PENDAHULUAN
Bidang survei pemetaan tidak dapat terlepas dari kegiatan yang diwujudkan
dalam sebuah proyek. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut diperlukan manajemen
proyek agar didapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan akhir yang dibatasi oleh
waktu dan biaya yang tersedia. Secara umum fungsi manajemen proyek dapat
diuraikan menjadi beberapa bagian yaitu perencanaan (planning), organisasi
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling) (Dimyati dan
Nurjaman, 2014). Dari empat fungsi yang ada, perencanaan sering disebut sebagai
kunci dari keberhasilan sebuah proyek karena dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas hasil akhir yang akan didapatkan. Kenyataanya, perbedaan sering terjadi
antara rencana dengan realisasi pelaksanaan proyek, namun terkait dengan masalah
pengendalian kegiatan serta pemantauan prestasi tahapan kegiatan dapat dipastikan
bahwa suatu proyek akan berhasil bila dari awal sudah direncanakan dengan baik
(Prijono, 1995).
Fungsi perencanaan perlu didukung dengan sebuah metode yang dapat
digunakan untuk menyusun secara cermat dan tepat urutan pelaksanaan kegiatan
maupun penggunaan sumber daya bagi kegiatan-kegiatan tersebut. Tujuannya agar
proyek dapat diselesaikan secepatnya dengan penggunaan sumber daya sehemat
1
2
mungkin (Prijono, 1995). Metode yang biasa digunakan dalam perencanaan adalah
Network Planning, yaitu metode yang menggambarkan hubungan ketergantungan
antara setiap kegiatan dalam Diagram Network. Dalam penyusunan Diagram
Network dikenal beberapa analisis, diantaranya adalah Project Evaluation and
Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) (Dimyati dan Nurjaman,
2014). Sekarang ini, banyak program yang dapat digunakan untuk menyusun
perencanaan dengan metode Diagram Network. Salah satunya adalah Microsoft
Project 2010. Program ini dapat digunakan untuk merancang suatu perencanaan yang
terperinci. Selain itu, Microsoft Project 2010 juga menyediakan fasilitas-fasilitas
dalam pengendalian dan evaluasi agar hasil yang didapat sesuai dengan tujuan dari
proyek
Penyusunan rencana dalam proyek dibatasi oleh biaya dan waktu. Oleh karena
itu, perlu dilakukan optimalisasi perencanaan agar diperoleh suatu rencana yang
lebih efektif dan efisien. Optimalisasi rencana dilakukan dengan harapan dapat
menekan biaya dan waktu pelaksanaan proyek tanpa mengurangi kualitas hasil
akhirnya. Selisih biaya dan waktu yang diperoleh dapat digunakan sebagai waktu
cadangan apabila terjadi kendala saat pelaksanaan dan atau sebagai margin
keuntungan yang diperoleh pihak pelaksana.
Penelitian ini merupakan proses optimalisasi perencanaan Proyek Pemetaan
Topografi Lokasi PT. Semen Indonesia Rembang. Data berupa rencana teknis, biaya,
sumber daya, dan penjadwalan digunakan sebagai masukan dalam pembuatan model
perencanaan menggunakan Microsoft Project 2010. Fasilitas yang ada dalam
program tersebut akan dimanfaatkan untuk membuat perencanaan menggunakan
analisis CPM dan dua strategi optimalisasi perencanaan yang berbeda, yaitu strategi
Fast-Tracking dan penambahan sumber daya.
