Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu evaluasi
pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru
dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya
melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Kompetensi tersebut sejalan pula
dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornya adalah
melakukan evaluasi pembelajaran. Masih banyak lagi model yang
menggambarkan kompetensi dasar yang harus dikuasai guru. Hal ini
menunjukkan bahwa pada semua model kompetensi dasar guru selalu
menggambarkan dan mensyaratkan adanya kemampuan guru dalam mengevaluasi
pembelajaran, sebab kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki setiap guru
atau calon guru.
Dalam evaluasi selalu mengandung proses. Proses evaluasi harus tepat
terhadap tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku.
Dikarenakan tidak semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang
sama, maka evaluasi menjadi salah satu hal yang sulit dan menantang, yang harus
disadari oleh para guru. Beberapa tingkah laku yang sering muncul serta menjadi
perhatian para guru adalah tingkah laku yang dapat dikelompokkan menjadi tiga
ranah, yaitu pengetahuan intelektual (kognitif), keterampilan (psikomotor), yang
menghasilkan tindakan, dan bentuk lain adalah values dan attitudes atau yang
dikategorikan ke dalam affectife domain.
Evaluasi harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar dapat
menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi. Kesalahan utama
yang sering terjadi diantara para guru adalah bahwa evaluasi diadakan pada
saat tertentu, seperti pada akhir unit, pertengahan, dan akhir suatu program
pengajaran. Akibat yang terjadi adalah minimnya informasi tentang para siswa
sehingga menyebabkan banyaknya perlakuan prediksi guru menjadi bias dalam
menentukan posisi mereka dalam kegiatan kelas.

1
Evaluasi sebaiknya dikerjakan setiap hari dengan jadwal yang sistematis
dan terencana. Hal ini dapat oleh seorang guru dengan menempatkan secara
integral evaluasi dalam perencanaan dan implementasi satuan pelajaran materi
pelajaran. Bagian terpenting lainnya yang perlu diperhatikan lagi seorang
pendidik adalah perlunya melibatkan siswa dalam evaluasi sehingga mereka
secara sadar dapat mengenali perkembangan pencapaian hasil pembelajaran
mereka.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana jenis-jenis penilaian hasil belajar ?
2. Bagaimana karakteristik instrumen penilaian?
3. Bagaimana cara menentukan kriteria ketuntasan minimal ?
4. Apa saja langkah-langkah pelaksanaan penilaian?
5. Bagaimana teknik penilaian hasil belajar ?
6. Bagaimana skala penilaian dalam kurikulum 2013?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis hasil belajar
2. Untuk mengetahui karakteristik instrumen penilaian
3. Untuk menentukan kriteria ketuntasan minimal
4. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan penilaian
5. Untuk mengetahui teknik penilaian hasil belajar
6. Untuk mengetahui skala penilaian dalam kurikulum 2013

2
BAB II

PEMBAHASAN

G. JENIS-JENIS PENILAIAN HASIL BELAJAR

Penilaian oleh pendidik adlah penilaian hasil belajar peserta didik yang
dilakukan oleh pendidik (guru) secara berkesinambungan yang bertujuan untuk
memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian oleh pendidik merupakan penilaian
pertama setelah peserta didik menjalani proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru. Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru harus dapat diuji keakuratannya
melalui penilaian oleh satuan pendidikan dan pemerintah. Artinya, hasil penilaian
guru akan sebanding atau relatif sama dengan hasil penilaian oleh satuan
pendidikan dan pemerintah. Peserta didik yang dinyatakan kompeten pada suatu
materi tententu melalui penilain oleh guru, selayaknya kompeten juga melalui
penilain oleh satuan pendidikan dan pemerintah.

Penilaian oleh pendidik meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Menginformasikan atau menyampaikan silabus mata pelajaran yang


didalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester.
2. Mengembangkan indikator pencapaian kompetisi dasar (KD) dan memilih
teknik penilaian yang sesusai dengan karakteristik materi pada saat menyusun
silabus mata pelajaran.
3. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan teknik dan
bentuk penilaian yang telah dipilih atau ditentukan.
4. Melaksanakan penilaian melalui tes, pengamatan, penugasan, atau bentuk lain
yang diperlukan.
5. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan
kesulitan belajar peserta didik.
6. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerja peserta didik disertai balikan atau
komentar yang mendidik bagi peserta didik.
7. Memanfaatan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.

