Anda di halaman 1dari 29

I.

PENDAHULUAN

Fungsi perencanaan merupakan kunci utama dalam manajemen proyek.


Perencanaan digunakan sebagai pedoman pengendalian kegiatan-kegiatan penyusun
sebuah proyek. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang matang dan akurat
agar pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai tujuan dengan batasan biaya, waktu,
dan kualitas yang telah ditentukan. Penelitian perlu dilakukan untuk mendapatkan
perencanaan yang efektif dan efisien menggunakan metode-metode penyusunan
rencana pada sebuah proyek. Bab pendahuluan ini menguraikan latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah, tinjauan pustaka, landasan teori,
dan hipotesis penelitian .

I.1. Latar belakang

Bidang survei pemetaan tidak dapat terlepas dari kegiatan yang diwujudkan
dalam sebuah proyek. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut diperlukan manajemen
proyek agar didapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan akhir yang dibatasi oleh
waktu dan biaya yang tersedia. Secara umum fungsi manajemen proyek dapat
diuraikan menjadi beberapa bagian yaitu perencanaan (planning), organisasi
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling) (Dimyati dan
Nurjaman, 2014). Dari empat fungsi yang ada, perencanaan sering disebut sebagai
kunci dari keberhasilan sebuah proyek karena dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas hasil akhir yang akan didapatkan. Kenyataanya, perbedaan sering terjadi
antara rencana dengan realisasi pelaksanaan proyek, namun terkait dengan masalah
pengendalian kegiatan serta pemantauan prestasi tahapan kegiatan dapat dipastikan
bahwa suatu proyek akan berhasil bila dari awal sudah direncanakan dengan baik
(Prijono, 1995).
Fungsi perencanaan perlu didukung dengan sebuah metode yang dapat
digunakan untuk menyusun secara cermat dan tepat urutan pelaksanaan kegiatan
maupun penggunaan sumber daya bagi kegiatan-kegiatan tersebut. Tujuannya agar
proyek dapat diselesaikan secepatnya dengan penggunaan sumber daya sehemat

1
2

mungkin (Prijono, 1995). Metode yang biasa digunakan dalam perencanaan adalah
Network Planning, yaitu metode yang menggambarkan hubungan ketergantungan
antara setiap kegiatan dalam Diagram Network. Dalam penyusunan Diagram
Network dikenal beberapa analisis, diantaranya adalah Project Evaluation and
Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) (Dimyati dan Nurjaman,
2014). Sekarang ini, banyak program yang dapat digunakan untuk menyusun
perencanaan dengan metode Diagram Network. Salah satunya adalah Microsoft
Project 2010. Program ini dapat digunakan untuk merancang suatu perencanaan yang
terperinci. Selain itu, Microsoft Project 2010 juga menyediakan fasilitas-fasilitas
dalam pengendalian dan evaluasi agar hasil yang didapat sesuai dengan tujuan dari
proyek
Penyusunan rencana dalam proyek dibatasi oleh biaya dan waktu. Oleh karena
itu, perlu dilakukan optimalisasi perencanaan agar diperoleh suatu rencana yang
lebih efektif dan efisien. Optimalisasi rencana dilakukan dengan harapan dapat
menekan biaya dan waktu pelaksanaan proyek tanpa mengurangi kualitas hasil
akhirnya. Selisih biaya dan waktu yang diperoleh dapat digunakan sebagai waktu
cadangan apabila terjadi kendala saat pelaksanaan dan atau sebagai margin
keuntungan yang diperoleh pihak pelaksana.
Penelitian ini merupakan proses optimalisasi perencanaan Proyek Pemetaan
Topografi Lokasi PT. Semen Indonesia Rembang. Data berupa rencana teknis, biaya,
sumber daya, dan penjadwalan digunakan sebagai masukan dalam pembuatan model
perencanaan menggunakan Microsoft Project 2010. Fasilitas yang ada dalam
program tersebut akan dimanfaatkan untuk membuat perencanaan menggunakan
analisis CPM dan dua strategi optimalisasi perencanaan yang berbeda, yaitu strategi
Fast-Tracking dan penambahan sumber daya.

I.2. Rumusan Masalah

Kegagalan suatu proyek dapat terjadi karena pembuatan rencana yang tidak
akurat. Ketidakakuratan tersebut dapat menimbulkan perbedaan penafsiran tentang
suatu kegiatan antara pihak pembuat rencana dan pihak pelaksana. Hal ini
3

menyebabkan terjadinya perbedaan antara rencana yang dibuat dengan realisasi


pelaksanaan. Perbedaan yang terjadi antara lain berupa keterlambatan penyelesaian
suatu kegiatan. Akibatnya, umur proyek menjadi lebih panjang dan tentunya
menambah biaya yang digunakan secara keseluruhan. Pada sebuah proyek,
penggunaan biaya melebihi rencana atau nilai kontrak menyebabkan devisit pada
pihak pelaksana dan menurunkan tingkat kepercayaan kepada pelaksana tersebut
untuk melaksanaan pekerjaan berikutnya. Oleh karena itu, opimalisasi diperlukan
untuk menambah cadangan waktu dan menghindari terjadinya keterlambatan karena
adanya kendala selama pelaksanaan proyek.

I.3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :


1. Tersusunnya perencanaan awal menggunakan program Microsoft Project
2010.
2. Tersusunnya perencanaan yang telah dioptimalisasi menggunakan
Analisis Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical
Path Method (CPM) dengan strategi optimalisasi Fast-Tracking dan
penambahan sumber daya.
3. Mengetahui dan membandingkan hasil perencanaan hasil optimalisasi
menggunakan Analisis PERT dan CPM dengan strategi Fast-Tracking
dan penambahan sumber daya, dilihat dari segi probabilitas, biaya,
sumber daya, dan waktu penyelesaian proyek.

