Anda di halaman 1dari 11

A.

Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu dengan

Endometritis

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas

Nama :

Umur:
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Keluhan Utama :
Umumnya klien mengeluhkan menggigil, demam, nyeri

abdomen bagian bawah, dan lokia berbau busuk (Taber

B,1994)
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit/kelainan system reproduksi :
Penyakit Kardiovaskular :
Penyakit Darah :
Penyakit Paru paru : Endometritis tuberkulosa

terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital.

Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel

pada tengah-tengah endometrium yang meradang

menahun. (Wiknjosastro, 2005)


Penyakit infeksi :Sebab yang paling penting

ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan

partus.Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan


radang menjalar ke atas dan menyebabkan

endometritis akut. (Wiknjosastro, 2005)


b. Riwayat kesehatan sekarang :
Tanggal dan waktu keluhan, bentuk keluhan, faktor pencetus

atau latar belakang yang berhubungan dengan keluhan,

perjalanan penyakit sejak keluhan termasuk durasi dan

kekambuhatau ketidaknyamanan, lokasi spesifik, jenis nyeri,

gejala lain yang berkaitan, hubungan dengan fungsi dan

aktivitas tubuh, faktor yang mempengaruhi masalah, baik yang

perparah atau yang meredakan, bantuan medis sebelumnya

untuk masalah ini, dan keefektifan suatu terapi atau obat yang

digunakan. (Varney, 2006).


4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien

dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang

menyertainya (Ambarwati, 2009)


5. Riwayat Menstruasi :
Gejala endometritis kronis berupa noda darah yang kotor

dan keluhan sakit perut bagian bawah, leukorea serta

kelainan haid seperti menorhagia dan metrorhagia.

(Wiknjosastro, 2005)

6. Riwayat Obstetri :

No. Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Suami Ank U Pe Jenis Pnlg Tm Pen J BB/ H M Abn Laktasi Peny

K ny pt y K PB
- Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio

sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat

koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.

Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda

jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan

melahirkan.(Taber, B. 1994).
7. Riwayat Kontrasepsi :
Belakangan ini pasien endometritis biasanya telah menderita

infeksi dengan pemakaian AKDR atau setelah melahirkan,

abortus, baik spontan maupun provokatus, dan tindakan

ginekologi tertentu (Duenhoelter, 1988)


8. Pola Fungsional Kesehatan :

Pola Keterangan
Nutrisi Wanita dengan status nutrisi yang buruk,

misalnya, lebih rentan terhadap infeksi

bakteri.
Eliminasi Diuresis terjadi berhubungan dengan pengurangan

volume darah, hal ini berlangsung sampai 2-3 hari

post partum. Setelah plasenta lahir estrogen

menurun sehingga tonus otot seluruhnya

berangsur pulih kembali, tapi konstipasi mungkin

tetapi terjadi dan mengganggu hari-hari pertama

post partum
Istirahat Karena lelah sehabis bersalin ibu harus

beristirahat, tidur terlentang selama 2 jam


postpartum kemudian boleh miring-miring

kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya

trombosis dan tromboemboli


Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.

Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas

terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin

dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat

reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi,

seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan

atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan

ambulasi (Damaiyanti, 2009)


Personal Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan

hygiene terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri

sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.

Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan

lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga

(Saleha, 2009)

Seksualitas Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum

hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman

untuk memulai hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau

2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu

darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan

ketidaknyamanan (Dewi dkk, 2011)


9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual :
Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk

bimbingan dan pembelajaran.Perubahan peran seorang ibu

memerlukan adaptasi.Tanggung jawab ibu mulai bertambah

(Damaiyanti, 2011).

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum :
- Kesadaran :
Tanda Vital : Tekanan Darah :
Nadi :100-140x/menit
Pernafasan :
Suhu :Suhu 38-40C
Suhu dan denyut nadi cenderung meningkat. Tekanan

darah dan pernapasan biasanya normal (Taber B, 1994)


- Antropometri : Tinggi badan dan berat badan
Wanita dengan status nutrisi yang buruk, misalnya, lebih

rentan terhadap infeksi bakteri (Taber B, 1994)


2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala :
Kepala merupakan organ tubuh yang penting dikaji karena

dikepala terdapat organ-organ yang sangat berperan dalam fungsi

kehidupan.Inspeksi dengan memperhatiakan bentuk kepala

terdapat benjolan atau tidak, nyeri tekan dan dan kebersihan

kepala (Priharjo, 2006).


Wajah :
Pada daerah muka dilihat kesimetrisan muka,apakah kulitnya

normal,pucat.Ketidak simetrisan muka menunjukkan adanya

gangguan pada saraf ke tujuh (Nervus Fasialis). (Tambunan

dkk,2011)
Mata :
Bentuk simetris, konjungtiva pucat atau cukup merah sebagai

gambaran tentang anemianya (kadar Hb) secara kasar, normal

warna merah muda sclera normal berwarna putih , bila kuning

menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah

kekuningan adanya konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak

kemungkinan adanya preeklamsia.


Hidung :
Hidung di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi

hidung bagian dalam, lalu sinus- sinus. (Tambunan dkk,2011)


Mulut :
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut (Tambunan

dkk,2011).Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada

tidaknya trismus, halitosis dan labioskisis.Trismus yaitu

kesukaran membuka mulut.Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap

karena personal hygine yang kurang.Labioskisis yaitu keadaan

bibir tidak simetris.Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada gusi

untuk menilai edema atau tanda-tanda radang (Uliyah dkk,2008).