3
8. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada
pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta
didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi secara utuh
(komprehensif )
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah penilaian hasil belajar
yang dilakukan oleh satuan pendidikan yang bertujuan untuk menilai pencapaian
kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran.
Penilaian oleh satuan pendidikan meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Menentukan kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) setiap mata pelajaran dengan
memerhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan
kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik
2. Mengkoordinasikan ulangan tengah semester ( UTS ), ulangan akhir semester (
UAS ), dan ulangan kenaikan kelas ( UKK ).
3. Menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan
sistem paket melalui rapat dewan.
4. Menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan
sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik.
5. Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan melalui rapat dewan
pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik.
6. Menyelenggarakan ujian sekolah / madrasah dan menentukan kelulusan peserta
didik dari ujian sekolah / madrasah sesuai dengan pos ujian sekolah / mdarsah
bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.
7. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata
pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua / wali peserta didik
dalam bentuk buku laporan pendidikan.
8. Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas
pendidikan kabupaten/kota.
9. Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat
dewan pendidik sesuai dengan kriteria :
a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran,

4
b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran
estetika; dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan,
c) Lulus ujian sekolah atau madrasah, dan
d) Lulus UN.
10. Menerbitkan surat keterangan hasil ujian nasional ( SKHUN ) setiap peserta
didik yang mengikuti ujian nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara
ujian nasional ( UN ).
11. Menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan
bagi satuan penyelenggara UN.

Sedangkan penilaian hasil belajar oleh pemerintah adalah penilaian yang


dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk UN yang bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Ujian nasional
didukung oleh suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta
pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil. Dalam rangka penggunaan hasil UN
untuk pemetaan mutu program dan satuan pendidikan, pemerintah menganalisis
dan membuat peta daya serap berdasarkan hasil UN dan menyampaikan ke pihak
yang berkepentingan.
Hasil UN menjadi salah satu pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian
bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan
kelulusan peserta didik pada seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya. Hasil
UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kelulusan
peserta didik pada seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya. Hasil UN
digunakan sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan yang kriteria kelulusannya ditetapkan setiap tahun oleh menteri
berdasarkan rekomendasi BSNP. Berikut ini penjelasan lebih lanjut tentang jenis-
jenis penilaian yang dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah.

5
Penilaian Jenis Unsur Ruang lingkup materi
yang
terlibat
Pendidik Ulangan harian ( Pendidik Kompetesi dasar
penilaian proses akhir
KD )
Pendidik Ulangan tengah semester Pendidik Beberapa KD
(koordinasi ( penilaian akhir
satuan beberapa SK h SK )
pendidikan Ulangan akhir semester Pendidik SK dlam seemster ganjil
) ganjil ( komprehensif,
seluruh kompetensi
dalam satu semester )
Ulangan kenaikan Pendidik SKL yang dipelajari pada
kelas/akhir semester thun yang bersangkutan
genap

6
Satuan Ujian tingkat Pendidik Dilakukan oleh
pendidikan kompetensi satuan pendidikan
pada akhir kelas
II (tingkat 1),
kelas IV (tingkat
2), kelas VIII
(tingkat 4), dan
kelas XI (tingkat
5), dengan
menggunakan
kisi-kisi yang
disusun oleh
pemerintah.
Ujian tingkat
kompetensi pada
akhir kelas VI (
tingkat 3), kelas
XII (tingkat 6)
dilakukan melalui
UN.
Ujian sekolah Pendidik Mata pelajaran
kelompok iptek
yang tidak
diajukan dalam
UN
Aspek kognitif
agama dan akhlak
mulia serta
kewarganegaraan
dan kepribadian