I.4. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :


1. Hasil studi dapat menambah pemahaman tentang proses pembuatan
rencana dan optimalisasinya dalam manajemen proyek.
2. Hasil studi dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan
kebijakan pembuatan dan optimalisasi perencanaan proyek sejenis yang
akan dilaksanakan berikutnya.
4

I.5. Batasan Masalah

Penelitian yang dilaksanakan dibatasi :


1. Pembuatan perencanaan dan optimalisasi untuk Proyek Pemetaan
Topografi Lokasi PT. Semen Indonesia Rembang yang dilaksanakan oleh
PT. Multi Konsultindo Jaya.
2. Acuan (Bench Mark) yang digunakan dalam pembuatan optimalisasi
adalah data rencana manual proyek sehingga dianggap sebagai biaya,
sumber daya, dan waktu awal.
3. Analisis yang digunakan adalah Project Evaluation and Review
Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) dengan strategi
optimalisasi Fast-Tracking dan penambahan sumber daya.

I.6. Tinjauan Pustaka

Waas (2004) melakukan simulasi perencanaan menggunakan data


perencanaan PAP bagian Proyek Operasi Nasional Pertanahan yang dibuat oleh
Kantor Pertanahan Kabupaten Lombok Barat. Penelitian tersebut menghasilkan suatu
model perencanaan proyek dengan umur rencana proyek 215 hari (sembilan bulan)
atau lebih singkat satu bulan dari rencana awal yaitu sepuluh bulan. Total
pembiayaan pada model yang dihasilkan adalah Rp. 21.595.000,00 lebih kecil dari
total proyek pada rencana awal yaitu Rp. 21.750.000,00.
WMN (2005) membandingkan program Microsoft Project dan Primavera
Project dalam pengelolaan manajemen proyek. Dari hasil penelitian terlihat bahwa :
1. Program Microsoft Project lebih mudah dioperasikan dan mempunyai
tampilan yang lebih baik dibandingkan dengan Primavera Project.
2. Program Primavera Project lebih baik dalam penugasan sumberdaya dan
dapat menyimpan file secara otomatis sehingga file akan tersimpan
otomatis jika terjadi gangguan. Kekurangannya adalah tidak adanya
menu Undo sehingga harus berhati - hati dalam pengolahan data.
Setiawan (2009), melakukan rescheduling waktu pekerjaan untuk
optimalisasi biaya pembangunan Rusunawa Siwalankerto Surabaya menggunakan
5

Microsoft Project. Jangka waktu pelaksanaan normalnya adalah 150 hari dengan
biaya Rp. 2.257.349.995,45. Setelah melakukan rescheduling pada durasi kegiatan
normal proyek, maka dapat diketahui durasi kegiatan normal baru menjadi 126 hari
dengan penurunan biaya menjadi Rp. 2.257.280.301,00 dan jumlah sumber daya
yang dibutuhkan mengalami peningkatan. Setelah melakukan pemampatan waktu,
maka didapat waktu penyelesaian 114 hari dan jumlah sumber daya pada pekerjaan
yang dipercepat menjadi bertambah 25,91% dengan penurunan biaya menjadi
Rp. 2.253.082.717,00. Dengan melakukan dua alternatif percepatan durasi waktu
kegiatan maka hasil yang digunakan yaitu waktu penyelesaian 114 hari dengan biaya
Rp. 2.253.082.717,00. Karena alternatif ini mengalami penurunan biaya lebih besar,
namun resiko keterlambatan penyelesaian dalam praktek operasionalnya cukup kecil,
sehingga lebih menguntungkan dalam pengambilan kebijakan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini
bertujuan untuk menyusun perencanaan awal menggunakan program Microsoft
Project 2010 kemudian dilakukan optimalisasi perencanaan menggunakan metode
Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM)
dengan strategi Fast-Tracking dan penambahan sumber daya. Data yang digunakan
adalah Proyek Pemetaan Topografi Lokasi PT. Semen Indonesia Rembang yang
dilaksanakan oleh PT. Multi Konsultindo Jaya.

I.7. Landasan Teori

I.7.1. Survei Topografi


Survei merupakan salah satu bagian dari ilmu di bidang geodesi. Menurut
penyajian tujuan, cakupan, lingkup dan wahananya, survei digolongkan menjadi
beberapa bagian, salah satunya adalah survei topografi. Survei topografi merupakan
pemetaan permukaan bumi fisik dan kenampakan hasil budaya manusia. Unsur relief
disajikan dalam bentuk garis kontur. Skala peta berkisar antara 1:500 sampai 1:2500
dengan interval garis kontur antara 0,25-100 meter (Basuki, 2006).
Survei untuk penentuan posisi dari suatu titik di permukaan bumi dapat
dilakukan secara terestris maupun ekstra-terestris. Survei topografi dilakukan dengan
6

cara pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat tertentu, oleh karena itu
dapat dikategorikan dalam survei teristris. Secara garis besar langkah-langkah survei
teristris diuraikan seperti berikut (Basuki, 2006) :
1. Persiapan, yang meliputi untuk peralatan, perlengkapan, dan personil.
2. Survei pendahuluan, yaitu peninjauan lapangan secara keseluruhan
sebelum pelaksanaan pengukuran. Hasil dari survei ini dapat
digunakan untuk menentukan teknik pelaksanaan, alat ukur, dan
posisi titik-titik kerangka peta yang akan digunakan dalam
pengukuran.
3. Survei pengukuran, meliputi pengukuran menggunakan Global
Positioning System (GPS), kerangka peta, pengukuran detil, dan
pengukuran khusus apabila diperlukan.
4. Pengolahan data, terdiri dari perhitungan kerangka peta dan
perhitungan detil.
5. Plotting atau penggambaran, meliputi plotting kerangka peta, detil,
penarikan garis kontur, dan editing.
Pengukuran yang terdapat pada proses survei topografi meliputi pengukuran
GPS kerangka peta dan detil. Pengukuran GPS termasuk ke dalam survei ekstra-
teristris, GPS digunakan untuk mengikatkan kerangka peta yang akan dibuat dengan
titik yang telah diketahui koordinatnya, atau dengan kata lain agar titik kerangka
terreferensi. Pengukuran detil dapat dilakukan dengan metode takhimetri, sedangkan
untuk pengukuran kerangka peta dapat menggunakan beberapa metode. Kerangka
peta yang dikenal dalam bidang geodesi yaitu triangulasi, trilaterasi, rangkaian
segitiga, jaringan segitiga, poligon atau traverse, pemotongan ke muka dan ke
belakang (Basuki, 2006).
Metode penentuan posisi terestris yang umum digunakan saat ini adalah
metode poligon, metode pengikatan ke muka (Intersection), metode pengikatan ke
belakang (Resection), atau kombinasi antara metode-metode tersebut (SNI, 2002).
Karakteristik umum dari metode-metode ini diberikan secara skematis pada Gambar
I.1.
7

Gambar I.1. Metode pengukuran teristris (SNI, 2002)

Selain metode yang dijelaskan pada Gambar I.1 metode lain yang dapat
dilakukan dalam penentuan posisi terestris, yaitu triangulasi, trilaterasi, dan
triangulaterasi. Metode tersebut sudah jarang digunakan seiring berkembangnya
metode pengukuran menggunakan teknologi satelit.