Kegagalan suatu proyek dapat terjadi karena pembuatan rencana yang tidak
akurat. Ketidakakuratan tersebut dapat menimbulkan perbedaan penafsiran tentang
suatu kegiatan antara pihak pembuat rencana dan pihak pelaksana. Hal ini
3
I.3. Tujuan
I.4. Manfaat
Microsoft Project. Jangka waktu pelaksanaan normalnya adalah 150 hari dengan
biaya Rp. 2.257.349.995,45. Setelah melakukan rescheduling pada durasi kegiatan
normal proyek, maka dapat diketahui durasi kegiatan normal baru menjadi 126 hari
dengan penurunan biaya menjadi Rp. 2.257.280.301,00 dan jumlah sumber daya
yang dibutuhkan mengalami peningkatan. Setelah melakukan pemampatan waktu,
maka didapat waktu penyelesaian 114 hari dan jumlah sumber daya pada pekerjaan
yang dipercepat menjadi bertambah 25,91% dengan penurunan biaya menjadi
Rp. 2.253.082.717,00. Dengan melakukan dua alternatif percepatan durasi waktu
kegiatan maka hasil yang digunakan yaitu waktu penyelesaian 114 hari dengan biaya
Rp. 2.253.082.717,00. Karena alternatif ini mengalami penurunan biaya lebih besar,
namun resiko keterlambatan penyelesaian dalam praktek operasionalnya cukup kecil,
sehingga lebih menguntungkan dalam pengambilan kebijakan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini
bertujuan untuk menyusun perencanaan awal menggunakan program Microsoft
Project 2010 kemudian dilakukan optimalisasi perencanaan menggunakan metode
Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM)
dengan strategi Fast-Tracking dan penambahan sumber daya. Data yang digunakan
adalah Proyek Pemetaan Topografi Lokasi PT. Semen Indonesia Rembang yang
dilaksanakan oleh PT. Multi Konsultindo Jaya.
cara pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat tertentu, oleh karena itu
dapat dikategorikan dalam survei teristris. Secara garis besar langkah-langkah survei
teristris diuraikan seperti berikut (Basuki, 2006) :
1. Persiapan, yang meliputi untuk peralatan, perlengkapan, dan personil.
2. Survei pendahuluan, yaitu peninjauan lapangan secara keseluruhan
sebelum pelaksanaan pengukuran. Hasil dari survei ini dapat
digunakan untuk menentukan teknik pelaksanaan, alat ukur, dan
posisi titik-titik kerangka peta yang akan digunakan dalam
pengukuran.
3. Survei pengukuran, meliputi pengukuran menggunakan Global
Positioning System (GPS), kerangka peta, pengukuran detil, dan
pengukuran khusus apabila diperlukan.
4. Pengolahan data, terdiri dari perhitungan kerangka peta dan
perhitungan detil.
5. Plotting atau penggambaran, meliputi plotting kerangka peta, detil,
penarikan garis kontur, dan editing.
Pengukuran yang terdapat pada proses survei topografi meliputi pengukuran
GPS kerangka peta dan detil. Pengukuran GPS termasuk ke dalam survei ekstra-
teristris, GPS digunakan untuk mengikatkan kerangka peta yang akan dibuat dengan
titik yang telah diketahui koordinatnya, atau dengan kata lain agar titik kerangka
terreferensi. Pengukuran detil dapat dilakukan dengan metode takhimetri, sedangkan
untuk pengukuran kerangka peta dapat menggunakan beberapa metode. Kerangka
peta yang dikenal dalam bidang geodesi yaitu triangulasi, trilaterasi, rangkaian
segitiga, jaringan segitiga, poligon atau traverse, pemotongan ke muka dan ke
belakang (Basuki, 2006).
Metode penentuan posisi terestris yang umum digunakan saat ini adalah
metode poligon, metode pengikatan ke muka (Intersection), metode pengikatan ke
belakang (Resection), atau kombinasi antara metode-metode tersebut (SNI, 2002).
Karakteristik umum dari metode-metode ini diberikan secara skematis pada Gambar
I.1.
7
Selain metode yang dijelaskan pada Gambar I.1 metode lain yang dapat
dilakukan dalam penentuan posisi terestris, yaitu triangulasi, trilaterasi, dan
triangulaterasi. Metode tersebut sudah jarang digunakan seiring berkembangnya
metode pengukuran menggunakan teknologi satelit.
I.7.1.1. Survey GPS; Metode poligon memerlukan titik ikat yang digunakan sebagai
referensi. Titik ikat dapat diperoleh dengan melakukan pengikatan menggunakan alat
Total Station atau dengan teknologi satelit. Teknologi satelit yang dimaksud adalah
Global Positioning System (GPS) yang merupakan sistem navigasi dan penentuan
posisi berbasis satelit yang dapat digunakan sekaligus dalam segala cuaca, serta
didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti, dan juga
informasi waktu, secara kontinyu di seluruh dunia (Wells et al., 1986 dikutip oleh
Sunantyo, 1999).