7
Pemerintah Ujian mutu tingkat Pemerintah Dilakukan dengan
kompetensi metode survei oleh
pemerintah pada akhir
kelas II ( tingkat 1), kelas
VIII ( tingkat 4 ), dan
kelas XI (tingkat 5).
Ujian nasional Pemerintah Seluruh SKL

H. KARAKTERISTIK INSTRUMEN PENILAIAN

Seorang guru dalam membuat instrumen penilaian perlu memerhatikan


karakteristik dari suatu instrumen yang baik. Dengan memahami karakteristik dari
suatu instrumen tersebut, diharapkan akan menghasilkaan instrumen yang baik.
Adapun karakteristik instrumen yang baik adalah valid, reliabel, relevan,
representatif, praktis, deskriminatif, spesifik dan proporsional. Berikut ini
penjelasan masing-masing karakteristik tersebut :

1. Valid, artinya suatu instrumen dapat dikatakan valid jika benar-benar


mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Misalnya alat ukur mata
pelajaran IPA hanya dapat dipakai untuk mengukur mata pelajaran IPA dan
bukan untuk mengukur mata pelajaran lainnya.
2. Reliabel, artinya suatu instrumen dapat dikatakan reliabel atau andal jika
instrumen itu digunakan mempunyai hasil yang relatif stabil atau ajeg
(konsisten). Misalnaya, seorang guru bahasa indonesia mengembangkan
instrumen tes yang diberikan lagi kepada sekelompok peserta didik yang sma
pad awaktu yang berbeda dan ternyata hasilnya sama atau relatif sama, maka
dapat dikatakan instrumen tersebut memiliki tingkat releabilitas yang tinggi.
3. Relevan, artinya instrumen yang digunakan harus sesuai dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. Dalam
konteks penilaian hasil belajar, maka instrumen harus sesuai dengan domain

8
hasil belajar, seperti domain kognitif, afektif dan psikomotrik. Jangan sampai
ingin mengukur domain kognitif menggunakan instrumen non tes, karena hal
ini dapat relevan.
4. Refresentatif, artinya materi instrumen harus benar-benar mewakili seluruh
materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilakukan bila penyusunan instrumen
mengacu pada silabus sebagai acuan. Dengan demikian, semua materi yang
diujikan, maka pilih materi-materi yang esensial ( penting ) dan aplikatif.
5. Praktid, artinya instrumen penilaian tersebut mudah digunakan baik secara
administratif maupun teknis. Secara administratif maksudnya penggunaan
instrumen tersebut tidak rumit dapat digunakan oleh siapapun meskipun bukan
yang menyusun instrumen.
6. Dikriminatif, artinya instrumen itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga
dapat menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk mengetahui apakah suatu
instrumen cukup deskriminatif atau tidak, biasanya dilakukan uji daya
pembeda instrumen tersebut.
7. Sfesisik, artinya suatu instrumen disusun dan digunakan khusus untuk objek
yang dievaluai. Jika instrumen tersebut menggunakan tes, maka jawaban tes
jangan menimbulkan ambivalensi atau spekulasi.
8. Propors onal, artinya suatu instrumen harus memiliki tingkat kesulitan yang
proporsional antara soal sulit, sedang, dan mudah.

I. MENENTUKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM )


1. Pengertian KKM

KKM adalah kriteria ketuntasan belajar ( KKB ) yang ditentukan oleh


satuan pendidikan melalui prosedure tertentu. Kriteria ketuntasan minimal
ditetapkan oleh satuan pendidikan pada awal tahun pelajaran dengan
memerhatikan:

1) Intake (kemampuan rata-rata peserta didik)


2) Kompleksitas materi ( mengidentifikasi indikator sebagai penanda tercapainya
kompetensi dasar )

9
3) Kemampuan daya pendukung ( berorientasi pada sarana dan prasarana
pembelajaran dan sumber belajar ) yang dimiliki satuan pendidikan.

