Respirasi
Via Nur Fadilah, 1512 100 060
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: Via12@mhs.bio.its.ac.id
Abstrak Respirasi atau pernafasan adalah pertukaran gas berbagai cara, antara lain dengan menggunakan metode
O2 dan CO2 di dalam organ pernafasan makhluk hidup. Oksigen Winkler dan respirometer. Metode Winkler merupakan suatu
merupakan bahan pernafasan yang dibutuhkan oleh sel untuk cara untuk menentukan banyaknya oksigen yang terlarut di
berbagai reaksi metabolisme. Bagi ikan, oksigen diperlukan oleh
dalam air. Kadar Oksigen dalam air ditentukan dengan cara
tubuhnya untuk menghasilkan energi melalui oksidasi lemak dan
gula. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui titrasi. Titrasi merupakan penambahan suatu larutan yang telah
jumlah oksigen yang digunakan dalam pertukaran ikan dan diketahui konsentrasinya (larutan standar) ke dalam larutan
jangkrik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah lain yang tidak diketahui konsentrasinya secara bertahap
dengan menggunakan metode makro Winkler dan mikro sampai terjadi kesetimbangan [5]. Respirometer digunakan
Winkler untuk pengukuran oksigen dalam air, serta pengukuran untuk mengukur laju konsumsi oksigen hewan, alat ini
konsumsi oksigen pada jangkrik dilakukan dengan respirometer
tersusun atas syringe, manometer,tabung spesimen, dan tabung
Hasil yang didapatkan dari penelitian yaitu pengukuran
kandungan oksigen terlarut dengan metode makro Winkler pada control [5]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
ikan (Carassius auratus) adalah 9,57 ml/gr.jam (pada air di jumlah oksigen yang digunakan oleh ikan dan jangkrik dengan
wadah yang tidak terisi ikan), sedangkan 3,68 ml/gr.jam (pada cara mengukur kadar oksigen yang terlarut pada masing-
air di wadah yang terisi ikan) dan penggunaan oksigen adalah masing sampel.
0,26 ml/gr.jam. Pengukuran kandungan oksigen terlarut dengan
metode mikro Winkler pada ikan (Carassius auratus) didapatkan
hasil 12,7659 ml/gr.jam (pada wadah yang tidak terisi ikan), II. METODOLOGI
sedangkan 8,5106 ml/gr.jam (pada wadah yang terisi ikan) dan
penggunaan oksigen dalam air didapatkan hasil 0,19 ml/gr.jam. A. Waktu Pelaksanaan
Pengukuran konsumsi oksigen pada jangkrik (Gryllus sp.) Penelitian ini dilaksanakan pada Senin, 3 November 2014.
dengan alat respirometer di dapatkan penggunaan oksigen 1,521 Lokasi penelitian terletak di Laboratorium Zoologi, Jurusan
mg/L.jam.gram.
Biologi ITS.
Kata Kunci Carassius auratus, Gryllus sp, Metode Winkler, B. Alat dan Bahan
Respirasi, Respirometer. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah wadah untuk penentuan konsumsi oksigen sebanyak
I. PENDAHULUAN dua buah, dua buah botol Winkler, dua buah tabung
erlenmeyer 250 ml, empat buah pipet tetes, dua buah tabung
kandungan oksigen didalam botol dengan metode Winkler c. Kadar oksigen dalam sampel setara dengan ((ml Na2S2O3
(dianggap sebagai t1) lalu diambil sampel air dari dalam yang digunakan dalam titrasi) x ) ppm (mg/L)
wadah yang berisi ikan dengan cara yang sama kemudian Kadar oksigen dalam wadah tanpa ikan dianggap sebagai
mengukur kandungan oksigennya (dianggap sebagai t 2). kadar oksigen pada waktu t1 sedangkan kadar oksigen pada
Dihitung penggunaan oksigen oleh ikan dengan rumus waktu t1 sedangkan kadar oksigen dalam wadah dengan ikan
penggunaan oksigen. dianggap sebagai kadar oksigen pada waktu t2.