I.7.1.1. Survey GPS; Metode poligon memerlukan titik ikat yang digunakan sebagai
referensi. Titik ikat dapat diperoleh dengan melakukan pengikatan menggunakan alat
Total Station atau dengan teknologi satelit. Teknologi satelit yang dimaksud adalah
Global Positioning System (GPS) yang merupakan sistem navigasi dan penentuan
posisi berbasis satelit yang dapat digunakan sekaligus dalam segala cuaca, serta
didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti, dan juga
informasi waktu, secara kontinyu di seluruh dunia (Wells et al., 1986 dikutip oleh
Sunantyo, 1999).
GPS terdiri atas tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa (space segment)
yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol (control system segment)
yang terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen
pemakai (user segment) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima
dan pengolah sinyal dan data GPS (SNI, 2002). Ketiga segmen GPS tersebut
digambarkan pada Gambar I.2.
8

Gambar I.2. Segmen utama pada GPS (SNI, 2002)

Konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi atau pengikatan ke
belakang dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa
satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Pelaksanaan pengukuran dapat
dilakukan dilakukan dengan banyak metode. Gambar I.3 menunjukan bagan
mengenai pembagian sistem dan metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan
pengukuran GPS.

Gambar I.3. Metode dan sistem pengukuran survei GPS (SNI, 2002)

Pengukuran GPS dengan metode deferensial akan menghasilkan sebuah


baseline apabila dilakukan pada saat epoch atau waktu yang sama. Baseline trivial
9

adalah baseline yang dapat diturunkan dari baseline lainnya dari satu sesi
pengamatan. Baseline yang bukan trivial dinamakan baseline non-trivial atau
baseline bebas, seandainya ada n receiver yang beroperasi secara simultan pada satu
sesi pengamatan maka akan ada (n-1) baseline bebas yang boleh digunakan untuk
perataan jaringan (SNI, 2002). Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan
metode berdasarkan jumlah baseline dijelaskan pada Tabel I.1.

Tabel I.1. Perbandingan jumlah baseline bebas yang digunakan dalam pengukuran
(SNI, 2002).

x 4 baseline bebas. x 10 baseline bebas.


x geometri untuk penentuan posisi x geometri untuk penentuan posisi
relatif lebih lemah. relatif lebih kuat.
x ketelitian posisi yang diperoleh x ketelitian posisi yang diperoleh
relatif akan lebih rendah. relatifakan lebih tinggi.
x waktu pengumpulan dan x waktu pengumpulan dan
pengolahan data relatif akan lebih pengolahan data relatif akan lebih
cepat. lambat
x jumlah receiver dan atau sesi x jumlah receiver dan atau sesi
pengamatan yang diperlukan relatif pengamatan yang diperlukan relatif
lebih sedikit. lebih banyak.
x biaya untuk logistik, transportasi, x biaya untuk logistik, transportasi,
dan akomodasi relatif akan lebih dan akomodasi relatif akan lebih
murah. mahal.

I.7.1.2. Poligon atau Traverse; Poligon merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam pembuatan kerangka peta. Pada pembuatan kerangka peta,
koordinat yang dihasilkan akan digunakan sebagai acuan dalam tahap selanjutnya
yaitu pengukuran detil. Oleh karena itu, kerangka peta harus mempunyai ketelitian
tinggi. Poligon terdiri dari banyak jenis, pembagian jenis poligon berdasarkan
kriteria tertentu yang antara lain adalah (Basuki, 2006):
1. Atas dasar titik terikat dibagi menjadi poligon terikat sempurna, terikat
tidak sempurna, terikat sepihak, bebas atau tanpa ikatan.
2. Atas dasar bentuk dibagi menjadi poligon terbuka, tertutup, dan
bercabang.
10

3. Atas dasar alat yang digunakan untuk pengukuran dibagi menjadi poligon
teodolit dan poligon kompas.
4. Atas dasar penyelesaian dibagi menjadi poligon hitungan (numerik) dan
poligon grafis.
5. Atas dasar tingkat ketelitian dibagi menjadi tingkat I, II, III, dan IV
(rendah).
6. Atas dasar hirarki dalam pemetaan dibagi menjadi poligon utama dan
poligon cabang atau anakan.
Pengolahan kerangka kontrol peta menggunakan dasar perhitungan koordinat.
Secara umum rumus perhitungan koordinat adalah sebagai berikut (Basuki, 2006).:
Xn+1 = Xn + dn,n+1sinn,n+1 ........................................................................(1)
Yn+1 = Yn + dn,n+1sinn,n+1 ........................................................................(2)
dalam hal ini :
Xn+1 = absis yang dicari.
Xn = absis yang diketahui.
Yn+1 = ordinat yang dicari.
Yn = ordinat yang diketahui.
dn,n+1 = jarak antara titik yang dicari dengan yang diketahui.
sinn,n+1 = azimut antara titik yang dicari dengan yang diketahui.
Bentuk poligon yang sering digunakan adalah poligon terbuka, tertutup, dan
kombinasi. Penggunaan bentuk poligon disesuaikan dengan area yang akan
dipetakan. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang bentuk poligon :
1. Poligon terbuka.
Poligon ini menggunakan titik awal dan titik akhir yang berbeda. Perhitungan
poligon terbuka menggunakan formula yang sama dengan perhitungan
koordinat Gambar I.4. merupakan contoh dari poligon terbuka.
11