Rambu-rambu dalam penetapan KKM adalah :

1) KKM ditetapkan pada aal tahun pelajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan
hasil musyawarah guru mata pelajaran disatuan pendidikan.
2) Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah diterapkan dalam suatu
kompetensi dasar berkisar antara antara 0-100 %.
3) Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0-100.
4) Jika belum memungkinkan satuan pendidikan dapat menetapkan KKM
dibawah nilai ketuntasan belajar maksimal, dan berupaya secara bertahap
meningkatkan untuk mencapai ketuntasan maksimal.
5) Nilai KKM harus dicantumkan dalam laporan hasil belajar peserta didik.

2. Fungsi KKM

Kriteria ketuntasan minimal berfungsi sebagai :

1.) Acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai
kompetensi dasar mata pelajaran yang ikuti. Setiap kompetensi dasar dapat
diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus
memberikan respons yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam
bentuk pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
2.) Acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata
pelajaran. Setiap KD dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan
dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan
diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila
hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD mana
yang belum tuntas dan perlu perbaikan atau remedial.

10
3.) Digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi
program pembelajaran yang dilaksanakan disekolah. Evaluasi keterlaksaan
dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian
KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu, hasil pencapaian KD berdasarkan
KKM yang ditetapkan perlu dianlisis untuk mendapatkan informasi tentang
peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan
dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-sarana belajar
disekolah.
4.) kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan
pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan
upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan
suatu pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian
KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta
didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan
pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik.
5.) Target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran.
Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampaui
KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salat satu
tolak ukur kenerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program
pendidikan.

3. Prinsip penetapan KKM


1. Penentapan KKM merupkan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat
dilakukan melalui metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dapat
dilakukan melalui profesossional judgement oleh pendidik dengan
mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik
mengajar mata pelajaran disekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif
dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penentapan
kriteria yang ditentukan.
2. Penetapan nilai kriteria katuntasan minimal dilakukan melalui analisis
ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memerhatikan

11
kompleksistas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai
ketuntasan kompetisi dasar dan standar kompetensi.
3. Kriteria ketuntasan minimal setiap kompetensi dasar (KD) merupakan rata-
rata dari indikator yang terdapat dalam kompetens. Dasar tersebut. Peserta
didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila
yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah
ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut.
4. Kriteria ketuntasan minimal setiap standar kompetensi (SK) merupakan rata-
rata KKM kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut.
5. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua
KKM SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran,
dan dicantumkan dalam laporan hasil belajar ( LHB/rapor) peserta didik.
6. Indikator merupakan acuan atau rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-
soal ulangan, baik ulangan harian (UH). Ulangan tengah semester (UTS).
Soal ulangan araupun tugas-tugas harus mampu mencerminkan atau
menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian,
pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena
semuany memiliki hasil yang setara.
7. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimugkinkan adanya perbedaan
nilai ketuntasan minimal.

4. Langkah-langkah penetapan KKM

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penetapan KKM adalah :

1. Tingkat kompleksitas materi, kesulitan atau kerumitan setiap indikator,


kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta
didik. Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat memiliki tingkat
kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaian didukung oleh sekurang-
kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut :
a) Guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan
pada peserta didik

12
b) Guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi
c) Guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang
diajarkan
d) Peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi
e) Peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas atau
peekerjaan
f) Waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki
tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses
pembelajarannya memerlukan pengulangan atau latihan.
g) Tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik
dapat mencapai ketuntasan belajar.

` Contoh :

KD 1.1 : Memahami struktur atom berdasarkan teori atom bohr, sifat-sifat


unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam
tabel periodik serta meenyadari keteraturannya, melalui
pemahaman konfigurasi elektron
Indikator : menentukan konfigurasi elektron berdasarkan tabel periodik atau
nomor atom unsur.

Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak

memerlukan tahapan berpikir atau penalaran yang tinggi.


2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran
pada masing-masing sekolah, yakni :
a) Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi
yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat
atau bahan untuk proses pembelajaran,
b) Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholder
sekolah.