Pengukuran kandungan oksigen dengan metode Winkler, Pengukuran konsumsi oksigen pada jangkrik, jangkrik
dibuka botol Winkler dan ditambahkan 1 ml MnSO4 dengan (Gryllus sp.) ditimbang sebanyak 5 ekor dan dicatat beratnya
gelas ukur secara hati-hati supaya tidak timbul gelembung dalam gram. Kemudian, botol respirometer diberi kapas yang
udara, lalu ditambahkan 1 ml alkali iodide dengan cara yang telah dicelup dalam larutan KOH 1%. Jangkrik dimasukkan
sama. Ditutup kembali botol Winkler dan membolak-balikkan kedalam tabung respirometer dan pipas skala diolesi dengan
selama 5 menit, dibiarkan botol Winkler selama 10 menit vaselin. Selanjutnya, eosin disutikkan ke dalam pipa skala
supaya terjadi pengikatan oksigen terlarut dengan sempurna respirometer pada bagian ujungnya menggunakan jarum
yang ditandai dengan endapan didasar botol. Selanjutnya suntik hingga skala 0 ml serta disiapkan stopwatch untuk
ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat dengan cara yang sama dan menghitung waktu yang dibutuhkan. Kemudian, pergerakan
ditutup kembali botol Winkler dan membolak-balikkan hingga eosin diamati dan dicatat banyaknya volume udara yang
endapan larut dan larutan menjadi berwarna kuning coklat, dikonsumsi berdasarkan pergerakan eosin tersebut tiap menit
lalu menuangkan larutan dari botol Winkler ke dalam 1 buah lalu diukur penggunaan/ konsumsi oksigen pada jangkrik
Erlenmeyer 250 ml (duplo) masing-masing sebanyak 150 ml. (Gryllus sp.) menggunakan respirometer yang dapat dihitung
ditambahkan 5 tetes amilum 1% kedalam kedua Erlenmeyer. dengan rumus :
Langkah selanjutnya menitrasi larutan didalam kedua ()
Erlenmeyer dengan larutan Na2S2O3 hingga berwarna bening =
()
serta mencatat volume larutan Na2S2O3 yang digunakan dan
dijumlahkan volume total penggunaan larutan Na2S2O3 lalu
dihitung rata-ratanya dan dihitung kadar oksigen pada t1
dengan menggunakan rumus : III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Reaksi pada proses ini adalah : diperlukan penetesan 19 kali. Hal ini membuktikan bahwa air
yang tidak terdapat ikan memiliki oksigen terlarut lebih besar
4 + 2 2 ()3 (1) dibanding dengan air yang terdapat ikannya dikarenakan
1 oksigen terlarut dalam air sudah digunakan ikan untuk proses
2 ()2 + 2 + 2 ()2 + 4 (2)
2 respirasi. Didapatkan pula hasil perhitungan DO (Dissolved
Oxygen) tanpa ikan 4,66 mg/L/jam.gram dan dengan ikan 2,45
Reaksi oksidasi ini bersifat kuantitatif, yang berarti mg/L/jam.gram. Dissolved Oxygen adalah jumlah oksigen
banyaknya Mn(OH)3 yang terbentuk adalah ekivalen dengan terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi
banyaknya O2 yang terdapat dalam larutan contoh. Setelah atmosfer/udara [7].
proses pengendapan sempurna, larutan diasamkan dengan
B. Metode Mikro Winkler
H2SO4. Dalam suasana asam kuat, endapan Mn(OH)3 larut
kembali dan melepaskan Mn. Ion Mn2+ yang dilepaskan ini Pengujian dengan menggunakan metode micro winkler
akan mengoksidasi ion yodida menjadi J 2 bebas. J2 yang memiliki prinsip yang sama dengan metode macro winkler.
dibebaskan dari garam NaJ atau KJ ini dititrasi dengan Namun terdapat perbedaan pada ukuran volume yang
natrium tio-sulfat (Na2S2O3). Reaksi pada proses ini adalah : digunakan, tentunya ukuran volume yang digunakan lebih
sedikit dibanding macro winkler. Pada metode micro winkler
terjai pengurungan volume hingga 9,4 ml supaya terdapat
2 ()3 + 2 + 6 + 2 2+ + 2 + 6 2 (3)
ruang (tempat) untuk memasukkkan reagen-ragen yang
2 + 3 (4) digunakan. Hasil dari penelitian menunjukkan air yang
terdapat ikan menjadi warna kuning kecoklatan sedangkan air
Larutan tio-sulfat dioksidasi menjadi tetrationat dan J2 dir non ikan menjadi tetap berwarna kuning kecoklatan namun
eduksi menjadi J-. Untuk mentukan titik afchir titrasi dipakai lebih cerah. Perhitungan untuk kadar oksigen pada metode
indikator amilum. Jodium (J2) bereaksi dengan senyawa mikro winkler agak sedikit berbeda dengan metode winkler
kompleks yang kemudian berwarna biru [6]. pada umumnya hal ini dikarenakan bedanya volume yang
digunakan. Karena metode mikro winkler menggunakan lebih
sedikit volume maka harus dikonversikan terlebih dahulu
yakni dengan cara :
a. (Nilai Normalitas Na2S2O3) x 8 = mg oksigen tiap
ml Na2S2O3
b. /(9,4/1000) = ppm (mg/L) oksigen tiap ml
Na2S2O3
c. Kadar oksigen dalam sampel setara dengan ((ml
Na2S2O3 yang digunakan dalam titrasi) x ) ppm
Gambar 2. Air setelah ditetesi dengan amilum terdapat endapan (mg/L)
biru (dari kiri ke kanan, air tanpa ikan dan air dengan ikan) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa air yang terdapat
ikan memiliki nilai DO (Dissolved Oxygen) lebih rendah
Ikatan antara J2 dengan amilum tidak begitu kuat, J2 mudah dibanding air yang tidak terdapat ikan, hal ini disebabkan
lepas dan bereaksi dengan tiosulfat. Titrasi dihentikan pada karena pada air yang terdapat ikan telah digunakan sebagian
saat warna biru hilang dan larutan berwarna bening. untuk proses respirasi. Perubahan warna yang terjadi
Banyaknya O2 adalah ekivalensi dengan banyaknya J2 yang disebabkan adanya reaksi antara MnSO4 dengan iodide azide
(KOH-KI). Berikut reaksinya:
dilepaskan. Banyaknya J2 yang dilepaskan adalah ekivalen
dengan banyaknya larutan baku Na2S2O3 yang diperlukan
4 + 2 ()2 + 2 (1)
untuk titrasi. Oleh karena itu kadar oksigen dalam larutan
contoh dapat dihitung dari banyaknya larutan baku tio-sulfat Endapan coklat menunjukkan adanya oksigen dan bereaksi
yang dipakai untuk titrasi [6]. dengan mangan hidroksida. Endapan coklat merupakan dasar
dari oksidasi mangan dengan reaksi:
2 () + 2 2 ()2 (2)
[8]
Hasil I2 pada reaksi ini diekuivalensikan dengan kuantitas D. Perbandingan Metode Makro dan Mikro Winkler serta
oksigen yang terdapat pada sampel tersebut. Oksigen Respirometer
mengoksidasi ion iodide (I) menjadi molekul iodine (I 2). Kelebihan dan kekurangan dari metode winkler adalah
Kuantitas dari I2dapat ditentukan dengan proses titrasi dengan ketika digunakan oleh peneliti yang ahli metode tersebut bisa
larutan standar seperti Na2S2O3 yang bertindak sebagai agen sangat akurat untuk menentukan kadar DO dengan presisi
pereduksi. yang baik. Metode ini relative tidak mahal untuk penggunaan
bahan-bahan yang penting seperti bahan titrasi, botol sampel
dan larutan kimia lainnya. Sedangkan kekurangan dari metode
ini adalah tidak dapat digunakan secara kontinyu sebagai
monitoring dalam perubahan kadar DO. Reduksi atau oksidasi
dari material terlarut pada air dapat mengganggu dengan
akuransi data perhitungan kadar oksigen [10].
LAMPIRAN
0,35
Rata rata = = 0,07 ml
5
0,07 0,062
Penggunaan oksigen : 5 = =
0,556 x 0,556 x 0,083
60
1,521 ml / gr.jam