan para
pengulang-alik/ commuter untuk tinggal dan bermukim. Contohnya yaitu
keberhasilan BSD (Bumi Serpong Damai) menjadi penopang ibukota Jakarta
dengan berbagai kelengkapan infrastruktur yang dimiliki. Hal ini diharapkan
dapat mengurangi tanggungan beban lahan yang terjadi secara radikal di
Jakarta.

43
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, adapun rekomendasi
yang dapat diberikan dan dapat menjadi solusi alternatif terkait studi kasus
mengenai rencana reklamasi Pantai Utara Jakarta yaitu:
a. Perencanaan reklamasi harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang
matang, sistematis, dan jelas tahapan pembangunannya.
b. Melakukan pembangunan-pembangunan dengan cara vertikal mengingat
tidak dimungkinkannya lagi pembangunan secara horizontal.
c. Melakukan inovasi dengan melakukan mix used atau pencampuran
kegiatan di dalam satu atap yang dimaksudkan untuk menghemat
penggunaan lahan.
d. Melaksanakan program subsidi silang jika kemudian reklamasi merupakan
langkah terakhir yang paling nyata untuk diambil.
e. Pembenahan perumahan nelayan, fasilitas pelabuhan nelayan, termasuk
tempat pendaratan ikan, tempat pengolahan ikan, dan fasilitas
pendukungnya.
f. Penataan kembali kawasan pantai, dengan membangun kembali kawasan
kumuh, perbaikan kampung, rumah susun, dan fasilitas yang diperlukan.
g. Pembangunan fasilitas pelabuhan nelayan, termasuk pendaratan ikan,
tempat pengolahan ikan, serta fasilitas publik yang diperlukan.
h. Revitalisasi kota tua, termasuk pelestarian bangunan-bangunan bersejarah.
i. Pelestarian kawasan hutan lindung, mangrove, dan lain-lain.
j. Pembuatan pantai untuk publik, termasuk pantai yang ada sekarang.
k. Pembuatan infrastruktur makro untuk melayani daerah reklamasi,
termasuk jalan arteri, air bersih, sludge disposal, serta instalasi pengolahan
limbah.
l. embersihan dan normalisasi 13 muara sungai, membantu pembuatan
banjir kanal, dan sarana pencegahan banjir lainnya.

44

Anda mungkin juga menyukai