P 34
BQ
4B
3 B
12 23 4
1 3 4
B
1 2
A 1 2 Q
A d1' d2' d3' d4' d5'
X
XA XB
Gambar I.4. Poligon terbuka (Basuki, 2006)

Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi oleh sudut-sudut dalam poligon yang
diukur, yaitu (Basuki, 2006):
= (akhir-akhir) + n.180 ........................................................................(3)
dalam kenyataan,
= (akhir-akhir) + n.180f ............................................................(4)
dalam hal ini :
= sudut ukuran.
= azimut.
n = jumlah titik poligon.
F = kesalahan penutup sudut.
Untuk menghilangkan kesalahan penutup sudut, maka nilai f yang didapatkan
harus dibagi ke masing-masing sudut ukuran menggunakan prinsip sama rata.
Syarat kedua adalah :
dcos = (Xawal-Xakhir) ........................................................................(5)
dsin = (Yawal-Yakhir) ........................................................................(6)
dalam kenyataan,
dcos = (Xawal-Xakhir) fx ........................................................................(7)
dsin = (Yawal-Yakhir) fy ........................................................................(8)
....................................................................................(9)
12

di mana :
= azimuth.
X = absis.
Y = ordinat.
fx = kesalahan penutup absis.
fy = kesalahan penutup ordinat.
fl = kesalahan penutup jarak poligon.
Kesalahan fx dan fy dikoreksikan pada setiap penambahan absis dan ordinat
dengan perbandingan lurus jarak sisi poligonnya.
2. Poligon tertutup.
Poligon ini paling banyak digunakan dalam pengukuran karena membutuhkan
titik ikat yang lebih sedikit daripada poligon terbuka. Titik awal pada
pengukuran sekaligus digunakan sebagai titik akhir poligon. Gambar I.5
merupakan ilustrasi penggunaan poligon tertutup.

B 2
1
1 2
1
B
A 3
A 3

5
4
5
4
Gambar I.5. Poligon tertutup (Basuki, 2006)

Perhitungan yang digunakan sama dengan formula (1) dan (2). Syarat yang
harus dipenuhi adalah syarat sudut dan absis dengan formula sebagai berikut
(Basuki, 2006):
Syarat sudut
= (n-2). 180, untuk sudut dalam ..........................................................(10)
= (n+2). 180, untuk sudut luar ..........................................................(11)
13

Syarat absis
dcos = 0 ..............................................................................................(12)
dsin = 0 ..............................................................................................(13)
dalam hal ini :
= sudut ukuran.
= azimut
d = jarak antartitik.
N = jumlah titik dalam poligon.
Kenyataan yang terjadi pada pengukuran poligon tertutup sama dengan
poligon terbuka yaitu adanya f, fx, fy dan diketahui fl. Oleh karena itu, kesalahan
tersebut harus dikoreksi seperti yang telah dijelaskan pada poligon terbuka.

I.7.1.3. Metode takhimetri; Metode ini juga disebut sebagai metode koordinat kutub
yang digunakan dalam pengukuran detil. Jarak detil diukur dengan cara optis, beda
tinggi ditentukan berdasarkan sudut vertikal atau sudut miring dan arah ditentukan
dengan sudut horizontal. Arah dapat ditentukan dengan azimut atau dengan sudut
horizontal dari sisi poligon tertentu (Basuki, 2006). Berikut formula yang digunakan
dalam metode ini :
d = AScos2h ..........................................................................................................(14)
V = (1/2)ASsin2h ..............................................................................................(15)
h = t V-BT ..............................................................................................(16)
X2 = X1 + d12sin 12 ..............................................................................................(17)
Y2 = Y1 + d12cos 12 ..............................................................................................(18)
Z2 = Z1 + h12 ..............................................................................................(19)
dalam hal ini :
d = Jarak datar.
V = Jarak vertikal.
h = Beda tinggi
A = Konstanta pengali teropong.
h = Helling.
S = Selisih bacaan benang atas dan bawah.
t = Tinggi alat ukur.
14

BT = Bacaan benang bawah


X = Absis.
Y = Ordinat.
Z = Tinggi.

I.7.1.4. Plotting atau Penggambaran; Proses penggambaran dilakukan secara digital


dengan bantuan program komputer. Data hasil pengolahan direpresentasikan sebagai
titik-titik yang mempunyai informasi koordinat (x, y, dan z). Penyajian unsur
ketinggian yang menggambarkan topografi antara lain adalah garis kontur. Garis
kontur merupakan garis yang menghubungkan titik yang mempunyai ketinggian
yang sama. Sedangkan interval kontur merupakan selisih tinggi antara dua garis
kontur yang berurutan. Garis kontur mempunyai beberapa sifat, antara lain (Basuki,
2006):
x Tidak berpotongan.
x Tidak bercabang.
x Tidak bersilangan.
x Semakin jarang menunjukan daerah semakin datar.
x Semakin rapat menunjukan daerah semakin curam.
x Tidak berhenti di dalam peta.
Besar interval kontur tergantung dari kebutuhan dan tujuan peta yang dibuat.
Secara umum interval kontur dapat menggunakan 1/2000 dari skala peta. Langkah
terakhir dalam penggambaran adalah editing. Berikut beberapa pekerjaan dalam
proses ini (Basuki, 2006):
1. Pemberian nama, seperti nama jalan, desa, bangunan, sungai, dan lain-lain.
2. Pembuatan simbol-simbol untuk detil atau obyek-obyek yang tertentu.
3. Keterangan tepi, yang berisi antara lain:
x Judul peta.
x Skala peta dalam angka dan garis.
x Arah orientasi.
x Indeks dan nomor lembar.
x Keterangan legenda.
x Keterangan pembuat peta dan waktu pembuatannya.
15

x Kolom pengesahan.
I.7.1.5. Pembuatan laporan; Pembuatan laporan diperlukan untuk mengetahui
perkembangan dari proyek atau dalam hal ini adalah pekerjaan pemetaan topografi.
Laporan dibuat untuk memberikan informasi kepada pihak pemberi pekerjaan atau
kegiatan tentang pekerjaan yang sedang berjalan. Pembuatan laporan dapat dilakukan
oleh manajer dibantu oleh staff yang bersangkutan.
Jenis laporan yang sering digunakan adalah pendahuluan saat pekerjaan pada
mulai dilaksanaan dan laporan akhir pada saat pekerjaan telah selesai. Laporan antara
diperlukan apabila pelaksanaan memerlukan waktu yang panjang misalkan lebih dari
satu bulan, laporan ini dapat dibuat dengan sistem bulanan atau laporan tengah.
Informasi dalam pekerjaan yang harus dilaporkan antara lain (Santosa, 2010) :
x Ringkasan mengenai status pekerjaan.
x Bagian-bagian di mana koreksi telah atau perlu dilakukan.
x Perubahan jadwal, ramalan mengenai jadwal dan biaya.
x Kemungkinan masalah yang akan timbul, cara mengatasi, dan
akibatnya.
x Situasi biaya saat ini.
x Rencana kerja dan keterbatasan yang ada.