GPS terdiri atas tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa (space segment)
yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol (control system segment)
yang terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen
pemakai (user segment) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima
dan pengolah sinyal dan data GPS (SNI, 2002). Ketiga segmen GPS tersebut
digambarkan pada Gambar I.2.
8
Konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi atau pengikatan ke
belakang dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa
satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Pelaksanaan pengukuran dapat
dilakukan dilakukan dengan banyak metode. Gambar I.3 menunjukan bagan
mengenai pembagian sistem dan metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan
pengukuran GPS.
Gambar I.3. Metode dan sistem pengukuran survei GPS (SNI, 2002)
adalah baseline yang dapat diturunkan dari baseline lainnya dari satu sesi
pengamatan. Baseline yang bukan trivial dinamakan baseline non-trivial atau
baseline bebas, seandainya ada n receiver yang beroperasi secara simultan pada satu
sesi pengamatan maka akan ada (n-1) baseline bebas yang boleh digunakan untuk
perataan jaringan (SNI, 2002). Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan
metode berdasarkan jumlah baseline dijelaskan pada Tabel I.1.
Tabel I.1. Perbandingan jumlah baseline bebas yang digunakan dalam pengukuran
(SNI, 2002).
I.7.1.2. Poligon atau Traverse; Poligon merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam pembuatan kerangka peta. Pada pembuatan kerangka peta,
koordinat yang dihasilkan akan digunakan sebagai acuan dalam tahap selanjutnya
yaitu pengukuran detil. Oleh karena itu, kerangka peta harus mempunyai ketelitian
tinggi. Poligon terdiri dari banyak jenis, pembagian jenis poligon berdasarkan
kriteria tertentu yang antara lain adalah (Basuki, 2006):
1. Atas dasar titik terikat dibagi menjadi poligon terikat sempurna, terikat
tidak sempurna, terikat sepihak, bebas atau tanpa ikatan.
2. Atas dasar bentuk dibagi menjadi poligon terbuka, tertutup, dan
bercabang.
10
3. Atas dasar alat yang digunakan untuk pengukuran dibagi menjadi poligon
teodolit dan poligon kompas.
4. Atas dasar penyelesaian dibagi menjadi poligon hitungan (numerik) dan
poligon grafis.
5. Atas dasar tingkat ketelitian dibagi menjadi tingkat I, II, III, dan IV
(rendah).
6. Atas dasar hirarki dalam pemetaan dibagi menjadi poligon utama dan
poligon cabang atau anakan.
Pengolahan kerangka kontrol peta menggunakan dasar perhitungan koordinat.
Secara umum rumus perhitungan koordinat adalah sebagai berikut (Basuki, 2006).:
Xn+1 = Xn + dn,n+1sinn,n+1 ........................................................................(1)
Yn+1 = Yn + dn,n+1sinn,n+1 ........................................................................(2)
dalam hal ini :
Xn+1 = absis yang dicari.
Xn = absis yang diketahui.
Yn+1 = ordinat yang dicari.
Yn = ordinat yang diketahui.
dn,n+1 = jarak antara titik yang dicari dengan yang diketahui.
sinn,n+1 = azimut antara titik yang dicari dengan yang diketahui.
Bentuk poligon yang sering digunakan adalah poligon terbuka, tertutup, dan
kombinasi. Penggunaan bentuk poligon disesuaikan dengan area yang akan
dipetakan. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang bentuk poligon :
1. Poligon terbuka.
Poligon ini menggunakan titik awal dan titik akhir yang berbeda. Perhitungan
poligon terbuka menggunakan formula yang sama dengan perhitungan
koordinat Gambar I.4. merupakan contoh dari poligon terbuka.
11
P 34
BQ
4B
3 B
12 23 4
1 3 4
B
1 2
A 1 2 Q
A d1' d2' d3' d4' d5'
X
XA XB
Gambar I.4. Poligon terbuka (Basuki, 2006)
Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi oleh sudut-sudut dalam poligon yang
diukur, yaitu (Basuki, 2006):
= (akhir-akhir) + n.180 ........................................................................(3)
dalam kenyataan,
= (akhir-akhir) + n.180f ............................................................(4)
dalam hal ini :
= sudut ukuran.
