Anda di halaman 1dari 10

Laboratorium Ilmu Kulit dan Kelamin Refleksi Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

TINEA CORPORIS et CRURIS

Oleh :
Marini Tandarto
0910015036

Pembimbing :
dr. Nathanael Shem DDSc M.Sc Derm

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie
2015

1
BAB I
KASUS

ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Usia : 37 tahun
Alamat : Jln. Padat Karya, RT. 03 Samarinda
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 14 Januari 2015 di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Keluhan Utama
Kulit gatal dan merah

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan kulitnya gatal dan kemerahan pada daerah lengan
bawah sejak 1 bulan yang lalu. Karena gatal, maka pasien sering menggaruknya
dan menyebabkan kulitnya terkelupas dan kasar. Kadang-kadang daerah tersebut
mengeluarkan cairan bening. Pasien sudah sempat berobat untuk keluhan ini di
Puskesmas setempat. Dari puskesmas, pasien diberikan salep. Daerah tersebut
kemudian sempat mengering, namun kemudian kambuh lagi.

Menurut pengakuan pasien, gatal yang dirasakan tidak menentu dengan


waktu, bisa muncul tiba-tiba. Namun biasanya gatal semakin bertambah bila
pasien berkeringat. Pada saat gatal, biasanya pasien memberikan bedak tabur. Saat
ini keluhan bertambah, dari yang awal mulanya hanya di lengan bawah menjadi di
daerah selangkangan, bokong, paha, betis, dan daerah dada. Selain itu, warna
daerah tersebut awal mulanya kemerahan, lama kelamaan menjadi menghitam.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat gatal setiap makanan-makanan tertentu (-), riwayat mengi (-),
riwayat bersin-bersin pagi hari (-) dan jika berada pada lingkungan berdebu (-).

2
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa disangkal.
Riwayat keluarga dengan gatal setiap makanan-makanan tertentu (-)
riwayat mengi (-), riwayat bersin-bersin pagi hari (-) dan jika berada pada
lingkungan berdebu (-).

Riwayat sosial ekonomi


Pasien setiap harinya bekerja dirumah sebagai IRT
Pasien mandi 2 kali sehari dengan menggunakan air PDAM dan sabun
mandi.
Pasien mengganti pakaian 2 kali sehari.

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisata
Keadaan umum : tampak sehat
Kesadaran : composmentis
Tanda vital
Nadi : 88 x /menit
Pernapasan : 20 x/menit
Kepala/Leher/Dada/Punggung : lihat status dermatologis
Perut : lihat status dermatologis
Pembesaran Kelenjar : tidak dilakukan pemeriksaan
Status Dermatologis
Lokalisasi : Regio Thorax, antebrachii dextra, gluteal, ingunal, femur, dan
tibia.
Efloresensi :
o Terdapat adanya plak eritema dan tertutup skuama tipis pada
daerah thorakal, gluteal, inguinal,femur dan tibia.
o Terdapat adanya plak eritema dengan dilapisi krusta pada daerah
antebrachii dextra.
o Terdapat daerah hiperpigmentasi ditutupi skuama dan central
healing pada daerah inguinal
o Terdapat daerah eritema dilapisi krusta dengan bagian tepi lebih
aktif (central healing) pada daerah femur

3
4
5
Gambar 1. Foto Klinis

DIAGNOSIS BANDING
- Tinea corporis et cruris
- Psoriasis

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan KOH 20%

DIAGNOSIS KERJA
Tinea korporis et cruris

PENATALAKSANAAN

6
1. Topikal
Ketokonazole krim 2 kali/ hari pada daerah yang memiliki bercak
2. Oral
Griseofulvin 0,5 gr 1 x 1
Loratadine 1 x 1
3. Edukasi
Meningkatkan kebersihan badan
Menghindari pakaian yang tak menyerap keringat
Menghindari garukan

PROGNOSIS
o Quo ad vitam : bonam
o Quo ad sanationam : bonam
o Quo ad kosmetikam : bonam

7
BAB II
PEMBAHASAN

Refleksi kasus dilakukan pada pasien Ny. R usia 37 tahun, dengan keluhan
utama gatal pada dada, bokong, lipatan kaki dan kedua kaki. Diagnosis tinea
corporis et cruris pada pasien ini didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Pada pasien ini didapatkan anamnesis keluhan kulitnya gatal dan
kemerahan pada daerah lengan bawah sejak 1 bulan yang lalu. Karena gatal, maka
pasien sering menggaruknya dan menyebabkan kulitnya terkelupas dan kasar.
Kadang-kadang daerah tersebut mengeluarkan cairan bening. Daerah tersebut
sempat mengering, namun kemudian kambuh lagi.
Menurut pengakuan pasien, gatal yang dirasakan tidak menentu dengan
waktu, bisa muncul tiba-tiba. Namun biasanya gatal semakin bertambah bila
pasien berkeringat. Pada saat gatal, biasanya pasien memberikan bedak tabur. Saat
ini keluhan bertambah, dari yang awal mulanya hanya di lengan bawah menjadi di
daerah selangkangan, bokong, paha, betis, dan daerah dada. Selain itu, warna
daerah tersebut awal mulanya kemerahan, lama kelamaan menjadi menghitam.