I.7.2. Manajemen Proyek


Soeharto (1995) dikutip oleh Waas (2002) menyatakan bahwa proyek didefinisikan
sebagai kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dengan alokasi
sumber daya terbatas dan dimaksudkan untuk melaksanakan suatu tugas yang telah
digariskan. Setiap proyek akan melewati tahap-tahap yang mempunyai pola tertentu.
Pola tersebut yang dinamakan siklus hidup proyek. Secara garis besar tahap-tahap
proyek dapat dibagi menjadi tahap konsepsi, perencanaan, eksekusi, dan operasi
(Santosa, 2009). Secara grafis tahap-tahap yang dilalui suatu proyek bisa
digambarkan dalam Gambar I.6.
16

Konsepsi Perencanaan Eksekusi Operasi

1.
.
Inisiasi 1. Jadwal 1. Laporan Status 1. Training Kustomer
2. Analisis 2. Anggaran 2. Perubahan 2. Transfer Dokumen
Kelayakan 3. Sumber Daya 3. Kualitas 3. Penugasan
4. Resiko 4. Forecasts Kembali Staff
5. Staffing 4. Lesson Learned

Gambar I.6. Siklus hidup proyek (Santosa, 2009).

Manajemen adalah suatu proses penggunaan manusia, uang dan peralatan,


yang dituangkan dalam wadah tertentu untuk mencapai sasaran akhir dalam batasan
waktu dan ruang, serta mengunakan metode dan sistematika dalam pencapaian
efisiensi dan daya guna yang besar (Prijono, 1995). Jika dihubungkan dengan
proyek, maka manajemen proyek dapat dikatakan sebagai tata cara
mengorganisasikan dan mengelola sumber penghasilan yang penting untuk
menyelesaikan proyek dari awal sampai akhir proyek. Manajemen proyek dapat
diterapkan pada proyek apapun dan dipakai secara luas untuk menyelesaikan proyek
yang besar dan kompleks. Fokus utama manajemen proyek adalah pencapaian tujuan
akhir proyek dengan segala batasan yang ada, waktu, dan biaya yang tersedia
(Dimyati dan Nurjaman, 2014). Dalam proyek, proses manajemen dititik beratkan
pada perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya. Proses tersebut merupakan satu
kesatuan dalam suatu siklus manajemen (Prijono, 1995).

I.7.2.1. Perencanaan; Salah satu unsur penting dalam menentukan berhasil atau
tidaknya suatu proyek adalah pada saat penyusunan rencana. Sebenarnya
perencanaan merupakan simulasi dari proyek. Disini dilakukan perincian tugas,
jadwal dan pembiayaan. Kerangka acuan atau Term Of Reference (TOR) merupakan
pedoman teknis yang harus diikuti dalam tahap perencanaan.
17

Banyak metode yang bisa digunakan dalam perencanaan, diantaranya adalah


(Santosa, 2009) :
1. Work Breakdown Structure (WBS). Merupakan kegiatan menguraikan
pekerjaan proyek menjadi pekerjaan-pekerjaan kecil yang secara
operasional mudah dilaksanakan serta mudah diestimasi biaya dan waktu
pelaksanaannya. Jika dalam dua tingkat pemecahan pekerjaan sudah
cukup operasional, maka tidak perlu dipecah lagi menjadi pekerjaan yang
lebih kecil.
2. Matriks Tanggung Jawab. Matriks ini digunakan untuk menentukan
organisasi proyek, orang-orang dan tanggung jawabnya.
3. Gantt Chart. Digunakan untuk menunjukan jadwal induk proyek, dan
jadwal pekerjaan secara detil. Gantt Chart dibuat menyusul selesainya
pembuatan WBS.
4. Jaringan Kerja. Digunakan untuk memperlihatkan urutan pekerjaan,
kapan dimulai, kapan selesai, kapan proyek secara keseluruhan selesai.

I.7.2.2. Pelaksanaan; Tugas-tugas dalam pelaksanaan diharapkan berjalan sesuai


dengan apa yang telah direncanakan. Karena pelaksanaan proyek berlangsung dalam
situasi dan keadaan yang berubah-ubah atau dinamis, maka perencanaan harus
disesuaikan dengan keadaan atau kondisi terkini. Kegiatan pelaksanaan harus disertai
dengan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pelaksana atau sering disebut
dengan pengendalian.

I.7.2.3. Pengawasan; Menurut Reksohadiprojo (1984) dikutip oleh Waas (2002),


pengawasan harus selalu dilakukan selama proyek dilaksanakan. Setiap kegiatan
yang dilaksanakan harus diperiksa dan dicocokan dengan rencana yang telah dibuat.
Demi berhasilnya pengawasan proyek, perlu disebarluaskan rencana yang telah
dibuat, termasuk di dalamnya perincian kerja, diagram alir beserta unsur-unsurnya
serta estimasi biaya untuk setiap kegiatan dalam pelaksanaan proyek. Apabila terjadi
penyimpangan dari ketiga aspek ini maka perlu dilakukan tindakan.
18

I.7.3. Diagram Jaringan Kerja


Penerapan Network Planning dalam penyelenggaran proyek menggunakan
model yang disebut dengan Network Diagram yakni visualisasi proyek berupa
diagram yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan dan terdiri dari
peristiwa-peristiwa yang harus terjadi selama penyelenggaraan proyek. Penyusunan
jaringan kerja (Network Planning) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (Mansyur,
2010) :
1. Model AOA (Activity On Arrow), aktivitas di dalam proyek
dilambangkan dengan anak panah. Setiap lingkaran mengandung tiga
informasi yaitu nomor aktivitas, Earliest Start Time (EST) yaitu waktu
paling cepat untuk memulai aktivitas, Latest Start Time (LST) yaitu
waktu paling lambat untuk memulai suatu aktivitas. Gambar I.7
menunjukan contoh model jaringan kerja AOA.