= azimut.
n = jumlah titik poligon.
F = kesalahan penutup sudut.
Untuk menghilangkan kesalahan penutup sudut, maka nilai f yang didapatkan
harus dibagi ke masing-masing sudut ukuran menggunakan prinsip sama rata.
Syarat kedua adalah :
dcos = (Xawal-Xakhir) ........................................................................(5)
dsin = (Yawal-Yakhir) ........................................................................(6)
dalam kenyataan,
dcos = (Xawal-Xakhir) fx ........................................................................(7)
dsin = (Yawal-Yakhir) fy ........................................................................(8)
....................................................................................(9)
12
di mana :
= azimuth.
X = absis.
Y = ordinat.
fx = kesalahan penutup absis.
fy = kesalahan penutup ordinat.
fl = kesalahan penutup jarak poligon.
Kesalahan fx dan fy dikoreksikan pada setiap penambahan absis dan ordinat
dengan perbandingan lurus jarak sisi poligonnya.
2. Poligon tertutup.
Poligon ini paling banyak digunakan dalam pengukuran karena membutuhkan
titik ikat yang lebih sedikit daripada poligon terbuka. Titik awal pada
pengukuran sekaligus digunakan sebagai titik akhir poligon. Gambar I.5
merupakan ilustrasi penggunaan poligon tertutup.
B 2
1
1 2
1
B
A 3
A 3
5
4
5
4
Gambar I.5. Poligon tertutup (Basuki, 2006)
Perhitungan yang digunakan sama dengan formula (1) dan (2). Syarat yang
harus dipenuhi adalah syarat sudut dan absis dengan formula sebagai berikut
(Basuki, 2006):
Syarat sudut
= (n-2). 180, untuk sudut dalam ..........................................................(10)
= (n+2). 180, untuk sudut luar ..........................................................(11)
13
Syarat absis
dcos = 0 ..............................................................................................(12)
dsin = 0 ..............................................................................................(13)
dalam hal ini :
= sudut ukuran.
= azimut
d = jarak antartitik.
N = jumlah titik dalam poligon.
Kenyataan yang terjadi pada pengukuran poligon tertutup sama dengan
poligon terbuka yaitu adanya f, fx, fy dan diketahui fl. Oleh karena itu, kesalahan
tersebut harus dikoreksi seperti yang telah dijelaskan pada poligon terbuka.
I.7.1.3. Metode takhimetri; Metode ini juga disebut sebagai metode koordinat kutub
yang digunakan dalam pengukuran detil. Jarak detil diukur dengan cara optis, beda
tinggi ditentukan berdasarkan sudut vertikal atau sudut miring dan arah ditentukan
dengan sudut horizontal. Arah dapat ditentukan dengan azimut atau dengan sudut
horizontal dari sisi poligon tertentu (Basuki, 2006). Berikut formula yang digunakan
dalam metode ini :
d = AScos2h ..........................................................................................................(14)
V = (1/2)ASsin2h ..............................................................................................(15)
h = t V-BT ..............................................................................................(16)
X2 = X1 + d12sin 12 ..............................................................................................(17)
Y2 = Y1 + d12cos 12 ..............................................................................................(18)
Z2 = Z1 + h12 ..............................................................................................(19)
dalam hal ini :
d = Jarak datar.
V = Jarak vertikal.
h = Beda tinggi
A = Konstanta pengali teropong.
h = Helling.
S = Selisih bacaan benang atas dan bawah.
t = Tinggi alat ukur.
14
x Kolom pengesahan.
I.7.1.5. Pembuatan laporan; Pembuatan laporan diperlukan untuk mengetahui
perkembangan dari proyek atau dalam hal ini adalah pekerjaan pemetaan topografi.
Laporan dibuat untuk memberikan informasi kepada pihak pemberi pekerjaan atau
kegiatan tentang pekerjaan yang sedang berjalan. Pembuatan laporan dapat dilakukan
oleh manajer dibantu oleh staff yang bersangkutan.