Contoh :

13
KD 2.2 : Menjelaskan keseimbangan dan faktor-faktor yang memengaruhi
pergeseran arah keseimbangan dengan melakukan percobaan.
Indikator : menyimpulkan pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan,
dan volume pada pergeseran keseimbangan melalui percobaan.
Daya dukung untuk indikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai
sarana prasarana yang cukup untuk melakukan percobaan, dan guru mampu
menyajikan pembelajaran dengan baik. Tetapi daya dukungnya rendah
apabila sekolah tidak mempunyai sarana untuk melakukan percobaan atau
guru tidak mampu menyajikan pembelajaran dengan baik.

3. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik disekolah yang


bersangkutan. Penentapan intake dikelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi
pada saat penerimaan peserta didik baru, nilai UN/US, raport SMP, tes seleksi
masuk atau psikotes, sedangkan penetapan intake dikelas XI dan XII
berdasarkan kemampuan peserta didik dikelas sebelumnya.

5. Penetapan KKM dengan Cara 1


Dengan menggunakan rentang nilai pada setiap kriteria. Dari setiap
kriteria diberikan nilai, dalam menentukan nilai dari setiap kriteria perlu
kesepakatan dalam forum ( bersama satuan pendidikan )
Aspek yang dianalisis Kriteria dan skala penilaian
kompleksitas Tinggi <65 Sedang 65-79 Rendah 80-
100
Daya dukung Tinggi 80-100 Sedang 65-79 Rendah <65
Intake siswa Tinggi 80-100 Sedang 65-79 Rendah <65

Contoh :
Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi
dan intake peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah :

14
Memberikan nilai pada setiap kriteria yang sudah ditentukan, yakni
kompleksiatas tinggi = 64, daya dukung tinggi = 85, dan intake siswa
sedang = 70.
Membuat rata-rata dari perolehan nilai dari tiga kriteria, yakni
64+85+70+ = 219 : 3 = 73. Jadi KKM indikator tersebut adalah 73.

6. Penetapan KKM dengan cara 2

dengan menggunakan poin atau skor pada setiap kriteria yang ditetapkan.

Aspek yang dianalisis Kriteria dan skala penilaian


kompleksitas Tinggi 1 Sedang 2 Rendah 3
Daya dukung Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1
Intake siswa Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1

Contoh :
Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi
data intake peserta didik sedang, maka nilai KKM nya adalah :
1+3+2
100 = 66,7
9

Jadi KKM dari indikator tersebut adalah 67 (hasil pembulatan 66,7).

7. Ketuntasan belajar dalam kurikulum

Dalam kurikulum 2013 kriteria ketuntasan minimal (KKM) disebut


ketuntasan belajar minimum yang ditentukan oleh pemerintah melalui
permendikbud nomor 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum 2013
lampiran iv: pedoman umum pembelajaran. Ketuntasan minimal untuk seluruh
kompetensi dasar pada kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan
yaitu 2.66 (B-) dan untuk pencapaian minimal untuk kompetensi sikap adalah B
(baik). Untuk kompetensi yang belum tuntas, kompetensi tersebut dituntaskan
melaluin pembelajaran remedial sebelum melanjutkan pada kompetensi
berikutnya. Untuk mata pelajaran yang belum tuntas pada semester berjalan,

15
dituntaskan melalui pembelajaran remedial sebelum memasuki semester
berikutnya.

Berikut ini ketentuan ketuntasan belajar menurut kurikulum 2013:

1. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan belum tuntas
belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator
nilai < 2.66 dari hasil tes formatif.
2. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas
belajar untuk menguasai KD yang dipelajari apabila menunjukkan indikator
nilai 2.66 dari hasil tes formatif.
3. Untuk KD pada KI-1 dan KI-2 , ketuntasan seorang peserta didik dilakukan
dengan memerhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk seluruh mata
pelajaran, yakni jika profil sikap peserta didik secara umum berada pada
kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satiuan pendidikan yang
bersangkutan.
4. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan remedial individual sesuai dengan
kebutuhan kepada peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 2.66.
5. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4 : diberikan kesempatan untuk melanjutkan
pelajarannya ke KD berikutnya kepada peserta didik yang memperoleh
nilai2.66 atau lebih dari 2.66.
6. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remedial klasikal sesuai dengan
kebutuhan apabila lebih dari 75% peserta didik memperoleh nilai kurang dari
2.66.
7. Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap peserta didik yang secara
umum profil sikapnya belum berkategori baik dilakukan secara holistik (paling
tidak oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan orang tua).

J. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PENILAIAN

16
Penilaian hasil belajar peserta didik perlu dilakukan secara terprogram dan
sistematis. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan dengan langkah-langkah
pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik.

1. Penetapan indikator pencapaian hasil belajar


Indikator merupakan pertanda atau indikasi pencapaian kompetisi,
ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi atau
menunjukan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator mengacu pada
materi pembelajaran sesuai kompetensi. Indikator dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan diamati seperti:
mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, menceritakan
kembali, mempraktikkan, mndemonstrasikan dan mengidentifikasikan.
Indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh guru dengan
memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik. Setiap
kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator
pencapaian hasil belajar, hal ini sesuai denagan keluasan dan kedalaman
kompetensi dasar tersebut. Indikator-indikator pencapaian hasil belajar dari
setiap kompetensi dasar merupakan acuan yang digunakan untuk melakukan
penilaian.

2. Pemetaan standar kompetensi/kompetensi inti, kompetensi dasar,


indikator dan teknik penilaian.
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dsar yang ditandai
oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup pengetahuan, sikap
dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah. Indikator digunakan sebagai
dasar untuk menyusun alat penilaian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan indikator:
a. Setiap kompetensi dsar dikembangkan menjadi beberapa indikator.
b. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam
kata kerja yang digunakan dalam SK-KD.

17
c. Indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke
kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkret ke abstrak ( bukan sebaliknya)
d. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat
dikembangkan melebihi kompetrensi minimal sesuai dengan potensi dan
kebutuhan peserta didik.
e. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hierarki kompetensi.
f. Indikator harus dapat mengakomodasi karakteristik mata pelajaran sehingga
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
g. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator
penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

3. Menyusun instrumen penilaian


Langkah berikutnya setelah pemetaan standar kompetensi, kompeteni
dasar, indikator dan teknik penilaian adalah menyusun instrumen yang telah
ditentukan. Menyusun instrumen penilaian adlah hal yang sangat penting dalam
kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik. Dengan instrumen penilaian yang
tepat, maka akan menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta didik
yang valid dan akurat. Oleh karena itu, seorang guru perlu memiliki kemampuan
yang berkaitan dengan penulisan soal. Ada beberapa kemampuan khusus yang
harus dimiliki bagi penulis soal, yakni :
a. Penguasaan pengetahuan yang di tes kan
b. Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan
c. Pemahaman akan karakteristik individu yang di tes
d. Kemampuan membahasakan gagasan
e. Penguasaan akan teknik penulisan soal
f. Kesadaran akan kekuatab dan kelemahan dalam menulis soal

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen penilaian


adalah:

18
a. Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan subtstansi, konstruksi, dan
bahasa.
b. Persyaratan substansi merepresentasikan kompetensi yang dinilai
c. Persyaratan kontruksi adalah pesyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan
d. Persyaratan bahasa berhubungan dengan penggunaan bahasa yang baik dan
benar serta kemunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik
e. Instrumen penilaian dilengkapi dengan pedomen penskoran

K. TEKNIK PENILAIAN HASIL BELAJAR


Tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik harus dinilai atau diukur
dengan intrumen atau alat ukur yang tepat dan akurat. Tepat artinya instrumen
atau alat ukur yang digunakan untuk menilai hasil belajar peserta didik sesuai
dengan apa yang mau diukur atau dinilai, yakni sesuai dengan karakteristik materi
atau tuntutan kompetensi tertentu. Kaarakteristik materi itu meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Instrumen atau alat ukur yang digunakan
untuk mengukur aspek kognitif ( pengetahuan ) tertentu berbeda dengan
instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengukur aspek afektif (sikap)
dan psokomotorik (keterampilan). Akurat artinya hasil penilaian atau pengukuran
hasil belajar peserta didik dapat memberikan informasi yang benar tentang tingkat
pencapaian kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, guru atau calon guru harus
memahami berbagai teknik penilaian dan sekaligus terampil menyusun berbagai
teknik penilaian sesuai dengan kebutuhan. Teknik penilaian yang dapat digunakan
untuk mengukur hasil belajar peserta didik itu bermacam-macam berikut ini
ilustrasi yang menggambarkan berbagai teknik penilaian yang dapat digunakan
untuk mengukur atau menilai hasil belajar peserta didik.