Gambar I.7. Permodelan Activity on Arrow (Mansyur, 2010).

2. Model AON (Activity On Node), aktivitas di dalam proyek dilambangkan


dengan lingkaran. Setiap lingkaran mengandung enam informasi yaitu
nomor aktivitas, Earliest Start Time (EST) yaitu durasi paling cepat
untuk memulai aktivitas, Latest Start Time (LST) yaitu waktu paling
lambat untuk memulai suatu aktivitas, Earlier Finish Time (EFT), dan
Latest Finish Time (LST) seperti yang ditunjukan oleh Gambar I.8.

Gambar I.8. Permodelan Activity on Node (Mansyur, 2010).


19

Menurut Handoko (2000) dikutip oleh Dimyati dan Nurjaman (2014),


manfaat Network Planning bagi suatu proyek antara lain :
1. Perencanaan suatu proyek yang kompleks.
2. Schedulling pekerjaan-pekerjaan sedemikian rupa dalam urutan yang
praktis dan efisien.
3. Mengadakan pembagian kerja dan dana yang tersedia.
4. Schedulling ulang untuk mengatasi hambatan dan keterlambatan.
5. Menentukan trade off (kemungkinan pertukaran) antara waktu dan biaya.
6. Menentukan probabilitas penyelesaian suatu proyek.

I.7.4. Strategi Optimalisasi


Strategi optimalisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah strategi atau
proses untuk mendapatkan percepatan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan
yang dianggap paling optimal dengan menggunakan berbagai alternatif penguraian
durasi. Parameter yang digunakan adalah pembiayaan, sumber daya dan juga waktu
yang diperlukan. Proses memperpendek waktu kegiatan dalam jaringan kerja untuk
mengurangi waktu pada jalur kritis, sehingga waktu penyelesaian total dapat
dikurangi disebut sebagai crashing proyek (Heizer dan Render, 2006 dikutip oleh
Dannyanti, 2010).
Penelitian ini menggunakan analisis Project Evaluation and Review Technique
(PERT) dan Critical Path Method (CPM). Prinsip penyusunan jaringan kerja pada
metode PERT dan CPM adalah sama, namun terdapat perbedaan mendasar antara
keduanya, yaitu terletak pada konsep biaya yang dikandung CPM yang tidak ada di
dalam metode PERT.
Dalam pelaksanaan optimalisasi, langkah alternatif penguraian durasi
disesuaikan dengan kemampuan dari pelaksana dan besar atau kecilnya proyek.
Kondisi yang sering terjadi adalah keterbatasan sumber daya, sehingga perlu
digunakan alternatif lain agar dapat menekan pembiayaan dan waktu penyelesaian
tanpa mengubah kualitas hasil akhir dari proyek.
20

Berikut strategi yang digunakan untuk percepatan atau optimalisasi proyek


(Mansyur, 2010):
a. Kondisi sumber daya terbatas.
x Fast-Tracking (mengubah hubungan antartugas).
x Rantai kritis.
x Mengurangi cakupan proyek.
x Mengkompromikan kualitas.
b. Kondisi tersedia sumber daya tambahan.
x Menambah sumber daya.
x Outsourcing kerja proyek.
x Penjadwalan lembur.
x Lakukan dua kali-cepat dan benar.

I.7.4.1. Analisis Project Evaluation and Review Technique (PERT); PERT


menggunakan konsep probability, sehingga terdapat tiga angka estimasi untuk
suatu tugas, yaitu waktu optimistis, waktu pesimistis, dan waktu paling mungkin.
PERT bukan hanya berguna untuk proyek-proyek raksasa yang memerlukan waktu
tahunan dan ribuan pekerja, tetapi juga digunakan untuk memperbaiki efisiensi
pengerjaan proyek-proyek segala ukuran (Handoko 1999, dikutip oleh Dannyanti,
2010). Penekanan diarahkan kepada usaha untuk mendapatkan kurun waktu yang
paling baik dan akurat.
Rumus yang digunakan dalam PERT adalah sebagai berikut :
Te = (a + 4m + b)/6 ..............................................................(20)
keterangan :
Te = waktu yang diharapkan (expected return).
a = waktu optimistik.
m = waktu paling mungkin.
b = waktu pesimistik.
Menurut Santosa (2010), besarnya ketidakpastian tergantung pada besarnya
angka a dan b, dirumuskan sebagai berikut :
S = (b - a)/6 ..............................................................................................(21)
V(Te) = S2 =((b - a)/6)2 ..................................................................................(22)
21

keterangan :
S = standar deviasi tugas.
V(Te) = varians tugas.
Kemungkinan mencapai target jadwal dapat diketahui dengan menghubungkan
antara waktu yang diharapkan (Te) dengan target T(d). Perhitungan ini menggunakan
rumus :
Z = ( T(d) Te )/S ..............................................................................................(23)
keterangan :
Z = kemungkinan atau probabilitas pelaksanaan pada waktu target.
Te = waktu yang diharapkan.
T(d) = waktu yang ditargetkan.
S = standar deviasi proyek.
Langkah selanjutnya adalah dengan melihat hasil yang didapat dari Z pada
tabel Distribusi Normal Z. Tabel ini berisi persentase luasan yang berada di bawah
garis normal yang terbagi berdasarkan standar deviasi tugas (Sugiyono, 2010). Hasil
pembacaan berupa persentase kemungkinan atau probabilitas dari waktu
penyelesaian proyek beserta dengan rentang variannya.