Jenis laporan yang sering digunakan adalah pendahuluan saat pekerjaan pada
mulai dilaksanaan dan laporan akhir pada saat pekerjaan telah selesai. Laporan antara
diperlukan apabila pelaksanaan memerlukan waktu yang panjang misalkan lebih dari
satu bulan, laporan ini dapat dibuat dengan sistem bulanan atau laporan tengah.
Informasi dalam pekerjaan yang harus dilaporkan antara lain (Santosa, 2010) :
x Ringkasan mengenai status pekerjaan.
x Bagian-bagian di mana koreksi telah atau perlu dilakukan.
x Perubahan jadwal, ramalan mengenai jadwal dan biaya.
x Kemungkinan masalah yang akan timbul, cara mengatasi, dan
akibatnya.
x Situasi biaya saat ini.
x Rencana kerja dan keterbatasan yang ada.
1.
.
Inisiasi 1. Jadwal 1. Laporan Status 1. Training Kustomer
2. Analisis 2. Anggaran 2. Perubahan 2. Transfer Dokumen
Kelayakan 3. Sumber Daya 3. Kualitas 3. Penugasan
4. Resiko 4. Forecasts Kembali Staff
5. Staffing 4. Lesson Learned
I.7.2.1. Perencanaan; Salah satu unsur penting dalam menentukan berhasil atau
tidaknya suatu proyek adalah pada saat penyusunan rencana. Sebenarnya
perencanaan merupakan simulasi dari proyek. Disini dilakukan perincian tugas,
jadwal dan pembiayaan. Kerangka acuan atau Term Of Reference (TOR) merupakan
pedoman teknis yang harus diikuti dalam tahap perencanaan.
17
keterangan :
S = standar deviasi tugas.
V(Te) = varians tugas.
Kemungkinan mencapai target jadwal dapat diketahui dengan menghubungkan
antara waktu yang diharapkan (Te) dengan target T(d). Perhitungan ini menggunakan
rumus :
Z = ( T(d) Te )/S ..............................................................................................(23)
keterangan :
Z = kemungkinan atau probabilitas pelaksanaan pada waktu target.
Te = waktu yang diharapkan.
T(d) = waktu yang ditargetkan.
S = standar deviasi proyek.
Langkah selanjutnya adalah dengan melihat hasil yang didapat dari Z pada
tabel Distribusi Normal Z. Tabel ini berisi persentase luasan yang berada di bawah
garis normal yang terbagi berdasarkan standar deviasi tugas (Sugiyono, 2010). Hasil
pembacaan berupa persentase kemungkinan atau probabilitas dari waktu
penyelesaian proyek beserta dengan rentang variannya.
I.7.4.2. Analisis Critical Path Method (CPM); CPM adalah sebuah metode yang
dikembangkan oleh ahli matematika dan tim insinyur dari perusahaan DuPont yang
bekerja sama dengan Rand Corporation dalam usahanya untuk mengembangkan
sistem kontrol (Wahana Komputer Semarang, 2010). Perbedaan mendasar antara
PERT dan CPM adalah dalam hal waktu. CPM dapat memperkirakan waku yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas dan dapat menentukan prioritas tugas
yang harus mendapatkan perhatian khusus agar proyek dapat selesai sesuai dengan
waktu yang direncanakan. Bagian jaringan kerja pada CPM yang dapat digunakan
untuk mengetahui umur proyek adalah jalur kritis.
Jalur kritis (Critical Path) pada CPM adalah jalur terlama antara titik mulainya
suatu proyek sampai dengan titik penyelesaian proyek. Teknik ini berguna untuk
prosedur pengalokasian sumber daya dan penentuan mengenai kapan atau saat
sumber daya tersebut diperlukan.
22
dengan :
TF = Total Float.
FF = Free Float.
IF = Inferent Float.
EET = Early Event Time.
LET = Last Event Time.
d = Duration.
ij = Tugas.
Menurut Suharto (1995) dikutip oleh Dimyati dan Nurjaman (2014), cara
menentukan jalur kritis dalam suatu perencanaan jaringan kerja adalah sebagai
berikut :
a. Menghubungkan tugas-tugas kritis, yaitu kegiatan yang mempunyai
Free Float dan Total Float sama dengan nol.
b. Mencari jalur durasi total terpanjang.