DESKRIPSI I :
Ibu Rina, seorang guru bahasa inggris smp berdikari, ingin mengetahui
kemampuan peserta didiknya dalam menceritakan pengalaman liburannya secara
lisan. Untuk itu, Bu Rina memberi waktu selama lima menit kepada setiap peserta

19
didiknya untuk menceritakan pengalaman liburannya didepan kelas. Dalam
melakukan penilaian tersebut Bu Rina mengamati peserta didiknya menggunakan
rubrik penyekoran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Teknik penilaian apa
yang digunakan bu Rina ? kompetensi peserta didik apa yang mau diukur bu Rina
?

Dari deskripsi diatas dapat dijelaskan bahwa guru dapat menerapkan


berbagai teknik penilaian yang disesuaikan dengan karakteristik dan tuntutan
materi atau kompetensi. Suatu materi atau kompetensi dapat diukur atau dinilai
oleh lebih dari satu teknik penilaian dengan catatan teknik penilaian tersebut
sesuai dengan tuntutan dan karakteristik kompetensi tersebut berikut ini jawaban
dari deskripsi diatas :
Teknik penilaian : penilaian kinerja/unjuk kerja
Kompetensi yang diukur : bercerita.

L. SKALA PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

Penilaian setiap mata pelajaran meliputi kompetensi pengetahuan,


kompetensi ketrampilan dan kompetensi sikap. Kompetensi pengetahuan dan
kompetensi keterampilan menggunakan skala 1-4 (kelipatan 0,33), sedangkan
kompetensi sikap menggunakan skala sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), dan
kurang (K). Berikut ini tabel yang menjelaskan konversi kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.0

Predikat Nilai kompetensi


Pengetahuan ketrampilan Sikap
A 4 4 SB (sangat baik)

A- 3,67 3,66

B+ 3,33 3,33 B (baik)

B 3,00 3,00

20
B- 2,67 2,66

C+ 2,33 2,33 C (cukup)

C 2 2

C- 1,67 1,66
K ( Kurang )
D+ 1,33 1,33

D 1 1

Keteranagan :

A : 3,68 4,00 C+ : 2,01 2,33


B : 3,34 3,67 C : 2,68 2,00
B+ : 3,01 3,33 C- : 1,34 1,67
B : 2,68 3,00 D+ : 1,01 1,33
B- : 2,34 2,67 D : 1,00

21
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan


kuantitas tertentu. Dalam proses pengukuran, tentu guru harus menggunakan
alat ukur (tes atau non-tes). Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki
derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Dalam bidang pendidikan,
psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran
biasanya menggunakan tes. Dalam sejarah perkembangannya, aturan
pemberian angka ini didasarkan pada teori pengukuran psikologi yang
dinamakan psychometric. Meskipun demikian boleh saja suatu kegiatan
penilaian dilakukan tanpa melalui proses pengukuran.

Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan


berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses hasil
belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan
kriteria dan pertimbangan tertentu. Keputusan yang dimaksud adalah tentang
keputusan peserta didik, seperti menilai atau juga keputusan kenaikan kelas
dan kelulusan. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada
guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta
didik mencapai perkembangan belajarnya secara optimal.

Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk


menentukan kualitas (arti dan nilai) dari sesuatu berdasarkan sesuatu,
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan
keputusan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kunandar. 2014. Penilaian atentik ( penilaian hail belajar peserta didik)

Berdasarkan kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali pers

23

Anda mungkin juga menyukai