I.7.4.2. Analisis Critical Path Method (CPM); CPM adalah sebuah metode yang
dikembangkan oleh ahli matematika dan tim insinyur dari perusahaan DuPont yang
bekerja sama dengan Rand Corporation dalam usahanya untuk mengembangkan
sistem kontrol (Wahana Komputer Semarang, 2010). Perbedaan mendasar antara
PERT dan CPM adalah dalam hal waktu. CPM dapat memperkirakan waku yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas dan dapat menentukan prioritas tugas
yang harus mendapatkan perhatian khusus agar proyek dapat selesai sesuai dengan
waktu yang direncanakan. Bagian jaringan kerja pada CPM yang dapat digunakan
untuk mengetahui umur proyek adalah jalur kritis.
Jalur kritis (Critical Path) pada CPM adalah jalur terlama antara titik mulainya
suatu proyek sampai dengan titik penyelesaian proyek. Teknik ini berguna untuk
prosedur pengalokasian sumber daya dan penentuan mengenai kapan atau saat
sumber daya tersebut diperlukan.
22

Menurut Dimyati dan Nurjaman (2014), perhitungan CPM menggunakan


rumus sebagai berikut :
EETj = (EETi + dij)max ..................................................................................(24)
LETj = (LETi + dij)min ..................................................................................(25)
dengan :
EET = Early Event Time.
LET = Last Event Time.
d = Duration.
i-j = Tugas dalam proyek.
EET didapatkan dengan sistem perhitungan maju, sedangkan LET didapatkan
dengan menggunakan sistem perhitungan mundur. Dalam CPM dikenal istilah
Float untuk mendefinisikan sejumlah waktu yang dapat dimanfaatkan untuk
pengendalian dan pemanfaatan sumber daya dalam proyek.
Menurut Nurhayati (2010), terdapat beberapa jenis Float yaitu :
a. Total Float (TF), merupakan besarnya tenggang waktu yang masih
dimungkinkan untuk terjadinya keterlambatan dalam penyelesaian
suatu tugas tanpa mempengaruhi waktu penyelesaian keseluruhan dari
proyek.
b. Free Float (FF), merupakan besarnya tenggang waktu yang masih
dimungkinkan pada suatu tugas untuk dilakukan penundaan atau
diperlambat tanpa mempengaruhi waktu dimulainya tugas berikutnya.
c. Inteferentt Float (TF), adalah besarnya tenggang waktu yang masih
dimungkinkan pada suatu tugas untuk dilakukan penundaan atau
diperlambat saat kegiatan yang mendahului kegiatan tersebut telah
selesai pada waktu penyelesaian paling lambatnya tanpa
mempengaruhi waktu mulai paling cepat dari kegiatan berikutnya.
Perhitungan TF, FF, dan IF menggunakan rumus sebagai berikut (Nurhayati,
2010) :
TF = LETj dij EETi ..................................................................................(26)
FF = EETj dij EETi ..................................................................................(27)
IF = TF FF ..............................................................................................(28)
23

dengan :
TF = Total Float.
FF = Free Float.
IF = Inferent Float.
EET = Early Event Time.
LET = Last Event Time.
d = Duration.
ij = Tugas.
Menurut Suharto (1995) dikutip oleh Dimyati dan Nurjaman (2014), cara
menentukan jalur kritis dalam suatu perencanaan jaringan kerja adalah sebagai
berikut :
a. Menghubungkan tugas-tugas kritis, yaitu kegiatan yang mempunyai
Free Float dan Total Float sama dengan nol.
b. Mencari jalur durasi total terpanjang.

I.7.5. Analisis Biaya dan Sumber Daya


Analisis biaya dan sumber daya bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui
jumlah atau kuantitas biaya, tenaga kerja, peralatan, dan bahan yang digunakan
setiap hari selama penyelenggaraan proyek. Di dalam suatu proyek terdapat suatu
hubungan antara jumlah biaya dan jangka waktu keseluruhannya, seperti ditunjukan
dalam Gambar I.9. Jika suatu proyek terus berjalan tanpa batas, maka biayanya akan
meningkat. Demikian juga biaya akan meningkat apabila suatu proyek dipercepat.
Sehingga dapat diketahui jangka waktu proyek yang mempertahankan seluruh
proyek pada tingkat minimum (Martino, 1974 dikutip oleh Waas, 2010).
24

Di dalam waktu tertentu biaya


dibuat sekecil-kecilnya


Jumlah Biaya Proyek

Biaya meningkat
bila proyek
dipercepat Biaya meningkat
bila proyek
diperpanjang

Jadwal Waktu Proyek


a b
Gambar I.9. Hubungan antara biaya dan jangka waktu dalam suatu proyek
(Martino, 1974 dikutip oleh Waas, 2010)

Keterangan :
a = jangka waktu minimum penyelesaian proyek.
b = jangka waktu proyek yang mempertahankan seluruh biaya proyek pada
tingkat minimum.
Percepatan umur proyek dilakukan dengan cara optimalisasi pada rencana
yang dibuat. Proses optimalisasi harus mempertimbangkan kondisi pelaksana
kegiatan, antara lain adalah ketersediaan sumber daya. Strategi yang dapat dilakukan
antara lain dengan Fast-Tracking untuk kondisi sumber daya yang terbatas dan
penambahan sumber daya apabila tersedia sumber daya cadangan yang dapat
diikutsertakan ke dalam proyek.

I.7.6. Manajemen Proyek Pemetaan Topografi


Manajemen proyek pada penelitian ini berfokus pada perencanaan. Pembuatan
rencana diperlukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam proyek. Metode
perencanaan yang tepat akan menghasilkan sebuah rencana yang akurat, efektif, dan
efisien. Tahap I.7.2.1 telah dijelaskan tentang metode perencanaan yang dapat
dilakukan.

I.7.6.1. Work Breakdown Structure (WBS); Metode ini dilakukan dengan cara
membagi tugas-tugas utama dalam proyek pemetaan topografi menjadi sub-tugas
yang lebih kecil lingkup tugasnya. Tabel I.2 menunjukan contoh penggunaan WBS
dalam perencanaan pemetaan topografi.
25

Tabel I.2 WBS perencanaan proyek pemetaan topografi.