Telinga :
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang

telinga/membrane timpani, dan pendengaran.teknik yang di

gunakan adalah inspeksi dan palpasi. (Tambunan

dkk,2011).Pemeriksaan pendengaran dilaksanakan dengan

bantuan garfutala untuk mengetahui apakah pasien mengalami

gangguan pendengaran atau tidak (Uliyah dkk,2008).


Leher :
Teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi.(Tambunan

dkk, 2011).Tujuan pengkajian leher secara umum adalah


mengetahui bentuk leher serta organ-organ penting yang

berkaitan.Pembesaran kelanjar limfe dapat disebabkan oleh

berbagai penyakit, misalnya peradangan akut/kronis.pembesaran

limfe juga terjadi dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau

sifilis.Palpasi kelenjar tyroid dilakukan untuk mengetahui adanya

pembesaran kelenjar tyroid yang biasanya disebabkan oleh

kekurangan garam yodium (Priharjo, 2006).


Dada :
Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan,2011)
Payudara :
Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas

kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar,

lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi

terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi

(Helen Farrer, 1999). Kolostrum merupakan ekskresi cairan

dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan pada

hari pertama sampai hari keempat postpartum. ASI transisi yang

keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak

hari keempat sampai hari kesepuluh. ASI matur disekresi pada

hari kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih,

kandungannya relatif konstan.Mengkaji simetris atau tidak,

konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting

menonjol/tidak, dan lecet/tidak. (Ambarwati dkk, 2009)


Abdomen :
Pada nulipara tidak tampak striae, otot-otot biasanya kencang dan

pada multipara striae mungkin terdapat, otot-otot sering kendur,

linea nigra dapat terlihat (Helen Farer, 1999).


Genetalia : adanya pengeluran lokia yang abnormal
Ekstremitas :
Palpasi
Kepala :
Kepala merupakan organ tubuh yang penting dikaji karena

dikepala terdapat organ-organ yang sangat berperan dalam fungsi

kehidupan. Palpasiuntuk mengetahui adanya nyeri tekan atau

tidak (Priharjo,2006;h.47).
Leher :
Palpasi pada leher dilakukan untuk mengetahui keadaan dan

lokasi kelenjar limfe, kelenjar tyroi dan trakea.Pembesaran

kelanjar limfe dapat disebabkan oleh berbagai penyaki, misalnya

peradangan akut/ kronis.pembesaran limfe juga terjadi

dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau sifilis.Palpasi kelenjar

tyroid dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar

tyroid yang biasanya disebabkan oleh kekurangan garam yodium

(Priharjo, 2006).
Payudara :
Mengkaji konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting

menonjol/tidak, dan lecet/tidak.( Ambarwati dkk, 2009)


Abdomen :Uterus postpartum sering terasa nyeri pada

perabaan.
Genetalia :Uterus lunak dan sering membengkak. Adanya

lokia yang berbau busuk memberi kesan adanya infeksi

anaerob.
Auskultasi
Abdomen : Untuk menghitung bising usus.
Perkusi :untuk mengecek refleks patella.

(Ambarwati dkk, 2009)


3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Hitung darah lengkap dengan apusan darah : Leukositosis yang

disertai pergeseran ke kiri (shift to the left) merupakan penemuan

yang lazim. (Namun, setelah melahirkan, hitung leukosit dapat

meningkat pada pasien yang normal). Penentuan hemoglobin dan

hematocrit dapat menyingkap adanya anemia yang sudah ada.

Urinalisis cenderung normal kecuali terdapat suatu infeksi traktus

urinarius yang menyertainya. (Taber, B. 1994)


Pemeriksaan diagnostik lainnya : Foto abdomen : udara di

dalam jaringan pelvis memberi kesan adanya mionekrosis

klostridia

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis :P..a..p..a..h post partum hari ke... dengan endometritis
Masalah Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

Buku Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi menguraikan

Diagnosis Potensial :

a. Selulitis pelvis,
b. Tromboflebitis vena pelvis,
c. Septik syok

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tidak Ada

V. INTERVENSI
1. Lakukan pemasangan infus
R :Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk

dehidrasi dan terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak

mampu mentoleransi makanan lewat mulut.

2. Kolaborasi dengan dokter. Sp.OG dalam pemberian terapi antibiotika


R :Antibiotika dan drainase yang memadai merupakan pojok sasaran

terapi. Evaluasi klinis dan organisme yang terlihat pada pewarnaan

Gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi

serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotic.


3. Berikan KIE mengenai mengukur suhu tubuh 4kali/hari untuk

minggu berikutnya
R : Suhu tubuh harus di bawah 38 0C setelah 48 jam pemberian

antibiotic
4. Berikan KIE mengenai istirahat yang cukup
R :Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang

banyak manfaatnya.
5. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk tindakan kuretase
R :Endometritis postpartum sering disertai dengan jaringan plasenta

yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai

sangat penting.Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan

kuretase perlahan dan hati-hati.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya

oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi didokumentasikan

dalam bentuk SOAP.

Anda mungkin juga menyukai