Anda di halaman 1dari 13

PELATIHAN PERAWATAN BBL KEPADA

KADER DAN DUKUN

NAMA KELOMPOK :
Ayu Citra Ananda
Desi Susanti
Feby Alqurania D
Frenta Helena S
Josevita
Mimi Aminah Candranasih
Pratika Lestari
Relda Riawan KR

FAKULTAS KESEHATAN PRODI DIII KEBIDANAN


UNIVERSITAS MH THAMRIN
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Tujuan makalah ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Dukun Bayi ..................................................................................... 8
Ciri-ciri Dukun Bayi .........................................................................................
B. Pembinaan Dukun Bayi .................................................................................... 15

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 190
B. Saran ................................................................................................................. 195

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya .Tujuan makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas dan mengetahuin materi tentang pelaatihan perawatan bayi baru lahir
pada dukun dan kader.
kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, Kami mohon masukan dan saran serta kritikan yang sifatnya membangun. Atas
segala masukan yang positif kami ucapkan terima kasih. Semoga laporan kasus ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas tentang pelatihan perawatan bayi baru lahir pada dukun
dan kader.

Jakarta, 21 oktober 2017


BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan kebidanan
ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji. Dalam lingkungan dukun
bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi wanita. Ia selalu
membantu pada masa kehamilan, mendampingi wanita saat bersalin, sampai persalinan selesai dan
mengurus ibu dan bayinya dalam masa nifas. Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayinya
seperti kecacatan bayi sampai pada kematian ibu dan anak. Dalam usaha meningkatkan pelayanan
kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk melakukan
pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu dapat
juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada
bidan. Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama
dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan.

Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan.
Delapan puluh persen (80%) persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti
dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh
masyarakat. Masyarakat masih mempercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan
persalinan oleh dukun dianggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah
melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi.

Upaya meminimalisasi dan menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita, maka semua
persalinan yang ditangani oleh dukun bayi, harus beralih ditangani oleh BDD, kecuali hal-hal yang
berhubungan dengan adat dan kebiasaan masyarakat setempat, dengan menjalin hubungan kemitraan
antara keduanya.

Hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwa kemitraan BDD dengan Dukun bayi sudah menampakkan
tanda-tanda yang menggembirakan, masih berjalan lancar, saling mendukung tanpa menimbulkan image
persaingan, pasaran kerja, dan mengurangi status dukun bayi sebagai tokoh masyarakat. Tetapi kemitraan
yang sementara berjalan sekarang ini masih dalam batas pemaknaan transfer knowledge, masih dalam
bentuk pembinaan cara-cara persalinan yang higiens BDD kepada Dukun Bayi, berarti belum ada dalam
bentuk kesepekatan uraian tugas dan fungsi masing-masing, juga belum mengarah pada alih peran
pertolongan persalinan secara optimal. Namun dikhawatirkan di masa mendatang, pembinaan yang
dilakukan oleh BDD justru memberikan peran baru Dukun Bayi, menambah prestasenya, dan menaikkan
status mereka, bahkan semakin menambah kepercayaan mereka menjalankan profesinya secara sendiri-
sendiri.
Upaya menimalisasi dan menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita maka semua persalinan
yang ditangani oleh dukun bayi harus beralih ditangani oleh bidan. Kecuali hal-hal yang berhubungan
dengan adat dan kebiasaan setempat dengan menjalin hubungan antara dukun dan bidan, tetapi kemitraan
yang berjalan sekarang ini masih dalam batas pemaknaan transfer ilmu pengetahuan, masih dalam bentuk
pembinaan cara-cara persalinan yang higienis kepada dukun bayi. Berarti belum ada dalam bentuk
kesepakatan uraian tugas dan fungsi masing-masing, juga belum mengarah pada alih peran pertolongan
persalinan secara optimal. Namun kekhawatiran dimasa mendatang pembinaan yang dilakukan oleh bidan
justru memberikan peran baru bagi dukun bayi, menambah presetase dan menaikan status mereka bahkan
semakin menambah kepercayaan mereka menjalankan profesinya sebagai dukun bayi.