WBS Kegiatan
1 Persiapan
1.1 Peralatan
1.1 Perlengkapan
1.1 Personel
2 Survei Pendahuluan
3 Survei Pengukuran
3.1 Pengukuran GPS
Pengukuran Kerangka
3.2 Peta
3.3 Pengukuran Detil
4 Pengolahan Data
Perhitungan Kerangka
4.1 Peta
4.2 Perhitungan Detil
5 Penggambaran
Penggambaran Kerangka
5.1 Petta
5.2 Penggambaran Detil
5.3 Pembuatan Kontur
5.4 Editing

Kegiatan utama pada proyek ini adalah persiapan, survei pendahuluan, survei
pengukuran, pengolahan data, dan penggambaran. Tugas-tugas tersebut dibagi
menjadi sub-tugas yang lebih kecil agar lebih mudah dipahami oleh pihak pelaksana
proyek.

I.7.6.2. Matriks tanggung jawab; Metode ini dilakukan untuk memberikan penugasan
kepada setiap sumber daya yang terlibat dalam proyek pemetaan topografi. Setiap
sumber daya mendapatkan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Contoh penggunaan matriks tanggung jawab
pada pemetaan topografi ditunjukan pada Tabel I.3.
26

Tabel I.3. Matriks Tanggung Jawab proyek pemetaan topografi.

Kegiatan M KL S AS PU PD D
Persiapan
Peralatan A,R S
Perlengkapan A,R S
Personel A,R S
Survei Pendahuluan A,R R,A S
Survei Pengukuran
Pengukuran GPS A R,A S S S S S
Pengukuran Kerangka Peta A R,A S S S S S
Pengukuran Detil A R,A S S S S S
Pengolahan Data
Perhitungan Kerangka Peta A R,A S S
Perhitungan Detil A R,A S S
Penggambaran
Penggambaran Kerangka Petta A R,A S S
Penggambaran Detil A R,A S S
Pembuatan Kontur A R,A S S
Editing A R,A S S

Di mana :
M : Manajer proyek. R : Responsible.
KL : Koordinator lapangan. S : Support.
S : Surveyor A : Approve.
AS : Asisten surveyor. N : Notice.
PD : Penggolah data.
PU : Pembantu ukur.
D : Driver
I.7.6.3. Gantt Chart; Gantt Chart menggambarkan hubungan antara kegiatan dengan
waktu pelaksanaan. Metode ini tidak menunjukan keterkaitan antartugas dan
bagaimana keterlambatan yang terjadi apabila suatu tugas mengalami kemunduran
pelaksanaan. Tabel I.4 menunjukan contoh Gantt Chart pada proyek pemetaan
topografi, satuan waktu yang digunakan adalah per minggu dan durasi dalam satuan
hari.
27

Tabel I.4. Gantt Chart proyek pemetaan topografi

No. Kegiatan I II III IV V VI VII VIII


1 Persiapan
Peralatan
Perlengkapan
Personel
2 Survei Pendahuluan
3 Survei Pengukuran
Pengukuran GPS
Pengukuran Kerangka Peta
Pengukuran Detil
4 Pengolahan Data
Perhitungan Kerangka Peta
Perhitungan Detil
5 Penggambaran
Penggambaran Kerangka Peta
Penggambaran Detil
Pembuatan Kontur
Editing

I.7.6.4. Jaringan kerja; Metode ini menggambarkan hubungan keterkaitan antara


suatu kegiatan dengan kegiatan yang lain. Kegiatan didefinisikan sebagai kegiatan
pendahulu (predecessor) dan yang mengikuti (successor). Keterlambatan pada
predecessor akan mengakibatkan kemunduran pelaksanaan pada successor-nya.
Contoh hubungan antartugas pada proyek topografi dapat digambarkan seperti pada
Gambar I.10.

0 A 6 B 8 C 53 D 60
1 2 3 4 5 60
0 6 6 43 8 49 53 7

Gambar I.10. Jaringan kerja pemetaan topografi.

Di mana :
A : kegiatan persiapan.
B : kegiatan pelaksanaan.
C : kegiatan pemrosesan data.
D : kegiatan pelaporan.
28

I.7.7. Microsoft Project 2010


Microsoft Project 2010 merupakan program yang diciptakan untuk menolong
para pimpinan proyek atau site manajer dalam merencanakan suatu proyek.
Microsoft Project 2010 bekerja berdasarkan prinsip-prinsip manajemen proyek
metode PERT/CPM, sehingga memungkinkan dalam aplikasi yang lebih luas pada
berbagai pelaksanaan proyek.
Fitur khusus yang berguna untuk pengelolaan manajemen dalam Microsoft
Project antara lain (Wahana Komputer Semarang, 2002 dikutip oleh MWN, 2005):
x Microsoft Project mengijinkan pemasangan prioritas pekerjaan antara satu
sampai 1000.
x Pengesetan kalender, termasuk waktu kerja untuk sebuah pekerjaan dapat
dilakukan.
x Dapat memberikan tanda kepada pemakai jika proyek selesai sesudah
batas waktu yang ditentukan.
x Menyediakan sumber daya berupa material.
x Network Diagram View yang baru dan lengkap.
x Pada Network Diagram, dapat diatur mengenai Outlining, seperti
menyembunyikan Subtask dan memunculkan kembali, serta menampilkan
hanya pekerjaan utama saja.
x Diperkenalkan grup sumber daya dan grup pekerjaan yang lebih
memudahkan pengontrolannya.
Dengan kemampuankemampuan yang dimiliki oleh Microsoft Project 2010
dapat dilakukan penanganan secara otomatis pada penjadwalan kegiatan, penanganan
sumber daya, usahausaha peningkatan waktu penyelenggaraan proyek serta
laporanlaporan mengenai kemajuan proyek.
29

I.8. Hipotesis Awal

Hipotesis dari penelitian ini adalah hasil penyusunan perencanaan


menggunakan Critical Path Method (CPM) dan Project Evaluation and Review
Technique (PERT) pada Microsoft Project 2010 menghasilkan keluaran yang sama
dengan versi manual dan hasil optimalisasi menggunakan strategi Fast-Tracking dan
penambahan sumber daya mempunyai keluaran berupa biaya yang lebih rendah dan
waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan perencanaan awal.

Anda mungkin juga menyukai