Hal ini sesuai untuk diagnosis Tinea korporis et kruris. Tinea korporis
adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan
dermatofita yang menyerang kulit tubuh tidak berambut. Tinea korporis dapat
diderita oleh semua umur, menyerang pria dan wanita, lebih sering menyerang
orang dewasa, terutama pada orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan
banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit
yang lebih tinggi. Pada tinea korporis keluhannya berupa rasa gatal terutama jika
berkeringat.1,2,3,4 Tinea cruris dapat timbul akibat penjalaran infeksi dari bagian
tubuh lain.4
Pada pemeriksaan fisik terdapat adanya plak eritema dan tertutup skuama
tipis pada daerah thorakal, gluteal, inguinal,femur dan tibia. Selain itu pula
terdapat adanya plak eritema dengan dilapisi krusta pada daerah antebrachii
dextra. Terdapat daerah hiperpigmentasi ditutupi skuama pada daerah inguinal.

8
Terdapat daerah eritema dilapisi krusta dengan bagian tepi lebih aktif (central
healing) pada daerah femur.
Pada tinea corporis et cruris lesi dapat bulat atau lonjong, makula atau plak
eritema atau hiperpigmentasi berbatas tegas, kadang-kadang dengan vesikel dan
papul di tepi (aktif), polisiklik, erosi dan krusta, peradangan pada tepi lebih nyata
daripada daerah tengahnya (central healing) tertutup skuama. Lesi merupakan
bercak terpisah satu dengan yang lain. Bila menahun, dapat menjadi bercak hitam
disertai sedikit sisik. Tinea korporis yang menahun ditandai dengan sifat kronik.
Lesi tidak menunjukkan tanda-tanda radang yang akut, tapi tampak
hiperpigmentasi dengan pinggir yang polisiklik, skuama, dan likenifikasi.
Kelainan ini biasanya terjadi pada bagian tubuh dan tidak jarang bersama sama
dengan tinea kruris. Dalam hal ini disebut tinea korporis et kruris atau sebaliknya
tinea kruris et korporis.1,2,3,4,5
Tinea korporis dapat didiagnosis banding dengan psoriasis, karena pada
psoriasis bisa terjadi gatal dengan adanya bercak-bercak di kulit yang
meninggi,dengan skuama diatasnya. Terkadang pada stadium penyembuhan,
sering kali eritema ditengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Namun,
pada psoriasis, predileksinya adalah pada daerah scalp, ekstremitas ekstensor dan
daerah lumbosacral. Selain itu juga biasanya skuama berlapis-lapis, kasar dan
berwarna putih seperti mika transparan.1,3,5
Pada pasien ini diberikan pengobatan topikal, Ketokonazole krim 2 kali/
hari pada daerahyang memiliki bercak, Griseofulvin 0,5 gr 1x1 dan Loratadine
1x10 mg, serta edukasi meningkatkan kebersihan badan, menghindari pakaian
yang tak menyerap keringat, menghindari garukan. Pada tinea corporis et cruris
dapat diberikan obat topikal Imidazol atau alilamin 2 kali/ hari selama 2-4
minggu. Oral bila ada indikasi (lesi luas atau gagal dengan pengobatan topikal)
yaitu Griseofulvin 0,5 - 1 gram/ hari selama 2- 6 minggu, Ketokonazole 200 mg/
hari selama 3 - 4 minggu, Itrakonazole 100 mg/ hari selama 2 minggu atau 200
mg/ hari selama 1 minggu, Terbinafin 250 mg/ hari selama 2 minggu.
Prognosis tinea korporis tergantung pada etiologi, faktor predisposisi, dan
status imun pasien. Tinea korporis dapat sembuh sendiri dalam beberapa bulan.2

DAFTAR PUSTAKA

9
1. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
2. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi Kedua. Jakarta.
EGC. 2004.
3. Wolff K, Goldsmith I. A. Katz S I, Gilchrest B A, Paller A S, Leffell D J, et
al. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine.2008. Mc Graw-Hill.
4. Budimulja, dkk. Dermatomikosis Superfisialis. PERDOSKI.
5. Murtiatustik D, Erviani E, Agusni I, Suyoso S. Atlas Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi Kedua Dep/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin Fk
Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya: Airlangga University Press,
2008. Hal: 66-69

10

Anda mungkin juga menyukai