II. Tujuan

Tujuan umum

1. Memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai dukun bayi;


2. Mengenal lebih dalam tindakan-tindakan yang dukun bayi lakukan dalam memberi pelayanan;
3. Pengetahuan mengenai dukun-dukun yang telah dilatih oleh tenaga kesehatan.

Tujuan Khusus
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa kebidaan agar mengetahui tentang dukun bayi;
2. Memberi pengetahuan kepada mahasiswa kebidanan mengenai pembinaan dukun bayi;
3. Agar mahasiswa kebidanan dapat membina dukun bayi dengan benar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Dukun Bayi
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat
kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh
ketrampilan tersebut dengan cara turun temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah
penigkatan ketrampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1994 dukun bayi adalah orang yang dianggap
terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai
kebutuhan masyarakat.

1) Ciri-ciri Dukun Bayi :

a. Pada umumnya adalah seorang anggota masyarakat yang cukup dikenal di desa.
b. Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf .
c. Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi karena panggilan
atau melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk menolong sesama.
d. Disamping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap. Misalnya petani,
atau buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan sambilan.
e. Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari masing-masing
orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap waktunya.
f. Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang berpengaruh,
misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat .

Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan
yang dinyatakan lulus.
b) Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan
atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

2) Kelebihan dan Kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain:
1. Kelebihan
a) Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.
b) Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama.
c) Persalinan dilakukan di rumah.
d) Biaya murah dan tidak ditentukan.
1. Kekurangan
a) Dukun belum mengerti teknik septik dan anti-septik dalam menolong persalinan.
b) Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan bayi baru lahir.
c) Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam program
pemerintah

Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga dapat mengakibatkan kematian ibu dan bayi, antara
lain :

a) Terjadinya robekan rahim karena tindakan mendorong bayi didalam rahim dari luar sewaktu
melakukan pertolongan pada ibu bersalin.
b) Terjadinya perdarahan pasca bersalin yang disebabkan oleh tindakan mengurut-ngurut rahim pada
waktu kala III.
c) Terjadinya partus tidak maju, karena tidak mengenal tanda kelainan partus dan tidak mau merujuk
ke puskesmas atau RS. Untuk mencegah kesalahan tindakan dukun tersebut di perlukan suatu
bimbingan bagi dukun.

B. Pembinaan Dukun
Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut di hormati, memiliki peranan
penting bagi ibu ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan upaya agar bidan dapat melakukan pembinaan
dukun.

Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang di berikan kepada dukun bayi oleh tenaga kesehatan yang
menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal higiene
sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta pengetahuan
tentang perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap risiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta
pencatatan kelahiran dan kematian.

Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan) dan
dukun dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Tujuan supervisi / bimbingan dukun bayi :

a. Menjaga, menpertahankan, meningkatkan ketrampilan dukun bayi


b. Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan cakupan hasil kegiatan dukun dalam merawat bumil,
bulin dan bufas.
c. Sebagai kesempatan pemasukan bahan habis pakai
d. Sebagai bahan asupan dalam penyusunan laporan kegiatan petugas puskesmas.
Beberapa upaya yang dapat di lakukan bidan di antaranya adalah :
a. Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
b. Melakukan pendekatan dengan para dukun.
c. Memberikan pengetahuan kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
d. Memberi pengetahuan kepada para dukun tentang komplikasi-komplikasi kehamilan dan bahaya
proses persalinan.
e. Membina kemitraan denga dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.
f. Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus risiko tinggi kehamilan kepada tenaga
kesehatan.

Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan


Dokter
Bidan
Perawat kesehatan
Petugas imunisasi
Petugas gizi

Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi


a. Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu.
b. Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.

Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi


a) Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat tinggal dukun.
b) Pertemuan rutin yang telah disepakat
c) Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi
d) Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan

Pembinaan dukun di lakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing-masing
daerah atau dukun berasal, karena tidaklah mudah mengajak seorang dukun untuk mengikuti pembinaan.
Beberapa langkah yang dapat di lakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut :

1. Meminta bantuan pamong desa untuk memotivasi dukun bayi agar bersedia mengikuti pelatihan
pelatihan dukun yang di selenggarakan.
2. Mengajak dukun bayi yang sudah di latih untuk ikut serta memberikan penyuluhan dan membantu
melakukan deteksi dini ibu risiko tinggi di posyandu maupun pada kegiatan kegiatan yang ada di
masyarakat.
Klasifikasi Pembinaan Dukun
a. Promosi Bidan Siaga
b. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Rujukan
c. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan.

Salah satu materi yang disampaikan dalam klasifikasi Pengenalan dini Tetanus Neonatus,BBLR, dan
rujikan ini adalah penyuluhan mengenai Gizi dan KB pada dukun. Dukun sebagai orang terdekat dengan
ibu hamil di masyarakat berkontribusi terhadap suksesnya pelaksanaan program KB dan menjaga
kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas dengan makanan bergizi. Melalui penyuluhan gizi dan KB yang di
lakukan oleh tenaga kesehatan kepada dukun, di harapkan dukun dapat menindaklanjuti dengan
menyebarkan kepada masyarakat.

Untuk mewujudkan misi keluarga kecil, bahagia, dan berkualitas di perlukan keterlibatan semua pihak.
Dukun sebagai orang terdekat dengan ibu hamil di masyarakat berkontribusi terhadap suksesnya
pelaksanaan program KB dan menjaga kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas dengan makanan bergizi.
Melalui penyuluhan gizi dan KB yang di lakukan oleh tenaga kesehatan kepada dukun, di harapkan dukun
dapat menindaklanjuti dengan menyebarkannya kepada masyarakat.

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan harus memberikan imformasi kepada dukun tentang pentingnya
makanan bergizi untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, serta menghindari pantang makanan. Selain
masalah gizi, materi KB perlu diberikan juga kepada dukun. Dengan keikut sertaan dukun dalam
menyukseskan program KB, kesejahteraan ibu dan bayi meningkat. Ibu mempunyai banyak waktu untuk
menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan sendiri, dan mengurus keluarga.

Tujuan Pembinaan Dukun :


a. Untuk meningkatkan status dukun, maka di lakukan upaya pelatihan dan pembinaan dukun dengan
tujuan :

b. Agar mereka memiliki pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan dan diterima oleh anggota
masyarakat.
c. Memperbesar peran dukun bayi dalam program KB dan pendidikan kesehatan di berbagai aspek
kesehatan reproduksi dan kesehatan anak.
d. Untuk memperbaiki kegiatan kegiatan yang sebenarnya sudah dilakukan oleh dukun, seperti
memberikan, saran tentang kehamilan, melakukan persalinan bersih dan aman, serta mengatasi
masalah yang mungkin muncul pada saat persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat
dikurangi atau di cegah sedini mungkin.
Hambatan dan Solusi Dalam Pembinaan Dukun
Hambatan hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun di masyarakat di
antaranya adalah sebagai berikut :

1. Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif


Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif adalah adanya perasaan malu apabila di latih oleh
bidan, dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan dukun terlalu idealis dengan cara pertolongan persalinan
yang di lakukan

Solusi :
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di lakukan bukan untuk melakukan
perubahan metode atau kebiasaan yang di lakukan oleh dukun dalam melakukan pertolongan persalinan
atau untuk bersaing. Akan tetapi, pembinaan yang di lakukan bertujuan untuk memberikan suatu
pemahaman baru dalam pelayanan kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan
cara memberikan imbalan sebagai ucapan terima kasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi baru lahir,
misalnya memandikan bayi.