Jumlah Biaya Proyek
Biaya meningkat
bila proyek
dipercepat Biaya meningkat
bila proyek
diperpanjang
Keterangan :
a = jangka waktu minimum penyelesaian proyek.
b = jangka waktu proyek yang mempertahankan seluruh biaya proyek pada
tingkat minimum.
Percepatan umur proyek dilakukan dengan cara optimalisasi pada rencana
yang dibuat. Proses optimalisasi harus mempertimbangkan kondisi pelaksana
kegiatan, antara lain adalah ketersediaan sumber daya. Strategi yang dapat dilakukan
antara lain dengan Fast-Tracking untuk kondisi sumber daya yang terbatas dan
penambahan sumber daya apabila tersedia sumber daya cadangan yang dapat
diikutsertakan ke dalam proyek.
I.7.6.1. Work Breakdown Structure (WBS); Metode ini dilakukan dengan cara
membagi tugas-tugas utama dalam proyek pemetaan topografi menjadi sub-tugas
yang lebih kecil lingkup tugasnya. Tabel I.2 menunjukan contoh penggunaan WBS
dalam perencanaan pemetaan topografi.
25
WBS Kegiatan
1 Persiapan
1.1 Peralatan
1.1 Perlengkapan
1.1 Personel
2 Survei Pendahuluan
3 Survei Pengukuran
3.1 Pengukuran GPS
Pengukuran Kerangka
3.2 Peta
3.3 Pengukuran Detil
4 Pengolahan Data
Perhitungan Kerangka
4.1 Peta
4.2 Perhitungan Detil
5 Penggambaran
Penggambaran Kerangka
5.1 Petta
5.2 Penggambaran Detil
5.3 Pembuatan Kontur
5.4 Editing
Kegiatan utama pada proyek ini adalah persiapan, survei pendahuluan, survei
pengukuran, pengolahan data, dan penggambaran. Tugas-tugas tersebut dibagi
menjadi sub-tugas yang lebih kecil agar lebih mudah dipahami oleh pihak pelaksana
proyek.
I.7.6.2. Matriks tanggung jawab; Metode ini dilakukan untuk memberikan penugasan
kepada setiap sumber daya yang terlibat dalam proyek pemetaan topografi. Setiap
sumber daya mendapatkan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Contoh penggunaan matriks tanggung jawab
pada pemetaan topografi ditunjukan pada Tabel I.3.
26
Kegiatan M KL S AS PU PD D
Persiapan
Peralatan A,R S
Perlengkapan A,R S
Personel A,R S
Survei Pendahuluan A,R R,A S
Survei Pengukuran
Pengukuran GPS A R,A S S S S S
Pengukuran Kerangka Peta A R,A S S S S S
Pengukuran Detil A R,A S S S S S
Pengolahan Data
Perhitungan Kerangka Peta A R,A S S
Perhitungan Detil A R,A S S
Penggambaran
Penggambaran Kerangka Petta A R,A S S
Penggambaran Detil A R,A S S
Pembuatan Kontur A R,A S S
Editing A R,A S S
Di mana :
M : Manajer proyek. R : Responsible.
KL : Koordinator lapangan. S : Support.
S : Surveyor A : Approve.
AS : Asisten surveyor. N : Notice.
PD : Penggolah data.
PU : Pembantu ukur.
D : Driver
I.7.6.3. Gantt Chart; Gantt Chart menggambarkan hubungan antara kegiatan dengan
waktu pelaksanaan. Metode ini tidak menunjukan keterkaitan antartugas dan
bagaimana keterlambatan yang terjadi apabila suatu tugas mengalami kemunduran
pelaksanaan. Tabel I.4 menunjukan contoh Gantt Chart pada proyek pemetaan
topografi, satuan waktu yang digunakan adalah per minggu dan durasi dalam satuan
hari.
27
0 A 6 B 8 C 53 D 60
1 2 3 4 5 60
0 6 6 43 8 49 53 7
Di mana :
A : kegiatan persiapan.
B : kegiatan pelaksanaan.
C : kegiatan pemrosesan data.
D : kegiatan pelaporan.
28