2. Kultur yang Kuat


Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam upaya pembinaan dukun adalah sebagai
berikut :

a) Dukun bayi biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat setempat.

b) Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun temurun.

c) Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di pedesaan.

d) Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga kesehatan.

e) Pelayanan dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.

f) Masyarakat masih terbiasa dengan cara cara tradisional.

Solusi :
Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh tokoh masyarakat, misalnya pamong desa, para
petua petua desa, tokoh agama yang sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat dengan memberikan
penjelasan pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh tokoh masyarakat dapat melakukan advokasi
kepada masyarakat, dan dapat memperbaiki kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat yang dapat
merugikan kesehatan terutama kesehatan ibu dan bayi.

3. Sosial Ekonomi
Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan yang rendah cenderung mencari
pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat yang demikian beranggapan bahwa dukun adalah seorang
pahlawan, karena melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan barang, dan
pembayarannya dapat di angsur.

Solusi :
Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan masyarakat tentang biaya persalinan di
tenaga kesehatan (bidan). Bidan harus dapat bekerja sama dengan masyarakat mengenai persalinan,
berdayakan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan
di tenaga kesehatan. Bidan dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pemetaan ibu hamil,
membentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin), donor darah berjalan, dan ambulans desa.

4. Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di hormati dan mempunyai latar belakang
pendidikan rendah. Oleh karena dukun memliki latar belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang
dukun sulit untuk menerima pemahaman dan pengetahuan baru.

Solusi :
Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan memahami tradisi setempat untuk
melakukan pendekatan dan pembinaan ke dukun dukun. Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat
pendidikan dukun, sehingga mereka dapat memahami dan menerima pengetahuan serta pemahaman baru
khususnya mengenai kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong
persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.

Salah satu tugas bidan yaittu menggerakan dan meningkatan peran serta masyarakat dalam program KIA
khususnya pembinaan dukun bayi dan kader diantaranya:

a. Pertolongan persalinan 3 bersih serta kewajibannya untuk lapor pada petugas kesehatan.
b. Pengenalan kehamilan dan persalinan beresiko.
c. Perawatan bayi baru lahir, khususnya perawatan tali pusat dan pemberian ASI ekslusive.
d. Pengenalan neonatus beresiko, khususnya BBLR dan tetanus neonaturum serta pertolongan
pertamanya sebelum ditangani oleh petugas kesehatan.
e. Pelaporan persalinan dan kematian ibu serta bayi.
f. Penyuluhan bagi ibu hamil ( gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan penyuluhan KB.
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, bidan perlu menjalin hubungan yang baik dengan
masyarakat setempat, khususnya pamong setempat, tokoh masyarakat dan sasaran. Mengingat
peran dukun di masyarakat, perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun dengan tenaga
kesehatan sehingga dapat membantu kelancaran tugas sehari-hari dari bidan dan sekaligus
membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan. Salah
satu wewenang atau tanggung jawab bidan yaitu bidan melaksanakan bimbingan dan pembinaan
tenaga kesehatan lain yang juga bekerja dalam pelayanan kebidanan dengan kemampuan yang
lebih rendah, termasuk para dukun bayi atau paraji. Dukun di masyarakat masih memegang
peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan
pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah
dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan. Untuk mengatasi
permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melakukan
kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan
pembinaan dukun.

1. saran
Kita sebagai tenaga kesehatan atau bidan harus meningkatkan pembinaan terhadap dukun bayi, agar angka
kematian dan kesakitan terhadap ibu hamil dan bersalin yang diakibatkan oleh kesalahan dan
ketidaktahuan dukun bayi yang tidak terlatih dapat ditekan. Kita juga harus mendekatkan diri dengan para
dukun dan kader untuk mensukseskan program KIA dengan metode yang disesuaikan dengan adat dan
kebiasaan masyarakat setempat yang berbeda-beda.

Daftar Pustaka

Ningrum, Yesi. 2011. Pembinaan Dukun Bayi . Bojonegoro : Akses 18 Mei 2012.
Yulifah Rita, Tri Johan Agus Yuswanto.2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.Jakarta:Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai